
Suatu ketika, ada yang bertanya kepada saya “Kamu jalan-jalan terus begitu memangnya gak pernah sakit? Kok kayaknya sehat dan happy terus?”. Sebuah pertanyaan penuh rasa penasaran dan kepo yang sangat kuat, sekaligus sebuah doa supaya saya sehat dan happy terus. Setidaknya itu menurut saya.
Ya pernah dong sakit, kan saya bukan anak dewa seperti Wonder Woman atau Ahmad Al Ghazali Kohler; saya cuma manusia biasa yang juga bisa sakit, seperti kamu, kamu, dan kamu. Tapi untungnya, penyakit-penyakit yang saya hadapi ketika traveling tersebut hanya penyakit ringan yang bisa dicarikan obatnya dengan segera; bukan penyakit kelas berat seperti gangguan jantung, stroke, maupun demam berdarah.
Kemudian, pertanyaan selanjutnya muncul, “Memangnya biasa sakit apa kalau pas traveling? Terus obatnya apa kalau sakit?”. Pertanyaan lanjutan yang apabila dijawab langsung akan panjang, dan membutuhkan sebuah artikel blog ini untuk menjawabnya.

So, untuk menjawabnya, berikut adalah beberapa macam penyakit yang sering muncul/melanda saya dan juga Neng ketika traveling.
Masuk Angin (Demam & Meriang)
Masuk angin, mungkin adalah penyakit khas Indonesia yang kerap melanda siapa saja yang bepergian. Tanda-tandanya khas, biasanya diawali dari suhu tubuh yang naik, badan yang lemas, juga tubuh menggigil walaupun sudah dipeluk oleh Pretty Asmara.
Saya pernah mengalami masuk angin, ketika saya nekat berjalan-jalan hanya dengan kaus oblong dan celana pendek di Macau ketika musim dingin di tahun 2012. Walhasil, saya langsung meriang setelahnya. Kemudian pernah juga karena kecapekan di Amsterdam dan Antwerp, saya langsung kecapekan ketika tiba di Paris. Padahal malam itu saya berjanji kepada Neng untuk melihat Eiffel di malam hari. Akhirnya, kami hanya bisa menikmatinya dari jendela hotel saja.

Apabila mengalami gejala demam dan masuk angin (yang tidak ada penjelasan medisnya), saya biasanya mencari minuman vitamin C dosis tinggi dan beristirahat semalamam, Alhamdulillah pada pagi harinya, badan sudah segar kembali. Selain itu, saya biasa membawa cairan jamu sachet yang dapat menolak angin tersebut. Pintar, kan?
Batuk dan Flu
Batuk dan Flu –menurut saya yang orang awam ini, adalah lanjutan dari masuk angin, yang mungkin timbul apabila gejala awal terlambat diatasi dan kondisi badan menjadi semakin lemah. Di tahap ini, biasanya dahak mulai muncul di tenggorokan, dan memaksa saya untuk batuk. Selain itu, sebagai combo-nya, ingus akan mulai berkumpul di rongga hidung, yang kemudian menyebabkan hidung tersumbat (apabila ingusnya kental), meler-meler (apabila ingusnya cair), dan rajin mengupil (apabila ingusnya kering).
Setelah saya sempat tumbang semalam di Paris, kali ini giliran Neng yang lemas di Firenze akibat flu. Pagi itu, maaf, saya terpaksa meninggalkan Neng di hotel, sementara saya berjalan-jalan ke Piazzale Michelangelo demi kepentingan Instagram.

Untuk batuk dan flu, saya biasa menggunakan paduan obat seperti paracetamol untuk menurunkan panas dan obat batuk cair, untuk menghilangkan dahak dan meredakan batuknya. Tentu saja, dengan diimbangi istirahat yang cukup.
Beberapa Macam Alergi
Pada hari ketiga perjalanan bulan madu kami, Neng mengeluhkan bintik-bintik merah yang muncul di beberapa bagian tubuhnya. “Biduran kayaknya nih.” Katanya sambil menggaruk lipatan lengannya. Saat itu adalah musim dingin, dan Neng baru pertama kali mengalaminya. Kami menduga bahwa cuaca dinginlah yang menyebabkan timbulnya “biduran” atau dalam bahasa kerennya saya sebut sebagai ‘alergi terhadap udara dingin’ itu.
Alergi pun ada bermacam jenis dan perngaruhnya terhadap tubuh, ada yang alergi terhadap debu lalu bersin-bersin, ada yang alergi terhadap seafood lalu bibirnya menjadi bengkak, ada juga yang alergi terhadap cowok ganteng karena pernah diselingkuhi.
Dalam kasus Neng di atas, kami sempat mencari obat anti alergi ke apotek di Paris dan Venice, dan akhirnya saya berhasil menemukannya, yaitu sepasang sepatu boot baru asli Italia, yang membuat Neng lupa akan alerginya.

Apabila kamu mengalami biduran atau alergi lainnya, jangan panik, karena bisa jadi memang tubuh kamu rentan terhadap hal-hal tertentu. Carilah obat anti alerginya di apotek terdekat --beda alergi mungkin beda pula obatnya, dan siapkan obat-obatan tersebut apabila kamu bepergian lagi. Kenalilah alergimu dengan baik, niscaya perjalananmu akan tetap nyaman.
Sariawan dan Masalah Mulut Lainnya
Bulan lalu, saya berangkat ke Azerbaijan dengan kondisi terkena sariawan, sebuah penyakit kecil, tidak mematikan, namun sangat menyebalkan karena membuat berbagai aktivitas yang dilakukan dengan mulut –seperti berbicara, makan, dan berciuman, menjadi menyakitkan.
Saat itu, sebenarnya saya sudah menyelipkan obat kumur antiseptik ke dalam tas carrier yang saya bawa, namun karena drama bagasi di perjalanan dari Tehran – Baku (yang membuat bagasi saya tersangkut selama 10 hari perjalanan), saya pun tidak sempat menggunakannya dan membuat saya harus hidup dengan sariawan tersebut selama beberapa hari.
HADEEEHHH!

Untuk sariawan, ada beberapa macam metode dan obat yang dapat kamu gunakan seperti misalnya menggunakan obat oles di lokasi sariawan yang rasanya seperti disetrika majikan,berkumur dengan obat antiseptik seperti yang saya bawa, meminum atau mengemut vitamin C dosis tinggi, juga berciuman.
Mual dan Mabuk Perjalanan
Saya bukan termasuk orang yang gampang mual dan mabuk perjalanan, tapi saya pernah beberapa kali mengalaminya, seperti misalnya ketika menyeberang ke Karimunjawa dari Semarang menggunakan speedboat, juga ketika di pesawat dalam perjalanan pulang dari Euro Trip tahun lalu. Yang pertama adalah karena guncangan yang ekstrim, yang kedua mungkin karena faktor kelelahan.
DISCLAIMER: Foto di bawah ini adalah hanya sebagai ilustrasi, karena bepergian dengan Business Class Turkish Airlines sangat nyaman dan tidak menimbulkan rasa mual.

Guna mengantisipasi mual dan mabuk di perjalanan, kamu dapat meminum obat anti mabuk satu jam sebelum perjalanan --lalu tertidur lelap kemudian, dan jangan mengkonsumsi minuman keras selama penerbangan. Gak enak lah sama Bang Haji Rhoma Irama.
Diare
Salah satu pengalaman paling memalukan karena diare terjadi ketika saya mudik dengan bus malam dari Jakarta ke Semarang sewaktu masa-masa kuliah belasan tahun silam. Dalam perjalanan belasan jam tersebut, saya dipaksa menahan rasa mulas di tengah kemacetan dan jalanan yang tidak rata di jalur pantura. Kemudian akibat makanan anak kostan yang tidak bergizi ditambah dengan badan dan pikiran yang kelelahan pasca Ujian Akhir Semester, saya pun akhirnya kentut-kentut di dalam bus. Kentut yang bercampur air, untuk lebih jelasnya.
Namun anehnya, ketika saya mengunjungi India selama sepuluh hari di 2013, perut saya malah aman-aman saja tuh. Padahal banyak yang bilang untuk berhati-hati terhadap tingkat higienitas makanan di India.

Walaupun mungkin tidak terkena diare, saya kerap menyisipkan obat anti diare ke dalam tas ketika traveling, sebagai tindakan preventif apabila makanan yang saya temui di perjalanan tidak cocok dengan perut, dan jaga-jaga apabila tidak menemukan batu besar untuk dikantungi ketika mulas.
Masalah Kulit dan Bibir
Masalah kulit dan bibir ini dapat ditemui dalam berbagai kondisi perjalanan. Misalnya ketika kamu bepergian ke Flores di musim kemarau, maka kulitmu pun dapat terbakar matahari. Kemudian misalnya ketika kamu bepergian ke negara-negara yang mengalami musim dingin, kamu akan merasakan bibir pecah-pecah dan kulit menjadi kering karena pengaruh cuaca, udara, dan angin yang berhembus.

Solusinya, tentu saja dengan membawa lotion dan lip balm ketika perjalanan. Selain dapat melindungi kulit di berbagai situasi, lotion juga dapat membantu para pria untuk melakukan hal itu. Untuk lip balm, cara memakainya adalah seperti cara memakai lipstik, kalau kamu tidak tahu, maka kita sama. Bisa juga kamu mencolek lip balm tersebut dengan ujung jari, dan mengoleskannya ke bibir. Bibir sendiri, bukan bibir Pretty Asmara.
Iritasi Mata
Penyakit kecil lain yang mungkin terjadi adalah iritasi mata yang mungkin dapat melandamu akibat debu-debu, serangga, hingga bahan bangunan yang beterbangan ke arahmu dan dan mengakibatkan kelilipan. Selain itu ada pula yang disebut dengan bintitan, yang muncul karena kamu mengintip tetangga sedang mandi infeksi pada mata.

Apabila bepergian ke tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kelilipan, seperti misalnya gurun pasir ternama, gunakanlah kacamata untuk mencegah timbulnya benda asing seperti pasir, musafir, dan unta masuk ke mata kamu. Namun apabila sudah terlanjur, maka kamu dapat mengobatinya dengan obat tetes mata yang cocok untuk mata. Juga dengan cara mengistirahatkan mata.
Luka-luka Ringan di Bagian Luar Tubuh
Sebagai pria sejati, tak jarang pula luka-luka ringan hinggap di tubuh saya akibat perjalanan. Mulai dari digigit nyamuk, korengan karena menggaruk bekas gigitan nyamuk, juga lecet berdarah akibat bagian tubuh yang korengan tadi tergesek dengan tumbuhan dan semak belukar yang saya temui di perjalanan.
Misalnya saja seperti perjalanan ke Wae Rebo, dengan nyamuk-nyamuk yang menggigit di hutan, dan kaki yang lecet akibat medan naik turun yang licin dengan tumbuh-tumbuhan di kanan kiri jalan.

Untuk luka-luka ringan semacam ini, solusi yang paling mudahnya adalah menggunakan obat merah/cairan antiseptik, ditambah dengan plester antiseptik dan kain kasa apabila perlu.
Namun, apabila luka yang ditimbulkan cukup berat --seperti ketika saya mengalami kecelakaan pada perjalanan dari Ujung Genteng, maka mengunjungi rumah sakit adalah cara yang paling tepat.
Pegal-pegal
Masalah atau penyakit lain yang kerap muncul ketika traveling, adalah pegal-pegal. Hal yang wajar terjadi dalam perjalanan, terlebih apabila kamu adalah pegawai kantoran yang sehari-harinya lebih banyak duduk di depan komputer dan kurang olahraga seperti saya.
Solusi paling tepat untuk mengatasinya adalah dengan cara pergi ke pantai, pantai pijat atau spa tepatnya. Baik yang biasa, maupun yang plus-plus, niscaya akan membantumu untuk meredakan pegal di badan. Seperti yang saya rasakan di Istanbul, ketika saya dimandikan dan dipijat di hamam, oleh pria lokal.

Apabila sedang bokek atau tidak punya waktu mengunjungi spa, maka kamu dapat juga membawa salep pengurang rasa nyeri yang bisa dioleskan pada bagian tubuh yang pegal, sambil merem-melek, membayangkan sedang dipijat oleh Gal Gadot.
Masalah Kewanitaan
Ketika bepergian dengan wanita, atau istri tepatnya, tak jarang saya mengalami perubahan sikap yang drastis dari Neng. Dari yang mulai ketawa-tawa riang, kemudian diam, nampak merenung, dan ketika saya tanya ada masalah apa, Neng cuma menjawab “GAK PAPA!”.
Bukan, hal yang satu ini bukanlah penyakit, namun bisa jadi karena faktor hormonal yang dialami oleh wanita –seperti misalnya masa-masa sebelum menstruasi, sehingga mengakibatkan emosinya naik turun. Dalam hal ini, pria hanya bisa berperan sebagai objek penderita, tidak lebih.

Untuk mengatasi masalah hormonal wanita, seorang pria diharapkan untuk maklum, dan menuruti semua perintah juga menjauhi larangan wanitanya. Menawarkan dia makan adalah sebuah saran yang dapat dilakukan, namun cukup diam ketika ditanya "Aku gendutan gak?". Wanita, di lain sisi, biasanya membawa cadangan pembalut apabila mengalami masalah menstruasi di perjalanan. Selain itu, wanita biasanya juga membawa pembersih kewanitaan untuk melindungi bagian sensitif mereka. Selain beraneka macam skincare, tentunya.
Guna mengantisipasi penyakit-penyakit ringan yang mungkin muncul, saya biasa membawa sekotak obat-obatan dalam perjalanan yang berisi berbagai macam obat untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut. Paket standar biasanya terdiri dari multivitamin, obat masuk angin, obat batuk, paracetamol, obat anti diare, juga cairan antiseptik.
Kalau bahasa kerennya sih membawa kotak P3K, untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (sakit), sebelum dilakukan tindakan berikutnya, apabila sakit berlanjut.
Bagi saya, kotak P3K berisi obat-obatan di dalamnya adalah salah satu komponen wajib yang harus dibawa ketika traveling, walaupun saya berharap tidak akan menggunakannya dalam perjalanan. Namun, who knows kan? Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selama perjalanan tersebut.
Bagi saya, traveling adalah sebuah rutinitas yang seharusnya dapat membuat happy, dan menjadi tidak sering sakit karenanya. Saya sendiri percaya bahwa kebanyakan penyakit itu bersumber dari pikiran, yang pada intinya, kalau pikiran senang dan tenang, maka niscaya badan akan sehat dan penyakit pun enggan datang.
Aamiin!

PS: Untuk informasi menarik lain mengenai kesehatan, kamu dapat juga mengunjungi akun Facebook Keluarga Bebas Panik juga Instagram Keluarga Bebas Panik.
Tagged: Keluarga Bebas Panik, P3K, Penyakit
Jadi gimana saat kentut-bercampur-cairan itu terjadi? bukannya apa-apa, aku kasihan sama orang yang ada di sebelah-depan-belakang 😀
Tapi emang, diare itu paling gak enak kalo pas banget lagi jalan -pengalaman. Eh sakit yang lain juga gak ada yang enak ya. :))
LikeLike
Wakakakak, ini rahasia antara kita aja ya om, waktu itu aku oleskan cologne untuk mengurangi efek baunya wakakakak!
Orang sebelah kayaknya sih pura-pura gak nyadar :)))))
Kezel dah kalau pas diare dan stuck di perjalanan gak nemu toilet.
LikeLike
Foto kamu masa muda tanpa kumis.. abege umur berapa sih.. aku kalau traveling bawa obat sakit ama demem.
LikeLike
Hihihi, lebih menggairahkan ya yang muda koh? Masih kepala 2 lah, kinyis-kinyis.
LikeLike
Masuk Angin, Flu, dan Pegal. Itu biasanya penyakitku buahahhaha. Kalau diare kok kasian banget ini yang liburan 😦
LikeLike
Wahaha penyakit khas orang Indonesia yaaa! 😀
Jangan sampai lah diare itu penyakit kecil tapi horor dah!
LikeLike
wkwkwkwk, obatnya ampuh banget ya buat teh Gladies.. sepatu boot 😀
LikeLike
Hahaha, yoi kaaan, bayangin kalau tiap liburan dia kena alergi wekekekek!
LikeLike
Harusnya pas di Paris, si Neng dibelanjain tas LV pasti flunya langsung sembuh… 😛
LikeLike
Huahahaha, dia sembuh akunya kejang-kejang ntar kaaaakkkk!
LikeLike
kemanapun perginya, masuk angin itu pasti hahaha 😀
duhhh enak yaaaa masih mempan minta obat sepatu boots ke suami, kalo aku udah gak mempan x)))) *kemudian curhat*
LikeLike
Hahaha, loh kok suamimu gitu? Sini sini minta sama ooommm~
Iya, masuk angin ini Indonesia banget yhaaa!
LikeLike
Aku biasa bawa obat2an kl jalan2, apalagi suami gampang masuk angin plus sambil bawa anak serem aja kl anak sakit dijalan & rempong musti nyari obat. Kmrn ke Hanoi tetiba kulit wajah pecah2, gatel2, merah2 dll, minum obat anti alergi ngga mempan.. nyape di Indonesia di cek ternyata hormon krn hamdun.. -_-
LikeLike
Widihhh celamat yaaa hamiduuun~ aku harus belajar juga nih cek tanda-tandanya. Kirain salah perawatan itu kalau kulit wajah pecah-pecah hahaha.
Iya kalau bisa pas bawa anak ya jangan sampai sakit kak!
LikeLike
akhir2 ini bawa obat pusing anti nyeri karena kadang2 sering tiba2 pusing gitu
LikeLike
Wah hati-hati kalau ternyata vertigo mas!
LikeLiked by 1 person
kayaknya : (
LikeLike
Aduhhh :(((
LikeLike
Hasem.. Obat alergi rasanya agak mahal yak… sampe harus beli sepasang sepatu segala.. Hm..
LikeLike
Wakakakaka, ya namanya juga istri muda, eh.
LikeLike
Saya pernah mengalami keram perut karena sedang haid dan saat itu sendirian. Rasanya gimana gitu. Jadi pengen menulis surat wasiat ….
LikeLike
(((Jadi pengin nulis surat wasiat))) jangan lupa tulis namaku ya mbak, eh.
Lalu jadinya waktu itu gimana perjalanannya? Masih tetap lancar kaaan?
LikeLike
Pas di traveling bulan lalu, aku diare. Masuk toko oleh2 cuma numpang k toilet sama beli air minum heuheu.
LikeLike
Wekekek, untung gak pas lagi puasa yaaaa!
Lalu dapet obat diarenya? Apa beli di sana?
LikeLike
diare itu gk enak banget pas travelling pernah kejadian pas di india dan ampun minta ampun 😀
LikeLike
Hahaha! Apalagi di India toiletnya kadang jorok-jorok ya kalau toilet umum, apalagi yang di kereta kelas ekonomi, bwehhhh!
LikeLike
Tol*k Ang*n adalah barang yg wajib dibawa setelah kancut saat traveling,mau ke tempat panas pasti kena masuk angin
LikeLike
(((Wajib dibawa setelah kancut))) jadi gak usah bawa baju cukup lah ya, yang penting kancutan sama minum tolak angin!
LikeLike
Klk gue riv selain bawa obat2an, barang yg wajib dibawa di tas jinjing adalah boxer cadangan dan selembar kaos..jaga2 klo diare kyk td..klo gak segera gnt boxer atau daleman takutnya menimbulkan gatal2 dan keserahan yg teramat sangat…alhasil traveling jd malesan..hehehee
LikeLike
Wah menarik tuh bawa kancut cadangan plus kaus ya, kemarin gak kepikiran sih pas bagasi nyasar itu jadinya ya gak bawa pakaian apapun dalam tas punggung ahahahaha.
Nice info!
LikeLike
Betul sekali. Beli sepatu bisa ilang penyakitnya 😀
LikeLike
WAKAKAK GIRLSSSS!
Karena penyakit kan munculnya dari perasaan. Kalau perasaan happy ya penyakit akan hilang, hahaha.
LikeLike
emang di Azerbaijan ga ada yg jual obat sariawan kak? 😱
LikeLike
Belum sempat nyarinya hahaha, pusing mikirin bagasi waktu itu 😛
LikeLike
saya beberapa kali traveling ke luar negeri penyakit selama perjalanan cuma hal2 yang kecil macem masuk angin. cuma kalu udh sampe indo ya udh nge drop 2x lipat nge drop saya biasanya.
LikeLike
Wah jangan-jangan kalau di Indo kebanyakan kerja lembur nih hahaha, jadinya badan ngedrop. Sementara kalau lagi di luar negeri kan jalan-jalan jadi badan bawaannya fun terus dan gak beban pikiran.
LikeLike
Puji Tuhan nggak pernah sakit pas traveling. Paling cuma kurang kehangatan aja pas tidur karena sendirian.
LikeLike
FAKKK DOI CURHAAAT HAHAHA!
Happy belated birthday, btw! 😀
LikeLike
Ya ampun mas Ariv tau ulang tahunku, aku touched banget. Makasih ya, mas 😦
LikeLike
Sakit hati Pak, kadang duitnya abis terus, ga sempet beli lensa baru. 😐
LikeLike
:((
Sama pak, saya juga udah 2-3 tahun gak punya lensa baru 😦
LikeLike
Lipbalm terpenting hehe
LikeLike
Iya, biar gak lecet bibirnya khaaak~
LikeLike
itu masalah kewanitaan ngenak bnget bg wkwkwkw
btw emg betul sih bg rata-rata emg bnyak yg kenak penyakit kayak gtu, saya sendiri juga udh pernah ngalaminya
LikeLike
Wkwkwkw, untung saya gak pernah ngalamin masalah kewanitaan. Paling cuma kena dijutekin pasangan, hahahaha!
LikeLike