
Sejak kecil, nama Madura mungkin sudah melekat dekat dengan saya. Bagaimana tidak, Papa selalu membawa saya potong rambut ke tukang cukur Bangkalan – Madura yang lokasinya tepat berada di seberang sekolah, sementara Mama biasa membelikan Sate Ayam Madura yang terletak di Alun-alun Ungaran untuk makan malam. Sewaktu bekerja di Jakarta, saya juga mengetahui bahwa kebanyakan pengepul barang bekas dan pekerja jasa bongkaran rumah adalah orang Madura.
Namun, bukan hal-hal itu yang menjadi alasan saya mengunjungi Madura pada Maret 2014 silam. Ada dua alasan penting kala itu, yang pertama adalah Jembatan Suramadu, sementara berikutnya adalah Bebek Sinjay yang fenomenal.
Pernah suatu malam, Mama bercerita bahwa Beliau kemarin mengunjungi Jembatan Suramadu, dan terpesona akan kemegahan jembatan yang menghubungkan Surabaya dengan Madura itu, “Wah, jembatannya ada di atas laut. Panjaaaang banget.” Ceritanya kala itu, mengagungkan Suramadu. Saya yang belum pernah ke sana cuma bisa membayangkan, bengong, apa iya ada jembatan di atas laut. Itu jembatan apa Nabi Musa, kok membelah laut?
Kemudian tentang bebek, saya adalah seorang pengagum bebek, tentunya untuk dimakan, bukan untuk dinikahi. Bahkan, kekaguman saya pada bebek, mengalahkan kekaguman saya pada unggas lain, seperti ayam, soang, dan burung kuntul. Maka tak heran, begitu seorang kawan menawarkan untuk membawa saya ke Bebek Sinjay Madura –di sela-sela kunjungan ke Surabaya, saya pun langsung mengiyakan tawaran tersebut.
Sebenarnya, sudah lama saya mendengar tentang legenda Bebek Sinjay ini, berhubung banyak yang berkata seperti “Kamu harus cobain Bebek Sinjay kalau ke Madura”, “Belum ke Madura kalau belum makan Bebek Sinjay”, “Bebek Sinjay enak binggo Ya Allaaaahhhh.“, maka mau tak mau, saya pun menjadi penasaran.
Namun ternyata, perjuangan mendapatkan Bebek Sinjay yang mungkin saja merupakan hidangan bebek paling laris di dunia, tidak semudah mengunjungi Surabaya dan menyeberang ke Madura melalui Jembatan Suramadu.
— 2 Maret 2014 —
09.15
Hari itu, saya bangun lebih siang dari biasanya, karena hangover parah di malam sebelumnya akibat menyantap Sate Kelapa Ondomohen pasca menghadiri pesta pernikahan sahabat saya, Chizta, si self proclaimed sosialita Surabaya. Sementara itu, di kamar yang lain, dua orang teman saya, Anita dan Lolita juga masih belum ada kabarnya.
Sebuah kabar baru datang dari Judith beberapa saat setelahnya, yang mengatakan “Wes siap gurung? Aku wes arep rono karo Joseph.” Sudah siap belum? Aku sudah hampir jalan ke sana bareng Joseph nih, guys.
DHEG! Mau tak mau, saya pun segera bersiap, demi Jembatan Suramadu dan Bebek Sinjay.
10.30
Saya telah selesai mandi, sementara Lolita masih berdandan dan Anita masih menggambar alisnya. Dasar wanita, mengapa sih selalu ingin alis a la Sinchan? Pada saat yang bersamaan, Judith dan Joseph juga mengabarkan kalau mereka akan segera tiba di Highpoint Apartment, salah satu penginapan yang kami dapat dari hasil browsing dan booking hotel murah di Surabaya.
11.30
Setelah turun dari kamar, di lobi apartemen telah menunggu Judith dan Joseph dengan pose termanis. Saya meminta izin untuk menyelesaikan proses check out, sebelum bergabung dengan mereka. Kemudian, tepat pukul 11.30, kami telah siap berangkat menyeberang ke Madura, dengan menumpang Peugeot milik Joseph.
Di dalam mobil, kami duduk berdasarkan ketampanan. Yang tampan di depan, sisanya di belakang.

Joseph – Judith – Anita – Lolita – Hamba Allah
12.30
Dengan diiringi senandung Hall & Oates, kami memasuki Jembatan Suramadu, dengan gagah perkasa. Tampak menara kembar berwarna abu-abu setinggi 140 meter di tengah jembatan, dengan kabel-kabel berwarna merah yang menopangnya. Secara sekilas, dari kejauhan, konstruksi jembatan ini mirip dengan Jembatan Ampera di Palembang.
Secara umum, Jembatan Suramadu merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan, yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge) dengan panjang keseluruhan 5.438 meter dan lebar kurang lebih 30 meter. Dengan panjangnya yang mencapai 5 kilometer, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Indonesia, yang melintasi Selat Madura dan menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura.
Menurut Wikipedia, jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Selain itu, jembatan yang juga memberlakukan tarif tol ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan. Kapan lagi naik sepeda motor menyeberangi laut, selain di sini, guys?
Tip: Apabila melintasi jembatan ini, sebaiknya tidak berhenti di sembarang tempat dan foto-foto, karena bisa mengganggu pengguna jalan yang lain.

Kurang lebih setengah jam kemudian, kami telah tiba di ujung jembatan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009. Setelah kurang lebih 6 tahun, jembatan yang pembangunannya menghabiskan dana sebesar 4,5 trilyun ini pun akhirnya selesai, dengan tujuan utama untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura.
Di Madura, kami tiba dengan disambut banner, poster, dan baliho para caleg yang sedang bertempur untuk pilkada. Huvt.
13.00
Tepat pukul satu, kami telah tiba di halaman parkir Bebek Sinjay yang terletak di Jalan Raya Ketengan Nomor 45 Bangkalan Madura, sementara tepat di depan restorannya, berjajar puluhan sepeda motor yang diparkir dengan helm terletak di atas spion. Untung ini bukan di Jakarta, karena helm tak akan selamat kalau diletakkan sembarangan di Jakarta.
Berikutnya, kami masuk ke dalam Bebek Sinjay dengan mulut ternganga.
“BUSET PENUH BANGET TEMPATNYA, BOK!” Celoteh Anita. Bok adalah bahasa slang untuk menyapa seorang teman, bukan untuk memanggil ibu seseorang.
“Iya, cyin, penuh banget cyin.” Jawab saya. Cyin adalah bahasa pergaulan yang saya gunakan untuk menyapa teman dekat. Di sekeliling kami, terdapat ratusan orang yang telah duduk di meja-meja yang ditempatkan untuk makan, sementara sisanya, ada yang sedang mengantre, entah untuk membayar, ataupun untuk mengambil pesanan.
Buset.
Berikutnya, kami mulai mengatur strategi. Joseph bertugas menjaga Anita dan Lolita, sekaligus mencari meja makan, sementara saya bertugas untuk antre dan memesan makanan, karena kalah ganteng. Akhirnya dengan ditemani Judith, saya melakukan pemesanan Bebek Sinjay sesuai dengan prosedur yang berlaku.
13.10
Secara garis besar, berikut adalah prosedur yang harus kami lalui untuk mendapatkan Bebek Sinjay.
- Mengantre untuk melakukan pembayaran, ya, panjang antrean kurang lebih sama seperti antrean pembayaran di kasir midnite sale. Untuk menghindari baku hantam, ada pengunjung yang mengantre dengan menggunakan helm. Smart move, kalau tempatnya tidak panas, atau jika helm memiliki fitur double blower.
- Memilih menu, you wish. Di sini cuma bisa memesan kuantitas, tidak bisa memilih ingin bagian bebek yang mana. Tidak bisa memilih antara dada atau paha, dada kiri, maupun dada kanan. Cuma bisa bilang, bebek 5 porsi pakai ati ampela, tanpa bisa memilih mau dada atau paha atau paruh bebek.
- Membayar pesanan. Saat saya ke sana, semua dilakukan secara manual, dengan bon yang ditulis tangan, penjumlahan yang dilakukan dengan kalkulator, dan senyum yang sedikit dipaksakan. Mungkin karena lelah, sementara untuk bisnis sebesar ini, seharusnya sudah menggunakan mesin kasir, pembukuan komputerisasi, dan pembayaran dengan mesin EDC untuk pembayaran secara debit dan kredit. Saking laparnya, saat itu kami memesan 7 porsi nasi bebek untuk berlima!
- Menunggu pesanan jadi, dan mengambil ke loket pengambilan. Di sini, kami mengantre lagi sesuai urutan dan menunggu pesanan dibuat. Mungkin filosofi yang berlaku di sini adalah, “Antrelah, masa kalah sama bebek.” Iya sih, bebek menang, tapi akhirnya mati.
- Mengambil pesanan begitu sudah ready, walaupun untuk siap, diputuhkan waktu menunggu selama berpuluh-puluh menit. Sekadar informasi, untuk mengambil minum dilakukan di tempat yang berbeda, biasanya pada pesan Teh Botol Sosro, karena ada paket bundling Nasi Bebek Sinjay dengan Teh Botol Sosro. Sudah macam handphone saja, kini beli nasi bebek juga ada bundling-nya!
13.58
Akhirnya, setelah menanti sekitar satu jam, pesanan kami pun telah lengkap semua. Memang ada yang berkata, “Jangan pergi ke Bebek Sinjay ketika lapar” dan ternyata ucapan tersebut terbukti, karena kami semakin kelaparan akibat proses menunggu makanan tersebut.
Untungnya, saat ini, telah hadir di hadapan saya sepiring Nasi Bebek Sinjay, lengkap dengan lalapan, ati ampela, dan sambal mangga muda (pencit) yang sungguh mengundang selera.
Namun, saya tidak langsung makan, karena selayaknya anak zaman sekarang, saya malah memfoto-foto makanan tersebut lebih dahulu, alih-alih berdoa.
14.08
Setelah mendapatkan foto yang biasa saja, saya mulai mencicipi nasi bebek tersebut. Oh iya, disebutkan juga bahwa Bebek Sinjay menggunakan bebek di sekitar daerah Bangkalan yang diproses dan diberi bumbu khas sinjay.
Pada suapan pertama, saya mencoba terlebih dahulu kulit bebeknya yang crispy. Lemak bebek dan minyak panas yang masih menempel dan memisahkan antara daging dan kulitnya sontak membuat saya semakin berliur. Berikutnya, giliran daging bebek yang saya gagahi. Dagingnya lunak dan tidak amis, menandakan keahlian pengolah bebek ini. Setelahnya, saya memadukan nasi putih pulen dengan kremesan yang hadir sepaket. Semuanya hadir sempurna di lidah saya.
Untuk sambal pencit, berhubung saya bukan penyuka pedas, maka saya tidak banyak menjamahnya. Namun apabila kamu menyukai sambal mangga muda yang dipadukan dengan irisan cabai merah nan pedas, maka kamu mungkin bisa cocok dengan sambalnya.
Kalau kamu bertanya kepada saya tentang penilaian, saya mungkin akan menempatkan Bebek Sinjay ini setara dengan Bebek Goreng H. Slamet yang kejam (karena menggoreng H. Slamet) dan Bebek Kaleyo. Walau mungkin tidak apple to apple, tapi saya lebih menyukai Bebek Peking di Duck King.
14.18
Sepuluh menit setelahnya, piring saya telah tandas. Antre satu jam, dihabiskan hanya dalam waktu sepuluh menit. Sedikit kesal rasanya, ketika mau menambah makanan lagi tapi langsung malas melihat antrean yang berlangsung terus-menerus. Kalau mau tambah, berarti saya harus mengulang lagi prosedurnya sejak awal. Huvt.
Pada awalnya, Bebek Sinjay mungkin hanya sebuah warung makan pinggir jalan milik Zainal Arifin, namun perlahan, nama Bebek Sinjay mulai menanjak seiring omongan orang dan warung makan pun kini berubah menjadi sebuah rumah makan berkapasitas ratusan orang. Apalagi ditambah dengan adanya Jembatan Suramadu yang mempermudah transportasi antara Surabaya dengan Madura.
Sekadar informasi, saat ini Bebek Sinjay melayani sekitar 1.000 pembeli sehari dengan jam buka mulai pukul 07.00 hingga 17.00. Apabila dihitung omzet, misalkan dihitung per porsi senilai Rp20.000,- maka per harinya Bebek Sinjay akan mendapatkan omzet Rp20.000.000,- dengan asumsi tiap pembeli membeli satu porsi.
Dua puluh juta sehari, berarti sebulan bisa mendapatkan enam ratus juta dan setahun akan mendapatkan angka tujuh koma dua milyar!
14.40
Masih menumpang mobil Joseph, saya kembali ke Surabaya dengan sebuah jawaban atas rasa penasaran akan Jembatan Suramadu dan Bebek Sinjay. Apabila saya pikir, ternyata mereka saling berhubungan, Jembatan Suramadu akan meningkatkan pendapatan Bebek Sinjay, sementara Bebek Sinjay akan menarik orang-orang untuk datang ke Madura melalui Jembatan Suramadu dan meningkatkan retribusi daerah melalui tol.
Ah, untung saja saya malas berpikir!
Malam itu, saya dijadwalkan terbang meninggalkan Jawa Timur, menuju Jakarta untuk kembali mencari nafkah. Untuk tiket pesawatnya, saya kebetulan mendapatkan harga yang cukup murah melalui pembelian dari sebuah situs penjualan tiket seperti Wego.
Sampai jumpa lagi, Madura! Sampai jumpa lagi Jembatan Suramadu, Bebek Sinjay, dan baliho-baliho caleg.
Tagged: Bebek Sinjay, Madura, Suramadu
Ya ampun antriannya, macam antri beli tiket kereta api di India aja. Tapi ini enak, udah lama antri dapet makan. Slrup
LikeLike
Lho kalau tiket kereta kan juga antri dapat tiket om, haha. Kalau dapat sih :))
LikeLike
itu ada koko-koko ber-victory ria pas di foto :))
aku pernah makan bebek sinjay ini, tapi di cabang surabaya… enakan yang di bandung mas 😀
LikeLike
Haha iyaa koko kokonya sadar kameraa masaaa :”)
Lho di Bandung ada bebek apaaa? Aku mau cobain dong.
LikeLike
Ga doyan bebeeeek, padahal mantunya wong Suroboyo.
Kalo ke Safety Duck, aku pesennya ayam horeng mz 😂😂😂
LikeLike
ISHHH MASA SIH GAK DOYAN BEBEK KAN ENAAAA~
Safety Duck itu di manaaa? Kok keknya enaak.
LikeLike
Bebek slamet ooom 😂😂
LikeLike
ANJEEERRR BARU NYADAR KALAU BEBEK SLAMET 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Emang ada ayam ya di sana?
LikeLike
Duh, baca ini pas lagi di Malang.
Capcus ke Suramadu aja nih?
LikeLike
YA IYA LAAAH DARIPADA KE BATU MACEEET HAHAHAHA.
Cyusss cyiiinnnn~
LikeLike
Ketemu pak Zainal Arifinnya gak? Kalo ga ketemu gapapa sih……hehehe.
LikeLike
Ga ketemuuuu hahaha. Gapapa kan ya?
LikeLike
Sambelnya nyos nih…..
LikeLike
Yoihhh nyos banget!
LikeLike
Gw ampe nambah makan 2 porsi tuh pas dsana hhahahahha
LikeLike
Buseeeet antri lagi dong kalau mau nambah 😂😂😂
LikeLike
Untungnya emang udah order lebih banyak hahahahhaaha jd ga pake ngantriiii hahahahaha
LikeLike
Hahaha iya sih emang harus gituuu!
LikeLike
Soalnya dr sby ke sana dah macet edan blm ngantrinya…. masa cuma terbayarkan oleh 1 porsi…. hrs siapin lambung cadangan. Kga boleh engga hahahahha
LikeLike
bacanya pas menjelang buka puasa lagi. Allaaaahhhhhh 😦
LikeLike
Allaaahhhh~
Ini udah buka sih kalau sekarang *halah*
LikeLike
Akhirnya ngerti kenapa td siang ngetwit kalo ngiler sendiri pas nulis ini. Kami kami bacanya pun ngileeer, baaang
LikeLike
Ahahaha berarti berhasil ya tulisannya hahaha ❤
LikeLike
ya kali aaaah dibandinginnya sama Duck King –”
untung di Malang udah ada cabangnya sekarang, ntar pas mudik makan ah…mudah2an bebeknya ga mudik
LikeLike
Abisan gimanaa aku suka Duck King nihhh~
Iya semoga gak mudik yaa! Aku nitip salam buat nasi buk depan stasiun aja deh.
LikeLike
Jenggotnya kok ilang kak? *salah fokus*
Anywaaay, ini bebek emang legendaris banget yaaaaa…sampe ada cabangnya sekarang..tp mungkin rasanya ga seenak klo makan di tempat aslinya secara perjuangan banget kesananya, plus kelaparan selama nyebrang suramadu..jadi enaknya berlipat..
Btw di suramadu ada spot khusus bs berhentiin kendaraan untuk ngefoto jembatannya ga sih? Perasaan ga ada yg pernah bahas dan terkesan sebenernya ilegal utk berhenti di suramadu :s
LikeLike
Yeee itu kan cerita lamaaa, masih belum pakai jenggot haha.
Iya legend banget itu bebeknya, sudah belasan tahun mendunia. Kalau di Suramadu, buat mobil sih gak ada spot khususnya, tapi di jalur motor, ya ada aja gitu yang pada berhenti dan foto-foto. So far sih gak ada yang nilang kayaknya haha.
LikeLike
kalo aku, inget madura, malah inget pembantaian sampit mas 😦
btw, ini bebek blm sempet2 juga aku coba :D.. pdhl penasaran bgt saking srgnya baca review di blog, baca komen temen2 yg prnh makan di sana.. Hihhh, bener2 ketinggalan.. kebetulan aku penyuka pedes bgt :D.. jd mungkin bisa cocok ama sambelnya..
eh kalo memang segede itu omzet yg didapt, masa iya ya, ga bisa pake sistem komputerisasi, masih manual aja perhitungannya :D.. yakin percaya tuh ama staff2nya 😀
LikeLike
Waduhhh, iya sampit itu serem banget ya kasusnya :O ngeri dan jangan sampai terulang lagi.
Hihi iyaaa kalau suka pedes sih harusnya cocok mbak makan di sanaaa. Nah itu dia, omzetnya gila begitu, atau bisa saja manual itu dilakukan karena tujuan tertentu, misalnya … penghindaran pajak. Eh.
LikeLike
Buset, panjang juga antriannya,
Memang benar sih, kalau liat antriannya seperti itu, datang ke Bebek Sinjay jangan pada saat lapar sekali, bisa2 maagnya akut.
Sama dong, Sama2 penggila bebek.
Kalau di Makassar, ada juga masakan khas bebek.
Namanya Palekko Itik, bebeknya dipotong kecil dengan bumbu cabenya yang pas di lidah. Recomended lah.
LikeLike
Hooh panjang banget itu antrian, so far antrian terpanjang untuk sebuah tempat makan yang penah aku datangi. Mending bawa bekal deh kalau mau ke sana dan pas lapar.
Nah itu baru tahu tuh palekko itik, kayaknya wajib coba deh kalau ke Makassar lagi, selama ini cuma makan daging-dagingan soalnya, harus coba yang lain kalau ke sana.
LikeLike
Ini jaman masih belum terawat ya? Btw bebek sinjay gak ada cabang gitu di Jakarta?
LikeLike
Weits, dulu malah pakai LBC aku hahaha. Kayaknya gak ada sih Bebek Sinjay di Jakarta.
Eh, Bebek Ginyo apa kabar ya? Tiba-tiba keingetan.
LikeLike
LBC apaan sik? Soal bebek, biasanya aku makan Bebek Kaleyo sih…
LikeLike
London Beauty Center 💅💅💅 haha iya Kaleyo enak sih, favoritku yang bebek muda 1/2 ekor.
LikeLike
Wanjir perawatannya gak nahan :)))
LikeLike
yawloh antriannya……….. order pake go food bisa ga? jadi biar mamang gojek yg antriin. hahaha… ogah ngantri
LikeLike
Wahahaha nice idea tuh go food, tapi ya keles sih order dari Surabaya belinya di Madura :))))
LikeLike
Omg… SALAH banget baca ini jam 11 siang lagi puasa 😭😭😭😭
LikeLike
Nah coba baca lagi sekarang deh hahahaha! 😀 😀 😀 😀
LikeLike
Kalo ak wkt Jalan ke Madura, pas lewat Sinjay kebetulan lg kosong. Masih jam 10 pagi soalnya.
Akhirnya sarapan pake bebek sinjay 😄😄
By the way, kalo ak lbh suka bebek suryo di jkt, mas.. Bebeknya empuk, bumbunya lebih wenak 😋
LikeLike
Hihi iyaaa, soalnya memang ada yang nyaranin jam 7 jalan dari Surabaya biar gak ramai.
Bebek Suryo itu yang di mana sih? Kayaknya aku sering dengar tapi belum cobain, pernahnya Kaleyo, Ginyo, Yogi 😀
LikeLike
ya awlohhh salah baca artikel ini mah-_- aku kok jadi hungry ya?
mas arif unyu banget mukanya pas bawa nampan :))
LikeLike
Wawawawa! Berarti berhasil artikelnya haha.
Iya itu muka muka masa muda dulu, aishhhh :))
LikeLike
yeeeeeeeeeeeeeeey baca pas masih puasa.
makasih
LikeLike
Wahahahaha rasakaaaan! Coba deh baca lagi sekarang, makasih.
LikeLike
Gw kapok makan kesini malesin antri nya
LikeLike
Iyaaa antrenya sejammmm
LikeLike
Enaakkkkk
LikeLike
Eyaaakkkkk
LikeLike
Hai mas Ariev. Sya kerja di Suramadu lho, tepatnya di kantor BPWS, Badan Pengembangan Wilayah Suramadu.
Jembatan Suramadu sih emang tujuannya agar perekonomian di Madura bisa meningkat. Salah satunya ya orang2 jauh (macam ms Ariev) akhirnya pengen nyoba Bebek Sinjay. Gara2 Sinjay ini lah, banyak warung2 bebek yg buka di Bangkalan dan Sampang. Saat ini juga, BPWS bekerja sama dg kab2 di Madura utk meningkatkan pariwisata lokal, yg saat ini terkenal adalah Gili Labak, para blogger juga demen banget ke sini. Lokasinya pulau2 kecil yg masuk di wilayah Sumenep, kabupaten paling ujung timur pulau Madura. Kalau Madura emang terkenal wisata pantainya, sama kesenian Karapan Sapi. Monggo, kalau mau explore Madura lebih lanjut. 😁😍
LikeLike
Hai Mbak Ika, salam kenal yaaa! Wah seru banget kerjanya di sana hehehe.
Wah, boleh tuh nanti minta informasinya kalau mau ke sana lagi hehe. Iya, kemarin temanku habis dari Gili Labak nonton sunset di sana haha. Kira-kira butuh berapa hari Mbak kalau mau eksplor Madura? Kalau bisa sih pas ada karapan sapi hehe.
Itu kalau BPWS masuknya PNS kah, Mbak?
LikeLike
Hehe.. iya mas, sebenarnya untuk pulau-pulau kecil di Sumenep (disebut Gili) ada banyak, dan sya baru menjelajah yg namanya Gili Iyang (45 menit dari pelabuhan Dungkek Sumenep), yg terkenal dengan kadar oksigen tertinggi sehingga banyak penduduk nya yang berusia mencapai 100th. Kalau Gili Labak, beberapa tim dari kantor sudah pernah ke sana, tapi sya tidak termasuk di dalamnya 😦 . Tapi dari infonya sih, kalau di Gili Labak memang bagus untuk snorkeling.
Dari Jembatan Suramadu menuju kota di Kab Sumenep bisa ditembuh dalam waktu 4 jam melalu jalur pantai utara atau pantai selatan. Kalau mau eksplor Madura, tergantung mau mengunjungi wisata apa, sejujurnya sih pantai di pulau Madura (yg di pulau utamanya) juga bagus tapi sayang minim fasilitas :’). Kalau wisata di kotanya saja, ya cukup 2 hari, tapi kalau ditambah wisata alam nya ya bisa sampai 3 hari.
Berikut rekomendasi wisata2 okeh di Madura (menurut sya, dan teman-teman di kantor 😀 )
Kab. Bangkalan — Mercusuar Sambilawang, Bukit Jaddih, Bukit Geger, Kampung Batik Tanjung BUmi, Bebek Sinjay
Kab. Sampang — Air Terjun Toroan (pernah diliput MTMA transtv), Pantai Camplong, Gua Lebar, Depot Kaldi Al-Ghazali (you should definitely try it!!)
Kab. Pamekasan — Pantai Jumiang, Api Tak Kunjung Padam, Vihara Avalokitesvara, Pasar 17 Agustus (buat mborong batik tulis Pamekasan murah 😀 ),
Kab. Sumenep — Gili Iyang, Gili Labak, Kampung Kasur Pasir, Keraton Sumenep, Masjid Jami’, Kaldu Kokot, Apen Manis
Kalau event yg sya tahu itu Karapan Sapi Piala Presiden yg diadakan di Kab Pamekasan pada tiap bulan Oktober- Nopember
Kalau status kepegawaian saya masih dirahasiakan hahaha, yg pasti kantor BPWS ini menggunakan dana APBN, karena dibentuk langsung oleh Presiden SBY pada saat itu. PNS aktif di kantor saat ini hanya berjumlah sekitar 10% saja dari total pegawai.
LikeLike
Huwaaawwww panjang balasannya haha, dan bikin penasaran sama Madura.
Aku sih pengin banget ke sana tapi kadang suka sayang kalau cuti haha. Kalau weekend aja capek gak yah?
Terus sekarang penasaran sama Gili Iyang, pengin lihat penduduk berusia 100 tahunnya itu kayak gimana, sepertinya menarik kalau bisa interaksi dengan mereka ya.
Sumenep itu berarti ujung Madura ya kalau dari Suramadu?
Aku catat dulu rekomendasinya, kalau untuk wisata, di sana masyarakatnya welcome kah dengan turis? Dan bagaimana dengan tingkat kriminalitas di sana? 😀
Hihi main rahasia-rahasiaan nih yeee hahaha. 😛 😛 😛
LikeLike
hehehe, maklum mas, walaupun tugasku di divisi Perencanaan Teknis, tapi kadang suka dapat tugas tambahan buat promosi organisasi dan wisata Madura 😀
Agak capek sih kalau weekend aja, coba biar vuti nya worth it ngambilnya pas event Karapan Sapi Piala Presiden di Pamekasan itu, biar sekalian jalan, tapi tanggal pastinya terakhir aku cek masih belum pasti, sekitar bulan Oktober.
Iya, kalau Sumenep kabupaten paling timur di Pulau Madura.
Gili Iyang sih sebenarnya pulaunya ya gitu-gitu saja, tapi memang terasa agak sejuk padahal intensitas hujan rendah dan pulau2 lain di Madura biasanya cenderung panas.
Mmm.. agak speechless kalau ngomongin masy lokalnya, yg bener2 penduduk asli, mereka masih “nganut apa käta kyai”, bahkan ketika ada investor yg akan membangun hotel di salah satu pantai di Sampang ditolak, karena Kyai nya takut hotel akan cenderung digunakan utk maksiat. Pengembangan wisata pantai juga sering mendapat penolakan, takut kalau bule2 asing datang lalu mereka memakai bikini, itupun akhirnya wisata pantai ditolaklah oleh Kyai2 setempat 🙂 TApiiii akalo dengan turis lokal, selama berpakaian sopan pasti welcome banget 😀
Kalau kriminalitasnya sih relatif ya, masih lebih tinggi di kota2 besar seperti Surabaya.
LikeLike
Hi Mbak!
Siap, terima kasih banyak loh infonyaaa jadi ngobrol panjang lebar kita haha. Semoga aku bisa ke sana pas ada karapan sapi, atau kalau mau undang-undang aku boleh loh hahahaha *malah promosi*
Ternyata masih religius banget yaaa di sana!
Cocok lah sama aku *Lhaaa* 😂😂😂😂😂😂
LikeLike
siap masss… hehehhe, sya terlalu semangat berarti mempromosikan Madura nya 😀
okee, ntar klo ada calender event yg menarik disana, aku kabarin yah, via twitter ajah, aku follow mas Ariev juga kok 😀
LikeLike
Waaah siap mbak! Terima kasih banyaaak.
Kalau mau undang-undang ke sana juga boleh 😛 😛 😛
LikeLike
Buat referensi main ke Madura dan Surabaya besok. 😀
LikeLike
Siaaap! Semoga bermanfaat yah 😀
LikeLike
Walah dalah, antreannya buanyak banget mas. Bukan lagi pemadam kelaparan dong kalau gitu eh jadinya pembuat kelaparan. he he..yah lain kali bawa makan untuk ganjal perut sebelum menyantap bebek sinjay.
LikeLike
Haha iya mas! Mirip sate klathak ya antrinya panjang dan lama. Mungkin itu taktik dagang biar pesannya banyak pas makan :))
LikeLike
Baca aja udah kepikiran enaknya gimana… Laper!
Adis takdos
travel comedy blogger
http://www.whateverbackpacker.com
LikeLike
Umm, sebenarnya gak yang enak banget sih hahaha! Tapi kalau laper ya enak 😀
LikeLike
waaah itu yang ngatri!! baca blognya aa bikin ngilwe. wkwkwkwk !!!
visit website kami tentang kemasan makanan food grade paper
LikeLike
Wkwkwkwk, iyaa antrenya panjaaang! Untuk enak sih bebeknya.
LikeLike
whoaaa….kangen sama suramadu….dulu kalo lagi BT langsung cuss..motoran ke suramadu, udah di seberang putar balik lagi 😀
http://www.cakapcakap.com/
LikeLike
Ahaha, akupun udah lama ga ke sana, kangen bebeknya. Tapi pengin sih nginep di Madura buat eksplor gitu. Weekend doang cukup kah?
LikeLike
noted Safety Duck : Bebek Slamet
LikeLike
Hahahaha, anjay jauh banget baca artikelnya yang dulu dulu! Stay safe pokoknyaaaa, kayak Bebek Slamet!
LikeLike