
Road Trip with Movic: Pencarian 10 Tempat Kuliner Legendaris di Bogor
arievrahman
Posted on December 22, 2019
Sudah tiga bulan berselang sejak saya memutuskan untuk membuat proyek video kuliner bernama “Datang Senang Pulang Kenyang”, dan hingga saat artikel ini ditulis, saya sudah mengunjungi lima kota di Indonesia dan empat negara lain, untuk membuat video kuliner, serta jalan-jalan tentunya. Ya walaupun subscribers di YouTube masih ratusan, dan masih belasan orang yang setia menonton, tapi saya tidak akan menyerah untuk membuat video. Semoga saja, apa yang dikatakan Paulo Coelho di buku The Alchemist ini benar “When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.”.
Dikatakan pula dalam buku tersebut bahwa “People are capable, at any time in their lives, of doing what they dream of.”, yang pada dasarnya adalah bahwa sesungguhnya tidak ada yang mustahil dalam hidup ini, asalkan kita mau berusaha. Termasuk untuk menjadi seorang YouTuber. Ashiaaap! Didorongkan oleh keinginan luhur supaya dapat menjadi YouTuber yang berkualitas, maka saya bertekad untuk kembali membuat video tentang kuliner.
Dua minggu lalu, atau beberapa hari setelah saya kembali dari perjalanan panjang mendatangi Maroko, Spanyol, dan Qatar, ingin rasanya jalan-jalan dan kulineran lagi, tapi badan masih capek. Ingin rasanya menyetir mobil sendiri, namun masih trauma dengan kemacetan yang mungkin timbul di jalanan. Pertanyaan yang sama berulang kali muncul di pikiran saya.
Pengin jalan-jalan sambil kulineran lagi, tapi masih capek Ya Allah, bagaimana caranya ya?
Seorang kawan menyarankan saya untuk menyewa mobil, sementara beberapa kawan lain mengatakan ingin ikut jalan-jalan sambil kulineran kalau dekat dan bisa pulang pergi dari Jakarta saja. Pop! Sebuah ide road trip kembali muncul, bagaimana kalau kita ke Bogor saja, saya kembali bertanya, pertanyaan yang langsung dijawab dengan anggukan tak terlihat karena kami sedang chatting melalui WhatsApp. Pertanyaan berikutnya, sewa mobilnya di mana ya?
“Lu kenapa gak sewa di Movic saja?”

Movic, adalah sebuah marketplace yang mempertemukan rental mobil terpercaya dan penyewa mobil dalam sebuah aplikasi yang dapat diakses melalui smartphone. Saat ini sudah tersedia lebih dari 4.000 mobil di Movic yang tersebar pada lebih dari 50 kota di Indonesia. Enaknya lagi di Movic adalah, kita bisa langsung mencari jenis mobil yang cocok sesuai kebutuhan, sambil membandingkan harga terbaik dan ketersediaan layanan antara rental satu dengan yang lainnya, tanpa perlu menelepon langsung ke rental tersebut.
Ya, bagi seorang introvert seperti saya, menelepon adalah hal yang sangat menguras energi. Di aplikasi Movic, saya tak perlu susah-susah bertanya harga sewa, yang bisa dipilih antara jam-jaman in a good way, hingga harian. Kalau masih ada yang kurang jelas, tinggal chat langsung dengan rentalnya, juga lewat aplikasi, tak perlu bergonta-ganti aplikasi atau menunggu keduanya swipe right dahulu.
Lalu kalau sudah cocok bagaimana? Ya tinggal booking, dan bayar! Mudah bukan? Tidak perlu sampai panggil penghulu, wali, dan dua orang saksi.

Pukul delapan pagi itu, sesuai hari yang ditentukan, sebuah Toyota Fortuner berwarna putih mengkilap telah tiba. Dari model dan kemulusan bodinya, saya menebak si Fortuner ini belum genap berusia tiga tahun, masih kinyis-kinyis, dan masih bau toko. Ya, saya memesan mobil Fortuner untuk dipakai jalan-jalan dan kulineren ke Bogor, mobil yang jarang saya dapatkan kalau tidak menggunakan Movic. Biasanya ya, Avanza deui, Agya deui, kadang-kadang Innova.
Nyamannya lagi, lokasi penjemputan Movic ini adalah bisa ditentukan di mana saja, sehingga saya, Galang, dan Vincen yang hari itu akan ikut sebagai figuran, tak perlu janjian di depan pengkolan, karena Fortuner akan menjemput di depan rumah kontrakan saya. Like a boss. Boss yang masih ngontrak.
Setelah semua beres, maka berangkatlah kami menuju Bogor!
“And, when you can’t go back, you have to worry only about the best way of moving forward.”
Perjalanan dari Bintaro menuju Bogor ditempuh dalam waktu sekitar satu jam, tanpa kendala yang berarti, tidak ada macet, tidak ada hujan, tidak ada becek, dan tidak ada ojek –karena lewat jalan tol, sungguh Minggu pagi yang sangat indah karena cuacanya cerah dan mendukung. Di Bogor, saya sudah mengontak seorang kawan yang juga warga lokal, bernama Hafiz yang akan menemani kami untuk kulineran selama seharian.
“YAKIN NIH MAU KULINERAN SEHARIAN?”
1. Warung Laksa Pak Inin
Dari meeting point di Gramedia Pajajaran, Hafiz mengarahkan kami sedikit ke luar dari Kota Bogor ke arah Kecamatan Cijeruk, atau tepatnya di Jalan Palasari, karena di sana terdapat salah satu kuliner paling legendaris di Bogor yang bernama Laksa Cihideung, atau Laksa Pak Inin yang sudah ada dari tahun 1965, atau sejak zaman PKI dahulu. Tenang, laksa di sini bukanlah antek komunis, kok.
“Omong-omong, laksa teh naon?”

Saya membedah sepiring Laksa Bogor yang sudah hadir di hadapan kami. Asap yang mengepul dari kuahnya menandakan bahwa laksa ini masih panas, karena kuah kental kaldunya langsung diambil dari kuali di depan warung, bukan karena efek dry ice yang dibenamkan di dalam piring. Di dalamnya, terdapat tahu putih, telur rebus, tauge, soun, dan ketupat yang sudah terlebih dahulu dipotong-potong.
Slurrrppp! Saya menikmati sepiring Laksa Bogor ini dengan bahagia. Rasa asam, gurih, dan manisnya berbaur indah di lidah.
2. Doclang Pak Odik
Dari Cijeruk, kami bergerak kembali ke arah kota. Untungnya, kami menggunakan Fortuner dari Movic, sehingga jalanan naik turun yang sedikit berkelok, dapat dilibas dengan sempurna dengan tidak mengurangi kenyamanan pada penumpang di dalamnya. Tujuan kami berikutnya adalah Doclang Pak Odik, yang konon sudah beroperasi sejak tahun 1976.
Bermula dari jalanan Pasir Kuda dan Ciomas serta kerap beberapa kali mangkal in a good way di Kantor Kehutanan, kini Doclang Pak Odik bermukim secara permanen pada sebuah warung mungil di Jalan Pasir Kuda Nomor 23, dengan pucuk pimpinan yang sudah beralih ke anak Pak Odik. Konon, warung ini dikatakan menjadi langganan artis dan pejabat yang sudah jatuh cinta dengan rasanya.

Bagi saya yang bukan merupakan artis maupun pejabat, ini baru pertama kalinya saya menyantap Doclang Bogor. Doclang yang membuat saya jatuh cinta dengan doclang, padahal komposisi makanan ini sangatlah sederhana, jauh lebih sederhana dari RM Padang Sederhana. Hanya ketupat, kentang, tahu kuning, kerupuk, yang disiram kuah kacang! Namun, daya magisnya berada di kuah kacangnya, yang tidak saya temukan di manapun kecuali di sini. Rasa pahit dan sangitnya sangat khas, beradu sengit dengan manis bumbunya!
Harga, jangan ditanya, walaupun melegenda tapi harganya tidak sombong! Hanya belasan ribu per piringnya. Berbeda dengan restoran yang menjadi tujuan kami berikutnya.
3. Bogor Permai Bakery & Restaurant
Usaha kuliner yang dirintis sejak tahun 1963 ini adalah salah satu pionir makanan fancy di Kota Bogor, letaknya yang strategis, di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23A atau tak jauh dari pagar Istana Bogor di mana kamu bisa juga melihat rusa-rusa yang berkeliaran di sana, menjadikan Bogor Permai Bakery & Restaurant ini adalah pilihan utama buat kamu yang ingin kulineran di tengah kota, sambil melihat rusa-rusa istana.
Ya semoga kalau beruntung, bisa melihat presiden juga. President Taxi.

Bogor Permai ini pada awalnya bukanlah sebuah restoran, melainkan adalah usaha bakery, seperti Aburizal. Roti-roti ‘jadul’ yang dijajakan di sana diklaim tanpa pengawet, dan masih mempertahankan citarasa yang sama sedari dulu. Unggulannya adalah Roti Keset, atau Roti Sobek kalau kata Tukul, yang merupakan sebidang roti dengan beberapa bagian beraneka rasa yang dapat disobek secara individu.
Pilihan saya tentu saja jatuh kepada roti keset dengan rasa campur kacang-cokelat-keju, yang ditebus dengan harga empat puluh ribuan. Mahal? Memang, tapi itulah harga yang dibayarkan untuk citarasa legendaris, yang menurut saya biasa saja, namun dapat menuntaskan rasa penasaran saya akan roti paling legendaris di Bogor ini.
Kalau rotinya biasa saja, lalu bagaimana dengan makanannya?
Berdasarkan tampilan di buku menu dan ulasan yang saya baca di internet, menu andalan dari Bogor Permai ini adalah Ayam Goreng dan Lontong Cap Gomeh, dua menu yang langsung kami pesan untuk beramai-ramai. Lalu rasanya bagaimana?
Untuk Lontong Cap Gomeh (LCG) yang disajikan tanpa lontong karena kehabisan, saya lebih cocok dengan LCG yang dipunyai Sate Khas Senayan, karena lebih ‘manis’ menurut saya. Zaman sekarang, makan LCG sudah seperti makan Bodrex, karena bisa kapan saja, tidak harus menunggu imlek untuk menikmatinya.
Untuk ayam gorengnya sendiri, enak sih, sambalnya juga enak, namun saya lebih suka dengan Ayam Berkah di Melawai, Jakarta Selatan. Sekali lagi, ini pendapat pribadi saya, tanpa ada tekanan dari pihak Ayam Berkah.
4. Es Sekoteng & Siomay Boper
Tak jauh dari Bogor Permai yang mahal karena legenda, terdapat pula deretan kuliner murah meriah di Jalan Sawojajar Nomor 43 yang dapat dinikmati berbagai kalangan, sepanjang tidak sedang berhalangan. Salah dua yang paling laris adalah Es Sekoteng dan Siomay Boper –iya, Boper diambil dari nama Bogor Permai supaya mudah untuk diingat– yang dijual berdekatan.

Apabila biasanya sekoteng adalah minuman panas yang dibuat dengan menggunakan campuran jahe, maka es sekoteng ini sedikit berbeda karena tidak terasa rasa jahe di dalamnya. Entah, apakah sudah berubah rumusnya, atau memang hanya mengambil nama sekoteng supaya ‘catchy’. Di dalam makanan, eh minuman ini, cuma terdapat bubur mutiara yang sudah dipisahkan dari kerangnya, alpukat tanpa biji, dan kelapa muda yang sudah tidak tua lagi. Semuanya dicampur, sebelum dibanjur dengan santan serta ditetesi susu kental manis dan ditambah gula cair yang rasanya tidak asin. Berikutnya baru bongkahan es ditaburkan ke dalamnya dalam gerakan lambat supaya lebih cinematic.
Hasilnya adalah es campur seharga lima belas ribu Rupiah, yang untuk mendapatkannya perlu perjuangan, karena harus antre dan sedikit baku hantam karena kehabisan mangkok! Untung saja ada Galang yang berbaik hati mau mengantrekan. Lalu bagaimana dengan siomaynya? Sila tonton video di bawah ini untuk mendapatkan jawabannya.
5. Toge Goreng Hj. Omah
Masih di lokasi yang berdekatan juga, terdapat kuliner khas Bogor lainnya yang bernama Toge Goreng Hj. Omah, yang tidak menggunakan nama ‘Boper’ untuk nama produknya. Ya ngapain pakai nama itu, kalau bisnis kuliner yang dirintis dari tahun 1970 ini masih bisa berjaya dengan namanya sendiri hingga saat ini, dengan sebuah prestasi diraih ketika mampu memasuki Istana Bogor pada 2017, saat dipanggil Bapak Presiden Jokowi untuk dijadikan makanan pada rapat kabinet paripurna.
Wah sepertinya menarik, lalu bagaimana penampilan makanan ini? Berantakan!

Secara estetik, memang makanan ini tidaklah sedap dipandang, karena sambal oncom yang disiramkan secara awur-awuran ke atas taburan tauge, irisan tahu kuning, potongan ketupat, tidak membuat makanan ini makin cantik melainkan jadi makin ‘hancur’. Tapi dari berantakannya inilah tersimpan sebuah keindahan mahakarya kuliner. Perpaduan segala macam sajian di atas piring yang ternyata nikmat disantap, telah membuat nama Toge Goreng Hj. Omah ini melegenda. Dari komposisi hidangannya, saya dapat berkata bahwa salah satu tipikal kuliner Bogor adalah terdapatnya ketupat, tahu, dan bumbu kacang pada sajiannya. Bukan begitu?
Bagi saya yang sudah beberapa kali makan hari itu, mungkin porsinya agak sedikit terlalu banyak, mungkin di kunjungan berikutnya saya akan memesan menu yang lebih sedikit isinya —tocil goreng, mungkin?
6. Raja Es Durian Monthong Super Mas Yanto
Langit sudah gelap ketika kami meninggalkan kawasan Bogor Permai untuk menuju lokasi berikutnya. Bukan Bogor namanya kalau tidak hujan, dan bukan Bogor namanya kalau tidak macet di akhir pekan. Dua hal yang berkaitan dengan julukan Kota Bogor, yang satu disebut sebagai Kota Hujan karena tingginya curah hujan di sini, sementara julukan satunya lagi adalah Kota Angkot karena banyak sekali angkot yang memenuhi jalanan Bogor, sehingga menimbulkan kemacetan pada berbagai titik.
Kemacetan yang entah ditimbulkan oleh angkot, atau kendaraan plat B yang juga memenuhi Bogor hari itu. Untung saja, saya tidak menyetir sendiri, jadi masih bisa bersantai di jok belakang, tanpa perlu mengeluarkan tenaga untuk emosi. Puas pokoknya sewa mobil kali ini!

Lokasi berikutnya yang dituju adalah Raja Es Durian Monthong Super Mas Yanto yang sudah berjualan lebih dari 20 tahun lamanya. Hujan deras menyambut kedatangan kami di sana, untungnya lagi tersedia payung di Fortuner Movic ini, sehingga kami dapat tiba di lokasi dengan selamat, tanpa ada sesuatu yang mengkerut.
Ketika tiba di kedai kecil di Jalan Sukasari 1 Nomor 2 ini, suasanya sepi, entah karena hujan, atau karena orang Bogor sedang terkena penyakit kolesterol sehingga sedang berdiet, ataupun karena turunnya tren mengkonsumsi durian olahan belakangan ini, karena kalah dengan boba. Atau mungkin juga karena harga yang ditawarkan di sini terbilang mahal?

Di sini, saya memesan segelas kecil Es Krim Durian seharga Rp22.000,- dan semangkuk Sup Durian Spesial seharga Rp35.000,-. Menurut saya yang suka durian, kedua menu ini enak, namun yang worth adalah sup durian spesial dengan biji di dalamnya. Biji durian, bukan biji Mas Yanto. Walaupun awalnya canggung makan durian dengan keju, tapi ternyata lama-lama ‘EH ENAK JUGA!’.
Tentang durian, katanya, hanya ada dua macam orang yaitu yang benar-benar suka durian dan yang benar-benar benci durian. Gak bisa disatuin seperti Love and Hate Collide-nya Def Leppard. Kamu termasuk golongan yang mana?
7. Asinan Bogor Gedung Dalam
Tak jauh dari Raja Es Durian Monthong Super Mas Yanto, atau tepatnya hanya di seberang jalan, terdapat sajian kuliner legendaris lain yang tak dapat dipisahkan dari Bogor, yaitu Asinan Bogor, di mana yang paling legendaris bernama Asinan Bogor Gedung Dalam di Jalan Siliwangi Nomor 27C. Mengapa dinamakan Gedung Dalam? Ya karena letak toko aslinya berada di gedung (yang terdapat di) dalam (bukan di jalan utama).
Asik ya penamaannya?

Ada dua macam jenis asinan yang dapat kamu pilih pada usaha asinan yang dimulai sejak tahun 1978 dengan bermula dari penjual buah keliling ini, yaitu asinan buah, dan asinan sayur. Tergantung, kamu lebih suka yang mana, buah yang asam manis, atau sayur yang asam pedas? Pertanyaan saya sederhana sih, kalau rasa asinan ini identik dengan asam dan pedas, kenapa dinamakan asinan? Apakah karena asinnya bersumber dari keringat si penjual?
Apapun itu, saya sangat respek terhadap bisnis yang mampu bertahan puluhan tahun, karena saya tahu bahwa seperti halnya cinta, mempertahankan itu lebih susah daripada memulai. Ea.
Hujan rintik-rintik yang kembali turun sore itu membuat perjalanan kami menjadi makin romantis, dengan sunset kelabu yang turun diam-diam di balik kumpulan awan yang menggantung di atas Gunung Salak. Sebuah pertanyaan kembali muncul di benak saya.
“Untuk makan malam, enaknya ke mana ya?”
8. Soto Kuning Pak Dayat
“Kita coba cek ke daerah Surya Kencana ya!” Hafiz berkata, seolah mengerti apa kata batin saya. Dari pertanyaan yang saya gulirkan beberapa hari sebelumnya melalui media sosial tentang rekomendasi kuliner di Bogor, hampir semua jawaban yang masuk merekomendasikan daerah Surken, atau Surya Kencana yang jadi pusat kuliner Bogor, namun sudah seharian ini kami belum menyambangi daerah tersebut. “Kalau masih pada buka.”
Dan benar saja, tiba di Surya Kencana pada pukul tujuh malam adalah sebuah kesalahan, karena hampir sebagian besar warung dan restoran di sana sudah tutup, kecuali beberapa tempat, seperti misalnya Soto Kuning Pak Dayat.

Berbeda dengan kebanyakan warung di sana yang buka dari pagi ke sore, warung mungil Soto Kuning Pak Dayat yang terletak di pertigaan di mulut Gang Aut ini malah baru berjualan dari sore ke malam. Mungkin saja itu adalah sebuah strategi dagang untuk berbagi rezeki antara satu warung dengan warung yang lainnya. Atau mungkin karena Pak Dayat yang memang anak insomnia pada masanya.
Kuah kuning berkaldu kental adalah yang menjadi daya tarik Soto Kuning khas Bogor ini, selain keragaman hayati yang terdapat di dalamnya, seperti babat, paru, daging, lidah, dan berbagai jeroan lainnya yang sangatlah cocok disantap ketika cuaca dingin dengan baluran kecap manis dan sedikit sambal. Sungguh menyantap soto kuning ini membuat saya kangen dengan gulai kambing yang biasa saya beli di alun-alun Ungaran dulu.
Dengan resep warisan yang tetap dipertahankan selama puluhan tahun, Soto Kuning Pak Dayat layak masuk ke daftar kunjungan apabila kamu ingin berwisata kuliner di Bogor, namun harap sabar apabila tidak kebagian tempat, karena hanya ada empat meja kecil di atas trotoar dengan kapasitas maksimal antara 6-8 orang tiap mejanya.
9. Sate Kambing Bang Hasan Kumis
Apabila jam buka kuliner di daerah Surya Kencana dibatasi waktu, maka tidak demikian halnya dengan Kedai Sate Kambing Bang Hasan Kumis yang terletak di Jalan Raya Pajajartan Nomor 61 ini, karena jam buka kedai ini adalah 24 jam dalam sehari! Sebuah inovasi yang sudah cukup layak mengalahkan McDonald’s.
Ini bukan pertama kalinya saya mendatangi tempat ini, namun ini adalah tempat pertama yang muncul di kepala apabila saya berniat untuk kulineran di Bogor. Sate kambing yang juicy dan sop kambing kuah susunya yang harum dan gurih adalah penyebabnya, dua hal yang membuat saya ketagihan untuk kembali makan di sini.

Bukan tanpa sebab kedai ini menjadi sangat laris, ramai, dan termahsyur, dan konon tempat ini juga pernah dikunjungi Bapak Presiden Joko Widodo. Hmm, Bogor, dingin-dingin, sate kambing, mau ngapain Pak? Ada dua menu makanan yang membuat kedai ini selalu ramai dikunjungi:
- Sate Kambing Muda, yang disajikan pada hot plate, yang membuatnya selalu panas untuk disantap. Bedanya dengan yang lain adalah sate kambing ini dibumbui dahulu dengan bumbu kecap sebelum dibakar, dan ditaruh pada hot plate yang dialasi irisan bawang bombay untuk menambah cita rasanya sekaligus untuk membuatnya tidak over-cooked.
- Sop Kambing Kuah Susu, dengan berbagai pilihan komposisi yang dapat dipadukan bersama mulai dari daging, kaki, otak, hingga jeroan lainnya. Semuanya akan dilebur menjadi satu kesatuan dalam mangkok yang penuh terisi kuah kaldu dengan susu yang membuatnya gurih dan harum. Tinggal tambahkan acar dan sedikit kecap, maka rasanya akan perfecto! Tinggal mencari mangsa setelahnya.
Sejak pertama kali mendatangi kedai yang pertama kali dibuka tahun 1998 ini, sudah cukup banyak perubahan yang terjadi, termasuk penambahan meja dengan penataan interior yang lebih rapi walaupun tidak fancy, serta adanya live acoustic yang menyanyikan lagu-lagu lawas dari tahun ’70 hingga ’90 an. Lagu-lagu yang membuat saya makin betah makan di sini.
10. Roti Unyil (reseller Simpang Raya)
Ada ungkapan yang berkata bahwa tidak akan lengkap kunjungan ke Bogor tanpa membawa pulang oleh-oleh berupa Roti Unyil dari Venus Bakery. Sebuah ungkapan yang diucapkan oleh orang kantor, teman, dan sanak saudara yang kerap meminta oleh-oleh, padahal sudah saya berikan 10 Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Tak Perlu Membelikan Oleh-Oleh.
Namun, ungkapan tersebut tidaklah salah, karena sebagai oleh-oleh, Roti Unyil Venus Bakery ini memiliki karakteristik yang cocok. Dimensinya mungil, rasanya oke, dan harganya murah. Sehingga tidak akan rugi rasanya berinvestasi nama baik di kantor dengan membelikan puluhan Roti Unyil Venus Bakery ini sebagai oleh-oleh. Asalkan siap mengantre saja.
Kami sempat mendatangi Pusat Roti Unyil Venus Bakery yang terletak di Ruko V Point namun ternyata antrean yang ada sungguhlah luar biasa gila. Sama gilanya dengan orang-orang yang meminta para driver ojek online untuk mengantre Roti Unyil Venus selama satu jam atau lebih dan tidak memberikan tambahan uang tip. Berdasarkan pertimbangan waktu, maka kami memutuskan untuk mengalihkan pencarian ke reseller Roti Unyil Venus Bakery ini yang terletak di samping Restoran Padang Simpang Raya, di Jalan Raya Pajajaran.
Ya kalau ternyata bukan reseller resmi dan yang dijualnya adalah palsu, maka bukan menjadi dosa kami. Naudzubillah min dzalik.

Sejarah Roti Unyil Venus Bakery ini tidaklah singkat, karena perlu perjuangan panjang dari tahun 1992 yang dilakukan oleh Bapak Hendra Saputra Hawidjaja (hey, namanya kok mirip dengan karakter Gossip Girl Indonesia, sih?) untuk mendirikan usaha ini. Nama roti unyil ini dipilih karena ukuran roti-roti ini yang mungil daripada roti pada umumnya. Sebuah pemilihan nama yang seharusnya membayar royalti ke Film Si Unyil yang sudah dimulai dari tahun 1981.
Waktu bergulir, usaha ini makin berkembang pesat hingga sekarang, di mana Roti Unyil Venus Bakery senantiasa mengusung keinginan untuk memproduksi roti yang sehat bagi konsumen, dengan cara selalu menjual produk roti fresh yang diproduksi di hari yang sama tanpa menggunakan bahan pengawet. Dari produksi rumahan, Roti Unyil Venus Bakery kini telah menjadi sebuah Perseroan Terbatas yang mampu memberikan rezeki bagi para karyawannya.
Masha Allah.

Hari yang mengenyangkan tersebut ditutup dengan perpisahan kami dengan Hafiz yang akan kembali ke peraduan sementara kami masih harus kembali lagi ke Bintaro dan Jakarta. Untungnya pakai Movic, sehingga tidak perlu capek-capek menyetir pulang setelah puas jalan-jalan dan kulineran seharian di Bogor. Sewa mobil, pasti puas pakai Movic.
Kami berpisah dengan sebuah janji untuk kembali lagi ke Bogor guna mencicipi berbagai kuliner lain yang masih ada, karena nampaknya sehari kulineran di Bogor tidak akan cukup rasanya. Datang senang, pulang kenyang.
Simak foto-foto dan berbagai cerita kuliner saya lainnya di Instagram DSPK Project!
Tagged: Bogor, kuliner, Movic, rental mobil
Wah ada aku
LikeLike
kamu capah?
LikeLike
Guide nya ..mas apis kasihan betul ga di tawarin mkn….
LikeLike
Ahahaha, dia diet katanya tehhhh
LikeLike
Pernah ke bogor tapi belum sempat nyobain soto kuningnya euy…
LikeLike
Ayo lah balik lagi buat nyobain kuliner yang lebih banyak!
LikeLike
Blm lama ini dr bogor… Nyobain bakso seseupannya…
LikeLike
wadaaw kelewat berarti kemarin sama saya. Enak ga tuh?
LikeLike
kuliner paling dicari
LikeLike
Yuk ke Bogor buat kulineran!
LikeLike
Bener banget kak, tiap ke luar kota pasti nyobain kulinernya.
Kalo ke Banyuwangi jangan lupa nyobain kuliner dibawah ini ya kak 😀
https://www.yukbanyuwangi.co.id/super-enak-melancong-kesini-wajib-cobain-kuliner-banyuwangi.html?utm_source=blog&utm_medium=link&utm_campaign=blogvisit
LikeLike
Kebetulan, saya penikmat soto. Tiap daerah, soto pasti beda. Dan kebetulan juga saya punya kaka di Bogor. Jadi kapan-kapan, pengin nyoba soto kuning pak dayat. kelihatannya sedeeeppp….
LikeLike
Yes! Harus cobain soto khas Bogor yang mungkin beda dari kota-kota lain 😀
LikeLike
Di Banyuwangi juga ada soto yang unik kak, Soto yang dicampur sama Rujak. Namanya “Rujak Soto”, kalau pengen tau gimana bentukannya, bisa intip disini ya kak!
https://www.yukbanyuwangi.co.id/super-enak-melancong-kesini-wajib-cobain-kuliner-banyuwangi.html?utm_source=blog&utm_medium=link&utm_campaign=blogvisit
Ayo main main ke Banyuwangi kak setelah Pandemi ini berakhir 🙂
LikeLike
Whoooa lama nggak ke sini ternyata ada yang baru. Selamat, Mas, semoga channel YouTube-nya berkembang sesuai harapan. Jujur, sejak kenal Mas Ariev, dkk. di Palembang dulu, sempat mikir, “Kenapa orang-orang top ini nggak bikin channel YouTube dan ngevlog sih?” Soalnya kalian itu udah punya basis penggemar, nggak mungkin nggak ada yang nonton (kaya videoku huhuhu).
Btw, Movic boleh juga nih dicoba ya. Tapi kayanya di Pemalang belum ada deh.
LikeLike
Ahahaha makasih Mas Eko! Udah lama banget kita ndak ketemu yaaa 😀
Semoga bisa istiqomah bikin videonya, karena effortnya lumayan buat bikin haha.
Movic di Pemalang, aku belum cek, tapi kalaupun belum ada semoga segera ada di sana! Salam buat keluarga mas!
LikeLike
Lama banget, Mas. Hahaha. Semoga lain kali bisa ketemu ya, mau ta bikinin konten hehehe.
LikeLike
Siap Mas Eko! Nanti kita bikin konten bareng ya hahaha.
LikeLike
Kayaknya mengoda itu makanannya kak,
Kalau nanti kakak main-main ke Banyuwangi. Jangan lup cobain kuliner khas Banyuwangi ya kak!
https://www.yukbanyuwangi.co.id/super-enak-melancong-kesini-wajib-cobain-kuliner-banyuwangi.html?utm_source=blog&utm_medium=link&utm_campaign=blogvisit
LikeLike
siap kakaa! Kalau kuliner Banyuwangi sebenarnya aku sudah pernah bikin YouTubenya di https://youtu.be/8v1lBKO1OVo 😀
LikeLike
Atau jika suka makanan yang ektrim, bisa liyat list’nya disini kak!
Ada di Banyuwangi juga loh
https://www.yukbanyuwangi.co.id/5-makanan-ekstrim-ini-ada-di-banyuwangi.html?utm_source=blog&utm_medium=link&utm_campaign=blogvisit
LikeLike
Wah kok linknya ga bisa kebuka kak? Ini ada lanjutaan videonya di sini hehe https://youtu.be/ocMa4Xm4BzY main ke Kampung Osing
LikeLike
Penasaran beut sama doclang. Wuh, pulang Indo (semoga pas sama selesai covid-19) langsung kulineran. Ijin bookmark ya bang ^^
LikeLike
Doclang enaaa hahaha, harus cobain nanti pas balik Indo yaaa. Emang kamu lagi di manakah ini? Aku lagi suka ngobrol-ngobrol sama teman-teman di luar negeri nih di IG Live @whatravel, semoga mbak bisa ikutan jugaa hehe.
LikeLike
haduh sate kambingnya menggoda sekali
LikeLike
Enak banget ituuuu! Cuma jangan kelamaan ditaruh di hotplate aja nanti gosong haha.
LikeLike
Ah ketemu dengan rental mobil lewat aplikasi saat browsing tentang kuliner Bogor. Yang saya butuhkan karena mau traveling ke luar kota Agustus ini. Top banget Mas cara nulisnya. Jempol sebelas ya
LikeLike
Yes pleaseee! Silakan dicoba sewa pakai Movic, semoga menyenangkan ya perjalanannya!
Terima kasih pula atas apresiasinyaaa, sukses selalu hihi.
LikeLike