Hampir semua orang, mempunyai angka favorit. Dan sebagian besar orang yang mempunyai angka favorit, menjadikan tanggal kelahirannya sebagai angka favoritnya. Tidak terkecuali saya, yang menjadikan angka 14 sebagai angka favorit.

Pada tahun 2014 –yang otomatis menjadi tahun favorit saya–, saya mengalami beberapa peristiwa yang berhubungan dengan dunia traveling yang sekaligus merupakan sebuah pencapaian dalam hidup. Bukan, bukan menikah kok. Atau setidaknya belum traveling ke pelaminan. Melainkan hal-hal luar biasa berikut ini.

Januari: Mendapatkan Diving Certification

Seperti yang saya katakan pada postingan ini, awal tahun 2014 lalu saya berhasil mendapatkan salah satu benda penting yang akan memperkaya aktivitas traveling saya, yaitu kartu diving certification. Bendanya kecil, cuma seukuran KTP, namun lebih keren, dan tanpa tanggal kedaluwarsa. Benda yang dapat digunakan untuk kegiatan diving. Bukan, bukan di lapangan hijau, melainkan di lautan yang biru, atau biru keruh dengan badai pasir, kalau kamu sedang belajar diving.

Diving Pramuka

Diving di Pulau Pramuka.

Selain itu, Bulan Januari juga ditandai dengan petualangan saya di Myanmar, negara Asia Tenggara yang menjadi favorit saya, di mana hampir semua penduduknya memakai sarung, walaupun tidak beragama Islam.

Februari: Mengatasi Ketakutan-ketakutan

Sebagai seorang yang haus akan petualangan, mencoba sesuatu yang baru adalah hal yang saya sukai. Dan di bulan ini, saya mencoba menaklukkan rasa takut saya terhadap ketinggian dengan melakukan cliff jumping di Nusa Lembongan, Bali. Facing fears with fears. Hasilnya? Seperti yang bisa dibaca di sini, saya berhasil melompat terjun ke laut dari ketinggian sembilan meter, sebelum mendarat dengan pantat terlebih dahulu, dua kali.

Di bulan ini, saya juga berhasil mengatasi ketakutan saya terhadap kegemukan, dengan cara makan sebanyak-banyaknya di Pekanbaru. Hasilnya? Tentu saja saya semakin subur.

Pantai Karma Kandara

Karma is a beach! Only hipster wears sweater at the beach.

Maret: Memenangkan Penghargaan

Setelah tepat dua tahun saya memulai blog ini, akhirnya saya mendapatkan sebuah pencapaian yang tak akan saya lupakan. Blog ini, –iya blog yang sedang kamu baca ini, si backpackstory ini, blog yang mungkin saja membekas di hati kamu, atau mungkin saja akan kamu lupakan– mendapat penghargaan sebagai Indonesia’s Best Travel Blog of The Year 2014 versi Bloscars Skyscanner, sebuah portal pencarian tiket pesawat, hotel, dan mobil sewaan berskala internasional.

Sebuah penghargaan yang membuat saya hampir tidak percaya bahwa blogging bisa membawa saya sejauh ini, meninggalkan kenangan.

Skyscanner Night

Malam Penganugerahan Skyscanner Bloscars Award, di Singapura.

Di bulan Maret ini, saya juga melakukan dive trip dan jelajah gua di Manado, wisata horor di Bandung, juga mengunjungi Singapura pada malam penganugerahan Bloscars 2014.

April: Menamatkan ASEAN

Salah satu doa dan keinginan saya di tahun 2013 adalah menamatkan ASEAN, atau mengunjungi negara-negara yang menjadi anggota ASEAN. Dan alhamdulillah, Tuhan mendengar doa seorang anak saleh (menurut dirinya sendiri) dan tampan (menurut mamanya pada saat khilaf), dan mewujudkan mimpi sang anak tersebut, dengan melancarkan kepergiannya ke Laos. Negara ke-10 di ASEAN yang saya kunjungi.

Bermodal kaus couple yang unyu dan bendera tanda tamat ASEAN, saya dan Eki (yang sama-sama melakukan perjalanan menamatkan ASEAN) memasang wajah gembira ketika tiba di Laos. Walaupun mungkin kaus couple yang kami kenakan akan membuat orang berpikiran bahwa kami adalah anak panti asuhan, atau pasangan gay yang sedang berbulan madu.

Kuang Si Waterfall

Bersama Eki, dengan kaus couple dan bendera yang unyu.

Mei: Melakukan Double Mamacation

Apabila selama ini saya melakukan mamacation, atau pergi hanya berdua bersama mama, maka di tahun 2014 silam saya melakukan hal baru yaitu melakukan double mamacation dengan mengajak serta mamanya mama, atau eyang saya yang sudah berusia 80 tahun. Destinasinya adalah Bali. Sebuah perjalanan yang menyenangkan, karena dapat membahagiakan orang tua yang paling disayang.

Mengajak eyang, adalah sebuah tantangan yang tidak bisa dibilang mudah, karena harus senantiasa menemaninya, dan selalu siap apabila Beliau terus berkata “Kowe kok yo ra nikah-nikah tho le?“.

Desa Adat Tenganan

Double mamacation di Bali

Masih di bulan yang sama, saya juga melakukan perjalanan untuk menemani pemenang kuis backpackstory menikmati atraksi Resort Worlds Sentosa, serta memenuhi impian saya yang lain untuk mengunjungi Jailolo yang terletak di Halmahera Barat, Maluku Utara.

Juni: Travel N Blog Perdana

Apabila pada bulan-bulan sebelumnya saya lebih banyak menghabiskan waktu di luar Jakarta dan meninggalkan anak istri di masa depan, maka di bulan Juni ini saya bersama beberapa sahabat karib yang sama-sama menyukai jalan-jalan mengadakan sebuah event perdana bertajuk Travel N Blog. Sebuah event yang bertujuan untuk berbagi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan blog perjalanan.

Oh iya, di awal bulan ini, saya juga sempat menghabiskan satu hari untuk berkeliling Ternate, dan mendalami kisah di balik uang kertas seribu rupiah.

Danau Tolire

I am a serious traveler, seriously cute, am I?

Juli: Mencoba Paralayang

Setelah diving di Januari, cliff jumping di Februari, bulan ini saya kembali mencoba sesuatu yang baru yang juga menggelitik adrenalin, yaitu paralayang di Batu, Malang dalam sebuah rangkaian liburan keluarga setelah lebaran. Awalnya saya was-was tidak jadi terbang, karena awan gelap yang diiringi hujan rintik-rintik turun saat itu. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, awan gelap segera menyingkir yang dilanjutkan dengan aba-aba ready dari kru paralayang. Dan terbanglah saya, selama kurang lebih setengah jam.

Saat itu, Mama sempat ingin terbang, namun dilarang oleh Mamanya Mama yang berkata “Aneh-aneh wae, wes tuwo ra usah macem-macem.” dan Mama pun menurutinya, daripada dikutuk menjadi batu akik.

Paralayang Batu

Sebelum paralayang, yo man!

Agustus: Mendapatkan Pasangan Traveling

Pasangan traveling tidak harus berwujud orang, maupun candi, namun bisa juga berwujud sebuah perlengkapan traveling seperti kamera. Dan pada bulan ini, saya memutuskan untuk mengadopsi sebuah kamera keluaran Fujifilm, yaitu Fujifilm X-T1, yang kemudian saya beri nama Fujita. Nama yang imut, untuk kamera yang hitam, besar, dan gagah.

Pada bulan tersebut, saya juga menyempatkan untuk pulang kampung, dan mengunjungi Candi Ceto serta Wana Wisata Umbul Sidomukti bersama keluarga.

Candi Ceto

Hitam Besar Gagah di Candi Ceto (Panasonic Lumix GF-6)

September: Menembus Benua Baru

Berawal dari sebuah blog competition, dan berakhir dengan kunjungan saya ke sebuah benua baru yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Pertama kali saya meninggalkan Benua Asia, dan mendarat di Amerika. Tentu saja, perjalanan ke sana tidak semulus tubuh Elvira Devinamira dalam balutan swimsuit, karena saya masih harus mengurus Visa Amerika Serikat, dan tertahan di imigrasi Amerika Serikat selama tiga jam yang saya duga karena paspor hijau dan nama yang islami.

Aneh, apakah yang salah dengan nama yang bijaksana dan penuh kasih sayang ini?

Time Square New York

Ungaranman in New York

Oktober: Dari Sabang Sampai Merauke

Sebuah rangkaian perjalanan paling gila saya lakukan di bulan Oktober ini, yaitu mengunjungi Sabang yang terletak di ujung Indonesia bagian barat, sebelum mengunjungi Merauke yang terletak di ujung Indonesia bagian timur pada akhir pekan berikutnya. Tujuannya adalah untuk mencari tugu kembaran di Sabang dan Merauke. Apakah berhasil? Hasilnya dapat dibaca pada artikel ini.

Masih di bulan yang sama, saya juga sempat melakukan mamacation ke Bangkok, dengan tujuan kali itu adalah, belanja!

Masjid Raya Baiturrahman

Bersama Bang Aiwan di depan masjid, selepas salat dhuhur.

November: Pertemuan dengan Bapak Menteri

Selama beberapa tahun mengabdi dan bekerja, belum pernah sekalipun saya bertemu dengan Bapak Menteri, dan kali ini ternyata Tuhan punya cara lain untuk mempertemukan kami, yaitu melalui travel blog. Ya, berkat undangan yang dikirimkan oleh Kementerian Pariwisata dan dialamatkan untuk beberapa travel blogger pada sebuah acara jamuan makan siang, akhirnya saya dapat bertemu dengan Bapak Arif Yahya yang telah dilantik oleh Bapak Presiden Jokowi sebagai Menteri Pariwisata saat ini.

Yang menarik lainnya di bulan ini adalah ketika saya mengunjungi Pulau Macan, yang saya tasbihkan sebagai pulau paling keren di Kepulauan Seribu. Selain itu, saya juga sempat mengisi acara dari travelmatekamu di Jogja, juga mengikuti Halloween Horror Nights di Singapura.

Halloween Horror Nights

Ada yang lebih seram dari Kenangan Masa Lalu?

Desember: Mencoba Rafting Lagi

Sekitar lima tahun lalu saya pernah mengikuti rafting di Sungai Citarik Sukabumi, dan tepat di penghujung tahun lalu, saya mengulanginya kembali dengan tim yang berbeda. Apabila sebelumnya saya bersama teman-teman kantor, kali ini saya bersama keluarga dengan suka cita mengikutinya. Perjalanan yang dimulai dengan naik mobil bak terbuka di bawah hujan –mengakibatkan tante saya mual kemudian muntah, juga adik sepupu saya pusing– akhirnya dapat berlangsung dengan lancar dan gembira tanpa gangguan anakonda.

Oh iya, di bulan yang sama, saya bersama para sahabat yang sama mengadakan lanjutan dari acara Travel N Blog, yaitu Travel N Blog 2 (sebuah nama sekuel yang tidak kreatif, I know), di Bandung.

Rafting Citarik Caldera

Seru-seruan rafting di Sungai Citarik.

Di tahun 2015 ini, saya berharap masih dapat berjalan-jalan lebih jauh lagi, dan lebih lama. Selagi masih ada waktu, dan selagi diberi sehat. Salah satu bucket list yang ada di tahun ini adalah menjelajah Timor Leste, seperti yang pernah saya tulis di sini.

Kemudian yang tak kalah penting adalah sebuah perjalanan yang merupakan dambaan setiap orang tua, yaitu perjalanan menuju keluarga bahagia yang sakinah, mawadah, warohmah. Mampukah saya mewujudkannya di tahun ini?

Let’s see! Mari sukseskan #AripRabi2015!

Life is a journey,
so please stop saying ‘Hidup lu kok enak jalan-jalan mulu?’
and start enjoying your own life.