Saya maju selangkah lagi, dan kini kedua kaki saya telah berada pada bibir tebing. Angin yang bertiup dari arah laut, membuat saya yang telanjang dada sedikit menggigil. Puting saya mengeras, dan jantung berdetak semakin kencang. Sembilan meter di bawah kaki saya terbentang lautan luas dengan ombaknya yang menderu kencang. Saya merasa, apabila memaksakan meloncat, debur ombaknya yang ganas dapat menghempaskan tubuh mulus saya kembali ke arah tebing.

“Ayo loncat!” Seru Fara yang berada pada tebing di sisi sebelah kiri saya, sementara di dekatnya ada Wandy yang telah siap dengan kameranya untuk merekam gerakan eksotis saya. Inilah cliff jumping di Nusa Ceningan, sebuah aktivitas yang memacu adrenalin, menantang keberanian, sekaligus menguji kejantanan di mana seorang anak manusia ditantang untuk meloncat dari ketinggian tertentu, langsung ke dalam laut.

Saya menatap ke bawah sekali lagi, sebuah tangga besi telah disiapkan di dinding tebing. Nantinya setelah mendarat, si peloncat diharuskan berenang ke tangga itu, dan mendakinya kembali ke atas. Beberapa menit sebelumnya, saya telah bertanya kepada para guard yang bertanggung jawab terhadap atraksi ini, tentang bagaimana cara meloncat dan mendarat yang baik. Kata salah seorang bli (panggilan untuk “Mas” di Bali) penjaga, yang penting mendarat dengan kaki terlebih dahulu, dan dalam posisi lurus, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya diputusin pacar.

Kemudian dalam hitungan ketiga dari Fara, saya meloncat ke arah laut yang telah menanti. Dan mendarat dengan pantat terlebih dahulu.

Why Go?

P1070214

L Men of The Year 2014, Fara, and Wandy at Nusa Ceningan.

 Jika kamu sudah mulai muak dan bosan dengan Bali, —well, walau kebanyakan orang selalu suka Bali– dan ingin merasakan pengalaman yang tidak mainstream, maka Nusa Lembongan adalah pilihan yang cocok. Jaraknya hanya selemparan kolor dari Bali, kolor Hercules tepatnya. Pulau seluas kurang lebih delapan kilometer persegi dengan jumlah populasi sekitar 5.000 orang ini merupakan pulau yang sering digunakan penduduk lokal untuk beribadah, juga sebagai sarana berlibur wisatawan baik asing maupun domestik (yang jumlahnya lebih sedikit).

Di sini, kamu akan mendapatkan pengalaman-pengalaman berbeda yang mungkin tidak kamu temukan di Bali maupun Zimbabwe, seperti misalnya mencoba cliff jumping (berada di Nusa Ceningan, yang disambungkan dengan jembatan kayu selebar satu sepeda motor dan satu orang dengan Body Mass Index normal dari Nusa Lembongan), berjemur telanjang di secret (and virgin –i hope so–) beach, hingga menjelajah ruangan bawah tanah underground house.

When To Go

Nusa Lembongan termasuk dalam wilayah Bali, dan Bali termasuk dalam wilayah Negara Indonesia, di mana Indonesia memiliki dua buah musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan (tolong jangan masukkan musim durian, maupun musim kampanye di sini). Musim kemarau  pada umumnya berlangsung mulai Bulan April hingga September, sementara musim hujan berlangsung pada bulan Oktober hingga Maret.

Karena saya merupakan salah satu orang yang membenci hujan ketika liburan, maka saya menyarankan supaya mengunjungi Bali pada saat musim kemarau saja. Dan yang paling penting, lakukan pada musim di mana kamu memiliki uang.

Sights

Sebenarnya banyak sekali objek wisata yang bisa didatangi di pulau ini, dan inilah beberapa objek yang berhasil saya kunjungi:

Mushroom Bay

Mushroom Bay

Mushroom Bay

Inilah objek pertama yang saya kunjungi, karena di sinilah speed boat yang saya gunakan bersandar. Selain air toskanya yang jernih, di sini juga terdapat banyak restoran yang langsung menghadap laut. Apabila ingin berenang, langsung nyebur saja di sini. Tapi ingat, keluarga menanti di rumah.

Seaweed Farm

Dalam perjalanan ke Nusa Ceningan, saya menemui satu sisi laut dangkal dengan warnanya yang beragam, yang digunakan penduduk setempat sebagai lahan pertanian rumput laut. Sementara di tepian jalannya, banyak ditemui rumput laut yang sedang dijemur. Saya kemudian menerka-nerka, mungkin di sinilah asal rumput laut yang digunakan untuk produksi snack Taro, ataupun sebagai bahan baku es campur Sinar Garut.

Seaweed Farm

Seaweed Farm

Blue Lagoon

Di ujung pulau Nusa Ceningan, terdapat sebuah spot menarik yang bernama Blue Lagoon. Merupakan sebuah cekungan yang terbentuk dari air laut yang menghantam pulau yang kemudian membentuk suatu gradasi keindahan berwarna biru. Kami yang sedang asyik berfoto di Blue Lagoon tiba-tiba didatangi seorang Bli (Made in Bali, yang kalau punya anak dinamakan Made in Bli), yang ternyata meminta tiket masuk ke area ini.

Harganya murah, hanya Rp. 5.000 rupiah seorang, saya tidak perlu menjual Fara atau Wandy kepada mas bli ini.

Secret Point’s Hut Beach

Secret Point's Hut

Secret Point’s Hut

Ketika bertanya kepada si bli tentang di mana pantai yang bagus di dekat situ, dia langsung menyebutkan nama secret point, yang terletak tak jauh dari Blue Lagoon. Dan setelah kami telusuri, ternyata letaknya hanya selemparan kolor dari Blur Lagoon, dan tak rahasia-rahasia amat. Pantai ini tergabung dengan sebuah resort yang untuk mencapainya memang harus melewati resort tersebut. Tak ada tiket masuk di lokasi ini, yang penting cuek dan tidak mengutil.

Bungalow-bungalow dengan desain rumah tradisional Bali tersusun rapi di dalam resort, dengan sebuah restoran outdoor di tengah-tengahnya. Ada satu tangga yang menuju pantai setelah restoran ini. Dan ketika saya ke sana, ada tiga orang bule perempuan sedang berjemur dengan telanjang dada.

Alhamdulillah.

Underground House

P1070278

Gala-Gala Underground House

Dalam perjalanan kembali ke Nusa Lembongan, kami bertanya kepada seorang penduduk lokal tentang referensi objek lain yang menarik di sini. Dan dia menyebutkan nama Underground House.

Letaknya di sebuah gang kecil di Nusa Lembongan, dan kami hampir tak menemukannya apabila tak bertanya kepada warga setempat. Pepatah malu bertanya sesat di jalan, sungguh benar adanya. Atau kata selah seorang teman saya, cara termudah adalah dengan GPS, Gunakan Penduduk Setempat.

Underground House, adalah gua-gua yang dibangun di dalam pekarangan sebuah rumah. Menariknya, rumah ini dibangun oleh seorang pemuka agama Hindu –Made Vyasa– pada saat dia berumur 75 tahun dengan hanya bermodal palu, pahat, dan intuisi. Proses pengerjaannya sendiri memakan waktu 15 tahun., dilakukan selama tahun 1961 ke 1976, dan tepat pada tahun ke-8 setelah Underground House ini dibangun, Made Vyasa meninggal dunia.

Gua yang dibangun karena terinspirasi kisah Mahabharata ini, memiliki 9 ruangan utama yang menyerupai labirin dengan beberapa pintu masuk. Di mana beberapa ruangan gua ini dulunya digunakan sebagai kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi, juga ruang meditasi. Berniat tinggal di sini? Gih dah, saya sih ogah.

Harga tiket masuk tempat ini adalah Rp.10.000,- per orang untuk pribumi, yang dibayarkan kepada seorang lelaki tua penjaga tempat ini, yang masih keturunan Made Vyasa.

Dream Beach

Sebelum tiba di Mushroom Bay lagi, kami sempat mampir ke sebuah pantai yang dinamakan Dream Beach. Lokasinya memang terpencil, namun dengan banyaknya petunjuk arah di sepanjang jalan, tidaklah susah untuk menemukannya, tanpa perlu bertanya ke Penlok, atau penduduk lokal.

Sebenarnya ada satu jalan kecil yang mengarah langsung ke pantai ini, namun harus melompat dari dinding yang memisahkan jalan dengan pantai setinggi kurang lebih dua meter, sehingga kami memilih untuk masuk ke pantai ini melalui restorannya. Cukup bermodalkan membeli soft drink seharga Rp. 15.000,- per botol, kami dapat bermain-main di pantai sambil melihat bule-bule yang sedang berjemur.

Subhanallah. Now I know where the name “Dream Beach” came from. Although the name “Wet Dream Beach” is more suitable.

Activities

Jika kamu adalah orang yang menyukai tantangan dan kegiatan outdoor, maka berkunjung ke Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan adalah hal yang cocok karena di sini tersedia banyak kegiatan yang dapat memuaskan birahimu.

Cliff Jumping

P1070207

Cliff Jumping

Tarif loncatnya yang seharga Rp. 50.000,- per orang untuk dua kali loncat, sudah merupakan hal yang memacu adrenalin sebelum merasakan ketegangan yang sesungguhnya. Loncat dari atas tebing menuju laut lepas.

Ada tiga tingkatan di sini, yaitu yang tertinggi 13 meter, disusul 9 meter, dan 8 meter. Bli penjaga bertanya kepada saya apakah pernah melakukan hal ini sebelumnya, dan saya menjawab belum pernah karena saya masih polos. Dia menyarankan untuk meloncat pada titik 9 meter terlebih dahulu sebagai sarana latihan untuk loncatan yang lebih tinggi. Dan saya menurutinya.

Setelah berhasil mendarat dengan pantat terlebih dahulu, dia tidak mengizinkan saya untuk mencoba loncat dari titik 13 meter, dengan alasan keselamatan. Ya benar saja, kita membayar mahal karena ingin selamat, bukan karena main-main. Bayangkan saja, kecepatan tubuh ketika melakukan cliff jumping ini bisa mencapai 40 kilometer per jam dengan durasi yang hanya dua hingga tiga detik. Dengan berat hati, saya menurutinya, dan menuju posisi loncat dari titik yang sama. Sembilan meter.

Setelah sebelumnya, mendarat dengan salah, kali ini saya mencoba gaya lain ketika terjun ke bawah. Yaitu dengan posisi tubuh menyerupai paku yang akan menghunjam hatimu ke bawah, dengan kedua tangan lurus menempel di samping badan.

Sesuai dengan aba-aba Fara, saya meloncat ke bawah.

Dan itulah tiga detik terlama dalam hidup saya. Saya mencoba mempertahankan posisi tubuh saya tetap lurus ke bawah. Namun ternyata susah untuk melakukannya dengan kecepatan tinggi dan waktu yang singkat. Apalagi angin kencang yang entah darimana bertiup, telah membuat saya berhasil mendarat, tetap dengan pantat terlebih dahulu.

BYUR!

Life Guide: Jangan coba-coba bunuh diri dengan loncat dari ketinggian, karena mendarat dengan pantat terlebih dulu saja terasa sakit, apalagi jika kepala. Apalagi jika tidak jadi mati.

Swimming

Berenang, dapat dilakukan pada banyak tempat di pulau ini, namun yang perlu diingat adalah ombak di sini berhembus cukup besar, sehingga harus lebih berhati-hati. Salah satu hal yang tak boleh dilakukan adalah berenang di kamar mandi penduduk lokal, ketika pemilik rumah sedang mandi, bersama istrinya.

Surfing

Surfing at Secret Point

Surfing at Secret Point

Karena ombaknya yang kencang, di sini juga kerap dijadikan sebagai tempat untuk berselancar. Salah satunya ada di Secret Point, di mana ombak bergulir sangat kencang di sini. Sepanjang pengamatan saya, nampak beberapa turis sedang asyik menunggu ombak untuk ditunggangi, sementara ada juga satu dua turis lokal yang sedang berlatih selancar.

Me? I prefer to do web surfing instead.

Sun Bathing

Hampir seluruh pantai di Bali, dapat digunakan untuk berjemur. Namun jika kamu menginginkan privasi dan tempat yang tenang, maka pantai-pantai di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dapat dijadikan pilihan.

Tak akan ada yang mengganggu aktivitas kamu, well, kecuali saya sedang lewat ketika kamu berjemur topless, dan mengambil gambarmu tanpa sengaja.

Bagi saya, saya sengaja tidak melakukan aktivitas ini, berhubung telah dikaruniai penampilan hitam muda yang eksotis.

Relaxing

P1070306

Relaxing at Dream Beach

Apabila semua aktivitas sudah dilakukan, maka tak ada salahnya bersantai, sambil merebahkan diri di atas kursi pantai, melepas busana yang menempel, merasakan hangatnya sinar matahari yang membelai tubuh, sambil menikmati segelas Pina Colada.

Enjoy the holiday, forget the weekdays. Chill out, dude!

Where to Stay

Ada banyak pilihan yang ditawarkan di Nusa Lembongan, apabila kamu ingin menginap di sini. Mulai dari losmen atau homestay murah, hingga resort berbintang yang mahal semua ada di sini.

Namun jika kamu berniat hanya melakukan one day tour –seperti saya–, berangkat pagi pulang siang/sore, maka menginap di Denpasar merupakan pilihan yang tepat.

P1060782

Harris Hotel Riverview

Salah satu hotel yang dapat kamu singgahi adalah Harris Hotel Riverview yang beralamatkan di Jalan Raya Kuta No. 62A. Hotel ini dapat dibilang strategis, karena dekat dengan Pantai Kuta, dan juga hanya selemparan kolor dari beberapa pusat belanja dan keramaian.

Selain itu, fasilitas yang dimiliki hotel ini juga lengkap, mulai dari kolam renang, gym, hingga spa. Oh iya, pada saat hari raya Nyepi, Harris Hotel Riverview juga menyediakan paket menginap menarik, lengkap dengan hiburan seharian penuh.

Getting There and Away

P1070152

Speed Boat

Untuk mencapai Nusa Lembongan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pergi ke Bali terlebih dahulu. Setelah itu, kamu dapat menggunakan jasa speed boat dari beberapa lokasi penyeberangan.

Pengalaman kemarin, saya menyeberang dengan menggunakan speed boat dari Pantai Sanur. Saya sempat terperanjat ketika browsing tarif penyewaan kapal untuk menyeberangkan kami ke Nusa Lembongan mencapai Rp. 450.000,- pulang pergi. Namun setelah mengecek sendiri ke Pelabuhan Sanur, ternyata harganya hanya Rp. 150.000,- untuk wisatawan lokal. Saya bersyukur telah lama tinggal di Indonesia, dan tidak menggunakan bahasa Tagalog untuk percakapan sehari-hari.

Sekadar saran, di Pelabuhan Sanur banyak sekali operator speed boat yang bekerja tiap harinya. Pilihlah yang sesuai dengan waktu yang kamu punyai. Dan ingat, jangan sampai terlambat. Atau Bu Guru akan marah.

Getting Around

P1070172

Wandy and his partner

 

Cara paling mudah untuk menjelajah Nusa Lembongan adalah dengan menyewa sepeda motor. Tarifnya cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tarif penyewaan sepeda motor di Pulau Bali sendiri. Saya waktu itu mendapatkan harga Rp. 75.000,- per setengah hari untuk satu buah sepeda motor otomatis dengan kondisi bensin penuh.

Sebenarnya ada cara lain untuk berkeliling Nusa Lembongan dengan biaya yang jauh lebih murah, namun sangat tidak saya sarankan, yaitu berjalan kaki.