Tawaran itu terasa janggal, namun menyejukkan. Pertanyaan Asliddin Safarov kembali berputar di kepala “How about having dinner with Uzbekistan family?” Ya, sebenarnya, kami tak punya jadwal lain malam nanti, selain bernapas tentunya. Rencana makan malam pun belum ada, apalagi sambil berbuka puasa. Namun, ini baru hari kedua di Uzbekistan, dan apakah akan aman-aman saja menerima tawaran orang asing? Bagaimana kalau terjadi hal-hal yang diinginkan? Bagaimana kalau kemudian kami diculik dan dijadikan tenaga kerja kasar untuk dikirim kembali ke Indonesia? Rentetan pertanyaan terus bertambah di kepala, seakan tidak menjawab pertanyaan Asliddin sebelumnya. Saya menoleh ke Mama, Mama menoleh ke Neng, dan Neng menoleh ke saya. Sebentar lagi sepertinya kami akan bermain Komunikata. “Tenan opo ora kui? Mengko ngapusi. Ojo lah.” Mama berkata dalam bahasa asing…
Tagged: Mamacation, puasa, Ramadan, Samarkand, Uzbekistan