Malam itu, kami keluar dari Venustempel, Amsterdam Sex Museum, dengan perasaan yang berbeda. Neng mengaku jijik dan geleuh setelah mendapati berbagai macam benda-benda berbau porno di dalam museum, sementara saya justru merasakan hal yang sebaliknya, yaitu senang dan excited, karena mendapatkan beragam pengetahuan baru tentang seks yang menjejali diri saya yang masih innocent. Beragam pengetahuan baru untuk segera diterapkan ke pasangan, maksudnya. Maklum, namanya juga pengantin baru, jangan iri. Angin dingin yang bertiup sepanjang Damrak Street, membuat Neng harus melilitkan syal di leher, dan memaksa saya untuk mengenakan kupluk hingga menutupi kuping. Saya memegang tangan Neng yang terasa lebih dingin dari Amsterdam, mencoba untuk memberikan sedikit kehangatan malam itu. Sambil mendekatkan badan ke arah Neng, saya membisikkan sesuatu kepadanya. “Neng, ke Red Light District, yuk.”…