
Malam telah tiba begitu saya dan Neng tiba di Paris Nord, setelah dua jam perjalanan dengan Thalys yang nyaman dari Antwerp. Finally we are here! Di kota paling romantis di dunia, kata mereka yang selalu mengagung-agungkan Paris dan kecantikannya. Menara Eiffel, yang dinobatkan sebagai ‘The Most Famous Tower in The World’ juga dianggap sebagai simbol keromantisan Paris, yang membuat gadis-gadis desa (dan kota) di Indonesia menjadikannya sebagai destinasi impian mereka.
“Uh, aku pengin banget foto di depan Eiffel.” Kata mereka. Mereka yang belum tahu bahwa mungkin Paris tidak selalu secantik impian mereka.
Setelah mengambil koper dari rak di atas kepala, kami bergegas turun dari kereta dan segera menuju lobi stasiun, sebelum menyadari bahwa stasiun ini terlalu besar untuk kami, dengan beberapa lantai ke bawah lagi. Tidak secantik Antwerpen Centraal yang mendapat gelar sebagai salah satu dari ‘The Most Beautiful Train Station in The World’, juga tidak serapi dan sebersih Amsterdam Centraal, karena di sini saya menemukan beberapa sudut dengan sampah yang tergeletak, dengan banyaknya orang yang lalu lalang. Sebagian kulit putih, sebagian kulit hitam, dan sepasang orang Indonesia yang sedang berbulan madu, saya dan Neng yang kebingungan.
Perlu waktu beberapa saat sebelum kami akhirnya menemukan cara untuk menuju hotel yang telah kami pesan sebelumnya, termasuk sekali salah turun stasiun, dua kali bertanya kepada orang yang kami temui di perjalanan, dan beberapa kali mondar-mandir karena salah membaca peta. Ini adalah malam pertama kami di Paris, dan saya sudah merasa bahwa Paris sepertinya tidak seindah apa kata orang.
Selain langit kelabu yang menemani perjalanan winter kami di Paris, berikut ini adalah hal-hal menyebalkan yang mungkin akan kamu temukan juga di Paris.
1. Hotel dengan view Eiffel yang overpriced

Siapa sih, yang tidak suka dengan pemandangan jendela kamar yang langsung mengarah ke Eiffel? Tentunya sebagai pasangan yang berbulan madu, kami sangat menginginkan hal itu. Berpelukan sambil begituan pada kamar gelap yang hanya disinari oleh cahaya lampu Eiffel, adalah life goal saya.
Namun ternyata, cahaya lampu di Eiffel hanya menyala sampai tengah malam, dan harga yang harus dibayar untuk kamar tersebut tidak bisa dibilang murah. Sebagai gambaran, saya mendapat harga kamar dua jutaan rupiah per malam, untuk sebuah kamar yang tak terlalu luas, dengan lift yang mengenaskan dan tanpa sarapan. Plus, dengan ukuran Eiffel yang terlihat kecil di jendela.
2. Peminta Sumbangan di Sekitar Eiffel Tower

“Assalamualaikum.” Sapa seorang wanita berhijab kepada Neng, ketika kami menyusuri Champ de Mars pagi itu. Seorang wanita berkulit putih bersih, agak gempal, dengan hidung mancung dan mata belo, mirip Nabila Syakieb yang gagal diet.
Dengan ramah, Neng menjawab, “Waalaikumsalam. Da pa neh klw leh tw?” dan sedetik kemudian, wanita itu menyodorkan sebuah kertas dengan tabel-tabel berisikan nomor, nama, jumlah donasi, dan tanda tangan.
LOH KOK JADI MIRIP SUMBANGAN MASJID DI INDONESIA? Tentu saja, hal tersebut kami tolak dengan manis. “No, thank you.” Walaupun wanita itu tetap kekeuh meminta dengan mengeluarkan jurus puppy eyes miliknya. Untung saja saya bawa istri, jadi tidak tergoda.
3. Penjaja Suvenir Menara Eiffel

Walaupun pada awal berdirinya di tahun 1889 Eiffel Tower mendapat kritik dan cercaan, namun seiring berjalannya waktu, kini Eiffel telah tumbuh menjadi sebuah menara dengan jumlah kunjungan wisatawan tertinggi di dunia. Sekitar 6,91 juta orang memanjatnya di tahun 2015 lalu. Bandingkan dengan Monas, di mana Anas Urbaningrum saja batal gantung diri di sana.
Ketika Eiffel semakin laris, suvenirnya pun menjadi banyak diburu wisatawan yang berkunjung, terutama gantungan kunci Made in China yang dihargai 1 Euro untuk 5 keping dan bisa dicampur-campur warnanya. Yang membuat sebal sebenarnya cara berjualan para penjualnya, yang cenderung menempel para calon pembelinya.
“SATU EURO DAPAT LIMA, SATU EURO DAPAT LIMA! MURAH MURAH!” Teriak mereka, dengan bahasa Melayu yang patah-patah. Lucunya, apabila kamu datang dari arah Champ de Mars, maka penjualnya kebanyakan adalah orang-orang beretnis India, sementara apabila kamu datang dari arah Jardins du Trocadero, maka penjualnya kebanyakan adalah orang-orang Afro.
Sekadar informasi, harga gantungan kunci yang dijual oleh mereka, justru lebih murah daripada harga di toko-toko suvenir lainnya.
4. Con-artist di Sepanjang Jalan Menuju Sacré-Cœur

Pada perjalanan menuju Sacré-Cœur, saya sempat menyaksikan oleh beberapa orang yang bergerombol mengelilingi sebuah permainan yang dilakukan di jalanan. Permainannya simpel, berupa ‘tebak-di-mana-bolaku-berada’ di mana si bandar akan meletakkan sebuah bola dalam sebuah gelas tertutup, dan mengacaknya beserta dua gelas lainnya. Tugas peserta lain, adalah menebak di manakah bolanya berada setelah si bandar selesai melakukan acakan. Apabila benar, maka bandar akan memberikan uang kepada peserta, dan apabila salah, maka uang peserta akan menjadi milik bandar.
Menarik ya? Iya, kalau bisa menang. Dosa ya? Tergantung, kalau kalah ya dosa, menang apalagi.
“Are you speak English?” Tanya si bandar kepada saya yang memperhatikan permainan tersebut “C’mon, where’s the ball?” Tanyanya sambil menunjuk-nunjuk gelas di bawahnya. “Here, or here?”
Saya yang curiga bahwa ini adalah permainan tipu-tipuan, karena sepertinya mereka adalah sebuah komplotan yang bekerja menjebak para turis, langsung pura-pura bego dan menggelengkan kepala. “Maaf, aku gak bisa, Mas.”
5. Lucky Charm di Sacré-Cœur

Ketika mendaki tangga ke arah Sacré-Cœur, tiba-tiba tangan saya ditarik oleh seorang pria kulit hitam tinggi besar yang dengan sigapnya berupaya memasangkan sebuah gelang tali ke tangan saya, “Lucky charm.” Katanya.
Saya yang kaget langsung menampik tangannya sekuat tenaga, dan berusaha untuk segera kabur dari tempat itu, “No! No!”. Namun apa daya, pria tersebut tetap mengejar saya dan terus memaksa untuk memasangkan gelang tersebut ke tangan saya.
“Hey, where are you from?”
Saya menjauh dari pria itu.
“Are you afraid of black people? Hey!”
“Sorry, I have to go, my wife is waiting downstairs.”
Berikutnya, saya segera ngacir meninggalkan tempat itu. Asem.
6. Para Penjual Tongsis

Oke, penjual tongsis mungkin tidak terlihat menyebalkan, namun bagi kebanyakan orang Indonesia yang pergi jalan-jalan, biasanya mereka sudah membawa tongsis/selfie stick/monopod sendiri, sehingga tidak perlu untuk membelinya lagi. Namun ternyata, tidak semua penjual paham tentang hal ini, sehingga mereka selalu bersemangat untuk menjualnya kepada kami.
“Selfie, selfie!” Begitu ucap si pria kulit hitam berjaket tebal dengan tongsis berwarna biru muda nan imut di tangannya.
“Sorry, but no thanks.” I prefer to use my Go Pro instead.
7. Turis
Turis bagi sebuah negara, sebenarnya bisa dikatakan bagai pisau bermata dua. Di satu sisi akan mendatangkan devisa bagi negara tersebut, sementara di sisi yang lain dapat juga menyebabkan berbagai masalah, seperti misalnya kebersihan dan kerapihan suatu kota.
Di Paris, kamu akan dapat menjumpai turis-turis di setiap sudut kota, mulai dari Menara Eiffel, Gereja Notre Dame, Museum Louvre, bahkan di stasiun-stasiun bawah tanah. Akan sedikit menyebalkan apabila para turis ini berbuat sesuatu yang tidak enak dilihat, seperti misalnya membuang sampah sembarangan, tidak mau mengantre, dan berlama-lama mengambil foto pada sebuah objek wisata yang ramai, dan tidak mempedulikan orang-orang yang menanti giliran di belakangnya.
Tapi, kalau istri saya yang minta difoto, pasti saya gak berani menolaknya, ya daripada gak bisa makan enak selama setahun. Sebal.
8. Mereka yang Tidak Mau Difoto

Berkebalikan dengan para turis yang suka difoto, ada juga penduduk lokal yang tidak mau difoto, seperti misalnya para pedagang buku dan lukisan di pinggiran Sungai Seine, yang kerap menyodorkan telapak tangannya sambil berkata “No Photo!” ketika mendapati saya membidikkan lensa kepadanya.
Ya kalau kamu mau nekat tetap memfoto mereka, gunakan saja lensa tele, dan ambil dari jarak jauh. Eh.
9. Pengemis Jalanan

Walaupun dikenal sebagai negara maju, ternyata Perancis juga memiliki pengemis jalanan! Sebuah hal yang patut membuat Indonesia bangga, karena agak sejajar dengan Perancis dalam masalah kemiskinan. Namun bedanya, pengemis di Perancis lebih necis, berkulit bersih, dan seperti terawat. Bandingkan dengan pengemis di Indonesia yang compang-camping, mengenaskan, berdaki, dan mengingatkan saya akan kasus ayah kandung Marshanda. Walaupun memang, di Indonesia, ada yang mengemis sebagai profesi, bukan karena keadaan.
Sebuah hal yang kerap membuat pelancong sebal, karena membuat keindahan sebuah tempat menjadi berkurang. Seperti halnya yang saya lihat di Rue de Rivoli, yang seharusnya rapi dengan toko-toko yang cantik tanpa kehadiran mereka.
10. Antrean yang Panjang

Namanya juga destinasi traveling sejuta umat, jadi wajar apabila pada beberapa titik-titik turisme terkenal ditemui antrian panjang yang mengular. Seperti misalnya, antrian naik Menara Eiffel yang membuat kami urung naik dan antrian masuk Angelina Paris, sebuah ‘tea house’ yang direkomendasikan oleh dua orang teman saya, Alex dan Febby.
Sebuah rekomendasi yang membuat Neng langsung mendesak saya untuk mencicipi sajian menu makanan dan minuman di Angelina. Saran Alex, “Cobalah minum Chocolat L’Africain dan ngemil pastry Mont Blanc di sana.”.

Setelah mengantre selama hampir satu jam, akhirnya kami berhasil masuk di ruangan cantik bergaya renaissance tersebut sebelum memesan menu yang direkomendasikan teman-teman. Dan, dasar lidah ndeso, hot chocolate-nya terasa terlalu ‘dark‘ untuk saya, sementara si Mont Blanc malah lebih mirip getuk lindri di lidah saya.
11. Orang-orang yang Memadu Kasih

Namanya kota romantis, maka diharap maklum kalau kamu akan menemukan banyaknya pasangan-pasangan memadu kasih di Paris. Baik yang berbeda gender, ataupun yang sejenis. Baik yang satu ras, maupun yang berbeda ras. Baik yang bermesraan dengan binal, termasuk melakukan french kiss di depan umum, hingga yang masih malu-malu. Baik yang mengenakan pakaian tebal berlapis-lapis, hingga yang seperti kekurangan bahan.
Seperti misalnya contoh di bawah ini.

Namanya juga Paris, kota romantis impian setiap orang. Jadi wajar kan kalau kami bermesraan di sana.
Jangan sebal!
Jadi, kesimpulannya Paris tak seindah yang dibayangkan ya kak.
Tapi tetep, pengen begituan disana juga 😄😅
LikeLike
Hahaha iya, Paris enak kok buat begituan. Eh.
LikeLiked by 1 person
Paris memang selalu identik dengan kota Romantis,
tapi baca tulisanmu Riev, ternyata ada juga sisi-sisi yang sama di tempat wisata, walaupun sekaliber Menara Eifel.
Walaupun #lifegoal tanpa cahaya, tetap bisa ngegolin kan?
hehhahah
LikeLike
Haha iya, selalu dianggap sebagai kota yang romantis, walaupun pada kenyataannya…ya gitu deh.
Bisa sih ngegolin, tapi belum nyekor hahahaha.
LikeLike
Tidak mengungari keinginan untuk pergi ke sana, provokasi gagal mas haha
LikeLike
Hahaha! Good luck then 😛
LikeLiked by 1 person
mas, begituan itu maksudnya nonton Uttaran kan ya ?
*anaknya positif thinking*
LikeLike
Bweeek mana ada Uttaran di Paris? 😛
Nonton TV5 dooong~
LikeLike
2 jt semalem? Waaakkkkssss mahal ajaaaa bayar hotelnya :((
LikeLike
Hahaha, iyaaa emang segitu ratenya kalau mau Eiffel View 😀
LikeLike
Tapi tetep kak, kalo udah nikah, impian bulan madu ke sini bareng istri harus tercapai 😀
Jadi pengemis itu org islam yah kak? Atau cuma kedok dia saja yang ingin memalukan islam?
LikeLike
Ahaha aamiin! Aku doakan terwujud mas 😀
Kalau pengemisnya aku kurang tahu apa agamanya, tapi mungkin pengungsi dari timur tengah gitu sih hehe.
LikeLike
Mungkin imigran yah kak, pendatang ilegal gitu
LikeLike
Fix sebal
*komen jomblo
LikeLiked by 1 person
Aku juga kak belum halal belum boleh ke Paris begituan #eh
LikeLike
Huahaha, ya udah nanti aja kalau sudah halal yaaa baru begituan di Paris.
LikeLike
Hahahaha!
:)))))
LikeLike
Nomor 10 bikin NGAKAK! 😂😂😂
kayaknya tiap negara kalo gada pengemis ga afdol deh 😝 negara2 Eropa lainnya banyak pengemis dan orang menyebalkan kok, baca2 postingan blogger sebelah
LikeLike
Hahaha kezel kaaaan kalau banyak yang antre kayak gitu 😀
Iyaaa, di Amerika juga ada pengemis gituuu.
LikeLike
Intinyaaaa … paris itu romantis nggak sih mas Ariev???
LikeLike
Umm, tergantung sama siapa sih ke sananya *eh*
LikeLike
Banyak berita yang saya baca, kalo negara2 Eropa lagi kebanjiran kaum imigran, bak buah simalakama sih. Bom Paris kemarin jg disinyalir kaum imigran ini menjadi tersangkanya…miris yah.
Kalo uda gitu salah siapa? Salah temen2 gue? *eh
Dan buat yang belum pernah ke sana cem saya, saya tetep penasaraaaan. Sampe ngebelain ambil kursus, supaya kalo get lost di sana gampang nanya2nya LOL
LikeLike
Nah betul, memang banyak banget imigran dari timur tengah yang mengungsi ke negara-negara eropa, namun ya ada yang baik dan bisa jadi ada juga yang jahat.
Kalau gitu salaaah siapa yaaaa? Haha
Wah aku cuma tahu je t’aime doang :)))))
LikeLike
Mas, kamu kok selalu bawa2 Marshanda di beberapa postinganmu, curiga ada hubungan khusus yg terselinap (((terselinap))). Huahahaha getuk lindri 😅😅
LikeLike
Ahaha, aku ngefan sama dia mbaaak! Apalagi yang di sinetron Bidadari itu, imut banget euyyy!
LikeLike
Pokoknya memad kasih itu nggak menyebalkan ahhahahhahaha
LikeLike
Hahaha iyaa kalau begituan sih enaaak!
LikeLike
Memang bener Paris ga bikin pengen balik lagi. Belasan tahun lalu pernah, kesannya sama kecuali dulu mungkin ga musim scam ‘lucky charm’….cukup sekali itu ajah :-p
LikeLike
Hihi, jadi cuma sekali aja ke Parisnya mbak? 😀
Dulu kena apa aja di sana yang bikin kapok?
LikeLike
Nnah….ke Paris pas sangu udah tipis, jadi bawaannya cembetut ga sanggup beli apa2..foto2 Champ Ellysee kebetulan di depan butik brand kesohor, di usir usir..padahal bukan sengaja2 motret detail kesitu lho…mana pas sampe Paris, ceritanya langsung ke CdG maksudnya mau simpan bagage di storage/locker supaya nantinya kalau mau terbang ga grasah grusuh bawa koper dari hotel ke CdG, eh CdG ga punya locker!! naik turun ke metro tangga semua..malah pernah kemaleman pulang, pintu exit deket hotel udah dikunci..coba mau cinta Paris gimana..hahaaaa…itu dulu ya..
LikeLike
Ahaha tahun berapa itu mbak?
Tapi emang sih stasiunnya tangga tangga gitu jadi ngerepotin kalau bawa koper gede. Tapi gak nyangka juga sih yang bagian diusir-usir karena mau foto di depan butik. Aneh-aneh aja deh.
LikeLike
menurut suamiku, dari sekian banyak negara2 eropa yg udah dia datangin, Paris yg paling dia ga suka.. Trutama krn ga sebersih dan banyak scam itu mas.. makanya dgr cerita dia, aku lgs bikin planning, kalo nanti ke perancis, kyknya aku prefer dtg ke kota2 lainnya, tapi bukan paris :D..
LikeLike
Tuh kaaan, gak semua orang suka Paris haha. Roma juga sih 😛
Paris kayaknya seru ke ladang lavender itu yaaa hehe.
LikeLike
Mas, itu yg teriak ‘selfie selfie’ mungkin bukan jualan tongsis, tapi ngajakin selfie kaliii … ? :3
LikeLike
Haha bisa jadi bisa jadi mas! 😀
LikeLike
Seruuu.. hahahha, thank you infonya, jadi persiapan mental pas ke Paris *ngayal*
LikeLike
Hihi, good luck yaaa~
LikeLike
Menarik banget ulasannya.. tapi yang paling nakutin kayaknya yang lucky charm.. tau-tau main gelangin aja trus main keroyokan lagi, mana orangnya gede-gede.. duh serem banget..
LikeLike
Nah iyaaa, kalau udah begitu mending langsung lari ajaaa :))))))
LikeLike
matiikk… 2 juta/malam
itu bisa buat jumpalitan berhari-hari di Malaysia ya…. =))
ternyata paris gak seindah di pilem2 atau foto2 preweddingnya orang2 ya..
batal ke sana ah… *kyk ada rencana ke paris aja :p*
LikeLike
Hooh, mahal kaaann kaaannn :)))))
Tapi kalau langitnya biru kayaknya lebih bagus ya foto-fotonya 😛
LikeLike
Ternyata seperti itu ya paris, anyway bagus tuh foto yang di hotel hahaha anjir mahal amat tapi harga permalamnya 😆
LikeLike
IYAAA MAHAL KAAANNNN? Salah satu hotel paling mahal yang pernah aku inapi tuh.
LikeLike
Lagi heboh bgt skrg pemberitaan terkait fenomena kriminalitas di paris (halah bahasaku).
Tp ttp pgn bgt menjejakkan kaki di sana.. 😦
Bangkok aja belum… Huvt.
Kapan ya bs jd selebbloger biar ada yg ngasih tiket ke london gratis..? #eh
LikeLike
Iya mas, beberapa bulan lalu lagi ada ledakan di sana. Sama di Belgia juga.
Hati-hati aja kalau ke sana 😀
Kalau masalah sponsorship, coba posisikan diri mas jadi pihak sponsor, dan baca tulisan mas sendiri. Lalu coba renungkan atau pikirkan, mungkin kah sponsor akan datang dengan tulisan yang seperti itu? Kalau belum, coba diperbaiki lagi cara menulisnya. Kalau sudah, berarti tinggal sabar menanti sponsor saja hehehe.
LikeLiked by 1 person
Siap sifu! Laksanakan! 😀
LikeLike
😛 😛 😛
LikeLike
Aku dan temen lagi ngebahas kalau mau ke Eropa ke mana aja dan Paris gak masuk itungan karena overrated dan overpriced XD tapi kalau gratis mah kayaknya gak nolak deh *ya iya
LikeLike
Ahahaha, aku kemarin gak gratis jugaaa~
Tapi boleh lah ke Paris numpang foto depan Eiffel 😀
LikeLike
Monmap neh..tapi aku tetep mau ke Paris………………..kalo dah nikah.
LikeLike
AAMIIN! JADI KAPAN MW NIQA NE KLW LEH TW?
LikeLike
Jika sudah waktunya…~~ *syubidupapap~
LikeLike
Ternyata Paris tak seindah kelihatannya ;(
meskipun entah kapan bisa kesana tapi se-engganya jadi tau gimana keadaan Paris
LikeLike
Wah, stasiun Antwerpen bagus ya, mas? Kotanya juga? Boleh nih ditambahkan ke daftar impian 🙂
Kayaknya kalau traveling ke kota besar tujuan sejuta umat, harus siap ya melihat berbagai sisi kota itu. Gak usah jauh-jauh ke Paris, di Singapura yang aku kira maju dan bersih pun ternyata ada pengemis, ada pedagang tisu asongan, dan ada sudut-sudut kota yang nggak bersih-bersih amat hehe.
LikeLike
Iyaaa! Bagus banget itu stasiunnya, wajib mampir kalau ke Belgia.
Hooh, selama ini yang dilihat orang kan biasanya yang bagus-bagus saja, tapi ternyata ada ugly truth di belakangnya.
Iya, Singapura ada juga yang begitu, tapi aku jarang lihat sih hehehe.
LikeLiked by 1 person
Kayaknya mending ke kota-kota kecil Perancis kali ya baru bener-bener romantis, hihihi
LikeLike
Nah iya, kota kecil kayak Colmar sepertinya cantik tuh!
LikeLiked by 1 person
Bagus2 ya fotonya
LikeLike
makasihhhh 😀
LikeLike
Eh, aku kok kelewatan tulisan yg ini ya.. hih!
Mas, aku mau beli t-shirtnya dong.. piye caranya?*tipikal cicik2 males cari tau.. mau lgs minta sodorin no rek buat bayar aja* 😂😂✌✌
LikeLike
Ahahaha t-shirt mana sih cik? Coba cek di sini deh https://utees.me/arievrahman 😀
LikeLike
Begituan iku sing ya opo? kok nggak dipamer no nang kene #dibahas.
Sakno e rek, adoh adoh nang paris plus ngantri sak jam cuman ngerasakno gethuk lindri 😀
LikeLike
Ahahaha yo pokoke ngono kui lah rasane mbak!
LikeLike
berencana bikin postingan semacam ini juga sebetulnya. ingin membuka mata orang-orang bahwa “WOY PARIS ROMANTIS DARI MANEEEE. ROMANTISAN JUGA PARIS VAN JAVA” dengan capslock, wakakakaka. :)))
kita semacam mendapati pengalaman yg sama dan pergi ke tempat-tempat yg sama lho, mz. bahkan di angelina aja makan dan minumnya sama :)))))
LikeLike
YEKAAANNNNN HAHAHAHA!
SAMA PERSIS YA PENGALAMANNYA HAHAHAHAHHAHAA!!!!
Jadi gimana rasa getuk lindri Angelina-nya? 😀
LikeLike
“Berpelukan sambil begituan pada kamar gelap yang hanya disinari oleh cahaya lampu Eiffel, adalah life goal saya.”
bera, gue lagi makan sampe nyembur :’v
LikeLike
wqwqwqwqwq! Selamat makaaaannnn :’))))
LikeLike
Hahahaha..cerita tentang pengen gituan di kamar gelap dekat Eiffel itu epic banget mas! Mas Ariev enak bisa keparis berduaan istri, saya kesana tahun 2011 status masih jomblo jadinya kemana2 sebel aja liat pasangan yg mesra2an hehehe. Salam kenal mas 🙂
LikeLike
Ahahaha, salam kenal mas.
Wah malah keren dong mas, jomblo aja udah sampai sana, aku kan belum hahaha.
LikeLike
Mana french kiss-nyaaaaaa =)))
LikeLike
:*
LikeLike
yakk kapan bisa ke Paris, keliling Europe 😦
LikeLike
Bisa lah koh! Ke Aussie aja bisa kok kalau diusahain kaaan 😉
LikeLike
berhati2 terhadap copet dan orang yg gak bayar tiket metro gak ditulis juga ya…
LikeLike
Karena gak kejadian di aku hehe, soalnya nulis ini based on experience kak 😀
LikeLike
keren ceritanya masbro..
bulan depan rencana ke eropa timur. ada wacana nambah trip ke paris, tp denger cerita teman & baca beberapa artikel jd semakin pikir-pikir mau kesana. apa boleh berbagi info stay berapa lama dan habis biaya berapa di paris?
LikeLike
Wih gokil udah mau ke Eropa Timur aja bro! Hahaha.
Iya memang Paris adalah salah satu kota yang kurang aman dengan berbagai scamnya, namun asalkan kita hati-hati sih saya rasa aman mas. Waktu ke sana hanya stay 2 malam, dan habis biayanya sebenarnya tergantung gaya hidup kan? Hehe. Mungkin up to 2 juta kali ya.
LikeLike
Kok jd serem sama para penjual disana yaa… Dr ceritanya serasa mereka maksa banget ya
LikeLike
Ahaha gak maksa sih, tapi kekeuh aja 😛
LikeLike
mas mau tanya kalau kita uda terlanjur tukar uang euro pecahan 500, sampai disana mau tukar ke uang pecahan euro kecil yang tidak ada charge nya di mana ya?
karna teman saya dia bilang dia ke supermarket, ke bank, ke money changer. di kenakan charge 1%. mohon di bantu, terima kasih
LikeLike
Wadaw kalau yang begini saya tidak tahu mbak, biasanya sih dipakai buat belanja saja, nanti kan dapat kembalian, hehe.
LikeLike
Haloo aku juga baru dari Paris dan BARU BACA INI SETELAH PULANG DR PARIS.. PAS DI TAMAN ADA ANAK2 YANG SENGAJA BILANG TUGAS KULIAH PADAHAL SENGAJA MAU MENGURAS UANG KITA! MAAF CAPSLOK HABIS KZL. Yang keluar 1€ aja, tp kl d rupiahin kn 17 rb.nyesek aja.huh
Ohya kak,kok aku agk ‘gimana’ ya pas baca yang kalimat ‘gelandangan kyk ayahnya marshanda’..mending diganti aja kalimatnya.. misal marshanda atau ayahnya yang baca langsung bisa2 mereka sedih.hehe.aku aja bacanya sedih.
LikeLike
Iyaaa banyak banget scam di sana kak, tahun lalu kami malah kecopetan ketika ke Paris, kezel banget sama Paris.
Wah iya mohon maaf atas ketidaknyamanannya, karena kebetulan artikel ini ditulis ketika kasus tersebut merebak, makasih banyak atas masukannya, coba aku edit-edit yaaa.
LikeLike
aku baca ini abis pulang dari Paris magang di sana dan aku bisa bilang semuanya benar haha. mungkin harus ditambahin lagi kalau di jalanan Paris banyak banget pup anjing karena pemiliknya jarang banget ngebersihin. apalagi di arrondissement yang banyak tempat tinggal.
LikeLike
Hahaha ya kan beneeer? Aku malah terakhir ke sana kecopetan, kzl bangeet 😅
Thanks juga untuk tambahan infonyaa, memang benar sih ya banyak yang suka ngajakin anjing jalan-jalan di sana, dan harusnya si pemiliklah yang bantu beresin pupnya 😀
LikeLike