
Sebagai seorang muslim, saya sudah terbiasa berpuasa sedari kecil. Semuanya dimulai ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, di mana Papa selalu memancing saya untuk berpuasa dengan iming-iming THR. Memang awalnya berat, di mana saya hanya mampu berpuasa bedug, atau berpuasa hingga waktu zuhur saja. Setelah terbiasa dengan puasa bedug, saya meningkatkan kompetensi saya menjadi puasa hingga waktu ashar. Baru setelah itu berpuasa full hingga maghrib, pada Ramadan berikutnya.
Hasilnya, setiap saya berhasil menyelesaikan satu hari puasa, Papa memberikan THR seribu rupiah, dan apabila berhasil hingga sebulan penuh, maka THR itu akan bertumbuh menjadi lima puluh ribu rupiah! Sebuah jumlah yang cukup besar untuk anak berusia di bawah sepuluh tahun pada tahun 90-an, bukan? Shallow? Memang. Namun THR tersebut bisa untuk membeli sepasang sandal Neckermann yang dapat dipamerkan saat lebaran, atau sepasang sepatu Pro ATT yang bisa berkelap-kelip kalau dilangkahkan.
Sekadar informasi, sekaligus mengenang masa lalu, harga saat itu adalah: Sepasang Sandal Carvil: Rp25.000,-; Sepasang Sandal Neckermann: Rp30.000,-; Sepasang Sepatu Pro ATT: Rp33.000,-; Sepasang sepatu Adidas: Mahal banget, gak kebeli lah.
Sebagai seorang muslim yang senantiasa berpuasa sedari kecil, saya juga selalu penasaran bagaimana rasanya berpuasa di luar negeri. Apakah di sana juga berlaku sistem imsak pada sepuluh menit sebelum subuh, apakah di sana menjual takjil yang dapat dimakan sebelum makan berat pada saat berbuka, apakah azan magrib di sana juga dibunyikan dengan sirine pertanda buka puasa, dengan instruksi “AYO MANGAN YOOOO!” seperti di Ungaran, juga hal-hal lain yang menimbulkan pertanyaan di hati.
Akhirnya, pertanyaan demi pertanyaan tersebut sedikit terjawab ketika saya mengunjungi Singapura bersama Neng pada bulan Ramadan tahun 2016, dan berikut adalah pengalaman kami dalam menjalankan puasa di Singapura. (Catatan: Demi kenyamanan membaca, rangkaian peristiwa berikut ini tidak disusun secara kronologis seperti aslinya.)
— Makan Sahur —
Salah seorang teman yang sudah bertahun-tahun tinggal di Singapura –sebut saja namanya Farouk, mengatakan bahwa setiap bulan Ramadan, di Singapura ada yang namanya ‘Geylang Serai Hari Raya Night Market’ yang terletak di kawasan Geylang. Di sana kami dapat menemukan berbagai jenis makanan, yang dapat dimanfaatkan untuk makan sahur selama bulan Ramadan.
Ketika Farouk mengajak kami ke sana, kami menemukan ada banyak sekali makanan yang dapat mengundang air liur untuk segera menetes, mulai dari kebab, burger, churros, gorengan, hingga nasi ayam yang sepertinya lezat.
Menariknya, di pasar malam raksasa yang buka dari pukul lima sore hingga tengah malam ini, kamu tidak hanya akan menemukan makanan, karena di sini juga dijual berbagai perlengkapan dan kebutuhan lebaran, seperti pakaian yang mewah, hingga karpet untuk dekorasi ruang tamu yang dapat dipamerkan ketika lebaran.
Astaghfirullah, tak boleh riya ya!
Walaupun terletak di kawasan Geylang, namun untuk mengaksesnya, akan lebih dekat kalau kamu turun di stasiun MRT Paya Lebar dan berjalan kaki mengikuti petunjuk arah menuju pasar malam yang terletak di Geylang Road, tepatnya di depan One KM Mall dan Onan Road ini.
Dari hasil kunjungan tersebut, saya jadi mengetahui bahwa di Geylang, selain ada yang nakal, ada juga yang suci, seperti pasar malam ini.
— Ngabuburit —
Ngabuburit, berasal dari bahasa Sunda, yaitu ‘burit’ yang berarti waktu menjelang sore hari. Apabila diimplikasikan pada bulan Ramadan, maka ngabuburit dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menunggu waktu azan magrib. Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk ngabuburit, mulai dari ngopi-ngopi cantik, hingga berhubungan badan, namun sialnya, puasa menuntut kamu untuk tidak melakukan hal-hal tersebut.
Beruntungnya, di Singapura terdapat banyak pilihan aktivitas yang dapat dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa. [DISCLAIMER: Sebenarnya di Jakarta juga banyak aktivitasnya, namun menurut saya Jakarta kurang nyaman untuk dijelajahi dengan berjalan kaki karena polusi dan banyaknya pengendara sepeda motor, serta belum memiliki transportasi umum yang mudah digunakan untuk menuju tiap sudut kota.]
MERLION PARK

Ada yang bilang bahwa belum sah ke Singapura, kalau belum berkunjung ke tempat ini, yaitu Merlion Park yang didesain sebagai simbol Singapore Tourism Board pada tahun 1964. Pada 15 September 1972, taman ini mulai dibuka untuk umum oleh Perdana Menteri Singapura, Lee Kwan Yew, dengan menampilkan Patung Merlion setinggi 8,6 meter dan seberat 70 ton (kalau tak percaya, boleh ditimbang sendiri) yang menyembur Singapore River sebagai atraksi utama.
Walaupun sudah pernah tersambar petir, dan mengalami renovasi beberapa kali karena kerusakan minor, namun Patung Merlion tetap tegap berdiri hingga saat ini dan dijadikan sebagai objek foto traveler pemula –seperti kami, yang berkunjung ke Singapura. Patung ini merupakan salah satu peninggalan berharga Lee Kwan Yew, –selain Singapura itu sendiri, yang meninggal karena pneumonia di usia 91 pada 23 Maret 2015. #RIPLeeKwanYew #RESPECT #LEGEND
ORCHARD ROAD

Sebagai orang Indonesia yang gemar belanja, sudah merupakan suatu kewajiban untuk berkunjung ke Orchard Road dan menyambangi mal-mal yang terletak di sepanjang jalan. Ya, walaupun Jakarta juga memiliki banyak mal, namun rasanya tidak dapat mengalahkan prestige dan kenyamanan belanja di Orchard Road.
Di Orchard Road, berjajar banyak mal mulai dari Lucky Plaza yang mirip ITC Mangga Dua, ION Orchard yang mewah, hingga Plaza Singapura yang klasik. Favorit saya, adalah 313@Somerset yang humble dan menyediakan berbagai barang kesukaan saya, seperti sneakers, jersey bola, juga popcorn Garrett ada di sana.
Tip: Karena sedang puasa, jangan sampai tergoda untuk menjilati Ice Cream 'Uncle' --seharga $1 yang sekarang sudah naik menjadi $1.2, yang banyak tersebar di Orchard Road.
BUGIS STREET

Bugis Street, merupakan tempat favorit saya –juga orang-orang Indonesia lain yang gemar– untuk mencari oleh-oleh untuk kerabat, keluarga, dan rekan kerja yang menyebalkan. Di sini, kamu akan menemukan berbagai oleh-oleh dan suvenir seperti gantungan kunci, kaus, gunting kuku, dan magnet kulkas. Di Bugis Street juga, kamu akan dapat menemukan adult shop, khusus dewasa. #JustSaying #LifeGuide
Siapa sangka, Bugis yang pada tahun ’50-an hingga ’80-an menjadi tempat mangkalnya pria (atau wanita) transgender, kini telah berkembang menjadi sebuah komplek belanja dan restoran serba ada.
CINEPLEX BUGIS JUNCTION

Menonton bioskop, adalah salah satu kegiatan asyik yang dapat dilakukan sambil ngabuburit, dan apabila kamu berada di seputar kawasan Bugis, maka kamu dapat melakukannya di Film Garde Cineplex Bugis Junction, dengan harga tiket belasan dollar, dan subtitle berbahasa Mandarin.
Saat itu, kami yang #LakiBanget ini memilih untuk menonton The Conjuring 2 yang menampilkan Valak pada awal karirnya sebagai hantu, bukan sebagai model video klip dangdut. Hasilnya, tentu saja kami ketiduran.
Tip: Menonton film di bulan puasa memang sebuah kegiatan yang mengasyikkan untuk ngabuburit, asalkan jangan sambil grepe-grepe pasangan dengan nafsu yang membuncah.
HAJI LANE
Apabila kamu adalah anak Instagram/penggiat fotografi/penyuka barang-barang lucu, maka tak ada salahnya apabila kamu mengunjungi Haji Lane yang (untungnya) masih terletak di seputaran Bugis, atau di kawasan Kampong Glam tepatnya. Di lorong tersebut, kamu akan menemukan berbagai toko warna-warni yang Instagrammable, yang menjual pakaian juga berbagai barang kerajinan lucu.
Apabila malam tiba, kawasan ini akan berubah menjadi tempat nongkrong dan mimik-mimik lucu di kafe-kafe bergaya timur tengah, yang saat ini masih aman dari razia FPI dan Uni Fahira Idris dengan gerakan #AntiMiras-nya.
Oh iya, saat berkunjung ke Haji Lane, saya juga ditemani oleh Alid Abdul, si blogger fenomenal asal Jombang.
— Mencari Takjil —
Tidak sesusah yang dibayangkan, ternyata mencari takjil di Singapura dapat juga dilakukan, apabila tahu tempatnya. Kebetulan, saat itu kami menemukannya di sekitar Masjid Sultan, Bugis, di mana terdapat banyak sekali warung tenda yang berjualan cemilan dan makanan untuk berbuka puasa.
Sebut saja, gorengan, kurma, aneka macam jus, kebab, nasi goreng dan mie, hingga es chendol (pakai h) pun ada di sana. Lumayan untuk ngemil sebelum makan besar setelah magrib, dan untungnya, ada gorengan di sini, karena gorengan adalah cemilan dan takjil wajib orang Indonesia.
Bedanya dengan di Jakarta, atau Indonesia pada umumnya, makanan dan minuman yang disajikan di sini nampak lebih higienis karena bebas polusi ditambah beberapa warung juga meletakkan makanannya dalam wadah plastik yang bersih dan menempatkan kaca pembatas sebagai etalase antara penjual dan pembeli.
— Berbuka Puasa —
Sepanjang pengamatan dan pendengaran saya, tidak ada sirine yang dijadikan alarm tanda seruan berbuka puasa di Singapura, pun tidak ada ajakan “AYO MAKAN!” yang diteriakkan dari pengeras suara masjid sebelum azan magrib. Namun, jika kebetulan berada di kawasan Masjid Sultan pada saat magrib, maka kamu akan dapat mendengar azan magrib dengan jelas.
Apabila sedang mengalami kesulitan keuangan, ataupun ingin mencoba pengalaman baru yang seru, kamu dapat mengikuti ritual buka puasa di Masjid Sultan yang disediakan secara gratis, iya GRATIS, untuk siapa saja yang berbuka di sana. Nantinya, kamu akan ditempatkan pada sebuah meja panjang, dengan kursi plastik yang disusun berjajar, sebelum dihidangkan makanan untuk disantap secara ramai-ramai dengan orang lain.
Makan bersama stranger dong? Bukan. Kan semua muslim pada dasarnya adalah saudara.
Tip: Apabila makan di sini, tolong bertingkah lebih behave, jangan terlalu rakus dan mengambil hak orang lain. Karena pada saat kita bepergian ke luar negeri, kita juga membawa nama baik bangsa Indonesia.

Kalau sedang tidak ingin makan beramai-ramai dan mau mencoba hidangan yang tidak ada di Indonesia, maka Nasi Briyani di Arab Street juga patut dicoba. Porsi makan di sini sangat besar, namun cocok untuk orang yang kelaparan setelah berpuasa seharian.
Jangan lupa juga untuk memesan teh tarik khas Peranakan di sini, kenapa? Karena itu minuman favorit saya.

Malam itu, selepas buka puasa, saya dan Neng bertemu dengan Anggi dan pacarnya, Farouk, yang kemudian mengajak kami untuk menikmati dessert berupa Durian Shaved Ice di Ji De Chi Taiwanese Dessert yang terletak di Liang Seah Street, Bugis.
Apabila kamu adalah penyuka durian, maka hidangan pencuci mulut ini tidak boleh kamu lewatkan. Sebuah hidangan pencuci mulut, yang membuat kami melewatkan tarawih malam itu. Maafkan kami, ya Allah.
Selepasnya, Farouk mengantarkan kami untuk mengunjungi Geylang Serai Hari Raya Night Market yang terletak di kawasan Geylang, dan demikianlah kisah ini dimulai.

Keluarga M Arif Rahman*) dan segenap admin Backpackstory mengucapkan: Selamat Idulfitri 1437 Hijriah Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin Semoga Kita Dapat Dipertemukan Kembali dengan Ramadan Berikutnya
*) Ini adalah pertama kalinya saya merayakan Ramadan dan lebaran bersama dengan keluarga kecil saya, yang terdiri dari saya dan Neng.
Seruuuuuu. Selamat Idulfitri juga ya
LikeLike
Terima kasih! Mohon maaf lahir batin yaaa~
LikeLike
Pengennya ramadan di luar negeri…..
LikeLike
Ayo sekali-kali cobain mas 😀
LikeLiked by 1 person
Brunei enak kali ya… 🙂 🙂
LikeLike
Tapi sepi di sana haha! Malaysia coba.
LikeLiked by 1 person
Burit itu bukan pantat ya? *eh*
BTW, selamat idul fitri ya mas…..:)
LikeLike
Hahaha iya yah? Atau burik? Atau buritnya burikan? *halah*
Mohon maaf lahir batin juga mas! Masih di Afrika?
LikeLike
Ah, seruu banget kayanya. Btw, Selamat Idul Fitri.
LikeLike
Iya seru! Mohon maaf lahir batin juga ya!
LikeLike
Nice info, mas! Masih banyak yang belum tahu festival-festival Ramadhan di Singapura karena imej-nya sebagai negara non muslim. Gue aja baru tahu, wkwkwkwk. Anyway, setahu gue “burit” itu artinya “belakang”, “ngabuburit” maksudnya adalah menghabiskan waktu di penghujung hari (berpuasa). Cmiiw.
Akhir kata, sugeng riyadi, selamat Idul Fitri 1437 H, mohon maaf lahir dan batin.
LikeLike
Nah iya! Yang pasar malam itu pun aku baru tahu karena teman di sana bilang hehe, semoga infonya membantu ya!
Oh iya, mungkin ngabuburit itu menghabiskan waktu di belakang, sebelum magrib (?) Ehehehe.
Mohon maaf lahir batin juga ya, Gi! 😀
LikeLike
Wkwkwkwk, kalimat ambigu lol
LikeLike
Dulu pas masih kecil saya juga puasa bedug, klo bisa full 30 hari dapet hadiah, hehe.
ternyata singapore tidak seperti yang saya kira. Banyak muslim juga ternyata..
LikeLike
Ahahaha! *toss* ternyata kebiasaan orang tua kita sama ya!
Iya banyak muslim di sana, kan banyak bangsa Melayu juga hehe.
LikeLike
Puasa di luar kalo negara nya masih banyak muslem nya pasti seru menikmati aura lain sisi ramadhan.
Gw pernah 1/2 bulan puasa di bangkok trus 4 hari di filipin dan itu ngak ada papa yg ada gw tersiksa sendiri tapi alhamdulillah tetep puasa #Curhat
LikeLike
Iya sih, kalau di negara non muslim kayaknya lebih susah ya haha.
Kalau mascum sih aku percaya kuat puasa, kan sehari-harinya puasa daud mulu hahaha. Eh kalau sekarang ganti jadi senin-kamis ya?
LikeLike
Arieeeev…taqaballahu minna wa minkum. Selamat lebaran 🙂
LikeLike
Selamat lebaran juga kaaaak! Maaf lahir batin yaaa 😀
LikeLike
Doain tahun depan bisa ke sini mas 😀 😀
LikeLike
Aamiin aamiin pasti bisa mas!
LikeLike
Halo Kak Ariev, happy lebaraaan… Maaf lahir batin.. Seru jg puasa di Sing, untung masih banyak muslimnya di sana jadi masih rame hehe.. Pernah jg ngabuburit sambil nonton pas lg di sana, tapiii teksnya mandarin, ora mudeeng… 😀
LikeLike
Hehe iyaaa di sana masih banyak muslimnya jadi masih enak cari-cari makannya.
Iyaa teksnya mandarin jadi harus ngandelin skill listening 😂😂😂😂😂
Mohon maaf lahir batin yaaaa!
LikeLike
Meskipun negara tetangga tapi ya gt, kalo nggak dekat kawasan masjid seperti di Haji Lane, susah banget denger suara adzan yak.
Dan kemarin pas ubek2 IG, ngeliat hestek geylang night market, kaget jg….ada yg suci juga ternyata dibalik ituh hihihi.
Maaf lahir bagin juga yaa hehe
LikeLike
Hehe iya sih, kemarin pas kebetulan mainnya di sekitar masjid ehehe subhanallah yaaa.
Nah iya kan, Geylang emang terkenalnya buat begituaaaan (((BEGITUAN)))
Minal aidin wal faidziinnnn~
LikeLike
wih seru puasanya di Singapore…
LikeLike
Hehe iya nih, kebetulan di sana kemarin 😀
LikeLike
Mohon maaf lahir batin kak Ariev dan Istri 🙂
LikeLike
Sama-sama, mohon maaf lahir batin juga yaaa 😀
LikeLike
selamat hari raya idul fitri ya mz, mohon maaf lahir batin.
LikeLike
Sama-sama mb, mohon maaf lahir batin juga yaaa 😀
LikeLike
Maaf lahir bathin Ariiipp! Eh harusnya mampir ke Mellben Seafood. Surga dunia tuuuuh~
LikeLike
Maaf lahir batin juga bos chika! 😛
Aku biasanya ke Jumbo Seafood kalau di Singapura ehehe. Kepitingnya mantab.
LikeLike
(((((bos)))))
LikeLike
Mohon maaf lahir batin, Mas Arif 🙏
Btw itu beneran nonton subtitle-nya bahasa mandarin? Wakakak 😂
LikeLike
Maaf lahir batin juga, Egi! 🙏🙏🙏
Hahaha iya beneran, pakai bahasa Mandarin di sana :)))))
LikeLike
selamat idul fitri mas Ariev dan Gladies.. Telat gpp ya, tulus kok ngucapinnya :))
btw, di daerah asal aku, Palembang, burit itu artinya pan.. eh bokong. Hehehe.. pertama kali ke bandung sempet kaget dengan istilah ngabuburit 😀
LikeLike
Maaf lahir batin juga cikmel, piye kabareeee? 😀
Lho kamu dari Palembang toh? Ini aku lagi di Palembang hahaha. Jadi aku gak boleh bilang burit yahh di sini? 😛
LikeLike
kabar baikkkkkkkk….
aku udah liat2 di IG mu kemarin lagi di palembang, maen ke tempat2 yang bahkan aku gak pernah tau.. hahhahaa…
LikeLike
Ahahahaha, kamu sering balik ke Palembang gak sih? No wonder kemarin pempeknya enak hehehe.
LikeLike
4 thn ngerasain puasa di Penang, jaman kuliah dulu.. cuma krn aku tinggal di daerah china town, jd suasananya ga kerasa bgt.. makanya kalo kangen ama suasana mau berbuka di sana, aku pergi ke kampus adekku di USM, yg mayoritas banyak melayu,, itu baru seru, krn yg jual takjilan banyaaak juga di sekitar kampus :D.. jd kangen ih..
LikeLike
Wah asyiknya kuliah di luar negeri hehe.
Penang China Town sebelah mananya Komtar sih? Aku udah lama gak ke Penang. Tapi kalau di Penang sih banyak food hawker sih yah, cuma gak kebayang kalau mereka jual takjil juga hahaha. 😀
LikeLike
Aaahhh udah lama banget ga ke SG, jadi kangen kaann …
Dulu bela2in tuh ke salah satu gang di Arab Street ada tempat makan apa ya namanya, yang murah gitu hehe. Haji Lane emang banyak toko2 semacam distro gitu sih, tapi biasanya cuma lewat doang, ga mampir lolss 😀
LikeLike
Pasti kangen aku kaaan? :”>
Tempat makan apa di sana kak? Dulu aku makan masakan Indonesia di daerah situ juga. Harganya juga terjangkau sekitar 5 Dollar gitu. Ini juga kemarin mampir ke toko-tokonya, tapi gak beli hahaha.
LikeLike
Seru ya, puasa juga masih tetap jalan-jalan terus. Kalau ane puasa nangkring dirumah aja. he he, nunggu bedug tiba…
LikeLike
Hehe iyaa seru nih ngabuburit sambil jalan-jalan walaupun capek juga 😀
LikeLike
perjalanan yang serupastinya nih
LikeLike
Iya dong seru banget hehehe.
LikeLike
seru banget perjalanannya mas, sama pasangan pula ! hahaha jadi makin indah ramadhannya wekeke
LikeLike
Ahaha iya bisa ibadah siang malam kalau sama pasangan mas, wehehehehe.
LikeLiked by 1 person
Enak juga yha kayaknya ramadhan di luar negeri!
Apalagi sama pasangan.
Btw, teh gladies ndak punya sepupu atau ade gitu, mz? Hahaha
LikeLike
Iya mz ena banget kalau bisa ena ena sama pasangan di luar negeri.
Adanya ponakan nih, baru 2 tahun, mau mz?
LikeLike
Minal aidjin wal faidjin, mohon maaf lahir batin kak. Salam backpacker. Postingannya keren dan sangat bermanfaat sekali
INFO OPEN TRIP PULAU HARAPAN
http://www.haraduta.com/open-trip-pulau-harapan/
LikeLike
Salam kenal dan mohon maaf lahir batin juga yaa.
Sukses selalu untuk bisnisnya 🙂
LikeLike