Belasan orang berkumpul di ruangan tertutup seluas lapangan bulutangkis, dan berikutnya lampu dipadamkan. Apabila tiba-tiba asap masuk menyelimuti ruangan dan tak ada jalan keluar lagi, maka nama saya mungkin akan tercatat dalam sejarah sebagai korban holokaus. Namun kali ini beda, David –seorang pria kelahiran 1988 bermuka matang (saya tidak mengatakan tua)–, berdiri di tengah ruangan untuk memberikan briefing  singkat mengenai Nissan New March, yang akan saya gagahi bersama sembilan blogger lain yang diberikan mandat oleh tim Polimoli.

Selama lebih kurang satu jam, David menjelaskan mulai dari sejarah terciptanya Nissan March, hingga ke fitur-fitur yang menjadi keunggulannya. Salah seorang peserta –sebut saja Ipi– bertanya, mengapa si mobil cantik ini dinamakan March, dan alasannya cukup simpel, karena mobil ini tercipta di bulan Maret. Sama seperti Agus yang lahir di bulan Agustus. Yang membuat saya bersyukur adalah, untung saja mobil ini lahir di Jepang bulan Maret, bukan di Jawa ketika hari Jumat Kliwon di bulan Jumadilakir.

David juga menjelaskan, mengapa varian Nissan banyak menggunakan nama wanita seperti Livina, Evalia, hingga Teana. Alasannya juga sederhana, karena Nissan terinspirasi dengan kecantikan wanita. Thank God, because the Nissan inventor wasn’t born gay. Dan setelah mendapat penjelasan singkat dari David, saya diperbolehkan menjajal si cantik menuju Bandung, bersama dengan Mumun Indohoy sebagai kernet.

P1080094

Si cantik Nissan New March

Setelah sebelumnya saya sempat menjajal Nissan New March transmisi manual, kali ini saya dan Mumun berkesempatan mencoba varian yang otomatis, dengan cup size 1.200 cc. Oh iya, pada kesempatan ini, para blogger dipasang-pasangkan supaya dapat mengikuti perintah Allah dalam Surat Adz Dzariyaat ayat 49, juga supaya saling kenal-mengenal seperti yang terdapat dalam surat Al Hujuraat ayat 13. Subhanallah. Selain saya dengan Mumun, ada Iman yang dipasangkan dengan Chika, Didut (yang tak bisa menyetir) dengan Chichi, Ifan (laki) dengan Dita (yang lebih laki), dan yang terakhir ada Om Motulz (bukan nama sebenarnya) dengan Dek Ipi (tenang, tak ada adegan pangku-pangkuan di sini).

Dan berangkatlah rombongan New March Day menuju Bandung lautan asmara.

P1080099

Rombongan Haji (Aamiin)

Pada kesempatan pertama, giliran Mumun yang berada di belakang setir. Sementara saya di belakang dia, di sampingnya sebagai navigator sekaligus social media enthusiast (baca: mainan Twitter dan chatting) juga avid reader (baca: sibuk membaca majalah). Rombongan melaju beriringan dengan dikawal oleh dua buah Nissan Evalia, tempat seksi konsumsi dan dokumentasi berada.

Setelah beristirahat sejenak di KM 70, kami melaju lagi menuju Bandung. Cuma bedanya, kali ini para pengemudi diberi kebebasan dan keleluasaan untuk memacu Nissan New March sebelum berkumpul di meeting point yang telah ditentukan, tidak harus menunggu satu sama lain. Dan kali ini sayalah yang memegang Mumun kendali.

P1080118

Spacious Baggage!

Mengemudikan Nissan New March 1.200 cc ini cukup menyenangkan, apalagi karena menggunakan transmisi otomatis. Tinggal tempatkan tuas persneling pada kolom D, dan injak pedal gas, maka mobil akan melaju dengan nyaman. Masalah kecepatan? Jangan khawatir, saya dapat memacu mobil ini hingga ke kecepatan 160 kilometer per jam (jarum maksimal pada speedometer adalah 180) dan masih dapat digeber lagi. Sebenarnya saya ingin men-gas-pol mobil ini, namun mengingat saya belum merasakan kenikmatan dunia, dan Mumun belum menikah, saya pun urung melakukannya.

Kurang lebih satu jam kemudian, iring-iringan kami telah memasuki Bandung yang disambut dengan macet di pintu keluar Pasteur. Lepas dari macetnya Jakarta, disambut oleh macetnya Bandung. Pas teu?

Walaupun terkadang macet dan menyebalkan, namun selalu ada hal-hal yang membuat orang kembali ke Bandung (ups, saya tidak berbicara tentang cinta dan kenangan lama yang tertinggal di Bandung!). Dan inilah tiga diantaranya:

1. Makan-makan

P1080150

Makanan khas Sunda, urang pisan euy!

Di pintu keluar Pasteur, rombongan sudah disambut dengan sekeompok makanan khas Sunda yang berpose menggoda, sebut saja karedok, ikan bakar, sayur asem, dan satu set komplit gorengan. Memang, Bandung dikenal dengan kulinernya yang beragam dan lezat. Tercatat beberapa jenis makanan masuk ke dalam lambung saya, selama dua hari itu. Sebut saja brownies, roti gempol, hingga es krim durian yang membuat saya tak berani melakukan tes kolesterol.

Selain faktor makanan itu sendiri, Bandung juga memiliki tempat-tempat makan yang seru. Seperti misalnya The Upper East yang terletak di wilayah Dago Pakar yang memiliki beberapa pilihan makanan. Restoran bergaya vintage ini merupakan tempat yang cozy untuk bersantap sambil berkencan dan hawa yang sejuk karena terletak di daerah yang tinggi, bisa membuat pasangan kamu berkata “Selimuti aku dengan cintamu, Mas!”.

P1080301

Yuk, mangga Neng dahar jeung Aa!

 

2. Belanja-belanja

P1080193

Para sosialita, urang mah henteu!

Berbelanja, merupakan hal umum yang biasa dilakukan di Bandung. Terdapat banyak sekali factory outlet (FO) busana dan aksesoris sepanjang Jalan Riau, yang selalu dipadati pengunjung setiap minggunya. Bahkan, kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang Jakarta sendiri, yang memindahkan macet dari Jakarta ke Bandung. Termasuk kami, he he he. He he he.

Setelah memarkir mobil pada salah satu FO yang terdapat di Jalan Riau, kami menyebar dengan pasangan masing-masing. Sementara yang lainnya berkutat di FO Jalan Riau, saya dan Mumun yang anti mainstream, memilih berjalan kaki ribuan meter ke arah Jalan Trunojoyo dan sekitarnya.

P1080182

Urang anak distro :’)

Kurang lebih dua jam dua menit kemudian, saya kembali ke meeting point yang telah ditentukan oleh Tim Polimoli. Dan bersiap untuk aktivitas selanjutnya.

3. Jalan-jalan

P1080174

Assalamualaikum neng, badhe ka mana ieu?

Jika tak punya uang untuk makan maupun berbelanja, jalan-jalan mengelilingi Kota Bandung adalah hal yang membuat orang rindu kembali ke Bandung. Karena hawanya yang sejuk dan polusi yang tak sebanyak Jakarta, Bandung sangatlah cocok untuk dinikmati sambil berjalan santai bersama kawan, pasangan, maupun selingkuhan.

Malas berjalan kaki? Pakai saja city car semacam Nissan New March. Ukurannya yang mungil membuatnya gesit menembus kemacetan yang timbul, konsumsi bahan bakarnya pun irit, sehingga uang kamu bisa disisihkan untuk membeli batagor maupun mentraktir selingkuhan.

Banyak sekali objek-objek menarik yang dapat dilihat di Bandung, mulai dari Jalan Riau yang padat dengan tempat belanja dan kuliner, Jalan Braga  dengan gaya klasiknya, Jalan Cihampelas dengan toko-toko superheronya, hingga Jalan Dago (sebenarnya sekarang bernama Jalan Juanda, namun orang-orang sudah terbiasa menyebutnya Dago) yang penuh dengan hiburan-hiburan menarik. Semuanya dapat kamu temukan ketika berjalan-jalan di Bandung. Sekadar informasi, jika kamu bosan berjalan-jalan yang mainstream, boleh coba juga wisata horor di Bandung, seperti yang saya lakukan kemarin.

Nah kalau kamu, apa yang membuatmu kembali ke Bandung selain selingkuhan?

P1080112

Eh, jangan lupa beli majalah Getaway! bulan Maret, karena ada tulisan saya!

Akhir kata, terima kasih Nissan dan Polimoli yang telah membuat saya kembali lagi ke Bandung. Semoga saya masih dapat kembali ke sana dengan suasana yang semakin ceria. Umm, dengan Nissan Fairlady Z, mungkin?