
[RATING 17++ NOT SUITABLE FOR UNDERAGE READERS]
Hari telah berganti, saat bus malam yang membawa kami dari Matsumoto memasuki pekatnya malam Shinjuku. Keasyikan menikmati musim gugur di Toyama, telah membuat kami lupa waktu dan kehabisan bus sore yang menuju Tokyo. Saya segera turun dari bus, disusul Osa, dan Rico kemudian, meninggalkan sang supir bus yang sedang bekerja mengendali bus supaya baik jalannya.
Setelah mengambil barang-barang yang dititipkan dalam locker stasiun sehari sebelumnya, kami segera berkumpul di sebuah halte di sudut jalan. Faktor kelelahan setelah trekking di siang hari termasuk mencicipi onsen tertinggi di Jepang, membuat kami memutuskan untuk menggunakan taksi, dibandingkan berjalan kaki mencari alamat yang disebutkan dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama lima menit dari stasiun Shinjuku.
Sebuah taksi lewat, Toyota Crown tahun lama, namun penuh. Kami menunggu lagi.
Sebuah taksi lewat, Toyota Prius yang masih mengkilap. Sepertinya mahal, dan uang kami sudah menipis setelah mengunjungi Toyama. Kami menunggu lagi.
Sebuah taksi lewat. Nissan Cedric yang tak kelihatan baru, dan tak ada penumpang di dalamnya. Osa memberhentikan taksi tersebut, dan memberi tahu destinasi yang ingin kita tuju dalam Bahasa Inggris. Sebuah hotel yang bernama Shinjuku Green Plaza. Si supir taksi menatap kami bertiga dengan memicingkan sebelah matanya.
“Shinjuku… Guriinn Praaaza?” Tanyanya, yang kami jawab dengan anggukan. Namun alih-alih membuka pintu dan membiarkan kami naik, si supir justru menunjuk ke sebuah lokasi yang terletak di belakangnya. “Wok!” Serunya, sambil membuat isyarat berjalan kaki dengan kedua jari tangannya.
Kami bengong, kehabisan kata-kata. Mungkin saja si supir taksi menolak kami karena kami orang asing, mungkin saja karena kami berkeringat dan bau, mungkin saja karena Shinjuku Green Plaza letaknya sangat dekat, dan mungkin juga kombinasi ketiganya.
Dengan muka kusut, dan rambut tak beraturan seperti Nicolas Saputra, kami menyeret kaki –dengan backpack seberat lebih dari 10 Kg di punggung, menuju arah yang ditunjukkan si supir taksi tadi. Kami adalah para lelaki tengah malam, yang tak tahu arah.
Sebuah bangunan yang tak mentereng, menyambut kami di sisi kanan jalan. Setelah sempat bertanya kepada beberapa orang tentang alamat ini, akhirnya kami menemukannya. Tulisan Shinjuku Green Plaza samar tertutup gelapnya malam, dan kiranya menyerupai hotel, bangunan ini lebih seperti ruko di kawasan Glodok. Jam tangan saya menunjukkan pukul satu dini hari, saat kami masuk ke dalam lift yang membawa kami ke ruang resepsionis berada. Ya, resepsionis untuk pria berada di lantai 4 (sedangkan untuk wanita di lantai 9 –mungkin ini yang disebut hotel syariah), sementara untuk mencapainya, kami harus menggunakan lift yang berada di basement. Turun dulu pakai tangga, sebelum naik lagi dengan lift. Aneh.
Pada isian pemesanan online, saya sempat mengatakan akan tiba sekitar pukul sepuluh malam. Dan nyatanya, justru saya baru masuk gedung pukul satu dini hari. Sempat khawatir apabila ternyata resepsionis telah tutup, namun saya justru mendapatkan hal yang mengejutkan ketika pintu lift terbuka.
Puluhan pria, mengular menuju meja resepsionis, semuanya nampak tertib dan tak saling serobot seperti wanita-wanita di midnight sale. Dari pakaian yang dikenakan, saya menduga bahwa pria-pria tersebut berasal dari berbagai kalangan. Ada yang mahasiswa, eksekutif muda, hingga orang asing yang berkeringat dan bau. Tak kurang dari setengah jam, sampailah saya di meja resepsionis. Sungguh, ini pengalaman terlama berjalan saya dari pintu hotel menuju meja resepsionis yang bisa dicatat oleh Jaya Suprana.
Saya memberikan lembar online pemesanan hotel yang telah saya print kepada si resepsionis yang cukup fasih berbahasa Inggris. Per kepala dihargai sekitar 400 ribu rupiah, untuk menginap selama satu malam di hotel kapsul ini. Dan bukannya memberikan kunci kamar, si resepsionis justru memberikan sebuah gelang magnetik bernomor. Andaikan berikutnya dia menyodorkan album berisi foto-foto wanita seksi, mungkin saya yang salah masuk ke Alexis.
Berikutnya, resepsionis menjelaskan prosedur umum yang berlaku termasuk menunjukkan lantai-lantai yang memiliki fungsinya sendiri. Dia juga sempat menunjukkan promosi paket film porno yang bisa diputar di televisi ruangan kami, namanya paket dewasa, seharga kurang dari 100 ribu rupiah. Saya yang syariah tentu saja tak tergoda, saat itu.
Hotel Kapsul, adalah salah satu pilihan menginap di Jepang. Lokasi hotel ini biasanya terletak di dekat stasiun, karena mempunyai fungsi untuk menampung para pekerja yang kehabisan kereta terakhir menuju rumah dan sayang mengeluarkan uang untuk ongkos taksi, juga melindungi para pria yang sedang kabur karena istrinya PMS. Hotel ini juga menyediakan perlengkapan untuk mengantor, mulai dari kemeja berdasi, pakaian dalam, hingga kaus kaki; sehingga pekerja-pekerja tersebut tidak perlu pulang dulu ke rumah keesokan harinya. Salah satu aturan yang berlaku di sini adalah, dilarang mengenakan alas kaki dalam hotel, dan harus dititipkan ke kotak yang telah tersedia. Fasilitas yang disediakan di hotel ini juga cukup lengkap seperti ruangan internet, restoran, hingga vending machine yang menjual macam-macam barang.
Setelah meletakkan tas punggung ke dalam locker —termasuk berganti pakaian dengan kimono yang tersedia, kami naik selantai menuju ruangan kapsul yang akan menjadi tempat bermalam kami.
Sebuah lorong sempit dengan lebar sekitar satu meter telah menunggu, di mana pada kanan kiri kami terdapat puluhan kapsul yang tersusun dua tingkat. Masing-masing kapsul memiliki nomor yang sesuai dengan nomor pada gelang. Kapsul saya, terletak pada bagian atas sedangkan Osa dan Rico mendapat kapsul di kanan dan kiri saya.
Saya memanjat dan merangkak masuk ke dalam kapsul, dan merasa beruntung bahwa saya memiliki badan yang singset, sehingga kapsul tersebut masih cukup lapang untuk saya tempati. Jika dideskripsikan, kapsul tersebut memiliki panjang sekitar 180 cm, dengan lebar dan tinggi sekitar 90 cm dengan sebuah tirai terletak di pintu kapsul untuk alasan privasi dan keamanan.
Walaupun ukurannya hanya sebesar peti mati, namun fasilitas yang tersedia di dalam kapsul cukup lengkap. Sudah ada bantal, selimut, dan seprai walaupun tanpa Teddy Bear yang bisa dipeluk di dalamnya. Sementara untuk fasilitas elektronik telah tersedia AC, radio, alarm, colokan listrik, juga televisi yang memutar program normal, seperti sepakbola dan sinetron.
“Yuk, mandi yuk!” Ajak saya ke Osa, sementara Rico masih membereskan barang-barangnya. Berikutnya, kami naik satu lantai lagi, melalui tangga darurat dan tidak menemukan adanya kamar mandi privat di sana. DAMN.
Kamar mandi yang tersedia di hotel ini adalah berwujud onsen, sama seperti ketika kami ke Toyama dan Osaka (baca pengalaman kami mencicipi onsen di sini), yang mengharuskan semua pria untuk mandi bersama-sama tanpa sehelai benang pun! Hanjis, pengalaman menonton biji-biji berwarna merah jambu akan terulang kembali di sini.
Dengan penuh percaya diri, saya melepas semua busana yang melekat, mengambil sebuah handuk kecil untuk menutupi Kevin (namun gagal), dan berjalan ke arah onsen untuk berbaur dengan para lelaki tengah malam di sana. Sungguh, rasanya nyaman sekali ketika setelah beraktivitas seharian, kita berendam di onsen yang memiliki banyak mineral –dan telur rebus berbulu– di dalamnya.
Setelah mandi, mengeringkan badan, dan memakai kimono yang disediakan, kami berkeliling ke satu lantai di atasnya lagi yang dikatakan adalah restoran. Saat itu sudah pukul dua pagi, dan tempat yang kami tuju masih penuh dengan pria-pria yang makan dan mengobrol. Yang menarik adalah terdapatnya beberapa stan beraneka jenis makanan yang dijaga oleh wanita-wanita berkulit mulus dan bersuara mendesah. Mereka memanggil-manggil kami dalam bahasa Jepang, yang terdengar seperti “Om, makan, Om. Bonus pangku, Om.”.
Masih dalam ruangan yang sama, tepat di samping stan-stan kecil tersebut juga disediakan pijat refleksi untuk mereka yang lelah setelah beraktivitas. Tentu saja, pemijatnya juga wanita-wanita berkimono asli Jepang, bukan Indramayu atau Kuningan. Saya yang syariah sempat tergoda, namun karena alasan agama setelah melihat harga, saya tidak jadi mencobanya. Syariah yang perhitungan.
Ada sebuah lorong di samping restoran dengan beberapa bilik di sisi kanannya. Saya mendekati salah satu bilik tersebut, dan terkejut mendapati beberapa pria sedang berbaring telungkup, bugil, pada kasur-kasur yang disusun berjejer. Pada sisi setiap pria tersebut terdapat seorang WP (Wanita Pemijat, bukan Wajib Pajak. -red) yang bertugas melayani sang pria, melakukan full body massage dengan menggunakan cairan yang terlihat mengkilap jika menyentuh tubuh.
Ruangan di sampingnya lagi berisi sofa-sofa panjang yang digunakan untuk tidur dan beristirahat, bahkan beberapa pria di dalamnya sudah pulas dan mendengkur. Pada ruangan terakhir di lorong, berisi sebuah tabung (atau tepatnya seperti bathtub yang memiliki penutup pada bagian atasnya) yang digunakan untuk mandi, atau disebut juga jet bath. Ketika saya melewati ruangan itu, sudah ada seorang pria yang tidur telentang di dalamnya, tanpa busana. Eww!
“Bro.” Saya berusaha mengatakan sesuatu kepada Osa tapi susah sekali menyampaikan maksud yang sebenarnya. “Tadi acara tivinya biasa saja ya?”
“Umm, maksudnya?”
“Ya, gitu. Anu…” Kami berpandangan tanpa suara, namun sebagai sesama pria, kami punya kode-kode yang hanya dimengerti oleh pria yang membuat kami tersenyum. Berikutnya kami telah tiba di depan resepsionis dan memesan dua paket film porno.
“What’s your room number?” Tanyanya, yang kami jawab dengan memberikan gelang bernomor kami. Si resepsionis menginput transaksi tersebut, dan memberikan dua buah kartu –mirip kartu ATM, untuk dimasukkan pada perangkat televisi yang tersedia dalam kapsul. “Enjoy the movie.” Kedipnya.
Dengan langkah cepat, kami segera kembali ke dalam kapsul. Memasukkan kartu ke dalam perangkat, mengutak-atik remote televisi yang tersedia, membaca instruksi yang ada, namun tetap gagal menonton film porno tersebut. Aduh, mungkin takdir saya sebagai traveler syariah tidak mengizinkan saya untuk menonton kenikmatan dan tipu muslihat duniawi.
“Bro.” Panggil saya ke bilik sebelah, tempat Osa berada. “Punyamu bisa?”
Dia menggeleng, “Gak bisa juga.”, dan dengan muka cemberut dia berjalan keluar.
“Loh ke mana?”
“Mau ke resepsionis.” Jawabnya singkat, dan tak perlu waktu lama salah seorang petugas telah tiba di lokasi. Petugas itu masuk ke dalam kapsul Osa, bersama dengan Osa, sehingga dalam kapsul yang sempit itu terisi dua orang berbeda negara, dan berkelamin sama, mengutak-utik televisi supaya bisa memutar film porno.
“Bro.” Saya memanggil Osa ketika si petugas telah meninggalkan ruangan kami. “Bisa?”
Setelah mendapat arahan singkat dari Osa, saya mencoba mengutak-utik televisi saya. Dan berhasil, Alhamdulillah. Seingat saya ada empat channel khusus yang memutar film porno Jepang. Dan dua scene yang paling saya ingat adalah berikut ini:
- Scene pertama mengambil setting di pekarangan rumah tua Jepang, yang ternyata adalah sebuah ryokan (salah satu jenis penginapan di Jepang). Dikisahkan ada seorang wanita muda yang sedang berkelana, dan menginap di rumah itu. Karena capai, dia memutuskan untuk berendam di onsen yang berada di pekarangan, dan ternyata di sana sudah ada seorang pria tua yang berendam lebih dulu. Si pria mempersilakan si wanita untuk melepas pakaiannya, dan dengan polosnya si wanita melucutinya tanpa ragu dan tanpa malu –di hadapan pria yang baru dikenalnya. Adegan berlanjut dengan si tua yang menawarkan bantuan memijat si wanita, dan lagi-lagi si wanita menurutinya. Pijat-memijat berlanjut ke daerah sensitif milik si wanita, dan si wanita semakin menikmati ketika tangan si pria menyentuh payudaranya, dan memainkan –maaf– vaginanya. Saya menduga mungkin si wanita berutang budi pada si pria, karena di adegan berikutnya si wanita bergantian memijat si pria, bukan hanya dengan tangan, bahkan dia menggunakan mulutnya untuk daerah-daerah tertentu. Sungguh wanita yang sangat baik.
- Scene berikutnya terletak pada sebuah spa –atau lebih cocok disebut sebagai tempat pijat. Beberapa pria nampak berbaring telungkup dengan handuk yang menutupi pantatnya, dan tak berapa lama masuklah beberapa WP di mana satu WP melayani satu pria. Mungkin seperti yang sudah kamu duga, adegan dimulai dari si WP yang mengambil handuk si pria dan mengoleskan cairan ke seluruh tubuh si pria, kemudian mulai memijat. Pertama dengan tangan, kemudian dengan siku, menggunakan kakinya sebagai variasi, hingga yang paling fenomenal adalah ketika si WP membuka pakaiannya sendiri dan mulai memijat dengan payudaranya. Bagian yang dipijatnya pun meliputi seluruh tubuh pria, mulai dari punggung, tangan, kaki, kepala, hingga –maaf– batang penisnya. Sungguh baik sekali wanita Jepang ini.
Film porno, atau yang sering disebut sebagai Japan Adult Video (JAV) adalah salah satu hal yang legal dan masuk dalam budaya modern Jepang. Saat ini, tiap tahunnya ada sekitar 6.000 wanita mendaftar sebagai artis porno di Jepang dengan berbagai alasan, mulai dari keuangan, eksistensi, hingga alasan bahwa dia merasa nyaman apabila berhubungan badan di depan banyak orang. Saking menjamurnya industri film porno di Jepang, dikatakan bahwa bisnis ini mampu menyumbang 20% penerimaan negara, luar biasa bukan?
Banyak orang Indonesia yang sangat hobi menonton JAV, tapi berapa banyak orang Indonesia yang berlibur ke Jepang dan menonton JAV di sana? Mungkin saya adalah salah satunya. Malam itu saya tidur pulas dengan hati puas dan sebelah tangan menggenggam tisu basah.
Tagged: Film porno Jepang, Hotel kapsul Jepang, JAV, Jepang, pijat, Shinjuku, Shinjuku Green Plaza, spa, Tokyo
Menonton biji biji berwarna merah jambu, Kevin bijinya pinky juga gak?
LikeLike
Kevin udah tanning, kak. Sekarang macho.
LikeLike
Berarti tinggal suntik vitamin C yah, biar semakin eksotis.
LikeLike
Aduh mas, aku ini pembaca syariah blogmu sambil tutup mata jg bacanya ini. Wew
LikeLike
Aw aw, mbak.
*buka matanya perlahan*
*bisikin: semua aman kok, ada aku di sini*
LikeLike
Hahahahaha.
Aku kira ini semprotdotcom rupanya backpackstory.me.
LikeLike
semprotdotcom, where krucilers belong now.
LikeLike
Sampe diceritain gitu pelemnya hahaha
LikeLike
Namanya juga blog serius, ini.
LikeLike
sungguh detil sekali cerita pengalamannya kak. *nganga terkagum-kagum*
LikeLike
Semoga apa yang telah dibaca dapat menjadi pelajaran untuk kita semua. Al Fatihah.
LikeLike
fokus.. fokus… fokus… baca dari atas ke bawah… ga langsung ke scene di bawahnya
LikeLike
Fokus kak, emang semuanya lebih enak kalau dimulai pelan-pelan dari atas, baru ditiup-tiup ke bawah.
LikeLike
Skip baca bagian hotel kapsulnya… langsung ke bagian paling bawah yang ngebahas JAV…. 😐
LikeLike
Eh eh eh kok gitu sih? Jadi kamu mau skip-skip-in aku, mz? 😐
LikeLike
Iya, soalnya penasaran… jav yang di download dari indonesia sama yang ditonton disana sama apa beda :p
LikeLike
Sama aja, cuma beda sensasinya, ihik.
LikeLike
WHO THE HWLL IS KEVIN? X’))
LikeLike
Ssttt… tutup mulutnya, pakai Kevin. *lah*
KAMU GILIRAN POSTINGAN BEGINI AJA BARU NONJOL, HIH!
LikeLike
hahhaahah..keren rieeev..penasaran sama dalemnya kapsul room nya sih..btw hotelnya ini khusus pria ya riev? 🙂
LikeLike
Eh, itu kan kelihatan dalemnya gimanaaa, hihi. Ada yang buat cewek kok cuma beda lantai, tapi dengar-dengar yang cewek bukan kapsul bentuknya. Spiral mungkin.
LikeLike
Wakssss kalo tidur ala spiral melingkar-lingkar gimana yaa dahsyatnya #manggut2
LikeLike
bukannya udah dibilang buat wanita ada di lantai yang lain, ya? eh tapi Ariev ga cerita apa layanan pijat juga ada buat penginap wanita.
LikeLike
Iya, kemarin gak nyobain yang wanita. Lupa bawa bedak.
LikeLike
syariah banget kak postingannya :))
LikeLike
Yoih, mencerahkan yah, hahaha.
LikeLike
Waktu nonton JAV nya si kevin meronta minta di temenin ngak ??? Biasa nya kalo dah tidur pulas pasti sebelum nya mencapai kepuasan lahir batin #LemparKondom
LikeLike
Ah, kak cumi tahu aja, yang pengalaman memang beda yah. Ihik.
LikeLike
bhahahak, entah kenapa saya merasa familiar dengan dua adegan itu, apa karena kemarin saya juga menonton film yang sama (versi torrent tentunya). x))
LikeLike
Wahahaha, we’re real men broh!
…eh bagi link dong.
LikeLike
ok.gw akan ke lantai 9 malam ini juga!
LikeLike
Okay, gue ikut!
LikeLike
bijiiii…bijii…cm berapa minggu ga liat blogmu skrg begini isinya…*geleng geleng ala syariah*
LikeLike
Hahaha, udah lama begini tuan. Mohon dicerahkan aku.
LikeLike
Mz, judul filmnya apa mz?
Mw dwnld.
LikeLike
q lupa mz, tp yg kedua kalau gak salah onsen paradise atau semacamnya, mz.
LikeLike
*brb download*
LikeLike
Mas.. Boleh kenalan ma Kevin ndak?
LikeLike
(((DEG-DEGAAAN)))
LikeLike
Mas, Ariev astagaaah!
telur rebusnya pesan satu dong setengah matang haghag XD
LikeLike
Boleh kak, mau yang gondrong atau yang well-shaven?
LikeLike
Blog ini tidak mendapatkan sertifikasi syariah, ya. And btw, kayaknya kultur mandi bareng ini kuat banget ya di Jepang?
LikeLike
Maaf Mas Mulyono, dari PKS atau MUI, Mas?
Yap, itu budaya tersendiri yang sudah turun temurun di Jepang, harus dilestarikan. Termasuk JAV.
LikeLike
Ngakak baca -telur rebus berbulu- trusss dapet kedipan dari om di onshen nggak riv? Hahaha
LikeLike
Hahaha, kedipannya dari om halim boleh gak?
LikeLike
keviiiiiiiiiiiiiin!!!! ▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/
LikeLike
apaaaaaa???? ▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/
LikeLike
Gue baca tulisan ini waktu pagi pula, saat imajinasi lagi kenceng-kencengnya
Seru juga ya hotel kapsul itu, pengalaman yg bener-bener berbeda. Nanti saat gue ke Jepang mau nyobain deh, amin.
LikeLike
Hanjis imajinasi lu tiap pagi serem ya, negabayangin gue.
Harus cobain lah, beda sama hotel kapsul yang di Singapura atau Malaysia.
LikeLike
Faaakkk. Ngebayangin ceweknya lah hahaha. Ngantri dulu bos kalo mau masuk daftar orang-yang-gue-bayangin.
Apah? Di Singapura sama Malaysia juga ada? Yah padahal abis dari Malaysia kemarin 😦
LikeLike
Hahaha, gue pakai lipstick dulu deh biar bisa lu bayangin.
Iya ada, tapi gak kayak di Jepang. Cuma sama kapsulnya aja.
LikeLike
Ya udah dandan dulu gih, sekalian suntik hormon. Nanti kalo udah, baru hubungi gue lagi ya. Good luck 🙂
LikeLike
Mwahahahahahahaaaaa…… Areeeeeffff!!! Betul-betul dijelasin bah isi hentai-nya. Hahahahaaaa…. Ngakak gila baca tulisanmu ini. :)))))
LikeLike
Wahahaha, makasih bu editorrr, masukin ke tabloidmu dooong :))))
LikeLike
kamfredd.. edunnn.. judul JAV yang pertamanya gak dikasih.. -_-
LikeLike
wahaha, aku lupaaaa, lagi merem melek waktu itu.
LikeLike
1. alhamdulillah.. akhirnya bisa baca post terbaru di blog syariah ini.
2. astaghfirullah.. mungkin Allah sengaja mengulur-ulur waktuku buat baca post ini.. aku nggak nyangka.. *tertegun syariah*
3. akhirnya aku tau, siapa kevin yang jadi artis di post ini. kulitnya merah muda juga kan mas? sering nyalon ya? *nanya syariah*
4. *ngguyu syariah. syariah banget*
5. seperti biasa. tulisanmu lucu syariah banget mas. dan bukan cuma Cak Lontong. lelaki penghasil tulisan lucu, apalagi yang syariah, itupun suami-able. *bantu promosi*
Sekian dari pembaca syariah di blog syariah ini,
Wassalam.
LikeLike
Waalaikumsalam, al fatihah.
*singkat, padat, syariah*
LikeLike
alhamdullilah ya film pornonya bisa diputer.. ^_^ (buset ironis bener)
LikeLike
Iyaaa, alhamdulillah ^^
LikeLike
Kevin..
oh minion itu? yang rambutnya belah tengah. oh.
pasti dia unyu..salam ya mas..
LikeLike
Iyaaa, Kevin yang main piano ituuu ^^
Salam balik katanya ditunggu di Jakarta.
LikeLike
di hotel kapsulnya selain kamarnya syariah, bokepannya syariah juga gak kak? 😛
LikeLike
ASTAGHFIRULLAH ~
LikeLike
hadeuh mas ariev.. ndredeg jeh..
ndredeg versi syariah #eh
LikeLike
*pegangin yang ndredeg* di mana ndredegnya? :’)
LikeLike
hmm.. mo kasi tau takut ndak syariah #loh #iniapasik
LikeLike
subhanallah, kevin. Maikel mau ketemu boleh tidak? kita nanti belajar untuk jadi syariah bareng
LikeLike
nganu mas, jadi intinya gimana ya post ini?
maaf saya masih kecil 😐
LikeLike
Kalau masih kecil, memang gak kelihatan intinya.
LikeLike
jir kuningan dibawa-bawa
LikeLike
Wahahahahaha, ya udah ganti deh. Umm, enaknya mana yah?
LikeLike
aduuuduuh sepertinya jepang tdk cocok dg saya yg syar’i #langsungnyaritiketpromo
LikeLike
Iya, gak cocok kalau gak ngajak saya ke sana memang.
LikeLike
hahahaa, itu Kevinnya sodaraan sama Kevin Minion nggak ya 😀 Btw, salam kenal mas Ariev. Lagi blogwalking 🙂
LikeLike
Ahaha, ini saudaraan sama Kevin Aprilio, rambutnya aja bonding.
Salam kenal Messa, semoga betah jalan-jalan di sini ya!
LikeLike
whahaha ini lucu banget si. Pasti bisa bayangin kagetnya pas kesini. Good story!
LikeLike
Ahahaha, iya mayan shocked sih karena aku pikir cuma penginapan biasa aja macam Reggae di KL.
LikeLike
hahahaha.. blog yang sangat syariah bang.. hahaha
unyu juga bobo di dlm kapsul
LikeLike
Alhamdullilah ya neng :’)
Iyap, seru kok bobok di kapsul.
LikeLike
Hahaha. Taeee. Jauh-jauh ke Jepang malah nonton JAV. :)))
LikeLike
:))))
SENSASINYA BEDAAAAA ~
LikeLike
Beda soalnya nontonnya bareng cowok (?)
LikeLike
hahah pengalaman yg gilak
LikeLike
Ahaha, asik yak?
LikeLike
pernah liat kapsul kapsul itu di dorama 😀
LikeLike
Hoiyaaaa? Nonton dorama di mana? 😀
LikeLike
Mau dong contekan itenerary ke Jepangnya… Buat persiapan taon depan nih 🙂
LikeLike
Mau di email ke mana kah?
LikeLike
inspiratif sekali ceritanya, nambah motivasi utk segera pergi ke negeri sakura. tapi apa kamar mandi di sana mirip onsen semua? wkt kemarin ke korea sempet nyobain jimjilbang semacam onsen jepang rasa aneh kalo harus rendeman bareng batangan semua 😛
LikeLike
Baru pertama mampir di blog ini dan tulisan pertama yang saya baca adalah… rrrr..
hahaha..
btw nggak sempit kah tidur di kapsul gitu?
LikeLike
Wahahaha, maaf maaf, semoga postingan yang lainnya lebih mencerahkan ya!
Gak kok kalau untuk ukuran tubuhku gak sempit, paling sedikit pengap.
LikeLike
gue bermasalah lg dengan yg namanya tinggi badan, sbnrnya mau coba jg sept ni pfft
LikeLike
Lu bonsai dikit lah badan lu.
LikeLike
Wkwkwkwk…..salah baca nih….lg puasa hihihi…..tp seru jg…jd pg ksana jg deh…:D
LikeLike
Wahahaha, astaghfirullaaaahhh ~
LikeLike
aduuh blognya euy..
mantap deh, jadi taw dikit nih tentang Jepang..
tengs bro en salam kenal ya bro..
http://www.katamiqhnur.com
LikeLike
Ahahaha, subhanallah jadi tahu ya :”>
Salam kenal juga, blognya syariah banget, hihi.
LikeLike
halo mas mantep abis nih blognya hihihiii… boleh minta contoh itenerary nya di email ke baby.blueberies@gmail.com thankyou ya
LikeLike
Siap, cek email ya! 😀
LikeLike
Yaloh yaloh yaloh napa ada narasi film bokep terakhirnyaaa, huahahaha.
Mz, blog kowe menghibur blas x)))
Boleh minta itinerary Jepangnya ndak 🙂
Mamacii loh sebelumya
LikeLike
Ahahaha, semoga ceritanya bikin cepet dewasa yah X)))
Itinerary udah diemail, sis! 😀
LikeLike
Suasana interiornya kayak stasiun luar angkasa Nasa yah…seru.seru gw kynya gak berani nginep disini. Beruntungnya waktu ke Japan, semua book hotel disuruh batalin sama seorang teman dari Jakarta yang kerja di Tokyo n mau menampung kita nginep di apartemennya..hehehe
LikeLike
Iyap, interiornya mirip kapsul gitu, Mbak. Wah asyik mah kalau ada yang mau nampung. Ntar aku di Amerika kayaknya ada yang mau nampung jugaaa hihi.
LikeLike
Hahaha.. bagus banget ceritanya.. jadi pengen ke jepang nih ngerasain hotel kapsul. 😀
LikeLike
HARUS NGERASAIN KALAU KE JEPAAAAANGGG HAHAHA!
LikeLike
#barubaca
kovlok, perasaan dulu ceritanya kaga diorder tu paket =))
LikeLike
Hahaha, makanya subscribe koh biar gak ketinggalan ceritanya, ihik.
Order kok, tapi gak dibawa pulang, mahal soalnya kalau bawa ke kostan.
LikeLike
gw pernah ke female onsen isinya nenek2 semua, ga tega gw liatnya rasanya pingin nangis seandainya teknologi sudah menyediakan setrika untuk badan dengan senang hati gw mau bantuin para nenek buat nyetrikain kulitnya biar rapi.
LikeLike
Huahahaha, untung aku gak masuk yaaa. Tapi yang isinya ABG-ABG Jepang ada gak sih? Yang masih kencang dan ranum gitu. Eh.
LikeLike
klo onsen yg modern ada kali, gw kan masuknya ke onsen yg nampaknya tertua di beppu deh, bayarnya aja cuma 100 yen (sesuailah isinya juga nenek2) hehehe (maklum ngirit duit)
LikeLike
SERIUSAN ADAAAA?
*langsung semangat ke onsen campur kalau nemu*
LikeLike
klo yg campur mah sekarang udah pake swimsuit bro
LikeLike
huwahahahahahahahahahaha anjrits banget ni postingan, niat ati cari referensi buat itinerary malah nyasar di blog syariah :)))
nahan ngakak bacanya pas dikantor, takut kalo ngakak beneran pada ngumpul ikut baca *loh
salam kenal buat si kevin wkwkwkwkwkw
LikeLike
Huahahaa, salam balik katanya :)))
Makasih loh udah baca, semoga bisa berpetualang secara syariah di Jepang. Jangan lupa disebarin juga postingannya ke teman-teman kantor, biar semua ikut syariah.
LikeLike
HAdeehhh.. Jepang emang OKE kalo soal film begituan., TURUT BERDUKA CITA apa HARUS SENANG ya… hha
LikeLike
YA HARUS SENANG DOOOONGGGG! HAHAHA.
LikeLike
Astaghfirullahhh :))
terALANkan.Wordpress.com
LikeLike
Wahahahahaa, Alhamdulillah mzzz :)))
LikeLike
tanya ma mbah google bout geisha malah nyasar ke sini 😅
penasaran pingin nyoba kapsul yg buat wanita
service nya apa aja yaa 😆
LikeLike
Huahahahahahahahahahhaha :)))
Sekarang masih penasaran gaaak?
LikeLike
Satu-satunya tulisan Mas Ariev yang menggelitik dan mampu memecahkan tawa. Biasanya rada krik-krik ..
Kompor gas!
LikeLike
Huahahahaha makasih loh brohhhh :))))
LikeLike
Moco postingan yg ini dengan dzikir mz 😂
LikeLike
Oh kirain sambil berbuat yang lain, ehehehe.
LikeLike
WHAT DID I JUST READ?!
Bacanya pas siap-siap mau Sholat Jumat pula.
*tabok Kevin*
LikeLike
ADUH MZ ADUH! *mules*
LikeLike
iya w percaya mas u syariah, pas w scroll ke bawah ada tulisan padat yg sepertinya seru, tak satu katapun terlewat. tapi koment orang” kok pada sebut” kevin, who is kevin ? cowok yg ngebokep bareng u / emang u wkwk abis cerita u detail bngt jadi curiga, bertanya” , dan deg”an haha
bisa laah yaa kapan” ajak w kesono bang wkwk
LikeLike
Wahahahahahaa, pasti belum baca tuntas nih karena masih nanya-nanya siapa kevin hahaha.
Yuk lah ke sono lagi!
LikeLike
salam kenal mas arief, saya rencana november atau desember 2016 ini sama teman, kita cowo cowo jomlo mau ke jepang…mohon itinery nya donk disana….ini negara asia ke dua yg mau saya singgahi,,,maturnuhun
LikeLike
Wah masih lama dong hehe, kalau untuk itinerary, monggo dicek di kolom itinerary ya, ada kok di situ hehe.
Semoga lancar ya!
LikeLike
Waduuh jadi pengen ke Jepang lagi nih. Fasilitasnya “laki” banget ya, lain kali musti nyoba. Btw boleh nginep lebih dari 1 malem gak?
LikeLike
Yoih, laki banget itu! Nginap lebih dari 1 malam ya boleh aja sih setahuku, cuma kayaknya ngebosenin.
LikeLike