
Lalu, apa tugas saya berikutnya? Saat itu, saya masih bengong memperhatikan sebuah foto pada halaman akun Instagram @majalahpanorama, di mana wajah saya terpampang di situ bersama lima orang peserta lainnya. Sementara caption pada foto itu mengatakan “Selamat untuk kalian yang masuk ke TOP 6 #travelersoftheyear2016 dan tetap semangat untuk menjalankan tugas-tugas selanjutnya.”
Tugas-tugas selanjutnya. Setelah sebelumnya diminta menjawab berbagai pertanyaan, mengumpulkan foto-foto liburan, mengarang tulisan, mencari dukungan like di Instagram, hingga melakukan proses wawancara pada babak TOP 10 supaya dapat melaju ke babak selanjutnya, kini apa lagi?
Berenang dengan ikan hiu di Raja Ampat? Mencabut kuku singa di Taman Safari? Atau melakukan lompat batu di Nias dengan mengenakan busana muslim syariah?
Berbagai dugaan muncul di kepala saya, sebelum akhirnya pemberitahuan resmi datang dari Majalah Panorama.
“Peserta wajib melakukan perjalanan ke kota-kota yang sudah ditentukan oleh pihak panitia dengan menggunakan Nissan Navara sebagai alat transportasi selama perjalanan.”
Wah, lumayan nih, bakal jalan-jalan dengan mobil double cabin yang mendapatkan penghargaan sebagai International Pick-up Award Of The Year 2016 pada sebuah penganugerahan yang berlangsung di Lyon, Perancis.
Saya pun membayangkan akan membawa si gagah Navara menjelajah hutan-hutan Kalimantan, jalanan berbatu di Flores, ataupun untuk mudik ke Semarang melintasi Jalur Pantura yang terkenal dengan para pedangdutnya.
Arif: Bandung 14-15 Oktober 2015
Dari hasil undian dan rapat internal yang dilakukan oleh panitia, ternyata saya mendapatkan jadwal untuk melakukan perjalanan ke Bandung! Sebuah perkara yang mudah, karena saya kerap bepergian ke Bandung sedikitnya sebulan sekali, untuk berkunjung ke rumah mertua, dan berjalan-jalan ke factory outlet yang bertebaran di Bandung.
Namun, masa iya saya membawa si gagah Navara hanya untuk berkunjung ke rumah mertua sambil berkata “Keren kan mobil Arif sekarang? Dapat pinjam ini.” Atau sekadar numpang lewat di Jalan Dago atau Jalan Riau, dan memarkirnya pada halaman salah satu factory outlet yang terdapat di sana.
Karena, dengan menggunakan Navara, Bandung bukan hanya sebatas rumah mertua dan factory outlet. Saya tahu, Bandung memiliki lebih dari itu. Bandung should be surprisingly limitless.
Pada hari yang telah ditentukan, saya bersama Gladies, istri saya, juga beberapa teman sudah berada di Rumah Makan Sindang Reret, Cikole, untuk makan siang sambil berdiskusi mengenai perjalanan –atau lebih tepatnya petualangan yang akan kami lakukan pada hari itu.
Perjalanan ke Cikole yang berada di kawasan Bandung Barat, kami tempuh dalam waktu kurang dari satu jam, dengan menggunakan panduan dari aplikasi Google Maps yang terkoneksi ke kartu XL Prioritas yang senantiasa memberikan sinyal 4G di sepanjang perjalanan.
“Pilihannya, bisa ke Tangkuban Perahu dengan melewati jalan biasa.” Tukas Kang Alfan yang mengetahui daerah sekitar, “atau dengan melewati perkebunan teh Sukawana, off-road, hingga viewpoint Kawah Ratu, dan melihat Tangkuban Perahu dari ketinggian.”
“Kalau pilihan kedua, bisa kan, pakai Navara?”
“Ah, kalau Navara sih bisa. Mobilnya 4WD kan?”
“Iya, Kang.” Jawab saya sambil meyakinkan diri sendiri, karena akan menyetir mobil 4WD untuk pertama kalinya. Sekadar informasi, Nissan Navara adalah mobil yang memiliki fitur 4WD atau Four Wheel Drive, yang memungkinkan keempat roda mobil sama-sama bergerak untuk mendorong mobil melaju di medan yang tak biasa, seperti jalanan berbatu, lumpur, hingga padang pasir sekalipun.
Kemudian, sesuai dengan arahan Kang Alfan, kami pun berangkat menuju Kawah Ratu viewpoint.
“Kalian gak mau beli apa-apa lagi ini?” Tanya Kang Alfan ketika kami berhenti pada salah satu mini market di Lembang. “Ini mungkin perhentian terakhir sebelum masuk ke medan yang sebenarnya.”
Saya menggeleng, “Enggak, Kang.” Sebelumnya, saya memang sudah menyiapkan perbekalan untuk perjalanan tersebut, diantaranya adalah Yomp Superbowl sebagai pertolongan pertama kala lapar dan Nu Oceana yang mencegah tubuh supaya tidak dehidrasi selama perjalanan.
Dari jalanan aspal di Lembang, kami berbelok ke kanan, memasuki jalanan menanjak dengan material bebatuan yang belum diaspal, melewati perumahan penduduk pada sisi kanan kami.
Berdasarkan instruksi sebelumnya dari Kang Alfan, saya memindahkan sistem mobil dari 2WD ke 4WD Lo, sejalan dengan kondisi jalanan yang kian tak mulus. “Ini ada 4WD Lo ada 4WD H, bedanya apa Kang?”
“Kalau yang Hi itu khusus untuk padang pasir.” Jelasnya “Kalau di Bandung mah pakai yang Lo saja.”
“Oh, begitu.” Batin saya sambil memacu mobil bermesin 2.3-litre 190PS twin-turbo diesel engine tersebut, melintasi dataran hijau perkebunan teh Sukawana yang nampak seperti crop circle dari kejauhan.
Namun, jalanan yang sedikit mulus ternyata hanya tersedia hingga ujung perkebunan teh Sukawana, dan berikutnya, kami mulai menyusuri jalanan satu arah yang berlumpur, dengan hutan hujan yang mengelilingi kami. Kabut yang perlahan turun tak ayal membuat perjalanan kami menjadi semakin dramatis. Harapan saya saat itu hanya satu, tidak bertemu dengan geng motor yang kerap membuat onar.
Saya menyalakan lampu mobil guna menerangi jalanan yang semakin gelap ketika kami masuk ke dalam hutan. Saat itu, saya masih tak percaya bahwa tempat semacam ini ada di Bandung. Hutan hujan dengan pohon-pohon yang rimbun ternyata masih ada di Bandung!
Tapi, ke mana cewek-cewek Bandung yang dikenal geulis itu? Oh, ternyata ada satu di samping saya.
“Masih jauh, Kang?”
“Ya dari sini, masih sekitar satu jam lagi.” Jawab Kang Alfan, “Nanti, kita akan melewati jalan menuju menara pengawas yang digunakan sebagai radar udara.”
Wah, menarik! “Boleh masuk, Kang?”
“Sayangnya tidak boleh, cuma bisa melihat kalau tidak ada kabut.”
Ternyata benar, begitu kami melewati persimpangan jalan menuju menara tersebut, kabut sedang turun dengan dahsyatnya dan ditambah hujan sedang, sehingga pucuk menara menjadi tak terlihat.
“Nah, kita berhenti di sini.”
Perhentian yang dimaksud Kang Alfan, ternyata adalah sebuah pertigaan kecil di tengah hutan, dengan jalanan yang agak lebar sehingga dapat digunakan mobil untuk berputar balik. Dari situ, kami masih harus trekking beberapa ratus meter lagi untuk mencapai Kawah Ratu viewpoint.
“Lewat sini.” Seru Kang Alfan, yang saat itu sudah siap dengan jaket anti air yang dikenakannya. Berikutnya, kami diajak menembus jalanan setapak yang licin dan sempit –hanya selebar satu meter dengan pepohonan tinggi menjulang di kanan dan kiri kami, hingga menutupi langit.
Di ujung jalan, di mana pepohonan tinggi sudah menghilang, berganti dengan tumbuhan rendah setinggi dada, langit sudah mulai terlihat kembali, walaupun kabut tebal masih berkuasa di sana.
“Awas Mas!” Kali ini Gladies berteriak menghalau saya supaya tidak berjalan lagi. “Jangan dekat-dekat ke jurang!”
Saya menghentikan langkah beberapa meter sebelum jalan setapak tersebut habis, ternyata kabut tebal tadi telah menyelimuti jurang di ujung jalan. Tak ada apa-apa lagi di sana, hanya tebing tinggi dan beberapa pohon perkasa yang menempel di dindingnya.
“Nah, inilah Kawah Ratu.” Kang Alfan kembali menjelaskan kepada kami, “Namun, saya mohon maaf, berhubung cuaca tidak bagus, maka kita tidak dapat melihat Tangkuban Perahu dari sini.”
Sedih, memang sedih, karena berjam-jam perjalanan yang telah saya tempuh dengan melewati medan yang tak biasa, ternyata menuntun kami ke tempat penuh kabut ini. Namun, apabila ini adalah kehendak alam, maka siapapun tak akan dapat mengubahnya.
“Iya, tak apa-apa, Kang.” Saya berusaha mengalah, “Yang penting, kita sudah sampai, sudah berhasil melalui medan off-road sampai sini.” Diam-diam, saya merasa sedikit bangga, karena percobaan pertama menggunakan mobil 4WD mampu saya lalui dengan lancar dengan Nissan Navara.
It’s surprisingly limitless.
Masih di hari yang sama, setelah meletakkan beberapa barang bawaan di Hotel Santika Bandung, saya kembali melanjutkan petualangan di Bandung. Kali ini tujuannya adalah Bukit Moko yang merupakan puncak tertinggi di Bandung.
Untung saja ada Nissan Navara, yang mampu melaju gesit pada jalanan yang menanjak, juga tetap tenang ketika melewati perkampungan penduduk karena kami sempat tersesat dan salah jalan, sehingga kami dapat tiba di Bukit Moko pada saat langit Bandung sedang cantik-cantiknya.

Bandung at that night was made from light, lullaby, and love.
“Omong-omong, besok mau ke mana lagi kita?”
“Tebing Keraton, yuk!”
Artikel ini telah diikutsertakan dalam kompetisi Travelers of The Year 2016
yang diadakan oleh Majalah Panorama.
Tagged: Bandung, Cikole, Kawah Ratu, Navara
Kebayang pakai mobil gahar ini ke Karimunjawa, bibir pantai bisa dilibas. Itu jalan yang seperti sungai kering ditendang lurus hahahahahha
LikeLike
Langitnya bagus ya. Mobilnya juga bagus. Beli ah *langsung nyari HW-nya *ya kali ada :p
LikeLike
Hayooo beli hahaha! Kayaknya gak ada versi HW-nya, coba Tomica deh Om 😀
LikeLike
kalo 4wd ini enak ngak sech kalo di bawa lari di jalanan biasa ??
LikeLike
Lumayan enak sih, tergantung bannya kak. Kalau belum di-spooring abis main 4WD ya kurang endeus 😀
LikeLike
sekarang upload fotonya pake pinterest ya mas?
LikeLike
Eh enggak, itu maksudnya foto bisa di-download dan langsung di-pin ke Pinterest.
LikeLike
untung gk ke jurang ya ariev
LikeLike
Iyaaa, jangan sampai laaah! Amit-amit kalau itu.
LikeLike
Tempatnya epic banget, viewnya keren kaya di pilem-pilem 😀
LikeLike
ehehe iyaaa! Masih gak nyangka ada tempat kayak gitu di Bandung 😀
LikeLike
Keren si mas satu ini bah! Eh aku ucapin selamat dulu ya..*udah apa belum sih..udaah ya 😀
LikeLike
Bah! Makasih kak!
Udah kok, anggap aja udah hahahaha 😀
LikeLike
Bandung selalu pny tempat baru & menyenangkan utk dijelajahi… Selalu kangen & pengen lagi ke Bandung
LikeLike
Iya betul! Selalu ada alasan untuk kembali ke Bandung, apalagi kalau ada mertua di sana huahahahaha!
LikeLike
fotu utama sukaaak. keliahatan kayak di hutan misterius mana gitu, ada suara kresek-kresek di sebalah kanan…dan bayangan hitam di sebelah kiri. jeng jeeeng
LikeLike
Ihiy makasih kaaak! APAAN TUH SUARA GOIB DAN BAYANGAAAAN? 😱😱😱
LikeLike
Jadi pengen beli mobil 4wd #kemudianjualwarisan
LikeLike
Anjir bagi dooong hahahah!
LikeLike
sponsornya lengkap….hahahahaha…
LikeLike
Hahahaha, ya namanya juga ikutan lomba :)))))
LikeLike
Mas, aku pengen nyetiri mobil 4WD hahaha. Cocok kayaknya dibawa off road ke Bromo wkwkwkwk
LikeLike
Wahaha, enak tapi rodo abot tapi gak seberat yang dibayangkan. Bromo pasti bisa dilibas sih 😀
LikeLiked by 1 person
Wah, Bromo jangan dilibas mas, ntar habis rata dengan tanah 😦
Wkwkwkwkwk #peace 😀
LikeLike
Hahahaha, mbuh aaahhhh! :))))))))
LikeLike
Mobilnyaaa gahaaar :D.. sukak aku mobil2 gagah begini 😀
LikeLike
Ahahaha, kalau cowok gahar suka gak? 😀
LikeLike
oh my god, pengen banget naik Nissan Navara, kece dan gahar..mungkin rasanya hampir sama dengan Mitsubisi apa itu yang double cabbin..nyupir itu di jalan aspal gak enak tapi bang , kalau ini gimana?
LikeLike
Hehehe iyaaa gagah kaaan kalau naik beginian, menambah kadar ketampanan sebanyak 41%. Mitsubishi Strada ya? Iyak ini sekelasnya hehehe. Kalau nyopir di aspal ya lumayan aja, cuma lebih enak kalau dilepas di wild life 😀
LikeLike
Iya om..Strada..smpe lupa namanya.tp hbs itu buat naik Tawangmangu .antap
LikeLike
etdahhhh kapan anak SMK kelas 3 kayak gw bisa jalan jalan ke bandung sesuka hati, doain aja bang semoga kuliahnya bisa di sono atau di jogja lahhhh, kota kota dengan 1000 keindahannya
LikeLike
Pasti bisa laaah! Gue dulu juga belum ke mana-mana pas SMA kok, baru jalan-jalan pas umuran 24 kayaknya hahaha.
Aamiin aamiin buat doanya!
LikeLike
orang bandung mah guelis2…. heheheh
LikeLike
Setujuuuu!
LikeLike
Menyusuri perbukitan Bandung, dengan double kabin memang enak, Satu yang tidak terbayang, menyusuri gang-gang kecil di Bandung, dengan double kabin 😀
LikeLike
Wahahaha itu gimana caranya double cabin masuk gang 😂😂😂
LikeLike
kalo ada ajakan ngetrip pake navara gini lagi, aku selalu terbuka menerima ajakan #ngarep
LikeLike
Azeeeggg! Siap mb!
LikeLike
Sedih yaa udah bersusah payah tapi ternyata berkabut. Hmm mungkin itu artinya suatu hari disuruh datang lagi, nyari momen yang cerah.
kayak waktu main ke bromo, dulu belum dapet sunrise jadi pengen kesana lagi. Jadi ketagihan.
LikeLike
Iyaaa aamiin aamiin! Semoga bisa ke sana lagi! Seru banget offroad soalnya.
Aku malah pengin ke Bromo pas hijau, dulu ke sana habis erupsi jadinya pasir pasir gitu.
LikeLike
Hallo, Salam kenal! Ayoo berkunjung ke Trans Studio Bandung bersama rombonganmu!
Kurnia Jaka
Sales Edutainment
Trans Studio Bandung
Kontak HP/WA 0812-23425181
Email: jaka.tsb@gmail.com
Terimakasih
LikeLike
Siap kak!
Berarti kalau pesan tiket ke kakak bisa dapat harga khusus kah? 😀
LikeLike
setelah seharian jalan2 pastinya pegel2 silahkan dipijit biar enak
web official: http://jempolhomespabdg.com
untuk reservasi:
Call 085222815552 / 085733374911
Whatsapp 085222815552 / 085733374911
Line 085733374911
BBM D9B8359F
LikeLike
Waduh ini pijet bener apa plus plus nih?
LikeLike