Halo, perkenalkan nama saya adalah Muhammad Arif Rahman, dan ini adalah tahun kesepuluh sejak saya memutuskan untuk membuat paspor pertama dan keluar dari zona (tidak) nyaman saya di kantor, untuk kemudian berjalan-jalan menikmati dunia, baik di dalam dan luar negeri. Traveling, adalah sebuah hal yang saya sebut sebagai investasi yang akan membuatmu kaya seumur hidup.

Dari traveling, atau berjalan-jalan, sebuah aktivitas yang mungkin bagi sebagian orang dianggap tidak ada gunanya dan terkesan menghambur-hamburkan uang ini, saya mendapatkan beberapa pelajaran yang sangat berharga, yaitu:

A. Traveling Memberikan Pengalaman Tak Terlupakan yang Tak Dapat Dinilai dengan Uang

Mulai dari diajak makan oleh keluarga India dalam perjalanan kereta dari Delhi ke Mumbai; menonton langsung pertandingan sepakbola antara Newcastle United –tim bodoh yang saya bela sejak dulu melawan Arsenal yang tentu saja hasilnya kalah, di St. James’ Park, hingga tak sengaja bertemu dengan Yang Mulia Paduka Fadli Zon di Georgia, adalah pengalaman yang tak mungkin saya dapatkan ketika saya hanya duduk sambil melihat padang gurun hijau dengan langit biru dan gumpalan awan kapas putih yang beriring di layar monitor Windows XP komputer kantor.

Semuanya priceless!

B. Traveling Mengubah Saya yang Pemalu dan Minder Menjadi Lebih Berani Ketika Bertemu dengan Orang Baru

Traveling, sejatinya adalah tentang seni bertahan hidup dan survival, ketika saya traveling sendiri ataupun dalam grup kecil pada suatu tempat asing, maka saya dituntut untuk dapat menyelesaikan segala masalah yang saya temui dalam perjalanan seorang diri, tanpa bisa mengandalkan orang lain, orang tua, maupun Bapak Fadli Zon.

Fadli Zon in Georgia

Fadli Zon in Georgia

Dari orang yang pemalu dan tidak mampu memulai sebuah percakapan dengan lancar, kini saya sudah cukup banyak berubah. Sudah cukup percaya diri ketika bertemu orang lain, sudah bisa berbicara dalam bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari, dan sudah dapat bertahan hidup walaupun traveling sendirian. Semua karena traveling yang mengubah hidup saya, dan juga karena skincare yang mengubah wajah saya.

C. Traveling Membuat Saya Menjadi Orang yang Lebih Open Minded

Bertemu dengan orang-orang baru, budaya baru, wawasan serta pengetahuan baru, telah membuka cakrawala pengetahuan saya tentang banyak sekali hal-hal yang berbeda di dunia, dan it’s fine, karena memang kita diciptakan berbeda-beda.

Salat Jumat bersama dengan kaum sunni dan kaum syiah pada sebuah masjid besar di Azerbaijan, beradaptasi dengan kisah embargo Amerika Serikat di Iran, hingga mengikuti safari di Tanzania bersama dengan orang-orang dari berbagai dunia dengan warna kulit yang beragam, telah membuat saya menghargai adanya perbedaan antar umat manusia. Again, who am I to judge? Kita semua adalah sama-sama manusia, tidak ada yang derajatnya lebih tinggi dari yang lain.

D. Traveling Menambah Jaringan Pertemanan dan Koneksi

Dari Sabang hingga Merauke, dari Asia, Eropa, hingga Afrika –saya yang dahulu susah untuk berteman karena pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri sebesar Kekeyi, kini memiliki teman-teman dan kolega baik yang tersebar di berbagai wilayah dan negara. Semuanya karena traveling, bukan cuma karena bermain mIRC dan bersantai di Lounge Kaskus.

Lunch in Uzbekistan

Lunch in Uzbekistan

Jaringan pertemanan dan koneksi yang pada akhirnya mampu membuka peluang bisnis dan keran penghasilan lainnya.

E. Traveling Membuka Peluang Bisnis dan Keran Penghasilan Lainnya

Ya, seperti yang saya tulis sebelumnya, (apabila ditekuni maka) traveling dapat juga dijadikan modal untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Mulai dari menulis, membuat konten, hingga membuat sebuah bisnis perjalanan yang didirikan karena kecintaan terhadap dunia perjalanan ini. Seperti misalnya bisnis perjalanan bernama Whatravel Indonesia, yang sudah saya bangun bersama para partner sejak 2017 silam.


Singkatnya, traveling adalah sebuah kegiatan spiritual yang dapat membuatmu lebih kaya akan hal-hal lain yang mungkin tidak akan kamu dapatkan apabila hanya berdiam diri di kantor sambil mengamati pergerakan harga saham gorengan yang kamu beli akibat usulan dari financial advisor pilihanmu. Karena bagi saya, kaya itu bukan semata-mata perihal uang dan harta benda yang dimiliki, melainkan perihal hal-hal lain yang dapat meningkatkan kualitas hidupmu.

Lantas, apabila saya ingin menjadi seorang traveler, bagaimanakah caranya? Apabila itu adalah pertanyaan yang kamu ajukan, maka saya akan menjawabnya melalui beberapa bagian seperti di bawah ini.

[DISCLAIMER: Tulisan dikembangkan dari pengalaman pribadi penulis]

Ketahui Gaya Jalan-Jalan yang Cocok Untukmu

Yang pertama perlu dilakukan adalah mengenal lebih dalam mengenai kepribadian dan kebiasaan kamu sendiri, sebelum menentukan gaya/tipe jalan-jalan seperti apakah yang cocok untukmu. Berdasarkan budget dan kebiasaan yang dilakukan sepanjang perjalanan, maka gaya jalan-jalan dapat dibagi menjadi seperti ini:

1. Backpacking

Bepergian dengan budget super irit dan cenderung pas-pasan, menginap di hostel di mana satu kamar bisa dihui oleh sepuluh orang dengan satu orang bau kaki dan tiga orang bau ketiak, membawa tas punggung sebesar Zlatan Ibrahimovic di belakang, dan menggunakan pesawat dari maskapai berbiaya rendah seperti Air Asia, Lion Air, dan Adam Air adalah beberapa ciri khas dari seorang Backpacker.

Penampilan kadang kumal, karena mandi hanya sekali sehari akibat harus menempuh perjalanan panjang dengan bus malam atau kereta jarak jauh, terkadang kamu temukan pada diri mereka.

2. Luxury Traveling

Merupakan antitesis dari backpacking, di mana gaya jalan-jalan ini mengedepankan kenyamanan dan kemewahan dalam perjalanannya. Budget tak terbatas, menginap di penginapan bintang lima di tengah pulau yang bukan Nusa Kambangan atau pinggir pantai yang bukan pantai jompo, membawa koper aluminium super ringan bermerek Rimowa bersama tas tenteng Louis Vuitton, dan menikmati perjalanan dengan maskapai bintang lima dan duduk di kelas bisnis adalah ciri-ciri pemilik First Travel, eh maaf, maksudnya seorang Luxury Traveler.

Penampilan necis, rambut klimis, dan kata-kata manis adalah hal yang umum kamu lihat pada diri mereka. Bau badan? Tentu saja tidak ditemukan, karena gelontoran wewangian selalu disemprotkan secara awur-awuran, yang membuatnya menjadi toko parfum berjalan.

3. Flashpacking

Ini adalah tipe hybrid atau perpaduan dari kedua gaya jalan-jalan di atas, ya mirip-mirip Toyota Prius, lah. Mereka adalah kelas menengah yang ingin jalan-jalan nyaman namun tetap terjangkau. Biasanya sih kami, eh mereka, tidak masalah untuk menggunakan maskapai bintang lima, asal diskon atau promo, atau dapat tiket ketika travel fair. Tak masalah juga untuk menginap di hostel, asalkan jangan yang murah-murah banget, sekamar berempat boleh, lah. Mengapa mereka disebut flash? Kemungkinan adalah karena mereka tidak dapat bepergian dalam waktu yang lama, ya bagaimana, cuti terbatas bos!

Bawa backpack tidak mengapa, koper pun tidak harus Rimowa, yang penting laptop dan internet harus selalu dibawa dan on. Supaya kalau bos minta revisi kerjaan bisa langsung dilakukan walaupun jarak memisahkan.

Backpacking in Myanmar

Backpacking in Myanmar

Ketahuilah mana tipe jalan-jalan yang cocok untukmu, karena itu adalah hal basic yang akan menentukan bagaimana kamu akan berjalan-jalan dan berapakah budget yang akan kamu alokasikan pada perjalananmu kelak. Satu hal yang jelas, apapun tipe jalan-jalanmu, jangan sampai menjadi begpacker atau traveler yang meminta-minta di perjalanan demi bisa jalan-jalan. Jangan.

Oleh karena itu, saya juga selalu berkata bahwa sebelum menyiapkan anggaran untuk jalan-jalan, hal yang paling utama adalah siapkan mentalmu, supaya dapat mengatasi segala sesuatu sepanjang perjalanan, bukan malah merepotkan orang lain yang mungkin tidak kamu kenal.

Rencanakan Perjalanan dengan Matang (atau Tidak Terlalu Matang)

Setelah mengetahui gaya jalan-jalan yang cocok untukmu, maka berikutnya adalah merencanakan perjalanan dengan matang (atau tidak terlalu matang, tergantung dengan gaya jalan-jalanmu). Seorang backpacker yang punya banyak waktu luang di jalan mungkin tidak memerlukan perencanaan sematang seorang flashpacker yang mempunyai waktu terbatas, pun demikian dengan seorang luxury traveler yang tinggal memerintahkan PA-nya untuk mengatur perjalanannya dengan matang.

[APABILA KAMU ADALAH SEORANG LUXURY TRAVELER, MAKA INILAH BATAS AKHIR DARI ARTIKEL INI YANG MASIH BERMANFAAT UNTUKMU]

Perencanaan yang matang dapat membuat perjalananmu lebih mudah, teratur, dan bisa mengurangi timbulnya risiko tak terduga yang mungkin muncul dalam perjalanan, seperti misalnya ditolak masuk Georgia karena e-visa Azerbaijan tidak berlaku di border darat mereka. Saya biasa membuat perencanaan dengan menjawab pertanyaan berikut ini.

Saya berencana traveling ke mana, dan bagaimana caranya, ya?

a. Memilih Destinasi

Sekali lagi, hal ini tidak berlaku bagi mereka para sultan di luxury traveler, karena mereka dapat bepergian ke mana saja karena uangnya ada. Namun bagi kita, kelas menengah yang ditakut-takuti dana darurat dan biaya lahiran puluhan juta, destinasi perjalanan ini dapat ditentukan oleh ke mana tiket murah membawa, bukan berdasarkan wishlist kita jalan-jalan ke mana.

Ya misalnya kalau bisa dapat tiket seharga empat jutaan pulang pergi ke Eropa, masa iya kita tidak pergi?

Traveling in Italy

Traveling in Italy

b. Melakukan Riset

Setelah mengetahui ke mana destinasi yang dituju, maka langkah selanjutnya adalah melakukan riset, akan beberapa hal yang terdapat pada lokasi tujuan wisatamu. Riset ini dapat meliputi jawaban atas pertanyaan sebagai berikut:

  • Bagaimana cara ke sana?
  • Apa saja yang bisa kita lakukan di sana?
  • Di mana kita dapat tinggal di sana?
  • Kapankah waktu/musim yang tepat untuk berlibur ke sana?
  • Apakah terdapat makanan halal di sana?
  • Dan lain-lain.

Saya biasanya melakukan riset dengan berbagai cara, di mana salah satunya adalah masih menggunakan cara tradisional –membeli buku panduan perjalanan dari Lonely Planet dan membacanya dengan detil. Selain itu, saya juga biasa melakukan riset online ke situs-situs perjalanan terkait, termasuk ke blog para traveler lain, juga melakukan wawancara langsung dengan mereka yang sudah pernah ke sana.

c. Membuat Itinerary

Setelah melakukan riset, hal berikutnya yang dapat kamu lakukan adalah membuat itinerary, atau dalam bahasa kerennya adalah rencana perjalanan. Itinerary tidak harus keren dan complicated, karena yang penting kamu mengerti cara membacanya, yang mungkin sedikit berbeda caranya dibanding membaca grafik pergerakan saham LUCK dua tahun belakangan.

Dari hasil riset, buatlah to do list, atau daftar aktivitas apa sajakah yang ingin kamu lakukan sepanjang perjalananmu sebelum menyesuaikan jadwal perjalananmu di sana. Jangan terlalu padat, karena kamu akan terburu-buru dalam perjalanan, terlalu senggang juga bisa membuatmu bingung akan melakukan apa lagi nanti. Sesuaikan dengan kebutuhanmu, karena yang paling mengerti kamu, adalah kamu sendiri, bukan orang lain, apalagi rakyat Indonesia.

Setelah menentukan rencana aktivitas dan jadwal kegiatan, maka masukkan pula budget yang dibutuhkan dalam melakukan aktivitas tersebut. Voila! Jadilah itinerary buatanmu sendiri.

Aturlah Budget Jalan-jalan Sesuai dengan Kebutuhanmu

Sebuah ide hanya akan jadi ide tanpa adanya eksekusi, pun demikian halnya dengan sebuah rencana perjalanan yang matang, yang hanya akan jadi rencana apabila tidak ada budgetnya. Ya, kecuali kalau kamu memang bekerja pada travel agent dan tidak masalah hanya membuatkan itinerary untuk klien kantormu, tanpa perlu dieksekusi. Itinerarynya, bukan kliennya.

Budgeting atau penganggaran, adalah hal yang paling krusial dalam traveling. Ketahui kebutuhanmu, siapkan anggarannya, maka perjalananmu akan lebih menyenangkan dan menenangkan. Budgeting ada untuk menjawab pertanyaan berikut ini.

Bagaimana cara saya mengatur anggaran jalan-jalan, dan apa sajakah komponennya?

Traveling in Kenya

Traveling in Kenya

Secara garis besar, ada dua komponen dalam budgeting, yaitu:

  1. Komponen Utama, yang tidak dapat kamu tambah/kurangkan dari kebutuhan anggaran, karena kalau tidak dipenuhi maka akan berakibat rusaknya jalan-jalan kamu. Komponen ini meliputi transportasi, akomodasi, dan konsumsi sepanjang perjalanan.
  2. Komponen Tambahan, yang bisa kamu penuhi atau kamu abaikan saja, karena komponen ini tidak akan mempengaruhi perjalanan kamu apabila tidak dituruti. Yang termasuk pada komponen ini, misalnya adalah anggaran belanja dan anggaran untuk membeli oleh-oleh untuk sanak saudara dan teman-teman kantor yang kita cintai. [Baca: 10 Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Tak Perlu Membelikan Oleh-oleh]

Perihal budgeting ini, saya sudah pernah membuat artikel cukup panjang, yang dapat dibaca pada tautan berikut ini: Perihal Mengatur Budget Ketika Traveling

Pelajari Cara Packing yang Efisien dan Efektif

Hal lain yang paling malas untuk dilakukan adalah perihal packing, atau berkemas sebelum jalan-jalan. Kalau kamu merasa bahwa packing ini adalah hal yang menyebalkan dan malas untuk dilakukan, maka saya akan mengenalkanmu kepada sebuah hal bernama unpacking, yang lebih menyebalkan dan lebih malas lagi untuk dilakukan.

Dengan penataan barang-barang bawaan yang tepat, maka Insha Allah Haqqul Yaqin, perjalananmu akan menjadi lebih nyaman dan tidak merepotkan diri sendiri serta orang lain. Pertanyaan yang kerap masuk pada bab ini adalah:

Bagaimana cara saya mengemas barang-barang ketika traveling?

Lost in Japan

Lost in Japan

Gampang, jawabannya adalah “Do not bring all you have, but bring all you need instead” atau bawalah barang-barang yang kamu butuhkan, jangan bawa semua yang kamu punya. Untuk mempermudah melakukannya, kamu dapat melakukannya dalam tiga urutan seperti ini:

  1. Membuat Daftar Packing. Ini adalah hal yang saya lakukan ketika mulai traveling sepuluh tahun silam. Saya mengambil selembar kertas kosong, dan mulai mencoret-coret barang apa saja yang harus saya bawa semasa traveling. Biasanya saya bagi dulu ke dalam beberapa kategori seperti pakaian, elektronik, obat-obatan, dokumen, dan lain-lain, sebelum membuat daftar lebih detil lagi untuk setiap kategorinya, misal sempak 3 biji, kaus dalam 4 set, kamera 1 set beserta baterai 1 lusin, minyak goreng 2 liter, dan telur 1/2 kilo.
  2. Memilih Koper/Backpack yang akan Dibawa. Hal ini berhubungan dengan cara kamu membawa barang-barang yang sudah kamu siapkan di atas. Membawa barang-barang pada koper, tentu akan sedikit berbeda dengan barang-barang pada tas punggung. Pada koper, pakaian bisa dilipat rapi, sementara pada tas punggung, pakaian akan sedikit lusuh karena digulung. Pada koper, penempatan posisi barang tidak perlu memperhatikan berat dan dimensinya, namun pada tas punggung, barang yang paling berat bisa diletakkan di bagian punggung.
  3. Mengemas Barang-barang Secara Rapi. Zaman sekarang, sepertinya traveling bisa lebih mudah lagi karena sudah tersedia packing cubes yang dapat kamu pepatkan dengan retsleting ataupun strap yang ada ataupun compression packs yang dapat dipadatkan dengan cara dipompa hingga udaranya keluar sehingga membuat barang-barang lebih ringkas untuk dibawa. Saya biasa menggabungkan beberapa barang dengan kategori sama, misalkan pakaian dalam, pakaian main, kaus kaki, ataupun perabot elektronik ke dalam satu wadah berdasar kategorinya sebelum dipadatkan. Setelahnya, barulah pindahkan wadah demi wadah tersebut ke dalam koper atau tas punggungmu.

Tambahan: Lalu Bagaimana Cara Kamu Membiayai Perjalananmu?

Pertanyaan pamungkas yang bukan bambang pada artikel kali ini adalah, bagaimana caranya saya membiayai semua perjalanan yang telah saya lakukan selama ini? Saya bukanlah anak orang kaya yang bergelimang harta, ataupun CEO dari perusahaan finansial yang sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Sama seperti halnya kalian, yang juga masih bekerja kantoran demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, saya juga melakukan hal tersebut, tentunya dengan ditambah beberapa hal lainnya untuk membiayai rangkaian perjalanan yang telah dilakukan selama ini.

Hal-hal tersebut adalah …

[BACA: JALAN-JALAN TERUS, DUIT DARI MANA?]