Piala Dunia akan kembali digelar pada tahun 2022 ini, namun gaungnya seperti biasa saja, tidak se-memorable goyangan Ricky Martin di Perancis pada tahun 1998 atau se-wkwk-ee Shakira seperti di Piala Dunia 2010 yang diadakan di Afrika Selatan. Tahun ini, entah mengapa euforia itu seperti tak kentara. Entah karena perhelatannya diadakan di Qatar yang notabene bukan negara dengan kultur sepakbola yang dikenal, atau entah karena diadakan pada waktu yang di luar kebiasaan Piala Dunia pada umumnya.

Iya, Piala Dunia tahun 2022 ini diadakan pada bulan November, berbeda dengan kebiasaan sebelumnya, di mana FIFA selalu mengadakan Piala Dunia pada libur musim panas liga-liga Eropa di bulan Juni-Juli. Alasannya adalah karena suhu udara di Qatar pada musim panas bisa mencapai 40º Celcius, di mana pada suhu tersebut kita disarankan untuk lebih banyak istighfar dibandingkan bermain bola panas-panasan sambil latihan menjadi musafir di padang pasir.

Terlepas dari helatan Piala Dunia yang mungkin seperti tidak menarik, masih ada banyak hal lain yang dapat kamu lakukan di Doha, ibu kota Qatar, negara yang luasnya kurang lebih hanya dua kali lipat Pulau Bali ini. Ya, menurut saya, kalau kebetulan kamu sedang berada di Doha dan menurut kamu menonton Piala Dunia 2022 itu membosankan, maka setidaknya kamu bisa melakukan hal-hal berikut ini:

1. EXPLORING KATARA CULTURAL VILLAGE

Walaupun bernama village, tapi Kaltara Cultural Village ini bukanlah sebuah desa inpres, melainkan sebentuk proyek ekshibisi budaya, yang berbentuk komplek luas dengan bangunan-bangunan menarik yang dapat digunakan untuk pameran budaya. Seiring berjalannya waktu, Katara Cultural Village ini kerap digunakan untuk ajang festival baik nasional maupun internasional, workshop, hingga pertunjukan seni dan budaya lainnya.

Nama Katara sendiri diambil dari sebutan yang kerap digunakan dunia untuk menyebutkan wilayah semenanjung Qatar sejak tahun 150 Sebelum Masehi. Pada peta kuno yang dimiliki oleh Perancis, tersebutlah nama Katara untuk menyebutkan wilayah yang sekarang menjadi Qatar ini. Katara, lalu berkembang menjadi Qatar, cocok bukan?

Ide awal pembangunan komplek ini adalah berkat visi jangka panjang yang dicanangkan oleh HH Sheikh Hamad Bin Khalifa Al Thani, ayah dari Emir penguasa Qatar saat ini, yang menginginkan terciptanya sebuah proyek interaksi manusia melalui proses pertukaran seni dan budaya, yang kemudian diwujudkannya dengan pembangunan Katara Cultural Village ini.

Enak ya jadi orang kaya, seorang emir pula, tinggal punya ide, langsung jadi bangunan mewah. Lah kita? Baru mau keluar ide bagus, eh kebangun gara-gara alarm. Belum juga direalisasi, sudah gagal pula.

Selain berkeliling komplek cultural village, hal lain yang dapat kamu lakukan di sini adalah berbaur dengan warga lokal (kalau mereka mau kamu bauri) sambil mengemil chapati dan karak di cafe yang ada di sana.

Selain bangunan utama, terdapat pula dua buah bangunan unik yang terdapat di sini, yaitu Pigeon Tower (sepasang menara kembar, yang ini tidak sampai ditabrak pesawat terbang, dengan lubang-lubang di sekelilingnya, yang kemudian digunakan oleh burung-burung dara liar sebagai rumahnya) dan juga Katara Mosque (yang ini masjid ya untuk solat, ya menurut Anda?). Dua buah bangunan ini dapat kamu jadikan objek penderita ketika ingin berfoto di sini.

2. LEARNING ISLAM IN SHEIKH ABDULLAH BIN ZAID AL MAHMOOD ISLAMIC CULTURAL CENTER

Memasuki tempat ini, kamu akan langsung disuguhi dengan teh panas khas Qatar sembari diajak duduk mendengarkan penjelasan tentang bagaimana sejarah Islam di Qatar, sebelum diantarkan untuk memasuki ruangan demi ruangan yang terdapat dalam Sheikh Abdullah bin Zaid AL Mahmood Islamic Cultural Center.

Ini adalah tempat yang tepat untuk memulai perjalananmu di Qatar apabila kamu tertarik dengan sejarah Islam dan sejarah perkembangan negara ini, dari sebuah kampung nelayan pencari mutiara, hingga menjadi salah satu negara minyak terkaya di dunia. Pemandu wisata di tempat ini akan dengan senang hati bercerita mengenai segala macam seluk beluk tentang Qatar, asal tidak ditanya kenapa kok bisa kalah pada pertandingan pertama babak penyisihan Piala Dunia 2022 ini.

Walaupun menitikberatkan pada pengetahuan Islam, namun tur di tempat yang juga memiliki bangunan masjid terbesar di Qatar (sebelum dibangunnya masjid Imam Muhammad ibn Abd al-Wahhab) disajikan secara rasional dan logis, serta tidak mendiskreditkan agama lainnya. Mendengarkan cerita sejarah Qatar di sini sangatlah adem rasanya, mirip seperti mendengarkan khotbah Jumat, namun tidak sampai membuat saya ketiduran.

3. PLAYING GAME WITH LOCALS AT HALUL CAFE

Salah satu hal yang paling menarik perhatian saya dalam perjalanan dari Hamad International Airport menuju pusat kota Doha adalah satu kafe mungil di pinggir laut, yang bahkan papan namanya tidak terlihat jelas, namun dipenuhi oleh banyak sekali pengunjung. Dari jauh, bangunannya terlihat sederhana, tidak mentereng seperti Starbucks ataupun Fore Coffee, namun nampak kehangatan di dalamnya.

Kira-kira seperti apa isinya ya?

 Namanya Halul Cafe, yang pada saat saya ke sana di siang hari hanya tersaji menu kopi/teh dan American breakfast seperti hotdog dan burger. “Other menu is available in the afternoon.” Jelas si petugas yang cukup fasih berbahasa Inggris, petugas berkulit kecokelatan sedikit gelap seperti saya, yang ternyata berasal dari Nepal. Iya, di Qatar kamu akan menemukan banyak sekali pendatang atau tenaga kerja dari Asia Selatan, khususnya Nepal dan India. Acha acha.

Yang membuat ramai kafe ini ternyata bukan tentang makanan dan minuman yang disajikannya, namun karena suasananya yang santai. Warga lokal biasa berkumpul di sini sambil bermain game seperti kartu (tentunya tanpa uang, karena haram) dan berbincang kasual sembari menghisap seporsi shisha.

4. VISITING LITTLE VENICE AT QANAT QUARTIER 

Karena letaknya yang di atas gurun pasir dan wilayahnya yang tidak terlalu luas, dapat dibilang Qatar tidak memiliki atraksi objek wisata dan bentang alam yang memukau –selain padang pasir dan penari perut, tentunya. Namun apapun bisa dibeli ketika kamu memiliki uang, bukan? Seperti yang terdapat pada Qanat Quartier ini, di mana mereka memiliki sebuah lokasi yang disebut sebagai Little Venice, Venezia kecil, lengkap dengan bangunan penuh warna, yang sedikit mengingatkan saya akan kunjungan ke Burano Venezia beberapa tahun silam.

Doha Qatar

Ya, walaupun tidak ada cowok-cowok Italia berjambang tipis yang menyanyi di atas gondola di sini, namun ada banyak titik yang dapat kamu jadikan sebagai objek foto-foto seperti di atas ini. Yang penting gak kelihatan seperti di Indonesia, kan?

5. GOING TO THE BIGGEST MALL IN DOHA

Apabila Little Venice di Qanat Quartier belum membuatmu puas, maka kamu bisa lanjut untuk main-main ke salah satu mal terbesar dan paling elit di Doha yang bernama Villagio Shopping Mall, sebuah mal yang juga memiliki kanal sepanjang 150 meter di dalamnya … untuk melayarkan gondola, seperti di Venezia, atau seperti di The Venetian Macau.

Untuk menambah kesan-kesan Italianya, interior mal ini juga didesain dengan gaya klasik Italia, walaupun tanpa foto-foto Pierluigi Collina. Yang paling menarik dari mal ini adalah TERDAPAT KEPINGAN EMAS MURNI DI LANTAINYA, GUYS! FOR REAL. Untung di Qatar bukan di Indonesia, ya.

Mal yang terletak di Jalan Al Waab di antara Hyatt Plaza dan Sports City ini memiliki lebih dari 200 buah toko merek internasional, bioskop, dan supermarket yang akan membuatmu serasa di Grand Indonesia, karena ya sama-sama saja isinya. Sebagai orang yang sudah tinggal di Jakarta belasan tahun dan berkutat dengan puluhan mal di sana, saya lebih memilih untuk makan steak saja di sini.

Tapi gak tahu kalau kamu, mungkin mau mencoba untuk mencongkel emas di lantainya?

6. LEARNING NEW THINGS AT NATIONAL MUSEUM OF QATAR

Selain belajar tentang sejarah Islam dan pengetahuan umum tentang Qatar di Sheikh Abdullah bin Zaid AL Mahmood Islamic Cultural Center, kamu juga bisa belajar hal-hal baru di National Museum of Qatar yang baru mendapat sentuhan moderen di tahun 2019, setelah bangunan sebelumnya didirikan pada tahun 1975.

Bangunan yang dari jauh terlihat seperti jamur kuping ini, ternyata bukan mengambil konsep jamur atau cendawan di musim hujan –ya mungkin karena di Qatar jarang hujan apabila dibandingkan dengan Tasikmalaya sehingga jarang terlihat jamur di sana selain kutu air, melainkan mengambil konsep desert rose crystal, atau sedimen kristal yang sering ditemukan mengeras di padang pasir Qatar, dan menyerupai bunga mawar. Hence, desert rose, not danny rose.

This desert roseWhose shadow bears the secret promiseThis desert flowerNo sweet perfume ever tortured me more than this

Doha Qatar

Memasuki museum yang didesain oleh arsitek Jean Nouvel ini, kamu akan diajak berkelana ke beberapa ruangan tematik, mulai dari sejarah gurun pasir, artefak dari kebudayaan Bedouin, sejarah berdirinya Qatar, hingga cerita penemuan kilang-kilang minyak yang membuat Qatar sekaya sekarang.

Ya kalau gak kaya ya gak akan bisa bikin Piala Dunia, paling cuma bisa bikin Piala Presiden, eh.

Museum yang memiliki koleksi lebih dari 8.000 koleksi termasuk benda-benda bersejarah, perhiasan, buku-buku dan dokumen bersejarah milik warga Qatar ini memiliki misi untuk mengenang sekaligus memperingati sejarah, budaya, dan masa depan Qatar sembari menunjukkan kepada dunia perihal kebanggaan dan tradisi warga Qatar yang masih terjaga serta dilestarikan hingga saat ini. Ya kalau kata orang sini, jas merah –bukan, bukan jas PDI-P, melainkan sebuah himbauan untuk jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.

7. VISITING THE NATIONAL MOSQUE OF QATAR IMAM MUHAMMAD BIN ABDULWAHHAB MOSQUE

Selain museum, bangunan lain yang menarik untuk dikunjungi di Doha adalah masjid, atau tepatnya masjid nasional Qatar yang memiliki pemandangan menawan ke arah teluk Doha. Masjid yang juga merupakan masjid terbesar di Qatar ini juga dikenal dengan nama Masjid Imam Muhammad bin Abdulwahhab, yang mengambil nama seorang ulama Sunni sekaligus pemuka agama Islam yang berasal dari wilayah Najd di Timur Tengah.

Masjid yang dibuka pada tahun 2011 ini mengambil gaya Arab tradisional yang digabungkan dengan fitur-fitur moderen untuk melengkapi bangunan seluas 175.164m² yang mampu menampung 11.000 pria di bagian tengah masjid, dan 1.200 wanita di sisi lain masjid. Secara total, masjid yang memiliki tiga pintu utama dan 17 jalur masuk lain ke masjidnya ini mampu menampung 30.000 jamaah apabila semua ruangannya difungsikan. Lumayan kan, untuk kampanye 2024?

Doha Qatar

Saat saya mengunjungi masjid ini di 2019, kamera mirrorless saya tidak diizinkan untuk masuk, namun untuk handphone, masih bisa dibawa masuk dengan aman. Entah saat ini bagaimana peraturan yang berlaku, namun secara sejarah, masjid ini juga pernah memiliki kisah kontroversial yang terjadi di masa lalu, di mana salah satunya pada tahun 2012 di mana Masjid Imam Muhammad bin Abdulwahhab ini melarang anak-anak melakukan salat tarawih di masjid kala Ramadan, yang mengakibatkan terjadi pertikaian antara para orang tua dan tenaga keamanan masjid. Lagian sih, anak-anak kan mau isi buku Ramadan dan minta tanda tangan imam, masa dilarang?

Suatu hari yang lain, pernah juga masjid ini melarang seorang jamaah wanita yang ingin salat magrib bersama anaknya ketika masjid sedang dalam kondisi sepi. Ya untungnya, saya kemarin tidak dilarang untuk beribadah di sana, walaupun memang ketika salat saya tidak sempat mengunggahnya ke Instagram Stories.

8. SAILING USING LOCAL BOAT IN THE DOHA CORNICHE’S WATERFRONT

Corniche Doha adalah sebuah jalanan dengan paving block sepanjang tujuh kilometer yang berada di tepian teluk Doha, yang berbentuk melingkar serperti bulan sabit Partai Bulan Bintang. Dari sini, kamu bisa melihat sisi moderen Doha yang kerap juga dijadikan latar belakang perayaan hari bersejarah seperti Hari Nasional atau Hari Olahraga Nasional, yang tidak pernah dirayakan di Indonesia.

Untuk menikmati Corniche, kamu bisa berjalan-jalan sepanjang tepian teluk sembari hinggap ke restoran, taman, maupun landmark yang berada di sana, atau ya dengan cara classy seperti yang saya lakukan. Berlayar ke tengah teluk sambil menatap bangunan-bangunan unik mulai dari Sheraton Hotel yang bebentuk piramid, Museum of Islamic Art yang unik, atau ya hanya menikmati senja sambil diterpa angin laut yang sepoi-sepoi.

Tapi ya namanya laut, angin pasti kencang. Rokmu berayun, naik turun.

Untuk menikmati boat ride di sini, kamu bisa menggunakan jasa tur resmi yang disediakan, ya atau dengan cara murah seperti yang kami lakukan: menawar kapal nelayan untuk membawa kami keliling teluk Doha. Sebagai orang Indonesia yang berkulit gelap, saya mendapat dua privilege di sini, yaitu karena sudah terbiasa menawar di Indonesia, dan satu lagi karena disangka entah tenaga kerja India ataupun tenaga kerja asing asal Asia Tenggara, yang membuat si pemilik kapal iba dan memberikan harga murah untuk kami.

Harga yang berkali-kali lebih murah daripada harga yang dibayarkan oleh pasangan bule yang berlayar bersama kami, sungguh brown sawo matang privilege.

Untuk mendapatkan pengalaman terbaik berlayar di sini, disarankan untuk menikmatinya ketika musim dingin (sekitar November ke Mei) tiba –ya sama seperti saat-saat diselenggarakan Piala Dunia 2022 ini, saat-saat di mana udaranya sejuk, tidak panas, dan nyaman untuk dikunjungi bersama teman dan juga gebetan.

9. GETTING LOST IN SOUQ WAQIF

Satu hal wajib yang tidak boleh tertinggal ketika kamu sedang berada di Qatar adalah mengunjungi Souq Waqif, sebuah pasar tradisional legendaris yang sudah dimodernisasi di tahun 2006, yang terletak di jantung kota Doha, tepatnya di distrik Al Souq. Souq berarti pasar, dan Waqif dapat diartikan sebagai berdiri, sehingga Souq Waqif bisa berarti Pasar Berdiri yang berdiri lebih dari 250 tahun yang lalu, di mana pada masa-masa itu para penjual menjajakan barang dagangannya dengan cara berdiri di kaki sendiri.

Pasar yang mengambil desain tradisional Qatar ini mempunyai banyak sekali jenis barang dagangan yang terpisah di tiap-tiap lorong pasarnya. Mulai dari rempah-rempah, kain tradisional, barang kerajinan seni, suvenir, emas dan perhiasan, hingga burung elang falcon untuk peliharaan warga Qatar. Kalau di Indonesia biasa dijual love bird di pasar, ini sudah jualan burung elang falcon. Mungkin tahun depan akan ada ikan terbang Indosiar juga di sini.

Saking luasnya Souq Waqif , maka saya bisa bilang bahwa pengalaman tersesat di sini, adalah sebuah keasyikan sendiri, asalkan tidak sampai diculik. Tapi sepertinya tidak mungkin, karena Qatar adalah negara yang relatif aman. Kalah piala dunia saja tidak rusuh, kan?

Sebelum pandemi, pada setiap musim semi di sekitar bulan April, digelar pertunjukan teater, akrobat, dan musik di sini. Salah satu acaranya, yang bertajuk Souq Waqif Storm, mendatangkan banyak sekali penonton ketika menghadirkan para pegulat WWE. Semoga setelah pandemi, acara-acara seperti ini bisa diadakan kembali.

Ya siapa tahu ada panda-panda WWF mau ikut datang, bukan?

10. TRYING LOCAL CULINARY IN SOUQ WAQIF

Selain berjualan beraneka barang-barang kebutuhan harian dan suvenir, Souq Waqif juga menjadi rumah bagi puluhan, atau kalau tidak ratusan restoran dan kios-kios kecil yang menjual makanan mulai dari buah kering, manisan lokal seperti Omani Halwa, hingga restoran fine dining yang menyajikan variasi kuliner internasional.

Restoran yang menyajikan variasi kuliner internasional yang terdapat di sini antara lain memiliki sajian yang berasal dari Persia, Yaman, Maroko, India, Thailand, hingga Eropa. Cukup main ke pasar, gak perlu sampai ke Grand Indonesia, kamu sudah bisa menikmati sajian-sajian kuliner internasional ini. Wajar rasanya kalau Souq Waqif hingga saat ini menjadi tempat favorit warga lokal Qatar untuk bersosialisasi bersama teman dan keluarga sambil menyantap makanan dan minuman yang tersaji di sini.

Sebentar, dari tadi yang disebutkan adalah makanan internasional, memangnya tidak ada makanan khas penduduk Qatar?

Jawabannya, ya tentu saja ada. Namun memang susah mencarinya, karena Qatar yang kamu lihat sekarang adalah Qatar moderen dengan sebagian besar warganya adalah pendatang –yang kebanyakan adalah keturunan dari India. Walaupun susah, bukan berarti mustahil, karena setelah diobok-obok pasarnya diobok-obok, ketemu juga tuh makanan khas tradisional dari Qatar.

Adanya di Al Refaa Traditional Food ini. Jangan lupa like dan subscribe ya, guys!

Habis makan malam di Souq Waqif, enaknya ke mana ya? Apakah bisa menikmati malam di Doha, well, let me take you to…

11. ENJOYING DOHA’S NIGHTLIFE

Mungkin sebelumnya kamu akan bertanyea, kamu nanyea, atau bertanyea-tanyea, memangnya ada “kehidupan malam” di Doha, di Qatar yang merupakan negara muslim ini? Jawabannya adalah ada, namun dengan pembatasan tertentu. Ya kalau di Indonesia PSBB dan PPKM ini diterapkan hanya ketika pandemi, di Qatar, Pemberlakuan Pembatasan Kehidupan Malam diterapkan setiap harinya.

Alkohol dilarang di restoran-restoran, klub malam dan bar-bar juga tidak terlihat mentereng di Doha, ya apalagi karaoke remang-remang dengan para pemandu lagu freelance seperti di Jakarta Kota, pasti tidak akan terlihat di sana. Kehidupan malam dengan bar dan alkohol, akan dapat kamu temukan di hotel-hotel berbintang yang memang menjadi pusat menginap turis-turis mancanegara yang tidak bermasalah dengan alkohol.

Lantas bagaimana dengan kami kami yang tidak meminum alkohol dan tidak pergi ke bar karena takut pusing dan takut ketagihan? Jawabannya, ya bisa nongkrong saja di kafe shisha di The Pearl Doha, sambil mendengarkan crazy rich setempat menggeber-geber mobil sportnya yang bisa ditukar dengan rumah di Discovery Bintaro.

Perkara wanita malam juga menjadi sebuah cerita di Doha, di mana biasanya mereka tidak langsung menunjukkan jati dirinya seperti di Jalan Gajahmada Jakarta Pusat ketika malam hari, melainkan tetap dengan busana syariahnya, jalan berkeliling lokasi yang memang kerap dijadikan lokasi transaksi, seperti misalnya di seputar Plaza Andalucia di atas.

Lantas bagaimana cara transaksinya? Pastinya tidak akan segamblang di Jakarta, karena di sini tidak terlihat adanya tawar-menawar sengit yang kadang diakhiri dengan penggunaan benda tumpul. Di sini, transaksinya dilakukan secara ‘diam-diam’ yang tidak terlalu diam karena dilakukan di atas mobil sport para crazy rich ini.

Dari balik kemudi, mereka akan melemparkan barang seperti amplop keluar jendela, ke arah wanita yang dituju yang memang terlihat seperti sedang menanti dan mencari mangsa. Nantinya, apabila amplop tersebut diambil oleh sang wanita, maka proses berikutnya adalah mengatur janji untuk ketemu, sesuai kesepakatan yang sudah diatur sebelumnya. Kalau amplop tidak diambil ya mungkin karena mobil kamu kurang mahal.

Bagaimana, tertarik untuk menikmati nightlife, eh maksud saya Doha, Qatar?