Tahun ini adalah tahun 2022, yang berarti bahwa saya sudah berada di Ciamis lebih dari tiga bulan, setelah hampir dua puluh tahun mengembara tidak untuk mencari kitab suci di Jabodetabek sejak lulus SMA. Semua karena pekerjaan yang saya tekuni lima belas tahun ke belakang mengharuskan saya untuk berpindah wilayah kerja, dan mau tidak mau saya pun menurut. Dari Cipulir yang sudah mulai macet pukul enam pagi, menuju Ciamis yang cuma macet di saat-saat tertentu saja, seperti misalnya ketika ada perhelatan reuni akbar gerakan 212 di alun-alun. Pindah ke kota yang lebih kecil, yang mungkin lebih tepat apabila disebut kota kabupaten, sebenarnya bukan barang baru untuk saya. Sejak balita hingga SMA, saya tinggal di Ungaran, ibukota Kabupaten Semarang yang mungkin vibenya masih 11-12 dengan Ciamis. Sepi…
Tagged: adaptasi, Ciamis, Tasikmalaya