
Daftar Lengkap Lokasi Objek Wisata Alam Super Kece yang Dapat Kamu Kunjungi dengan Trekking di Sentul dan Sekitarnya (Bagian Pertama)
arievrahman
Posted on December 25, 2020
Nama Sentul, mungkin makin terdengar belakangan ini sebagai destinasi wisata yang paling banyak diburu oleh penduduk Jakarta dan sekitarnya, terlebih ketika pandemi corona melanda Konoha. Di awal pandemi, orang-orang banyak yang berdiam diri di rumah, sambil melakukan berbagai aktivitas yang bisa dilakukan. Setelahnya mereka mulai berolahraga di sekitar rumah sambil tetap menjaga *say the magic words* protokol kesehatan, dan belakangan ini, kebanyakan orang sudah mulai mencari beberapa alternatif lokasi wisata yang dinilai relatif aman untuk dikunjungi semasa pandemi.
Salah satunya Sentul, yang dapat ditempuh dari Jakarta dalam waktu kurang dari satu jam perjalanan, apabila kamu berangkat pagi dan tidak terjebak macet karena demo di depan gedung MPR. Lantas, mengapa Sentul yang dipilih untuk berwisata? Mengapa bukan Depok, Bekasi, ataupun Bantar Gebang?
Jadi seperti ini alasannya. Sentul dipilih, karena menyajikan banyak sekali objek wisata alam super kece yang mungkin sebelumnya kamu tidak sadar kalau pemandangan seperti itu ada di sekitar Jakarta. Berwisata di alam terbuka di bawah sinar matahari yang cukup dan sirkulasi udara yang baik, menurut beberapa penelitian, dapat mengurangi risiko terpapar corona, apabila dibandingkan di dalam ruangan kantor yang ber-AC dan tertutup dengan ventilasi buruk ataupun di dalam metromini yang penuh sesak dengan manusia. Kemudian, banyak objek wisata alam di Sentul yang dapat dicapai dengan aktivitas trekking sebelumnya, sehingga memungkinkan pengunjung untuk dapat berolahraga sambil berwisata, atau istilah kerennya Sport Tourism.

Pun demikian seperti saya –yang saat ini sudah hampir satu tahun tidak melakukan perjalanan jauh dengan pesawat terbang baik ke dalam maupun luar negeri, yang sudah tiga bulan terakhir ini rajin menjelajah setiap jengkal di Sentul, baik untuk berwisata maupun untuk menyiapkan rencana pensiun sambil memelihara burung (burung sendiri, bukan burung tetangga) dan merawat janda bolong di sana. Makin sering ke Sentul, saya makin menyadari bahwa Indonesia ini sangatlah kaya alamnya, karena saya senantiasa menemukan banyak sekali hal-hal baru di Sentul dan sekitarnya. Mulai dari hutan pinus nan rimbun, persawahan hijau kalau sedang tidak musim panen, sungai-sungai jernih dengan gemericik air yang merdu, suasana pedesaan yang ramah, hingga kumpulan air terjun yang menawan, semuanya (ternyata) ada di Sentul.
Seperti kata pepatah “Tiada rotan, Raam Punjabi” maka tiada Seoul, Sentul pun tak mengapa; maka inilah dia daftar lengkap* lokasi objek wisata alam super kece yang telah (saya kunjungi dan) dapat kamu kunjungi dengan trekking di Sentul dan sekitarnya, apabila mampu.
*ini adalah daftar objek wisata alam di Sentul dan sekitarnya per 20 Desember 2020 yang mungkin akan dapat bertambah lagi sesuai dengan pengalaman pribadi penulis
1. Gunung Pancar
Objek wisata alam terdekat dan termudah yang dapat kamu datangi di area Sentul adalah Gunung Pancar yang saat ini berada di bawah pengelolaan PT Wana Wisata Indah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 54/Kpts-II/93 tanggal 8 Februari 1993. Berdasarkan situs www.gunungpancar.co.id, diketahui bahwa area Gunung pancar terletak pada ketinggian 300 – 800 MDPL dengan topografi landai sampai bergelombang terjal dengan kemiringan sekitar 15 – 40%, di mana bagian tertinggi terdapat pada puncak Gunung Pancar di ketinggian 800 MDPL dan Pasir Astana di ketinggian 700 MDPL.
Pada area lahan hutan hujan dataran rendah seluas lebih dari 400 hektar ini, terdapat banyak sekali keragaman flora yang ditemukan, di antaranya: Pinus (Pinus merkusii), Sengon (Paraserianthes falcataria), Rasamala (Altingia excelsa Noronha), Dadap (Erythrina variegate), Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd), Putat (Barringtonia spicata), Gadok (Bischofia javanica), Nangka (Artocarpus heterophyllus), hingga Randu (Ceiba pentandra L. Gaertn). Ya walaupun sayangnya tidak ditemukan pohon duit di sana, karena kita semua tahu bahwa duit tidak tumbuh dari pohon melainkan dari rajin bekerja.
Gunung Pancar dapat ditempuh kurang lebih satu jam perjalanan dengan mobil dari Jakarta dengan menggunakan jalan tol yang mengambil pintu keluar di Gerbang Tol Sentul Selatan atau selama satu hari jika kamu memilih berjalan kaki (tentu saja ini tidak disarankan). Dari gerbang tol, kamu bisa mengambil arah Jungleland dan naik sedikit ke arah Jalan Masuk Gunung Pancar (iya serius, namanya seperti ini) maka kamu sudah akan langsung disambut rindangnya pohon pinus yang dihiasi semilir angin dan sedikit hembusan aroma Wipol.
Jangan lupa juga untuk membayar tarif masuk Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang biayanya berbeda antara hari kerja dan hari akhir pekan, juga berbeda apabila kamu orang Indonesia atau Warga Negara Asing. Bukan, bukan bermaksud rasis, namun ini untuk meningkatkan PNBP atau Penerimaan Negara Bukan Pajak, republik kesayangan kita ini, Indonesia.
2. Sumber Air Panas Kawah Merah
Konon dikatakan, Gunung Pancar ini adalah sebuah gunung berapi yang saat ini sudah tidak aktif –dan sudah tidak mungkin aktif lagi walaupun kita sudah mengisi pulsa. Namun, walaupun demikian, masih ada sumber air panas yang mengalir dari Gunung Pancar ke beberapa titik di bawahnya, seperti misalnya sebuah kolam mungil yang dikatakan sebagai “Kawah Merah” ini.

Walaupun ini adalah kolam mungil, namun jangan main-main dengannya, jangan coba-coba mencuci muka ataupun berenang di dalamnya. Dari pinggir kolam yang hanya dipagari dengan kayu seadanya ini, kamu sudah dapat merasakan embusan hawa panas yang berasal dari dalam kolam, yang konon suhunya dapat mencapai 80º Celsius.
“Dulu pernah ada orang yang tidak sengaja tercebur ke kolam ini malam-malam.” Salah seorang warga lokal bercerita kepada saya. “Begitu ditemukan paginya, sudah tinggal pakaian saja, di mana kebanyakan bagian tubuhnya sudah meleleh terkena hawa panas dan zat kimia yang terdapat di kawah ini.”
“Wah, lalu kalau mau berenang dan menikmati hawa panas bagaimana?”
Tenang, ada yang namanya pemandian lokal, yang dikelola oleh warga bersama dengan bumdes setempat. Bukan, bumdes di sini bukankah bumbu desa, melainkan Badan Usaha Milik Desa. Jadi aliran air panas yang turun dari Gunung Pancar akan disuling dan diolah sedemikian rupa sebelum dialirkan kembali ke kolam-kolam hangat seperti yang ada di atas ini.
Berbeda dengan Delta ataupun My Place yang tutup ketika pandemi, di sini kamu bisa langsung berendam di pemandian dan resort air panas yang terdapat di Sentul yaitu antara lain adalah Giritirta, Tirta Arsanta, juga pemandian di villa milik Pak Haji Aswad yang lebih kekeluargaan.
3. Curug Leuwi Asih dan Curug Handeuleum
Lokasi berikutnya yang gampang dicapai dengan berkendara adalah objek wisata alam Curug Leuwi Asih dan Curug Handeuleum yang lokasinya bersebelahan, dan berada pada satu pintu masuk yang sama yaitu di Kampung Wangun Landeuh Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang. Dari arah Jungleland, apabila Gunung Pancar berada di belokan sebelah kanan, maka kamu bisa ambil arah kiri dan berkendara naik selama kurang lebih 20 menit untuk mencapai gapura Curug Leuwi Asih ini.
Dari gapura, kamu dapat berjalan turun sejauh kurang lebih satu kilometer, di mana kamu akan langsung disambut oleh hamparan persawahan hijau atau kuning tergantung musim, gemericik air sungai nan jernih, juga sedikit aroma kotoran ternak yang akan mengingatkanmu akan suasana kampung halamanmu. Tidak berlaku apabila kampung halamanmu adalah New York atau London.

Sedikit menyusuri sungai ke arah kanan, maka kamu akan dapat menemukan curug-curug yang saya sebutkan di atas beserta beberapa leuwi yang ada. Sekadar informasi, just in case kamu belum tahu, curug dalam bahasa Sunda berarti air terjun sementara leuwi berarti kolam atau air tenang namun tidak menghanyutkan yang biasanya ada pada beberapa titik sungai.
Curug Leuwi Asih ditandai dengan sebuah batu besar yang terletak di atas batu-batu lainnya dengan beberapa titik air terjun yang menerobos melalui sela-sela batuan tersebut, hingga membentuk sebuah leuwi di bawahnya. Apabila berani, kamu dapat mencoba untuk lompat dengan berbagai gaya yang tentu saja bukan gaya misionaris dari atas batu atau dari tepian tebing yang ada di pinggiran curug ke dalam leuwi yang memiliki kedalaman sekitar 2-3 meter.
Tepat di samping Curug Leuwi Asih, terdapat Curug Handeuleum yang lebih tinggi, namun tidak membentuk leuwi di bawahnya. Di sini kamu tidak bisa berenang seperti di Leuwi Asih, namun bisa melompat dari atas curug apabila sudah bosan hidup, tapi jangan dilakukan ya. Cukup foto-foto saja atau bermain ciprat-cipratan air dengan teman-teman kamu, awww!
Berhubung objek wisata ini mudah untuk dicapai dari pintu tol –apalagi jalan utama menuju ke arah sana banyak yang sudah mulus dengan beberapa bagian yang sudah mengalami renovasi dan perbaikan, maka objek wisata ini sering sekali ramai pada hari-hari libur.
4. Gua Garunggang
Sentul bukan cuma punya hutan dan air terjun, melainkan ada juga gua di sana (ya elu juga ada sih kalau pas ke sana), sebuah gua mungil dengan pemandangan batuan yang indah di luarnya, bernama Gua Agung Garunggang. Gua ini berlokasi di daerah Cigobang, Karang Tengah, atau hanya terletak beberapa kilometer dari Curug Leuwi Asih. Apabila kamu berkendara dari Jungleland Sentul ke arah Leuwi Asih, maka kamu akan melihat papan arah Gua Garunggang pada sisi kiri jalan sebelum mencapai Leuwi Asih.
Dari situ, kamu bisa berjalan kaki menuju lokasi gua sejauh sekitar 1-2 kilometer, dengan mengikuti panduan arah yang ada.
Seperti yang saya sampaikan di atas, yang membuat gua ini menarik adalah taman batuan alamiah yang terdapat pada komplek gua ini –selain tentu saja Indomie rebus dengan telur dan cengek serta kelapa muda yang juga dapat kamu pesan pada warung-warung di sekitar gua. Kamu mungkin tak akan percaya bahwa batuan-batuan di sini tersusun secara alamiah melalui proses ribuan tahun, namun memang begitulah adanya, tidak perlu bantuan orang Jawa untuk membuat taman-taman indah nan photogenic dan instagrammable di sini.
Walaupun bernama Gua Garunggang, namun tak banyak pengunjung di sini yang benar-benar menjelajah hingga masuk ke dalam gua mungil yang ada di sini. Mungkin karena sudah cukup terpesona dengan taman batu di luar gua, karena sudah lelah akibat trekking, atau mungkin juga malas turun ke dalam gua dengan menggunakan tangga yang terkadang penuh dengan antrean apalagi kalau di akhir pekan.
Di dalam guanya sendiri, kamu akan menemukan lorong-lorong gelap dan sunyi yang konon dijadikan tempat bertapa pada dulu kala, dengan puluhan kelelawar yang sedang tidur bergelantungan di langit-langit gua (siap-siap dengan aromanya juga ya!). Selain itu terdapat pula mata air segar yang dapat kamu minum di dalam gua, atau untuk mandi, apabila mau. Demi keamanan dan kenyamanan, pastikan kamu membawa alat penerangan ketika memasuki gua –pakai senter di handphone juga sudah cukup, serta memakai alas kaki yang nyaman karena lantai gua terkadang becek dan licin. Iya, tidak semua yang becek-becek itu enak ya.
Selain taman batu dan guanya sendiri, spot favorit saya di sini adalah pada sebuah dinding batu yang dirambati akar pohon raksasa, yang membuat lokasi tersebut mirip dengan kuil Ta Prohm, yang terkenal karena dijadikan sebagai lokasi syuting film Tomb Raider pada tahun 2001. Iya, minus Angelina Jolie tentunya.
5. Curug Putri Kencana dan Curug Love
Masih di desa yang sama, apabila jalan utama yang melewati pintu masuk Gua Garunggang dan Leuwi Asih dilanjutkan, maka kamu akan menemukan sebuah spanduk yang menunjukkan akan adanya sebuah komplek curug yang biasa disebut sebagai Komplek Curug Putri Kencana, di mana komplek ini memiliki beberapa buah leuwi dan curug yang fenomenal, versi warga setempat. Sebut saja Leuwi Pariuk, Leuwi Baliung, Curug Putri Kencana, Curug Love, hingga Curug Cikuda dan Curug Kapas.
Dari tempat parkir mobil, kamu dapat menelusuri jalan perkampungan menuju pintu gerbang utama komplek curug ini sejauh kurang lebih satu kilometer, membayar tiket masuk, dan dapat mulai menjelajah berbagai objek wisata alam yang ada di sini. Beberapa ratus meter kemudian, kamu akan menemukan deretan leuwi dan curug yang diiklankan dalam spanduk, as seen on TV!
Pada kloter pertama kamu akan menemukan Leuwi Pariuk, Leuwi Baliung dan Curug Putri Kencana, tempat kamu dapat berendam pada deretan air yang hijau kebiruan juga dapat melompat ke dalam leuwi dari ketinggian mulai dari dua meter hingga delapan meter. Tergantung mana yang kamu sukai. Kalau capek? Tenang, ada beberapa pondokan yang dapat kamu gunakan untuk melepas lelah di sana, lengkap dengan warung Indomie juga mushala dan toilet.
Dari arah Curug Putri Kencana, kamu dapat trekking lagi sejauh satu setengah kilometer untuk mencapai Curug Love, yang sedang naik daun saat ini, terlebih sejak kehadiran Dian Sastro beserta suaminya, yang bukanlah Nicholas Saputra. Rutenya sendiri relatif mudah, melalui jalan setapak dengan sisi kiri berupa hutan dan perbukitan dan sisi kanan berupa aliran sungai dengan leuwi-leuwi indah yang melengkapinya. Begitu sudah tiba di hutan bambu, maka kamu tinggal selangkah lagi untuk mencapai Curug Love, love.
Disebut Curug Love, karena terdapat sebuah batu yang menghadang aliran sungai di atasnya sehingga aliran sungai tersebut akan terpecah menjadi dua dan menyerupai lambang hati seperti lambang cinta atau love ini ❤️, mirip tidak? Kalau tidak mirip ya tolong dimaafkan, karena sudah menjadi tugas cinta untuk dapat memaafkan.
Tidak seperti Curug Putri Kencana di mana kamu bisa berenang dengan bebas dan melompat ke dalam leuwi, di Curug Love yang mungil ini, kamu hanya bisa berendam sejenak –atau lebih lama apabila tidak ada antrean di belakang, dan berfoto dengan latar belakang curugnya yang sangatlah photogenic, seperti kamu.
6. Curug Cikuda dan Curug Kapas
Dari Curug Love, kamu masih dapat menemukan dua buah curug lagi, seperti yang diiklankan pada spanduk, yaitu Curug Cikuda dan Curug Kapas, cuma … memang jalan menuju kedua curug tersebut cukup menantang, dengan tingkat kesusahan menengah, alias bukan untuk pemula trekking.
Untuk menuju ke dua buah curug yang letaknya berdekatan tersebut, kamu harus menyeberangi sungai, mendaki tangga-tangga terjal, sejauh setengah kilometer, menyusuri hutan bambu (lagi), hingga akhirnya mencapai perkebunan kopi milik warga. Dari sana, kamu masih harus menyusuri jalan setapak sejauh setengah kilometer lagi untuk mencapai Curug Cikuda dan Curug Kapas.
Cikuda, adalah sebuah curug dengan aliran air yang deras, dengan sebuah batuan besar yang membelokkan aliran sungai yang turun dari atasnya, ke dalam sebuah leuwi cetek yang tidak terlalu luas. Curug ini disebut Cikuda karena … berbentuk seperti kuda (?) yang perlu waktu lama bagi saya untuk merekayasa pikiran sampai dapat menemukan ini yang kudanya yang mana? Apakah dia mirip dengan seekor kuda, atau hanya ekor kudanya saja? Mungkin lain kali saya harus ajak Bapak Prabowo yang hobi berkuda untuk menemukan di manakah letak kemiripan curug ini dengan kuda.
Curug berikutnya yang dapat dikunjungi di sini adalah Curug Kapas, yang TIDAK TERLIHAT SEPERTI CURUG ANJAY! Sebuah lempeng batuan merah kecoklatan teronggok di tengah sungai, yang kemudian mengalirkan aliran sungai di atasnya setinggi setengah meter ke sungai di bawahnya inilah yang disebut sebagai Curug Kapas, yang konon apabila debit airnya cukup deras maka aliran air yang mengalir dari atas akan menutup rapat permukaan batuan merah tersebut, hingga menyerupai kapas (?) raksasa. Sungguh selama puluhan tahun hidup, inilah curug paling mini yang pernah saya temukan, yang bahkan lebih mini dari Daus Mini.
Namun walaupun demikian, perjalanan menuju curug-curug ini amatlah mengasyikkan, sebuah perjalanan yang akan membuat kamu lebih dekat dengan sang pencipta, dengan mengajakmu banyak bersyukur terhadap keindahan ciptaan-Nya, dan istighfar ketika melihat curug yang mungkin tidak terlihat seperti curug.
7. Desa Cisadon
Apabila diteruskan ke atas dari arah Curug Cikuda, kamu bisa mencapai sebuah desa yang bernama Desa Cisadon, sebuah desa yang dapat dikatakan terpencil namun saat ini ramai dikunjungi orang-orang yang ingin berolahraga, mulai dari trekking, trail running, mountain biking, hingga motocross riding. Memang, desa ini bukanlah sebuah objek wisata alam, namun yang membuatnya menjadi salah satu destinasi yang patut dikunjungi adalah pemandangan aduhai yang menyelimuti perjalanan menuju desa tersebut.
Mulai dari hutan hujan tropis, perkebunan kopi, bukit-bukit berkabut di kejauhan, hingga hutan bambu yang mengingatkan akan Arashiyama Bambu Grove di Kyoto walaupun, well, masih beda jauh sih.
Apabila cara mendaki dari Curug Cikuda masih terdengar cukup ekstrim, maka kamu dapat menggunakan rute lain, yang memang lazim digunakan orang-orang yang ingin mendatangi Cisadon, yaitu melalui jalur trekking yang diawali di daerah Bojong Koneng dan dimulai di Peternakan Garuda Farm milik Bapak Prabowo. Sebuah peternakan yang beralamatkan di … *drum roll* JALAN PRABOWO – CISADON!
Desa Cisadon dapat dikatakan sebagai salah satu desa terpencil yang hanya berlokasi beberapa puluh kilometer dari pinggiran ibukota Jakarta, dan didiami belasan keluarga sejak puluhan tahun silam. Di sini, listrik dari PLN belum masuk ke desa, sehingga untuk penerangan dan kelistrikan, warga hanya mengandalkan tenaga listrik seadanya dari generator air (solar charger tidak terlalu bisa digunakan di sini karena letaknya di tengah pegunungan yang jarang mendapat terik matahari) yang baru masuk beberapa saat lalu.
Sebuah surau mungil akan menyambut kedatanganmu di Desa Cisadon, dengan sebuah empang dan sepasang angsa (kalau masih hidup) yang berenang-renang manja di dalamnya sembari berandai-andai kenapa mereka tidak lahir di Zurich. Di sekitar surau terdapat rumah-rumah dan warung milik warga yang akan menyajikan camilan dan masakan ala kadarnya, atau juga, yes, ada Indomie di sini.
Untuk sarana belajar anak-anak, desa ini memiliki sebuah tempat yang disebut Rumah Belajar, ya kira-kira SD Laskar Pelangi versi lokal, lah. Namun yang membuatnya miris adalah tidak adanya tenaga pengajar tetap yang dapat mengajar anak-anak di desa, di mana saat ini hanya mengandalkan kedatangan relawan dari kota.
“Ya kalau tidak ada relawan, ya tidak belajar anak-anaknya.” Celoteh Kang Rhudy, pemandu perjalanan saya ketika kami sedang menjelajah desa. “Mereka ya cuma main-main saja jadinya.”
Berdasarkan cerita lebih lanjut yang saya dapatkan dari Kang Rhudy, desa ini dulunya adalah sebuah wilayah pendudukan Belanda yang mempekerjakan warga lokal sebagai petani kopi dan berbagai tanaman kebutuhan pangan selama masa penjajahan, sebelum akhirnya merdeka.
“Yang tersisa hanyalah beberapa buah genteng milik Belanda saja.” Ceritanya di halaman sebuah rumah pada sudut desa yang masih menyimpan apik genteng-genteng tersebut. Walaupun tidak ada tulisan Belanda, namun dari ukurannya yang cukup besar dan materialnya yang baik, saya sepertinya bisa mempercayai cerita tersebut.
Desa Cisadon, mungkin adalah sebuah wujud nyata belum meratanya pembangunan di negeri ini, yang walaupun lokasinya dekat dengan ibukota namun belum mendapatkan fasilitas kehidupan yang layak. Seperti kata pepatah, gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan ya apalagi. Saat ini, ada beberapa cara mencapai Desa Cisadon, di mana cara paling kerennya adalah dengan mengikuti paket trekking all-in dari Whatravel Trekking Club.
Terima kasih buat infonya, Mas Arief. Semoga bisa ke Jabar lagi dan coba ikut berwisata seperti dalam daftar ini 😀
LikeLike
Ihiy siap Mas Rifqy! Udah lama nih gak ketemu, kalau di sini kita trekking bareng yaaa 😀
LikeLiked by 1 person
Iya! Semeru? Hahahaha
LikeLike
aku mau latihan ke Gede dulu hahaha, pemula nih nanjak.
LikeLiked by 1 person
hahaha, alon-alon kelakon, Mas! 😀
LikeLike
di palembang mulai rame ni trekking ke curug2, cm disini bahaya, krn msh hutan2 dan banyak harimau
LikeLike
Wah seru sih itu kalau masih alami, ya asalkan aman, dijagain guidenya gitu misalkan.
LikeLike
Wah seru banget bisa menikmati berbagai destinasi alam, sangat menarik juga Sumber Air Panas Kawah Merah terlihat sangat bersih dan aman. Gua Garunggang membuat kita seperti mengunjungi Myanmar dalam sekali mini ya! Semoga suatu saat bisa kesana! Oh yah kak, jika kakak ingin berbagi cerita melalui tulisan kakak bisa banget mengunjungi web kami di https://yoexplore.co.id/menulis-artikel/ kami tunggu artikel menarik dari kakak ya!
LikeLike
Siap kakak! Semoga bisa sharing-sharing juga someday di platformnya, sukses selalu untuk Yoexplore kak! 😀
LikeLike
Mau ke bukit paniisan tapi cari info startnya darimama sulit jga mau googling ga nemu.
Boleh info rutenya ?
LikeLike
Kendaraan parkir di area wisata Gn.Pancar aja, nanti jalan kaki nanjak dari sana 3-4km
LikeLike
makasih infonya kak!
LikeLike
hi kak, iya biasanya bisa dari gunung pancar yang dekat sd karang tengah, atau ada juga grup yang nanjak dari masjid bawah dekat bunderan sentul nirwana situ.
LikeLike