
Setahun lebih berlalu sejak terakhir kali saya bepergian dengan menggunakan pesawat terbang, tepat sebelum situasi pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Perjalanan udara terakhir saya adalah pada bulan Maret 2020 dengan destinasi Bali, sementara seminggu sebelumnya, saya baru saja kembali dari penugasan luar negeri bersama Whatravel ke Spanyol dan Portugal. Sepulangnya dari Bali, pemerintah menerapkan kebijakan ‘sistem lockdown’ untuk membatasi penyebaran Virus Corona, yang disebut dengan PSBB, atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Sebuah kebijakan yang sangat berpengaruh bagi para traveler, atau bagi para pelaku bisnis perjalanan seperti saya, karena dengan adanya kebijakan tersebut, berarti gerak kita untuk berpindah tempat –atau dalam kata lain traveling, sangat dibatasi. Sebuah kebijakan yang berikutnya menimbulkan pertanyaan kepada saya, dan juga teman-teman yang merasakan.
“Ketika pandemi, traveler ngapain saja sih?”

Tahun 2021 adalah tahun ke-11 sejak saya merintis karier saya sebagai traveler, atau orang yang kerap jalan-jalan karena berbagai keperluan. Baik untuk keperluan pribadi dengan modal sendiri seperti misalnya ketika mengunjungi Armenia pada 2017, perjalanan bersponsor karena ada kerjasama dengan pihak lain seperti ketika ke Turki pada tahun 2016, jalan-jalan karena menang kuis seperti ketika ke Amerika Serikat pada tahun 2014, ataupun perjalanan karena pekerjaan sebagai trip buddy Whatravel yang membawa saya mengunjungi Bhutan pada tahun 2019.
Dapat dikatakan bahwa tiada tahun tanpa bepergian dengan pesawat terbang dan jalan-jalan ke luar negeri, yang bahkan pada tahun 2017 saya pernah menantang diri sendiri untuk selalu bepergian ke luar negeri setiap bulannya, dengan total mengunjungi 18 negara selama 12 bulan, dengan hasil yang bisa kamu tebak, yaitu bokek.
Kemudian untuk menjawab pertanyaan kamu dan juga khalayak umum, yaitu apa saja yang saya lakukan selama pandemi ini –selain tetap beribadah dan berdoa supaya pandemi ini lekas berlalu, maka jawabannya adalah saya membagi linimasa kegiatan saya sepanjang pandemi ini, ke dalam empat fase, yaitu:
I. Going Home
Pada awalnya, saya masih tak percaya akan adanya pandemi ini. Sama seperti bad-exes, saya berharap pandemi ini hanya bualan belaka dan dapat segera berlalu. Sebuah harapan yang tak terwujud, karena setahun kemudian, pandemi masih belum berakhir dan bahkan sempat meningkat karena adanya beberapa kasus baru.
STAY AT HOME, atau #dirumahaja, adalah imbauan dari pemerintah yang selalu digaungkan di awal pandemi, yang meminta masyarakatnya untuk senantiasa berdiam di rumah dan melakukan segala aktivitasnya dari rumah. Pada awal-awal pandemi, saya yang juga pegawai kantoran diminta untuk melaksanakan Working From Home, atau bekerja dari rumah guna mengurangi mobilitas dan potensi bertemu dengan banyak orang.
Sebuah kesempatan langka setelah belasan tahun bekerja kantoran, yang tentu saja tidak saya sia-siakan untuk bekerja giat, tekun, sembari beribadah (kalau tidak khilaf) dan belajar hal baru seperti misalnya mencoba perawatan wajah dengan 7 Steps Skincare ini. Sebuah perawatan wajah yang menjadi sia-sia setelah sering trekking bersama Whatravel Trekking Club akhir-akhir ini.
Tidak mengapa, setidaknya saya pernah terlihat glowing, seperti pantat bayi yang baru dilahirkan di muka bumi.

Berada di rumah saja, praktis membuat saya bergantung pada smartphone untuk menunjang kehidupan. Mau bertemu orang cuma bisa video call, mau berdiskusi perihal kerjaan hanya bisa via messenger dan email, kemudian mau berolahraga juga saat itu hanya bisa di halaman belakang rumah sambil melihat tutorialnya melalui aplikasi.
Untungnya, saat ini banyak sekali aplikasi yang dapat menunjang kehidupan, mulai dari WhatsApp untuk berkomunikasi, Gojek dan Grab untuk transportasi dan urusan pemesanan makanan secara daring, hingga aplikasi finansial pilihan seperti OCTO Mobile by CIMB Niaga yang #Beneran gampang, di mana semua orang pasti bisa menggunakannya.
Asalkan ada uangnya.
Beberapa keunggulan yang dapat ditemukan pada aplikasi yang dapat membuat kamu lebih betah di rumah ini antara lain adalah: Bebas transfer ke bank lain hingga 20x tiap bulannya, bisa top-up ke banyak e-wallets yang membuatmu tidak perlu bergerak ke ATM ataupun mini market di masa pandemi ini, hingga adanya reward berupa Poin Xtra CIMB Niaga yang juga kamu gunakan untuk berbelanja kembali.
Enak kan, belanja dapat poin, poinnya bisa digunakan lagi untuk belanja. Gitu saja terus, ra uwis uwis. Lingkaran kenikmatan.
II. Going Online
Beberapa bulan berjalan, dari yang awalnya optimis bahwa pandemi dapat segera berakhir, saya mulai realistis. Semisal pandemi ini tidak kunjung usai, lantas apa yang akan terjadi, apa yang akan saya lakukan untuk mengisi kemerdekaan.
Jawabannya, mungkin saja adalah perubahan, atau saya biasa mengatakan dua buah hal yang dapat membantu kita untuk selamat di masa pandemi ini, adalah adaptasi dan inovasi. Adaptasi terhadap pola hidup baru, juga inovasi supaya hidup dapat terus berjalan, “Change or Die!” kalau kata penulis buku bisnis Alan Deutschman.
Sebuah ungkapan yang benar adanya karena terdapat banyak sekali pergeseran pola hidup ketika pandemi, dari yang biasanya offline, menjadi online. Meeting kerjaan jadi online, seminar jadi online, bahkan pacaran pun juga jadi online. Ya walaupun kentang, tapi memang itu yang sedang kita hadapi. Jenuh, sudah pasti. Namun mau bagaimana lagi?
Ya anggap saja sisi positifnya adalah kita jadi bisa lebih banyak di rumah, menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga, dan jadi bisa lebih jarang mandi demi kampanye hemat air. Save water, shower together.

Salah satu kesibukan yang kerap saya lakukan pada fase ini adalah mengikuti sesi webinar –web seminar, atau seminar yang dilakukan secara online, baik menjadi peserta maupun menjadi pembicara. Webinar ini kebanyakan diselenggarakan dengan menggunakan aplikasi Zoom, sebuah aplikasi yang naik daun ketika pandemi dan langsung membuat foundernya, Eric Yuan menjadi auto kaya raya karena harga sahamnya meroket kala itu. Ya walaupun sekarang sudah turun lagi, namun Eric dikatakan sudah meraup kekayaan lebih dari USD 12.000.000.000 selama pandemi.
C’est la vie, así es la vida, that’s life.
Ada yang merana karena pandemi, namun ada juga yang meraja.
Saya sendiri termasuk yang diuntungkan karena adanya Zoom ini, karena dapat membantu saya melakukan pivot bisnis perjalanan semasa pandemi. Apalagi kalau dikombinasikan dengan OCTO Mobile by CIMB Niaga, yang memudahkan saya dalam melakukan pendaftaran webinar –ataupun juga memudahkan peserta ketika mendaftar sebagai peserta webinar, karena untuk melakukan transaksi pembayaran sangat mudah, bisa via bank transfer tanpa adanya biaya administrasi!
Selain webinar, salah satu kebiasaan lain yang muncul ketika masa pandemi adalah … *drum rolls* … apa lagi kalau bukan BELANJA ONLINE! Sebuah kebiasaan yang kerap saya lakukan dengan menggunakan kartu kredit.
Untungnya, sebagai pengguna kartu kredit CIMB Niaga selama 10 tahun terakhir, saya diberikan banyak kemudahan dengan terlebih dahulu mengoneksikan kartu kredit tersebut ke aplikasi OCTO Mobile by CIMB Niaga, di mana saya bisa mengubah transaksi di atas Rp300.000,- menjadi cicilan 0% selama 3 atau 6 bulan, sebuah kemudahan yang bermanfaat untuk seorang introvert di tanggal tua, tanpa perlu repot menghubungi Call Center untuk melakukannya.
Selain bisa mengubah cicilan menjadi 0%, saya juga bisa melihat riwayat transaksi melalui OCTO Mobile by CIMB Niaga tanpa perlu menunggu datangnya email pada tanggal tutup buku bulanan, bisa membuat dan mengubah PIN Kartu Kredit CIMB Niaga tanpa perlu datang ke ATM dan mengantre, hingga bisa melakukan pemblokiran dan pembatalan blokir tanpa perlu menelepon Call Center dan berbasa-basi yang menghabiskan pulsa telepon. So easy, beb!
III. Going Local
Lama berdiam di rumah, telah membuat sebagian besar warga merasa resah dan gelisah namun bukan pada semut merah. Mereka yang sudah merasa nyaman –tentunya dengan beberapa protokol kesehatan yang dipenuhi, mulai melakukan aktivitas di luar rumah, seperti berjemur layaknya di Ibiza dan berolahraga di sekitar tempat tinggal.
“It’s a Zoom Fatigue.” kata sebuah penelitian. Iya, Zoom Fatigue, atau yang dapat diartikan secara harafiah sebagai terlalu lama melakukan kegiatan di depan layar monitor dan menatap orang-orang secara virtual (yang kebanyakan dilakukan) melalui aplikasi Zoom, dikatakan telah membuat orang kelelahan secara psikis dan dalam jangka panjangnya dapat berakibat kepada kesehatan mental.
Pada sebuah pidato di pertengahan 2020, Presiden Jokowi mulai memperkenalkan istilah yang kemudian dikenal dengan New Normal, atau hidup berdampingan dengan Virus Corona hingga vaksin ditemukan dan pandemi dikatakan berakhir. Pada fase ini, segala aktivitas yang dilakukan harus tetap berpegang pada protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, menghindari kerumunan, dan kerap mencuci tangan.
Dari aktivitas online, akhirnya saya mulai berani ke luar rumah untuk beraktivitas outdoor seperti jogging di sekitar rumah dan trekking di alam terbuka. Saya menyebutnya sebagai Going Local, atau bepergian ke tempat-tempat yang dekat dengan rumah, karena berwisata tidak harus jauh, yang penting bisa membuat kita rileks dan meredakan stres.

Ada beberapa alasan mengapa saya memilih alam terbuka yang dekat dengan rumah (sebut saja Sentul) sebagai solusi saat ini, mengapa kok tidak terbang ke Turki, walaupun pariwisata di sana sudah dibuka?
Yang pertama, saya belum nyaman untuk terbang kembali. Kemudian, apabila memilih Sentul, saya dapat melakukan perjalanan pulang pergi dalam sehari, dan tidak perlu mengambil cuti panjang dari kantor. Berikutnya, berwisata dan beraktivitas di alam terbuka dikatakan dapat mengurangi potensi persebaran virus dibandingkan dengan berada di ruangan tertutup dengan banyak orang.
Segala aktivitas yang saya lakukan di alam terbuka, biasanya saya lakukan dalam grup kecil, di mana saya sudah saling mengenal antar pesertanya, dengan tetap menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Dimulai dari jogging di dekat rumah yang berlanjut trekking di Sentul, akhirnya saya memberanikan diri untuk melakukan aktivitas yang tidak pernah saya lakukan dalam 30 tahun lebih kehidupan, yaitu naik gunung. Sungguh, pandemi sedikit banyak telah mengubah saya menjadi orang yang lebih baik.
Ya walaupun hanya berani melakukan mobilitas dengan menggunakan mobil pribadi dan banyak lewat jalan tol, namun itu sudah dapat membuat saya lebih nyaman dibandingkan dengan melakukan mobilitas dengan transportasi umum dan banyak bertemu dengan orang asing. Toh sekarang isi e-money untuk parkir dan jalan tol juga lebih mudah, karena bisa dilakukan melalui OCTO Mobile by CIMB Niaga.
Salah satu hal simpel lain yang saya suka dari OCTO Mobile by CIMB Niaga ini adalah adanya fitur pembayaran dengan menggunakan QRIS, yang merupakan kepanjangan dari Quick Response Code Indonesian Standard, atau standardisasi pembayaran dengan menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
Dengan adanya fitur ini, saya dapat melakukan pembayaran dengan metode cashless ketika membeli kopi di warung kopi ataupun warung donat yang menjual kopi. Caranya cukup dengan melakukan scan barcode yang sudah QRIS-Friendly di warung kopi menggunakan OCTO Mobile by CIMB Niaga, pilih sumber dana yang bisa berasal dari saldo tabungan, kartu kredit, rekening ponsel, maupun menggunakan Poin Xtra, sebelum memasukkan jumlah tagihan yang akan dibayar, kemdian input PIN, dan voila, tagihan sudah terbayar tanpa perlu mengeluarkan uang dari dalam dompet, ataupun meninggalkan KTP.
Ya karena dompet tidak ada isinya juga, sih. Kan semuanya ada di rekening sekarang.
IV. Going Further
Sekarang, perlahan saya mulai nyaman kembali untuk beraktivitas di luar rumah –walaupun tentu saja tetap dengan mengikuti protokol keseharan yang berlaku seperti memakai masker apabila beraktivitas di ruang publik yang banyak orang, senantiasa menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, serta membiasakan diri untuk senantiasa mencuci tangan, walaupun membuat jari-jari tangan menjadi lebih cepat keriput mirip anak kostan yang masak masak sendiri cuci baju sendiri.
Setelahnya, sebuah pertanyaan kembali muncul, “Kalau sudah nyaman ke luar rumah, kapan mau traveling naik pesawat, dan ke luar negeri lagi?”
Kalau pertanyaan itu ditanyakan ke saya, maka jawabannya adalah belum tahu kapan. Walaupun sudah divaksin 2x dengan vaksinasi COVID-19 gratis dari pemerintah, namun saya masih belum nyaman bepergian jarak jauh untuk keperluan liburan, kecuali apabila ada urusan pekerjaan atau hal-hal lain yang mendesak.
“Lantas, apa yang akan kamu lakukan sembari menunggu nyaman?”

Kalau saya sih sedang menabung untuk rencana traveling yang lebih menantang lagi selepas pandemi, kan bisa membuat Tabungan Mapan CIMB Niaga di OCTO Mobile by CIMB Niaga, yang akan melakukan auto-debet langsung ke rekening kamu setiap bulannya. Sedikit demi sedikit menabung, lama-lama menjadi mapan.
Selain itu, saya juga bisa membuka rekening valuta asing di OCTO Mobile by CIMB Niaga, yang memungkinkan saya untuk melakukan transaksi dengan mata uang asing. Lumayan, bisa serok Dollar kalau kursnya sedang turun, bukan?
Saya juga berharap supaya pandemi yang sudah berkepanjangan ini segera berakhir, supaya para traveler bisa jalan-jalan lagi sesuai fitrahnya. Toh sekarang kita juga bisa membeli tiket pesawat langsung di OCTO Mobile by CIMB Niaga, sehingga traveling di kemudian hari akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Tagged: ATM, CIMB Niaga, COVID-19, Mobile Banking, OCTO mobile, online, pandemi, rumah
Aku lebih sering sepedaan hahahahah.
Pokoknya gimana biar tetap bugar dan nggak stress
LikeLike
hahaha sepedaku wes tak dolll, iya gak stres penting sihhh, aku lari lari wae mas saiki cari keringet.
LikeLike
emang bener banget pandemi ada efek baik juga ada efek buruknya sih, makasih ya kak uda sharing selama pandemi ngapain aja biar kita juga bisa kepikiran buat ngelakuin hal yang berguna biar ga ngebosenin
LikeLike
iya kak, sama-sama semoga bermanfaat ya sharingnya. Kalau boleh tahu selama pandemi jadi sibuk ngapain aja nih kak?
LikeLike
Going local, wah konsep yang kece
LikeLike
yooo makasih banyak apresiasinya!
LikeLike
Bang ariev, aku baru mau mulai nih jadi travel blogger. Kira kira apa nih nama yang cocok buat blog ku? 😀
Thankyou yah kalau mau kasih saran
LikeLike
Wihhh siap! Semoga lancar ya jalan ninjanya.
Perihal nama, kamu bisa pakai nama kamu sendiri sebagai nama blog (misal arievrahman), bisa pakai gabungan kata yang membentuk kata benda (misal backpackstory), atau gabungan antara nama dan kata tertentu yang membentuk kata benda (misal backpackariev). Coba dicek cek juga sesuai kepribadian dan gaya jalan-jalan kamu, nanti pasti ketemu namanya 😀
LikeLike
Mas Arief bolehkah kita bekerja sama?
LikeLike
Siap pak, boleh banget 😀
LikeLike