
Pagi itu, saya terbangun sambil menggigil. Entah karena udara Ungaran yang cukup dingin, atau karena celana kolor saya yang tiba-tiba terlepas ketika tidur. Dengan sigap, saya langsung menyambar celana kolor saya, memakainya dengan gerakan akrobatis, kemudian melakukan dua kali roll depan, sebelum mendarat dari atas kasur dengan sempurna.
Saya menemukan Mama sedang memasak di dapur, memasak hal yang sangat saya kuasai sedari SD, yaitu memasak air. Caranya cukup mudah, cuma tinggal bagaimana menjaga air yang dimasak supaya tidak gosong. Bagi seorang ibu, bangun pagi dan menyiapkan segala macam kebutuhan rumah tangga, mungkin adalah hal yang naluriah, sama seperti morning wood bagi seorang pria.
Sungguh tak ada tanda-tanda kelelahan pada Mama, padahal hari sebelumnya, Beliau telah menjemput saya di bandara, menemani saya berkeliling toko demi toko mencari kacamata, hingga menikmati makan malam romantis di The Hill’s hingga larut.
“Yuk, jalan-jalan Ma.” Ajak saya pada Mama, yang kini tinggal sendiri selepas kepergian Papa, enam tahun silam.
“Ke mana?”
“Yang dekat-dekat sini saja.” Ucap saya, sembari membayangkan berkeliling kawasan sekitar rumah, bernostalgia kenangan masa kecil saya. “Gak usah pakai sepatu, sandal jepit saja.”
“Tapi sampai jam delapan saja ya, soalnya nanti ada acara.” Jelas Mama. Saya pun menyanggupinya, dengan mengatakan bahwa rute pagi ini tidak terlalu jauh, dan tanpa sempat mendebat bahwa yang benar adalah menggunakan ‘pukul’ bukan ‘jam’.
Biasanya, tiap tahun saya merayakan ulang tahun Mama dengan mengajaknya melakukan mamacation, atau bepergian bersama Mama ke destinasi yang Beliau belum pernah kunjungi. Namun di tahun ini, saya memutuskan untuk pulang kampung –mengesampingkan tawaran gratis mengunjungi Ende– dan menemani Mama.
Maka jadilah pagi itu, kami berdua berjalan-jalan di lingkungan setempat. Mama mengenakan kerudung cokelat, kaus putih, celana training merah, dan sandal jepit merah sementara saya mengenakan kaus putih belel, celana kolor merah yang mempunyai kemungkinan bisa melorot kapan saja, dan sandal jepit kuning. Berdua, kami mirip seperti sepasang bendera Polandia berukuran extra large, atau bendera Indonesia kalau digantung terbalik dan dikibarkan di atas Monas.
Sambil mengenggam telepon genggam (Ah, akhirnya saya tahu mengapa handphone diartikan sebagai telepon genggam), perjalanan kami dimulai dengan menyusuri jalan aspal di samping rumah, yang mengarah ke atas, ke arah kaki gunung Ungaran. Rute yang sering saya lewati apabila ada acara jalan sehat ketika SD atau SMP atau SMA dulu, waktu saya masih kecil, hitam, dekil, dan bernapas.
Dari situ, kami berbelok ke kiri, ke arah desa Branggah. Desa dengan banyak sekali teman-teman masa kecil saya, yang mungkin sekarang sudah menghilang seperti para koboi dalam lagu Paula Cole “Where Have All The Cowboys Gone?“.
“Wah, itu kan rumah Pak Justin.” Tunjuk Mama ke sebuah rumah di kiri jalan. “Teman Mama ketika kerja dahulu.” Berikutnya Beliau bercerita bahwa ada beberapa teman kantornya yang telah meninggal dunia, yang bertempat tinggal di sekitar Pak Justin. Nama sengaja disamarkan, demi kemaslahatan bersama.
“Nah itu orangnya.” Seru Mama ketika seorang pria berusia 60-an lebih muncul di teras rumah. Kaus putih yang juga dikenakannya, membuat kita bertiga nampak seperti stiker happy family di kaca belakang mobil. “Sana salaman dulu.”.
Saya menyalami Pak Justin, yang menyapa saya dalam bahasa Jawa. “Sehat, Pak?”
Pria tua itu mengangguk sambil tersenyum dan bertanya kepada Mama mau pergi ke mana. “Badhe mlampah-mlampah mawon.” Mau jalan-jalan saja, katanya.
“Kalau orang tua seperti Pak Justin itu, suka banget kalau disapa dan diajak ngobrol. Jadi dia merasa bahwa orang-orang masih ingat padanya.”
Sebuah pelajaran di pagi itu.
Kami berjalan lagi, menyusuri jalan aspal yang sering dilalui orang-orang yang akan berwisata religi ke Makam Kiai Hasan Munadi, di Desa Nyatnyono. Kiai Hasan Munadi sendiri adalah salah seorang penyebar agama Islam pada zaman dahulu, yang mempunyai peninggalan di Desa Nyatnyono, berupa makam, masjid yang konon lebih tua daripada masjid Demak, juga mata air keramat yang timbul akibat tongkat yang ditancapkannya ke tanah. Dikisahkan pula, bahwa air tanah tersebut memiliki khasiat selayaknya air zam-zam, yang mampu mengobati segala macam penyakit. Maka tak heran, hingga kini banyak sekali orang yang mengunjungi tempat ini. Walaupun saya sendiri belum pernah.
Sebuah bus A.K.A.P mendahului kami di sisi kanan, ketika kami melewati rumah besar di sisi kiri. Rumah kediaman Pak Bryan, yang lagi-lagi namanya saya samarkan.
“Ini rumah Pak Brian, yang dahulu istrinya meninggal itu.”
“Wah, jadi sekarang Beliau tinggal sendiri dong?”
“Sudah nikah lagi.”
“Oooh.”
Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada api tanpa ada asap, tiba-tiba Pak Bryan muncul dari semak-semak depan rumahnya. “Eh Bapak.” Ucap Mama, “Sana kamu salim dulu. Hehehe.” Memang tidak baik membicarakan orang di belakang.
Sebuah pelajaran lagi hari itu.
Setelah terlibat obrolan singkat tentang tempat tinggal saya saat ini (karena menanggapi cerita Pak Bryan tentang satu anaknya yang tinggal di Bogor, sementara satunya tinggal di Bekasi), kami pun melangkah lagi, menaiki jalanan aspal yang makin naik, melewati rumah megah dengan pagarnya yang tinggi, milik salah satu dokter sukses di Ungaran.
“Belok kiri!” Seru Mama.
“Loh Ma, gak salah jalan?” Tanya saya. Karena menurut saya, belokan yang seharusnya diambil adalah belokan setelah belokan yang dipilih Mama. Belokan ke arah Desa Genuk.
“Ini belokan yang benar.” Jawab Mama, sambil berjalan ke jalan aspal seukuran satu mobil tersebut.
“Oh, oke.”
Hingga akhirnya kami tiba di ujung jalan. Tak ada lagi jalan aspal, hanya ada beberapa rumah, dengan pekarangan tanah di depannya, juga seorang tukang sayur yang menjajakan dagangannya di atas sepeda motor, yang berputar balik lagi karena tak ada yang membeli dagangannya.
“Wah buntu!”
“Tuh kan, salah.” Ujar saya ke Mama. Memang wanita itu diciptakan Tuhan sebagai mahkluk yang paling benar, kecuali masalah arah.
Mama mengajak saya untuk berputar balik, kembali ke arah jalan besar, namun saya berkata bahwa pasti ada jalan untuk menghubungkan jalan yang kami maksudkan itu. Kami bergerak ke arah belakang rumah, dan menemukan jalan setapak kecil yang dipayungi pohon kelapa di pinggiran sawah.
“Yuk. lewat sini saja.”
Jalan setapak itu menuntun kami menuruni bukit kecil dengan sedikit kerikil yang membuat Mama hampir tersandung karena setengah berlari, menyeberang jembatan kecil di atas sungai, menyusuri jalan setapak dengan hamparan rumput sebetis, masuk kembali ke permukiman penduduk, dengan jalanan kecil yang ditutup.
“Asem ik, ada orang kondangan.”
Pada hadapan kami, terdapat sebuah tenda besar yang menutupi jalanan kecil, dengan orang-orang sibuk memasak di bawahnya. Sepertinya akan ada pesta pernikahan sebentar lagi. Kami sempat berpikir untuk berputar arah, namun karena dipikir terlalu jauh, maka Mama pun memutuskan untuk minta izin melintas diantara kerumunan orang-orang yang sedang memasak tersebut.
Saya segera melintas secepat kilat, mengabaikan aroma gulai kambing yang melintas di hidung, dan menghindari pertanyaan “Kapan menikah?” yang bisa saja tiba-tiba muncul.
Di ujung jalan tersebut, saya sempat berpapasan dengan seorang wanita, yang beberapa menit kemudian saya kenali sebagai guru sekolah saya dahulu, Ibu Jessica. Yang kembali namanya saya samarkan.
Akibat jalan yang ditutup karena akan digunakan untuk acara pesta pernikahan, kami kembali memutar, setelah sebelumnya Mama bertanya kepada penduduk setempat tentang bagaimana caranya kembali ke jalan yang benar.
“Bertobat Bu.” Batin saya.
Berikutnya, kami berjalan sesuai arah yang ditunjukkan si penduduk, dan benar saja bahwa itulah memang jalan yang kami cari. Walaupun yang dicari belum tentu adalah yang dibutuhkan.
Pagi itu, kami kembali berjalan memunggungi Gunung Ungaran, melintasi perubahan-perubahan yang telah terjadi, untuk kembali ke rumah.
Setelah perjalanan berkeringat selama satu jam lebih, pagi itu kami kembali tiba di rumah pada pukul delapan lebih lima, atau terlambat lima menit dari waktu yang direncanakan sebelumnya. Sebuah perjalanan pagi penuh arti, perjalanan kembali ke rumah.
Selamat ulang tahun Mama, semoga selalu sehat dan bahagia.
Semoga jalan-jalan kita berikutnya makin seru!
(all photos are taken with iPhone 5s)
Tagged: Gunung Ungaran, Mamacation, Ungaran
Happy birthday Tante :))
Maacih tanteeee! Yuk ketemu yuk!
aku kow mendadak nangis. mengingat aku anak tunggal cm pny emak T.T
Huhuhuhuwwww *ikut nangis di sampingnya*
Mas, titip salam selamat ultah untuk Mama. Surely she is a happy mother. she has a good boy 🙂
Ah, terima kasih mbak evi 🙂 akan disampaikan salamnya 🙂
Hai Ariev, salam kenal ya. Selama ini hanya jadi silent reader. Sekarang baru komennya 🙂 *atau jangan2 sudah pernah komen haha.
Selamat ulang tahun untuk Mamanya. Semoga bahagia dan sehat selalu. Senang dengan cerita kedekatanmu bersama Mama *ah mendadak kangen ibukku. Kangen pulang Indonesia *lalu mewek
-deny-
Hai hai hai, wah kenapa kok cuma diam-diam? Hahaha.
Aamiin, terima kasih untuk doanya, yuk kita ngopi-ngopi kalau pas pulang ke Indonesia, hehe. Sekarang di Belanda ya? Aku juga pengin ke sana belum sempat-sempat tapinya.
Nanti kalo sudah sempat, kali aja bisa gelar jumpa fans cabang Belanda yaa. Aku dibarisan pertama daftar. Pengen poto bareng selebritis haha.
Huahahaha, da aku mah siapa kaaaakkkk? Masa ada jumpa fans segala sih :))))))
Seru juga klo jalan bareng mama…jadi pengen ngajak mama jalan kemana gitu :), Mama sendiri suka ngajak jalan si….cuma ngajaknya ke Carr*fo*r buat nemenin belanja 😦
Hahaha, iya sekali-kali jalan ke mana gitu sama Mama biar gak bosan. Atau coba ke Hypermart atau Superindo, semoga membantu 🙂
Selamat tahun mamanya Ariev, semoga selalu sehat biar senantiasa jalan-jalan terus. Btw, aku gak terimo perempuan dibilang selalu salah arah, karena aku bisa baca peta dan most of the time gak buta arah.
Terima kasih kaaaak! Oiya ya? Berarti kalau aku mau jalan, nanti aku minta kamu jadi guide aku yaaaa, hihi 😀
kalau di Irlandia monggo 🙂
Asikkk! Pengin sih ke sana, karena ngefans sama Shay Given. *shallow* :)))
hohoho gak kenals iapa itu. Aku tahunya cuma Ronan Keating aja.
Kenalan dong kaaaak! Kalau Damien Duff tahu gak?
*kemudian nyebutin nama-nama pemain bola*
Gak kenal semua.
selamat ulang tahun buat mamanya… semoga selalu sehat yaa… amiin
Aamiin aamiin! Sehat adalah yang paling penting.
Kadang perjalanan sepelemparan batu dari rumah pun bisa menjadi petualangan yang sangat seru, apalagi dilakukan bersama sang ibu dengan banyak cerita di setiap langkahnya :)). Selamat ulang tahun buat ibumu Mas, semoga sehat selalu dan tetap bahagia sampai kapan pun. Sampaikan salam saya untuknya, ya! :)).
Iya betul, sebenarnya tidak perlu jauh-jauh kalau mau berjalan-jalan, karena kadang tempat di sekitar kita pun juga menarik. Aamiin, terima kasih doanya, dan salam akan disampaikan 🙂
Selamat ulang tahun mamanya, Mas Ariev. Semoga sehat selalu dan segera mendapat mantu dari Mas Ariev #eh 😛
Hahahahahahahahahahahahaha!
Aku aminin aja deeeeh 😀
Selamat ulang tahun untuk mamanya mas. Semoga sehat selalu..
Baca postingmu bikin aku pgn pulang ketemu ibu. Huhuhu
Ya mungkin memang sekarang sudah waktunya kamu untuk pulang juga 🙂
Salam buat ibu ya!
happy birthday tante, semoga selalu sehat, dan ttp bisa traveling bareng anak 1-1 nya ;)..
terharu ih mas bacanya.. aku aja blm prnh ajak mamaku jln2 berdua gini..:(
Terima kasih terima kasih.
Ajaklah jalan-jalan selagi masih bisa, dan selagi masih ada waktu 🙂
selamat ulang tahun tante….semoga sehat dan bahagia selalu, aamiin
aamiin! Sehat dan bahagia adalah kunci.
Wah bahagianya tante jalan pagi.. selamat ulang tahun utk mamanya Ariev, semoga sehat selalu..
Iya jalan pagi aja hepi, thanks kaaaak!
Happy milad tante… Mama kamu aweeet muda riv, cantiiiikk 😊
Hihihi, iya ya? Mungkin karena perawatan, halah. Thanks kak!
Selamat Ulang Tahun Tante, semoga tetap panjang umur. Kalo anaknya nakal, masih boleh dijewer kok tante *kabur…
Aamiin, nanti kamu yang jewerin aku ya mas.
Selamat ulang tahun buat mamanya
semoga selalu diberikan kesehatan dan segala yang terbaik selalu menyertai.
Kebersamaan bersama keluarga jauh lebih penting.
Jadi Ingat mama juga.
Aamiin, makasih masbro. Jangan lupa untuk mudik selagi ada waktu.
selamat ultah buat mamanya mz Ariev, semoga sehat selalu dan segera menimang cucu 😀
meminang mantu aja dulu keleeusssss 😀
Thanks Dit, kapan kita ketemu?
Whoaaa diajak ketemu sama mz Ariev?! Mauuukk!! *brb mandi kembang*
YUK KAPAN KETEMUAAANNN?
selamat ulang tahun buat mamanya ya mz. semoga sehat selalu dan bisa jalan2 terus jadinya mamacation eksis terus.
btw, asik juga jalan2nya walau sekitar rumah aja tapi seru.. 😀
Aamiin aamiin, semoga makin nambah cerita-cerita mamacation di blog ini.
Iya nih kemarin cuma ke sekitar rumah jalannya, ehehe.
Terimakasih anakku Muhammad Arif Rahman.. atas perhatian dan semuanya.. semoga kita selalu diberi kekuatan, keimanan dan rejeki yang berlimpah.. sukses selalu untukmu… Doaku selalu menyertaimu….
Untuk temen temennya ariev, makasih ya doanya… semoga kalian selalu mendapat rahmat dan AnugrahNya… aamiin.. salam kembali dari mamahnya ariev.
Selamat ulang tahun mamanya Arif. Semoga selalu diberi kebahagiaan, kesehatan.
Aamiin aamiin, bahagia dan sehat adalah hal yang sangat mewah.
selamat ulang tahun tante…
wah ternyata tante seorang bloger juga, gak kalah sama anaknya. 😀
Hahaha bukan blogger kok mas 😛
Thanksss.
Jiyeeee sekarang beken jiyeeee.
ah seneng deh baca kisah pulang ke rumah begini 🙂 selamat ulang tahun mamanya Ariev!
Ah terima kasih Lynn! Yuk pulang!
selamat ulang tahun mamanya ariev! sehat-sehat terus tante, biar bisa jalan-jalan terus sama ariev *dan ngerongrong biar anaknya cepet nikah*
asik banget riv suasana rumahnya, adeeem
Heh heh heh! Aku aminin aja deh doanya hahaha. Yuk main ke sana yuk!
Happy birthday, Tante. Udah minta mantu?
Belum kak, baru minta pulsa. Sama Acer One 10.
Ah, what a lovely post ! Home and Mama is an inseparable precious things ! Selamat Ulang Tahun Tante. Semoga sehat selalu dan semakin seru mewarnai blog ini dengan jalan -jalannya bareng Ariev. Ga sabar nunggu Mamacation berikutnya 🙂
Ariev, enjoy every minute in Sydney ! Looking forward to reading your Sydney’s journey !
Thank you kak! Semoga mamacation berikutnya makin seru ya, hehehe.
I just came back from Sydney, and I have many wonderful experiences to be shared 😀
gaya tulisannya ariev yang edan di awal, but anyway, a great time with mom, anak sholeh!
Thanks Bli! Kapan kita ketemu nih?
Selamat ulang tahun bu windy.. Semoga sehat dan bahagia selalu. Segera dikasih cucu, biar bisa nemenin di ungaran. ;p *virtual hug*
Btw, salah satu momen yg memorable di the hills waktu kesana sama kami ya? Hihihi masih pake mobil merah itu…
Masih inget juga pas kamu mau nembak cewek, mampir ke rumah dulu pamitan. Eh lha ttp aja ditolak. Wkwkwkwk
Haha woooyyy jangan buka kartu woooyyyy! Kampret.
Aamiin, semoga segera ada cucunya yaaa. Cucu cetlobeliiii~
Mbok nek mulih ketemuan bul.. Kangen inih. Suwe bgt ra ketemu kowe
Iyo siaaappp! Aku poso mungkin mulih sih.
wah seru tiap jalan2 dengan mamanya, btw happy bithday mamanya mas Ariev
Thanks beroooo!
tiba-tiba terngiang kalimat sing ini ” sementara saya mengenakan kaus putih belel, celana kolor merah yang mempunyai kemungkinan bisa melorot kapan saja, dan sandal jepit kuning (di sebelah kiri dan sendal jepit ijo disebelah kanan)”
Happy milad mamake mz ariev *edisi telat buangeet* semoga cepet mantu *eh* betewe rumah tante gw juga di ungaran mz. enak disana adem hihihik. kapan-kapan main ahh ketempatnya mz arip *note: kalo ke ungaran loh yak*
Huahaha, kenapa terngiang gitu?
Thanks yaaa buat doanya, hayuk lah ketemu kalau sama-sama pas lagi di ungaran. Adem tenan ning kono! Atau mau berenang di Siwarak sekalian hihi.
Aduhhh, romantis banget…
Maacihhhh kaaakkkk!
cama2,
mampir dong, nilai tulisan akuhhh.
hehehe
Tulisan yang mana ciiiih?
cini cini mau dinilai apanya kamu?
hahaha,
masih belajar kakak, pengen juga atuh jadi travel blogger.
a-suhaely.blogspot.com
mampir ya kakak.
This is such a sweet post. Sampaikan selamat ultah buat ibumu, mz!
*tiba2 merasa bersalah sama nyokap sendiri karena jarang punya quality time bersama*
Makasih mz! Makannya buruan balik dari Malaysia terus jalan sama Ibu ke Kebun Raya, mz!
hal2 kecil yang berarti besar untuk mereka
Betul bray! Ajakin lagi lah bonyok lu jalan-jalan.
iyaaa aku udah lihat barusan ada postingan baru ttg Sydney. Yay, thanks for sharing !. Akan rajin ngecheck untuk post2 Sydney berikutnya. Btw, your pics in Instagram are the awesomeness of a real deal Sydney journey I’ve ever viewed. The moments you captured really reflect the joy that you felt in heart when you’re there. I will be ur new follower !. Definitely 🙂
Yeay! Thanks for waiting patiently 😛
Ah, I’m so touched sama komennya, itu lagi belajar motret motret aja kalau di Instagram kak! 😀 Aaaahh, senangnya! Yuk kapan-kapan ngopi kitaaa haha.
Aww ! Aku tersanjung diajak ngopi blogger kondang. Aku harus ajak anakku. Mereka selalu ketawa geli setiap aku ceritain pengalaman2 kamu travelling. Semoga kelak bisa seperti Om Ariev jalan-jalan keliling dunia ya. Amin 🙂
Ahahaha, yuk dek ketemu sama om hahaha.
Aamiin! Semoga bisa ngajakin mamanya jalan keliling dunia jugaaa 😀
Ibuk ku mah gak pernah mau di foto apalagi diajakin selfie ehehe semoga selalu dberi kesehatan unthk mamahnya mas ariv 😀
Haha, coba sekali-kali diajakin kaaaak, siapa tahu kan jadi ketagihan 😀
Selamat Ulang Tahun, Mamahnya Mas Arif.. Stay happy, healthy, and photogenic ya, mah… *telat banget*
YA MBAAAAAAA! MAKASIH MBAAAAA!
Pulang ke rumah memang sangat menyenangkan, bernostalgia dengan masa kecil, teman2 jaman SD, tempat kenangan, apalagi bareng mama tersayang. Semoga mamanya slalu sehat yaaa.
Aamiin aamiin, terima kasih doanya 🙂
Dr berbagai blog perjalanan yg pernah dibaca, br di blog ini yg bercerita jln2 dgn mama. I love it..terharu bacanya..salam utk mama yaa mas..smoga mamanya sehat selalu..Aamiin
Aduh terima kasih sudah mampir dan membaca! Aamiin untuk doa-doanya 🙂