Lebih dari setahun sudah sejak saya memutuskan melakukan business pivot di Whatravel akibat pandemi yang melanda. Dari yang awalnya menjual paket perjalanan berjenis open trip ke luar negeri, sekarang kami melakukan banyak hal untuk sekadar bertahan hidup. Memang, belum sampai jual diri, karena pasti tidak laku, namun kami sudah melakukan berbagai hal untuk mendatangkan profit bagi perusahaan seperti mengadakan webinar, membuat virtual tour berbayar, hingga menjual paket perjalanan private trip untuk trekking yang ‘cuma’ ke Sentul.

Paket perjalanan private untuk trekking, yang ternyata dapat menghidupi operasional perusahaan selama enam bulan belakangan. Sejak dimulai pada bulan Oktober 2020 dan hingga tulisan ini dirilis, kami telah memiliki belasan rute trekking di Sentul, puluhan local trekking buddy —atau kerap disebut sebagai guide yang dipekerjakan dari warga setempat yang kebanyakan kehilangan pekerjaan akibat pandemi, dan lebih dari dua ribu orang yang telah mengikuti perjalanan trekking bersama kami.

Berawal dari outing kantor, kami tidak menyangka bahwa pivot –atau memutuskan untuk mengambil arah lain ke trekking ini justru malah menjadi sebuah pilihan yang tepat di kala pandemi.

Whatravel Trekking Club

Ada beberapa alasan mengapa kami memilih trekking ke Sentul sebagai produk hero saat ini, di antaranya adalah:

  • Perubahan perilaku konsumen karena pandemi, dari yang awalnya bebas traveling ke mana-mana, menjadi di rumah saja, sebelum akhirnya mulai berani ke luar rumah untuk … ya, berolahraga. Lalu, mengapa tidak kita menggabungkan olahraga dan pariwisata?
  • Berwisata sambil berolahraga di alam terbuka dapat dikatakan lebih memiliki risiko rendah untuk terkena sebaran virus corona, dibandingkan dengan ruangan tertutup yang diisi oleh banyak orang, seperti mal dan kafe.
  • Lokasi Sentul yang hanya terletak sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta, menjadikannya daerah yang mudah diakses oleh moda transportasi pribadi. Sayang, belum ada transportasi publik yang dapat menjangkau area ini, di mana stasiun terdekat masih Stasiun Bogor.
  • Sentul memiliki banyak sekali obyek wisata alam yang mungkin kamu tidak akan menyadari bahwa objek-objek wisata tersebut ada di dekat Jakarta, karena seperti di dekat Bogor, eh.

Adapun objek-objek wisata yang saya maksud di atas tersebut, antara lain adalah:

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya: Daftar Lengkap Objek Wisata Alam Super Kece yang Dapat Kamu Kunjungi dengan Trekking di Sentul dan Sekitarnya (Bagian Pertama).

8. Bukit Paniisan

Bukit setinggi 846 meter di atas permukaan laut ini adalah sebuah hub di ketinggian yang dapat menghubungkanmu ke berbagai tempat wisata alam yang ada di Sentul. Bukan, ini bukanlah sebuah portal atau lorong waktu milik Pak Haji dan Zidan, melainkan sebuah bukit cantik di ketinggian, yang dapat membawamu ke mana saja, ceritanya.

Kalau kamu mendaki dari arah Gunung Pancar, maka kamu dapat berhenti sejenak di bukit ini –iya bisa mampir di Warung Haji Jajang yang terkenal dengan singkong rebus dan sambal cabai hijaunya (terdengar aneh? memang, tapi setelah dicocol, kok make sense), sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi lainnya. Belok kiri untuk ke Curug Leuwi Asih, Curug Kencana, ataupun Curug Kalimata; belok kanan untuk ke Curug Cibingbin dan Curug Ngumpet, dan lurus saja untuk lanjut ke Desa Cisadon.

Bukit Paniisan

Ya namanya bukit, pasti kita akan mendaki di sini, tentunya dengan kemiringan yang akan sedikit mengagetkan untuk pemula. Di Whatravel Trekking Club, kami memasukkan Bukit Paniisan pada rute kategori C (Challengin) dan X (ultimate) yang memang diperuntukkan bagi mereka yang sudah terbiasa trekking.

Namun pemandangan yang ada sepanjang perjalanan di sini sungguhlah Masha Allah Tabarakallah, hijau dan biru berpadu cantik dalam keharmonisan. Sesekali kamu mungkin akan melihat gerombolan monyet ketika mendaki, dan apabila cuaca cerah kamu akan dapat menyaksikan Gunung Salak dari kejauhan.

9. Curug Cibingbin dan Curug Ngumpet

Dari Bukit Paniisan, kamu dapat menemui Curug Cibingbin setelah menuruni bukit di sisi kanan (apabila dari arah Gunung Pancar) dan trekking downhill sejauh kurang lebih dua kilometer. Di sini kamu akan melewati kebun kopi milik warga, dan menyusuri hutan tropis melalui jalan setapak yang sudah disediakan. Sungguh, selama berkelana di Sentul, trek ini adalah trek favorit saya, karena masih sangat alami.

Pada beberapa titik, mungkin kamu akan menemui para pendaki yang bergerak dari arah bawah, untuk menuju Bukit Paniisan. Jangan lupa untuk menyapa dan tersenyum kalau berjumpa di jalan, tanpa perlu bertanya “LUWAK WHITE COFFEE PASSWORDNYAAAA?”.

Curug Cibingbin sendiri adalah curug yang memiliki dua tingkat curug, dengan sebuah kolam dangkal di bawahnya. Tidak seperti curug-curug di kawasan Curug Kencana (baca artikel sebelumnya) yang memiliki kolam cukup dalam dengan air jernih yang cocok untuk berendam, maka curug (air terjun) dan leuwi (kolam) di sini dapat dikatakan lebih keruh dan tidak cocok untuk berenang manja.

Konon, nama Cibingbin berasal dari adanya Pohon Bingbin yang dahulu ada di kawasan curug tersebut. Ci dalam bahasa setempat berarti air, maka Cibingbin dapat diartikan sebagai aliran air yang ada di dekat pohon bingbin. Yang mana sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana bentuk pohon yang tidak menjadi logo Golkar ini.

Walaupun demikian, namun yang membuat trek ini menyenangkan adalah perjalanannya sendiri, terlebih apabila kamu memutuskan untuk mencari di mana lokasi Curug Ngumpet. Iya namanya juga ‘ngumpet’ maka dibutuhkan sedikit usaha ekstra untuk menemukannya. Mirip-mirip mencari cinta sejati, lah.

Dari Curug Cibingbin, kamu dapat menyusuri jalan setapak, naik ke atas pinggiran bukit dengan tekstur tanahnya yang cokelat tua, sebelum menemukan aliran sungai di sana. Curug Ngumpet sendiri, akan dapat kamu temukan setelah mendaki kurang lebih empat buah curug di bawahnya. Bagi yang memiliki adrenalin ekstra, bisa juga untuk mendaki ke Curug Ngumpet dengan cara susur sungai, bukan melalui jalur setapak yang ada.

Oh iya, saya belum bilang ya kalau pada beberapa titik, kamu diharuskan naik ke atas bebatuan dengan menggunakan tali yang tersedia atau bisa juga mencoba rock climbing dengan risiko yang ditanggung sendiri di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa.

10. Curug Kalimata

Apabila Curug Cibingbin dan Curug Ngumpet arahnya adalah ke kanan dari Bukit Paniisan, maka curug yang satu ini dapat kamu temukan apabila trekking ke arah kiri dari Bukit Paniisan. Tetap menuruni bukit dan hutan tropis dengan tumbuhan pakis raksasa yang bertahta, namun dengan rute yang lebih alami lagi. Sesekali kamu akan menemukan jejak babi ngepet, eh babi hutan pada trek ini, dan mungkin sesekali juga kamu akan terpeleset lucu karena salah memakai alas kaki seperti saya saat itu, duh.

Saat ini masih jarang orang yang trekking di rute ini, dan curug ini dapat dikatakan sebagai ‘Curug yang Hilang’ di Sentul.

Curug Kalimata

Iya, dikatakan sebagai curug yang hilang karena dahulunya, curug ini adalah salah satu curug tujuan wisata yang dibuka untuk umum di area Sentul, bersama dengan Curug Leuwi Asih. Namun seiring berjalannya waktu, curug ini mulai dilupakan, mungkin karena treknya yang susah untuk pemula, ataupun karena curug dan leuwinya yang kurang menarik untuk berendam.

Kalau bagi saya sih, tetap perjalanannya yang membuat curug ini spesial, karena masih sangat alami sekali. Saking spesialnya, saya sampai membuat satu artikel khusus untuk membahas Curug Kalimata yang hilang ini.

11. Kawasan Komplek Wisata Leuwi Hejo

Apabila beberapa curug yang saya sebutkan di atas tidak memiliki kolam air yang ramah untuk berenang dan berendam, maka kawasan Komplek Wisata Leuwi Hejo ini adalah antitesis dari Curug Cibingbin, Curug Ngumpet, maupun Curug Kalimata. Karena di sini adalah tempatnya berendam, sebuah kawasan yang saya sebutkan sebagai kawasan yang cocok untuk para aquaphile –orang yang suka dengan air.

Sebuah kawasan yang saya sebut sebagai dunia fantasi yang berisikan wahana-wahana air alami, dengan kolam-kolamnya yang deras, jernih, dan berwarna hejo. Hence, ‘wahana’ terdekat yang dapat dicapai dari pintu masuk bernama Leuwi Hejo, atau kolam berwarna hijau yang tidak berisikan duit.

Lokasi kawasan ini sedikit lebih naik lagi dari pintu masuk Curug Leuwi Asih ataupun Curug Kencana, dengan melewati jalan yang sedikit sempit namun muat untuk dua mobil, walaupun terkadang ada beberapa ruas jalan yang harus bergantian. Namun yang dapat saya katakan adalah, this place is worth the trip!

Mengapa di atas saya katakan sebagai dunia fantasi, atau komplek wahana, ya karena begitu masuk ke kawasan ini, kamu akan dapat menemukan berbagai wahana air, seperti Leuwi Hejo, Leuwi Benjol, juga Curug Barong yang deras seperti di bawah ini. Untuk menuju ke berbagai wahana air yang ada, kamu diharuskan untuk trekking dengan kondisi medan berupa tangga alam, kebanyakan dari tanah yang dirapikan.

Maka siapkan dulu dengkul dan stamina kamu, apabila ingin mengunjungi berbagai wahana yang ada di sini, ya!

Curug Barong Leuwi Hejo

Selain Leuwi Hejo, Leuwi Benjol, dan Curug Barong, ada juga sepasang Leuwi yang cukup populer di sini, yang bernama Leuwi Cepét dan Leuwi Lieuk, yang letaknya berdekatan. Leuwi Cepét merupakan sebuah kolam sedalam 1-2 meter yang terletak di antara sepasang tebing yang saling berhadapan, sehingga dinamakan Cepét –atau (airnya seperti) terjepit dalam bahasa setempat, kata local trekking buddy Whatravel Trekking Club.

Sementara wahana yang satu lagi, yang bernama Leuwi Lieuk adalah sebuah kolam hijau jernih di antara tebing-tebing yang meliuk, ya sehingga dinamakan Lieuk, mungkin. Ini adalah wahana paling populer di sini, di mana ketika hari ramai, kamu bisa menemukan ratusan orang memadati sekitar wahana ini. Iya, seperti Pasar Tanah Abang menjelang lebaran, tanpa adanya penanganan pemerintah.

Kiatnya, tentu saja, datang ketika hari kerja, atau pagi-pagi buta. Kalau perlu, bisa menggelar tenda di lapangan parkir, tapi sepertinya tidak perlu, karena kalau kamu masuk mulai pukul enam pagi, maka dipastikan lokasi ini masih sepi.

Komplek Wisata Leuwi Hejo ini adalah salah satu kawasan wisata paling populer di wilayah Sentul, di mana akan banyak orang mengunjunginya ketika akhir pekan, apalagi beberapa kali viral karena masuk ke Instagram dan YouTube selebriti tanah air. Kalau saya sendiri sih baru pernah bertemu *uhuk* Meriam Bellina di sini.

12. Curug Cibaliung dan Sungai Cibatok

Sedikit di atas Leuwi Lieuk, terdapat sebuah wahana air lagi yang bernama Curug Cibaliung, yang dapat saya katakan bahwa inilah salah satu curug terindah yang ada di Sentul.

Air bening berwarna campuran antara toska dan teal, tebing dengan beberapa ketinggian yang bisa kamu gunakan untuk cliff-jumping, curug dengan aliran deras nan jernih –tidak akan kamu temukan sampah bungkus Rinso hingga sampah masyarakat di sini, hingga leuwi yang cukup dalam, antara satu hingga tiga meter di mana kamu bisa bebas berenang dan berendam di sini, adalah beberapa keunggulan dari Curug Cibaliung.

Untuk mencapainya, kamu harus trekking sejauh kurang lebih satu jam perjalanan dari Leuwi Lieuk dengan kecepatan santai, sambil melewati kebun kopi milik warga, dengan jalanan setapak dan pemandangan cantik pada sisi kiri perjalanan.

Lalu apakah Curug Cibaliung ini adalah curug teratas di komplek Leuwi Hejo? Ternyata tidak, karena dalam 1-2 bulan belakangan tersebut sebuah nama wahana air lain yang berada di atas Curug Cibaliung, sebuah wahana yang bernama Cibatok, sungai lebar dengan batu-batuan alami nan artistik yang aliran airnya menjadi nyawa bagi Kawasan Wisata Leuwi Hejo yang berada di bawahnya.

Dalam aliran Sungai Cibatok, kamu juga dapat menemukan beberapa spot wisata yang sampai dengan tulisan ini dibuat, masih jarang dikunjungi orang, seperti misalnya spot di bawah ini.

Sungai Cibatok Leuwi Hejo

Apabila tahu jalan setapaknya, maka kamu dapat menemukan lokasi ini dengan mudah dari pintu masuk Leuwi Hejo. Jaraknya, mungkin sekitar lima kilometer, dengan elevasi trek yang menanjak santai, karena tidak sampai rock climbing seperti halnya di Curug Ngumpet. Namun apabila bingung, kamu juga bisa menggunakan jasa dari pemandu lokal kami di Whatravel Trekking Club.

Dengan jasa pemandu lokal, kamu bisa menghemat waktu, tenaga, sembari mensejahterakan masyarakat lokal sekaligus menggerakkan roda perekonomian setempat.

13. Curug Hordeng, Curug Kembar, dan Curug Ciburial

Lebih atasnya lagi, masih dari aliran sungai yang sama, terdapat sebuah kawasan wisata lagi yang kerap dikenal dengan Komplek Wisata Curug Ciburial. Tentunya dengan air yang tetap segar, dan juga memiliki beberapa buah curug yang tak kalah istimewa dengan Komplek Wisata Leuwi Hejo.

Apabila destinasi-destinasi yang saya sebutkan sebelumnya berada di Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang, maka pintu masuk utama kawasan wisata ini adanya di Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, ya atau istilah kata adalah mereka tetangga desa, dekat, walaupun tidak sampai jadian. Walaupun bisa diakses melalui pintu masuk utama, namun terdapat juga jalan setapak yang bisa diakses melalui Leuwi Hejo, kalau tidak nyasar.

Bagaimana caranya supaya tidak nyasar? Tentu saja menggunakan jasa pemandu lokal. Di mana? Ya di Whatravel Trekking Club, xixi.

Ada tiga buah curug utama yang terdapat di kawasan wisata ini, yaitu Curug Hordeng, Curug Kembar, dan Curug Ciburial yang letaknya berurutan dari atas ke bawah. Sesuai namanya, mungkin kamu sudah dapat menebak darimana didapatkan nama Curug Hordeng dan Curug Kembar, bukan? Kalau bukan, saya akan bercerita sekilas.

Dinamakan Curug Hordeng, karena apabila debit air sedang tinggi, maka curug tersebut akan menutup tebing yang dilewatinya layaknya kumis Oppie Kumis, atau layaknya hordeng. Terlebih apabila difoto dengan menggunakan teknik slow-speed seperti di atas. Kemudian untuk Curug Kembar, dinamakan demikian karena air yang berada pada aliran sungai yang ada di atasnya jatuh menabrak batuan dulu sebelum terjun bebas ke bawah, akibatnya terdapat dua aliran air terjun yang serupa kanan dan kiri. Iya, jadi karena alasan sederhana itu, bukan karena adanya si kembar dari film The Shining atau karena Connell Twins yang bermain di sini.

Lalu kalau Curug Ciburial, dari manakah asal namanya? Bukan, bukan karena ada kuburan di bawahnya. Melainkan karena dalam bahasa setempat Ciburial berarti air yang keluar dari bawah leuwi. Hal yang wajar, karena curug indah ini mengaliri sebuah leuwi paling dalam yang ada di sekitar Sentul, dengan kedalaman sekitar enam meter ke bawah. Kalau kamu berani, kamu juga bisa melakukan cliff jumping dari atas batuan pada Curug Ciburial ini.

Untuk saya pribadi, Komplek Wisata Curug Ciburial adalah jawaban apabila kamu menginginkan wisata alam Sentul yang cakep curugnya, sepi pengunjungnya, dan masih alami alamnya. Oh iya, saya belum bilang ya kalau perjalanan trekking menuju kawasan wisata ini akan melewati pemandangan hutan tropis nan indah?

Namun tentu saja, kelebihan di atas akan dikompensasi dengan jarak menuju pintu masuknya yang lebih jauh dibanding curug-curug yang lain di Desa Karang Tengah, misalnya. Belum lagi kamu akan melalui jalanan sempit, menanjak, sedikit berliku –yang mana dibutuhkan skill mengemudi Dominic Toretto untuk menuju lokasi ini. Sebuah perjuangan yang sepadan dengan hasil yang akan kamu dapatkan, dan bukankah hasil itu tidak akan mengkhianati perjuangan?

14. Puncak Kuta

Apabila kamu berencana mengunjungi Komplek Wisata Curug Ciburial melalui jalur utama, yang adanya di Desa Cibadak, maka kamu akan melewati sebuah area parkir dan gerbang wisata lain, yang dapat membawamu ke dua buah objek wisata alam super kece lainnya yang masih berada di kawasan Sentul, yaitu Komplek Wisata Curug Meriuk, dan sebuah puncak ketinggian yang menjadi buah bibir belakangan ini, yaitu Puncak Kuta.

Jika di kawasan Karang Tengah terdapat Bukit Paniisan di ketinggian 846 meter di atas permukaan laut, maka secara altitud, Puncak Kuta yang terletak di … Gunung Kuta ini beberapa ratus meter lebih tinggi lagi, yaitu di 1050 meter di atas permukaan laut.

Puncak Kuta Sentul

Ketika pertama kali mengunjungi Puncak Kuta pada bulan September 2020, tempat ini masih sepi, hanya ada kurang dari lima pengunjung yang datang, itupun yang dua orang saya dan local trekking buddy Whatravel Trekking Club. Namun sekarang, tempat ini makin ramai dan sedikit viral, yang dibuktikan dengan adanya postingan Instagram yang menunjukkan betapa ramainya lokasi ini, juga banyaknya orang yang berkemah di lapangan bawah Puncak Kuta, yang kerap disebut Bukit Wanapa.

Jalur trekking menuju Puncak Kuta ini sangatlah cantik, seperti kakak-kakak pada foto di atas ini, karena kamu akan dibawa melewati persawahan, perkebunan, hutan, sambil mendaki (((beberapa))) buah bukit sebelum mencapai Puncak Kuta. Saya bisa bilang, Puncak Kuta ini dapat dijadikan pemanasan sebelum kamu mendaki gunung yang lebih tinggi lainnya.

Bukan, bukan Gunung Sahari ya.

15. Curug Meriuk, Curug Batu Merah, dan Curug Romantis

Dari pintu masuk yang sama dengan Puncak Kuta, kamu juga bisa mengunjungi Kawasan Wisata Curug Meriuk, yang memiliki beberapa buah curug yang tak kalah menarik, yaitu Curug Romantis, Curug Batu Merah, dan Curug Meriuk itu sendiri. Kamu bisa memilih untuk trekking melalui jalur utama yang landai sejauh kurang lebih 2-3 kilometer, atau bisa juga mengambil rute yang lebih menantang yaitu mendaki Puncak Kuta dahulu, sebelum turun menyusuri punggung bukit dan membelah hutan untuk mencapai Curug Meriuk.

Sebuah rute trekking yang sudah dirapikan oleh tim lapangan Whatravel Trekking Club, demi kenyamanan bersama.

Curug Meriuk

Curug paling favorit di sini, adalah Curug Meriuk, yang memiliki curug vertikal dengan aliran air yang bersahabat, dengan leuwi yang luas dan bertingkat dua, serta dapat diceburi dengan atraksi cliff jumping dari tebing setinggi empat meter yang terdapat di tepiannya.

Apabile kebetulan sedang ramai, kamu bisa juga bermain di wahana lain yang berada pada kawasan wisata ini, seperti misalnya Curug Batu Merah yang … guess what? … memiliki batu-batu ‘merah’ yang bersinar tertimpa cahaya matahari –dan membuatnya terlihat lebih ke warna cokelat daripada merah, dan juga Curug Romantis yang … sepi, remang-remang, dan tidak berada di bawah pengawasan orang tua.

Lokasi ketiga curug ini adalah di atas Curug Ciburial dan Komplek Leuwi Hejo, maka tak heran kalau airnya sangatlah jernih, karena belum banyak terkontaminasi limbah-limbah buangan manusia, baik yang organik *uhuk pipis dan pupup* maupun yang non organik. Namun, apabila kamu masih menginginkan curug yang lebih di atas lagi, maka tepat rasanya apabila saya mengajak kamu untuk main ke…

16. Curug Cisarua

Ini adalah curug terbaru yang dibuka untuk umum, baru sekitar akhir tahun 2020, dan letaknya di atas Curug Meriuk, di mana untuk mencapainya kamu harus trekking kurang lebih 1-2 kilometer dari Curug Meriuk dengan menyusuri jalan setapak yang membelah kebun warga dan hutan belantara.

Iya, trekking-nya (((sedikit))) menanjak, dengan durasi perjalanan santai sekitar satu jam, atau lima menit apabila kamu adalah Usain Bolt atau Eliud Kipchoge yang sedang berlatih lari sambil dikejar cheetah.

Curug Cisarua Meriuk

Ketika pertama kali mengunjunginya tahun lalu, hanya ada saya dan tim survei Whatravel Trekking Club di curug ini. Sebuah gua berada pada sudut curug, sebuah gua yang oleh pemandu lokal dilarang untuk dimasuki, karena ada ‘penunggunya’, katanya. Saat itu, aura wingit masih sangat berasa pada curug ini, aura luar biasa yang makin ditambah dengan keadaan sekitar di mana masih banyak pepohonan besar serta batu-batuan raksasa di sekeliling curug.

Saran saya, bersikaplah sopan di manapun kamu berada, tidak hanya kepada manusia, namun juga kepada ibu bumi serta alam semesta. Dengan begitu, maka kehadiranmu akan disambut dengan baik oleh siapapun yang berada di sana.

Cisarua, dapat diartikan air yang mirip, dinamakan demikian karena si penemu curug ini pernah melihat curug yang sama seperti ini sebelumnya, entah secara nyata, ataupun tak kasat mata, wallahualam bisahwab.


Sampai saat tulisan ini dibuat, kami di Whatravel Trekking Club telah memiliki belasan rute trekking yang dapat dipilih sesuai dengan minat dan kondisi fisik kamu. Ada Rute A untuk pemula, Rute B untuk kamu yang mulai menyukai trekking, Rute C untuk kamu yang sudah ketagihan dengan trekking, dan Rute X untuk kamu yang menginginkan tantangan lain dalam hidup ini, huhu. Apabila kamu ingin trekking gembira dengan anak dan juga orang tua, kami punya Rute K (Kids Friendly Route) yang lebih pendek dan lebih ceria.

Untuk info lengkap seputar rute dan biaya apabila trekking bersama kami, bisa kamu lihat pada poster di bawah ini, dengan harga yang berlaku mulai 1 April 2021, hingga batas waktu yang belum ditentukan, mungkin akan naik apabila IHSG sudah menembus angka 8.000. Yang jelas dapat kamu ikuti dengan biaya mulai dari seratus ribuan per orang saja.

Pertanyaan lain yang sering muncul adalah, kalau ikutan trekking bersama Whatravel Trekking Club, apa saja yang didapat, Min? Tenang kisanak, kamu sebenarnya tinggal membawa diri saja untuk ikut trekking bersama kami, karena semua peralatan yang dibutuhkan di perjalanan sudah kami siapkan, termasuk pula dengan protokol kesehatan, di mana kami membagikan satu set New Normal Kit untuk tiap-tiap peserta trekking.

Kira-kiranya demikian, bisa di-zoom gambarnya biar gede.

Saat ini, kami hanya membuka trekking trip yang dikhususkan untuk private group saja. Mengapa private? Karena kami sadar bahwa belum bisa membuka open trip yang tidak membatasi adanya jumlah peserta di masa pandemi ini, di mana private dikhususkan untuk circle kecil seperti lingkup keluarga, pertemanan kantor, kelompok arisan dan ghibah, maupun sahabat dekat yang tahu sama tahu perihal histori kesehatan masing-masing.

Apabila berminat, kamu bisa menghubungi kami via DM di Instagram Whatravel Trekking Club ataupun menghubungi Travis di WhatsApp pada nomor +62 821-2963-2841. So, see you on the trek?