Seorang lelaki tua duduk di tangga sebuah rumah adat yang tak kalah tuanya, kedua matanya hampir terpejam, dan hanya menyisakan sedikit celah untuk mengintip apa yang berada di hadapannya. Jubah bermotif loreng dikenakannya dengan apik, lengkap dengan topi kebesaran, juga dua buah paruh burung enggang yang dikalungkannya di dada. Tanda-tanda kebesaran masih terlihat pada sang pangkalima –pewaris budaya nenek moyang suku Dayak yang masih mempertahankan budaya–, walaupun dia mencoba menutupi kelemahan tubuhnya dengan cara memegang erat salah satu tiang pada tangga tersebut. Lelaki pada foto tersebut saya temukan pada sebuah acara bertajuk Dji Sam Soe POTRET MAHAKARYA INDONESIA: Blogger Gathering & Live Blogging Competition, dan sekaligus membuka ingatan saya kembali tentang Desa Adat Pampang, yang saya kunjungi beberapa bulan silam. *** “Sebentar berhenti dulu!” Saya…
Tagged: Dji Sam Soe, Pampang, Potret Mahakarya Indonesia, Samarinda