Saya sudah mendengar lama tentang nama Kepulauan Togean, baik dari media daring, obrolan di media sosial, maupun dari kawan-kawan yang sudah pernah mengunjungi taman nasional yang terletak di Teluk Tomini, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah tersebut. Dari cerita-cerita yang pernah didengar, saya mendapatkan tiga hal menarik tentang Togean, yaitu alamnya cantik,  (namun) aksesnya susah, (juga) sinyalnya jelek.

Benarkah demikian? Jawabannya, ya dan tidak.

Perkara alamnya cantik, tentu saja benar. Taman Nasional Kepulauan Togean yang memiliki luas daratan sekitar 755,4 km² dan terdiri dari kurang lebih 66 pulau besar dan kecil yang masuk ke dalam zona transisi garis Wallace dan Weber ini dikenal kaya akan terumbu karang dengan berbagai biota laut yang langka dan dilindungi. Selain itu, akibat pembentukan yang disebabkan aktivitas vulkanis, banyak pulau di daerah Togean yang ditutupi oleh vegetasi subur dan rimbun, serta dikelilingi oleh formasi bukit karang. Batu karang dan pantai yang ada di sana inilah yang kemudian menyediakan tempat bagi beberapa binatang laut untuk tinggal dan berkembang biak, seperti misalnya kura-kura hijau yang tidak di dalam perahu.

Pulau Papan Togean

Lalu bagaimana dengan akses transportasi dan kendala komunikasi yang saya sebutkan di atas? Perkara transportasi, nanti akan saya kemukakan di bawah, namun untuk komunikasi seluler antar pulau yang susah, hal tersebut benar adanya. Karena sampai saat ini, jaringan telepon belum bisa menjangkau semua pulau di Togean –paling hanya Pulau Wakai yang memiliki jaringan bagus dan sinyal internet karena dibangunnya BTS di sana, sementara sisanya masih mengkhawatirkan.

Ada pulau-pulau yang sama sekali tidak mendapat sinyal, dan ada pulau-pulau yang beruntung memiliki bukit cukup tinggi, sehingga penduduknya dapat memanjat bukit tertinggi hanya untuk mencari sinyal telepon. Seperti Arjuna mencari cinta.

Kalau sudah siap, saya akan mulai bahasan tentang aspek utama untuk tamasya ke Togean, yang meliputi transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Baru setelah itu kita berlanjut ke hal-hal yang bisa dilakukan di Togean, selain mempertanyakan kenapa namanya Togean, bukan Tocilan, tentunya.

Transportasi Menuju ke Togean

Beberapa kawan yang pernah mengunjungi Togean, sempat mengeluhkan susahnya akses transportasi ke sana. Seorang kawan mengemukakan bahwa untuk menuju Togean, dia harus mengambil penerbangan ke Gorontalo yang terletak di sebelah utara sebelum melanjutkan perjalanan dengan kapal feri Tuna Tomini ke Wakai, Togean. Itupun juga tidak bisa dilakukan setiap hari, karena kapal ini hanya berangkat pada hari Selasa dan Jumat sekitar pukul 18.00 WITA dengan waktu tempuh lebih kurang 12 jam.

(((12 JAM))) sudah seperti terbang ke Eropa, gaes.

Ada juga metode lain untuk mencapai Togean via Gorontalo, yaitu melalui Bumbulan Paguat di Kabupaten Pohuwato yang dapat ditempuh melalui jalan darat selama 3 jam dari Kota Gorontalo. Setelahnya, kamu dapat meneruskan perjalanan ke Togean dengan menggunakan kapal Cengkeh Afo yang berangkat setiap hari Senin dan Kamis pukul 08.00 WITA. Waktu tempuhnya sih lebih singkat, cuma sekitar 6 jam perjalanan.

(((Senin dan Kamis))) sudah kayak puasa saja ini jadwal kapalnya.

Peta_Sulawesi

Kawan yang lain juga sempat curhat, kalau dahulu dia mengunjungi Togean melalui Luwuk, yang terletak di tenggara Togean, namun dari sana dia harus melanjutkan perjalanannya melalui jalur darat selama 10 jam menuju Ampana, kota pelabuhan terdekat dari Togean. Cara yang sama, dapat dilakukan juga melalui Palu, dengan menggunakan bus atau travel ke Ampana via Poso (375 Km) yang akan menempuh perjalanan darat sekitar 10 jam, sebelum kemudian menyeberang ke Togean.

Tapi itu dulu.

Sekarang Lebih Mudah Berkat Bandara Tanjung Api Ampana

Ide awal pembangunan bandara ini dicetuskan saat bupati terpilih kala itu, Damsik Ladjalani memiliki penerawangan, yang bukan bersumber dari mimpinya, bahwa akses perhubungan akan semakin mudah dengan adanya bandara di wilayah Ampana, Tojo Una-Una. Beliau berpikir bahwa jarak Ampana ke ibu kota Sulawesi Tengah, Kota Palu, terbilang jauh karena seseorang harus menempuh perjalanan darat sekitar sepuluh jam untuk mencapai Ampana dari Kota Palu.

Berawal dari ide tersebut, Beliau kemudian menjanjikan pembangunan bandara di wilayah Kabupaten Tojo Una-Una, yang alhamdulillah, berhasil diwujudkan, bukan sekadar janji kampanye semata. Pengalokasian dana dimulai pada tahun 2006 dengan nilai 84 Miliar Rupiah melalui APBD Tojo Una-Una periode 2006-2014. Setelah melalui riset dan beberapa kali pengkajian ulang, ditetapkanlah lokasi calon bandara ini, yaitu di Desa Pusungi, Kecamatan Ampana Tete.

(((Tete))) iya, tete.

Pada 2014, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meresmikan 20 pelabuhan dan 10 bandara untuk lebih membuka konektivitas antar-pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, di mana salah satu dari 10 bandara yang diresmikan adalah Bandara Tanjung Api di Ampana, Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah yang kemudian mulai beroperasi pada tahun 2016. Bandara ini kini memiiki runway dengan ukuran panjang 2110 meter x 30 meter yang mampu didarati pesawat berbadan lebar (maaf, bukan bermaksud body shaming) sejenis Boeing 737-500.

 

Saat ini, Bandara Tanjung Api Ampana melayani penerbangan harian dari dan ke Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu, dengan menggunakan maskapai Wings Air (iya, tidak ada pilihan lain sampai saat ini) dengan jadwal berangkat pukul 09.20 dari Palu, dan kembali dari Ampana pukul 10.35. Penerbangannya sendiri hanya memakan waktu sekitar 45 menit, bandingkan sebelum adanya bandara ini, di mana diperlukan waktu berjam-jam untuk berangkat dari Palu ke Ampana, itu kalau tidak nyasar.

Untuk rute Jakarta - Ampana via Palu, harga tiket pesawat rata-rata berkisar di angka Rp3,5 juta untuk penerbangan pulang-pergi, satu orang, dengan durasi penerbangan selama tiga jam.

Setelah terbentuk rute penerbangan Ampana – Palu, Kepala Bandara Tanjung Api, Fitra Jaya Siwu, kini mengupayakan untuk meningkatkan frekuensi penerbangan dan membuka rute baru. “Kami (sedang) menjajaki dua rute baru,” ujar Kabandara yang sebelumnya bertugas di Bandara Tanah Merah Boven Digoel, Papua, ini.

Saat ini, Pengelola Bandara Tanjung Api sedang menjajaki  rute baru Ampana – Makassar & Ampana – Manado, menyusul tingginya permintaan moda angkutan udara dari dan ke wilayah tersebut. Konon disebutkan bahwa permintaan angkutan udara  dari Ampana ke berbagai kota di Sulawesi cukup tinggi sejak dioperasinya bandara Tanjung Api. Penjajakan rute baru itu, lanjut Kabandara, karena  semakin dikenalnya objek wisata Kepulauan Togean baik oleh wisatawan domestik maupun internasional.

Setelah sampai di Ampana, lalu bagaimana cara ke Togean?

Kalau Mau Cepat Sampai Togean, Bisa Sewa Speed Boat!

Dari Ampana, ada beberapa cara untuk mencapai Kepulauan Togean yang terletak di utara. Kamu dapat berenang apabila mampu, menggunakan beberapa macam kapal seperti kebanyakan pengunjung lainnya, ataupun menggunakan helikopter seperti para pejabat yang mengunjungi Togean.

Sebagai pengunjung normal, ada pilihan untuk menggunakan kapal rakyat, yaitu Kapal Puspita Sari atau Lumbalumba menuju Wakai, dengan waktu tempuh sekitar 4-5 jam perjalanan yang beroperasi setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu sekitar pukul 10.00 WITA. Atau bisa juga menggunakan kapal feri Tuna Tomini yang berangkat dari Ampana setiap hari Senin, Kamis, dan Minggu pada jam yang sama dengan kedua kapal sebelumnya. Biaya penyeberangan untuk kedua kapal ini adalah sekitar Rp.65.000,- sekali jalan.

Apabila mau lebih cepat tiba di Togean, kamu dapat menggunakan speed boat Hercules yang memiliki kapasitas maksimal hingga 40 orang, dengan biaya Rp130.000,- per orang sekali jalan dengan waktu tempuh sekitar 1-2 jam untuk sampai di Wakai. Namun yang perlu diingat adalah, kapal cepat ini cuma berangkat sekali sehari pada pukul 09.00 WITA dan sangat sering penuh, sehingga dibutuhkan pemesanan sebelumnya. Tidak, pemesanan tidak bisa dilakukan melalui M-Tix.

Lalu bagaimanakah solusinya apabila ingin cepat sampai di Togean, tidak ingin berkeringat akibat berdesakan di kapal rakyat, namun tidak kebagian tiket kapal cepat? Mungkin sewa speed boat adalah jawabannya.

Bolilanga Resort Jetty

Untuk sewa speed boat, biaya kerusakan yang harus kamu tanggung meliputi biaya bahan bakar dan biaya jasa boat driver (termasuk dengan sewa harian kapal). Sebagai perkiraan, bahan bakar yang diperlukan untuk perjalanan pulang pergi dari Ampana ke Togean adalah sekitar 10-11 drum dengan harga bahan bakar per drum sekitar Rp270.000,- kemudian untuk biaya jasa boat driver termasuk dengan sewa harian, adalah berkisar di angka Rp600.000,-.

Mahal? Ya relatif, kalau kata Princess Syahrini sih terlalu murah. Speed boat charteran ini dapat diisi hingga 10 orang dengan barang bawaan minimalis. Cocok apabila kamu ingin bepergian bersama satu tim sepakbola, dengan meninggalkan seorang penjaga gawang untuk bertahan di Ampana.

Akomodasi di Taman Nasional Kepulauan Togean

Untuk akomodasi, di Taman Nasional Kepulauan Togean terdapat berbagai macam penginapan yang tersebar pada pulau-pulau besar di sana. Mulai dari homestay sederhana, bungalow kelas menengah ngehe, hingga resort mewah ada di sana. Homestay paling banyak terdapat di Pulau Wakai, yang merupakan pulau terbesar di sana, sementara untuk penginapan lain yang lebih privat dan memungkinkanmu untuk bebas berjemur tanpa gangguan paparazzi, biasa ditemukan di pulau-pulau lain.

Penginapan-penginapan paling terkenal di Togean, diantaranya adalah Kadidiri Paradise Resort dan Black Marlin yang terletak di Pulau Kadidiri, Fadhila Cottages di Pulau Pangempang, atau penginapan yang saya tempati ketika berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, yaitu Bolilanga Resort yang terletak di pulau … *drum roll* … Bolilanga.

Sekadar informasi, karena belum adanya listrik yang mengaliri pulau sepanjang hari, maka penerangan dan kelistrikan di pulau ini sangat bergantung kepada genset yang hanya menyala selama beberapa jam dari sore ke malam. Selain itu, di pulau ini juga tidak terdapat sambungan telekomunikasi, baik telepon maupun internet. Oleh karenanya ada beberapa hal-hal yang tidak dapat kamu lakukan di pulau ini yaitu:

  • Online di Social Media, karena tidak ada jaringan telepon. Boro-boro EDGE, yang G(eser) S(edikit) M(ati) saja tidak ada.
  • Menonton siaran langsung Liga Inggris, karena tidak ada televisi dan antena parabola.
  • Memakai AC dan hair dryer, karena akan mengakibatkan listrik dari gensetnya anjlok.
  • Mendirikan BTS dan membangun jaringan kelistrikan PLN, ya karena pemerintah saja belum bisa, masa kamu bisa? Kamu tidak akan kuat, Dilan.
Bolilanga Resort

Bolilanga Resort

Salah satu kendala dalam memesan penginapan di Togean adalah komunikasi yang cukup susah, karena minimnya akses jaringan pada pulau-pulau di Togean. Pengurus Bolilanga Resort mengatakan bahwa pemesanan dapat dilakukan melalui kontak yang terdapat di web Bolilanga Resort; nantinya perwakilan di Ampana yang akan mengurus pemesanan ini, karena di Bolilanga tidak ada jaringan telepon atau internet.

Lalu, berapakah harga penginapan di Bolilanga Resort? Untuk low season di bulan-bulan selain masa liburan musim panas dan musim dingin (Ya, Togean sangat terkenal di kalangan turis asing, dan Bolilanga Resort sendiri cukup dikenal oleh turis-turis Perancis akibat adanya vlogger yang mengunggah video jalan-jalannya di Togean), tarifnya mulai di angka Rp300 ribuan untuk satu orang pada penginapan di pinggir pantai, sudah termasuk makan 3x sehari serta gratis teh dan kopi –sachet, bukan Starbucks.

Memangnya, seperti apakah makanan yang ada di Togean?

Konsumsi dan Kuliner di Togean

Kuliner di Togean, tidak akan jauh-jauh dari seafood karena memang sebagai wilayah kepulauan yang hidup berdampingan dengan laut, tangkapan hasil ikan segar dan teman-temannya sangat diandalkan sebagai makanan utama di sini. Lobster pun dapat disediakan, dengan permintaan khusus. Untuk ayam dan daging lainnya, juga tersedia, walaupun tidak sepanjang waktu.

Warga Togean biasa menyajikan makanan tersebut dengan tumisan sayur yang nikmat dan sambal yang akan membuat bibirmu semakin merekah. Makanan di Togean ini didominasi dengan rasa asin dan pedas, walaupun kamu bisa meminta kecap seperti saya apabila ada.

Di Bolilanga, tidak tersedia sumber air bersih baik untuk minum dan mandi. Oleh karena itu warga setempat biasa menyeberangi pulau terdekat yang memiliki bukit dan sumber mata air untuk mencari air bersih. Namun untuk konsumsi pengunjung, warga pulau biasa menyediakan air mineral, soft drink, dan juga bir tanpa adanya wedang jahe, bandrek, dan bajigur.

Setelah kenyang makan dan kembung minum, mari mulai beraktivitas dengan pertanyaan di bawah ini.

Apa Saja yang Bisa Dilakukan di Togean?

Seperti dikutip dari artikel Skyscanner ini, sebagai wilayah dengan pulau-pulau eksotis berpantai cantik yang menjadi rumah bagi  sekitar 262 spesies karang, 596 spesies ikan, dan puluhan jenis binatang laut lainnya, Togean adalah tempat tamasya yang paling tepat apabila kamu adalah pencinta pantai juga alam bawah laut. Untuk mempermudah aktivitas di sana, tiap-tiap penginapan biasa menyediakan paket perjalanan harian untuk hopping island ke berbagai destinasi menarik di Togean dengan biaya mulai Rp150.000,- per orang dengan kapasitas peserta 6-8 orang.

Berhubung tidak adanya sinyal internet dan kelistrikan di sini, maka diharapkan kamu dapat lebih menikmati perjalanan tamasya ke Togean tanpa gangguan pacar yang posesif, bos yang suka memintamu lembur, juga para haters yang kerap memintamu tutup akun media sosial.

Bolilanga Resort Togean

Secara tidak langsung, Togean dapat saya katakan sebagai sebuah destinasi yang cocok untuk detoksifikasi internet. So, apa sajakah yang dapat kamu lakukan di sana?

Bersantai di Pulau

Semilir angin di pantai dan merdunya gemuruh ombak berpadu dengan hangatnya sinar matahari yang menerobos dedaunan, perlahan akan membuatmu terlena ketika sedang tidur-tiduran di atas hammock yang bergoyang perlahan. Berikutnya buku bacaan yang sedang kamu baca akan membuatmu sedikit mengantuk, lalu menguap, dan tertidur dengan bantal yang menyangga leher kamu. Tak sadar waktu sudah mendekati jam makan siang.

Penginapan Bolilanga Resort

Ya, itulah yang dapat kamu lakukan di Togean, bersantai dengan tenang tanpa gangguan notifikasi di telepon genggam juga serbuan sales KTA dan kedatangan debt collector. Bukankah ini yang namanya The Art of Doing Nothing? Sebuah kemewahan bagi pekerja keras seperti kamu, kamu, dan kamu yang terkadang lupa untuk merawat kewarasan.

Berjemur di Pantai Karina

Semilir angin di pantai dan merdunya gemuruh ombak berpadu dengan hangatnya sinar matahari yang menerobos dedaunan, perlahan akan membuatmu terlena ketika sedang tidur-tiduran di atas hammock yang bergoyang perlahan. Berikutnya buku bacaan yang sedang kamu baca akan membuatmu sedikit mengantuk, lalu menguap, dan tertidur dengan bantal yang menyangga leher kamu. Tak sadar waktu sudah mendekati jam makan siang.

Pantai Karina Togean

Ya seperti misalnya berenang di laut dengan bikini atau berjemur tanpa busana di pantai karena bikininya sedang dijemur.

Berenang bersama Ubur-ubur Tak Menyengat di Danau Mariona

Selagi matahari masih di kepala dan hari bersinar tenang, tak ada salahnya apabila kamu juga menyempatkan untuk mengunjungi Danau Ubur-ubur Mariona yang terletak di dekat Pantai Karina. Bahkan, saking dekatnya kamu dapat juga berenang untuk mencapai dermaganya, sebelum berjalan kaki dua menit untuk mencapai danau yang dipenuhi ubur-ubur tidak menyengat tersebut.

Selain di Togean, danau dengan ubur-ubur seperti ini juga ditemukan di Derawan dan Raja Ampat.

Untuk berenang bersama ubur-ubur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

  1. Ubur-ubur biasanya akan muncul ke permukaan ketika siang hari, atau tepatnya ketika danau disinari cahaya matahari langsung dari atas. Jadi kalau lagi mendung, jangan harap akan bertemu ubur-ubur, kecuali kamu bergabung di Sekte Ubur-ubur yang kini sudah digerebek polisi.
  2. Jangan menggunakan fin atau kaki katak karena dapat mengenai mereka secara tak sengaja dengan pola sentuhan benda keras yang tak beraturan. Hal itu akan membahayakan nyawa mereka, dan nantinya dapat mengurangi populasi mereka.
  3. Kalau memang ingin menyentuh mereka, sentuhlah dengan lembut, sama seperti ketika kamu membelai kekasihmu saat sedang kangen-kangennya —bukan seperti saat sedang sange-sangenya.
  4. Walaupun nampak menggiurkan, jangan menjadikan ubur-ubur ini sebagai Chuka Idako, karena Chuka Idako terbuat dari Baby Octopus, bukan ubur-ubur.

Snorkeling di California Reef

Kalau kamu masih belum puas main air di pantai dan di danau ubur-ubur, maka kamu dapat mengunjungi California Reef yang merupakan tempat snorkeling paling beken di Togean, yang merupakan sebuah area luas melingkar yang terbentuk dari kumpulan koral dengan beberapa spot snorkeling dan diving dengan penghuni berupa ribuan ikan (maaf, saya tidak sempat menghitung berapa tepatnya) yang berenang ke sana – ke mari. Bukan, bukan untuk mencari alamat.

California Reef Togean

Saking luasnya area ini, kamu akan membutuhkan waktu seharian untuk menjelajah semua area di sini. Itu juga kalau kamu kuat dan belum keriput. Apabila capek, kamu dapat beristirahat di kapal yang membawamu, atau di bangunan permanen yang terdapat di tengah-tengah California Reef ini.

Terus terang, saya belum tahu mengapa area ini dinamakan California Reef, karena tidak terlihat bagian dari daerah ini yang seperti wilayah Amerika Serikat juga tidak ditemukan adanya CFC yang menjual Chicken Strips di sini.

Menjelajah Pulau Papan

Apabila kamu merasa bahwa bekerja di air tidak cocok untukmu, maka bermain ke pulau-pulau tempat permukiman penduduk lokal dapat menjadi pilihan untukmu. Salah satu pulau tersebut bernama Pulau Papan, yang merupakan tempat tinggal dari Suku Bajo yang membangun rumah di atas laut dengan menggunakan material utama berupa papan untuk dinding dan lantai, batu-batuan untuk pondasi, dan seng untuk atap. Menurut sejarah, dikisahkan bahwa nenek moyang Suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di wilayah Filipina Selatan yang hidup nomaden di lautan lepas. Petualangan mereka di laut lepas kemudian membawa mereka masuk ke wilayah Indonesia, di mana  beberapa warganya kemudian menetap dan berkoloni di sekitar Pulau Sulawesi ratusan tahun lalu.

Dikutip dari Indonesia Kaya, Suku Bajo dikenal dengan kemampuan melautnya yang sangat baik. Berprofesi sebagai nelayan, orang-orang Bajo memiliki kelihaian dalam menjalankan profesi mereka. Salah satunya adalah kemampuan berenang mereka sambil menahan nafas di dalam air dengan durasi yang cukup panjang. Banyak anggota suku Bajo yang dapat menahan nafas mereka ketika menyelam mencari ikan ataupun gurita. Kemampuan tersebut tentunya merupakan kemampuan yang sangat luar biasa. Saat ini suku Bajo sudah banyak membaur dengan suku-suku lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tak sedikit juga orang Bajo yang mendiami Pulau Papan dan menikah dengan orang lokal.

 

Dari empat kebutuhan utama manusia di sini, paling tidak mereka sudah mendapatkan papan, atau tempat tinggal yang dapat ditinggali tanpa perlu membeli rumah milik Ahmad Dhani di Pondok Indah. Untuk pangan, atau bahan makanan, penduduk pulau sangat bergantung pada bahan laut yang ditangkap sendiri, juga air bersih dari pulau sebelah yang memiliki gunung dan mata air. Saya tidak ditemukan penduduk yang menyantap pizza di sini.

Kamudian perkara sandang, warga juga diuntungkan dengan adanya pasar lokal yang juga menjual berbagai macam pakaian dengan merek-merek masa kini yang sangat hypebeast seperti Supreme —palsu tentunya. Berikutnya, kebutuhan utama yang terakhir adalah yang paling susah didapatkan di sini, yaitu internetan. Karena untuk mendapatkan sinyal GSM yang hanya ada dari Telkomsel, warga harus naik ke atas bukit tertinggi di pulau untuk menelepon atau mengirim SMS ke nomor yang dituju, itupun kalau sinyal kebetulan lewat, karena goyang sedikit, sinyal hilang.

Menikmati Sunset yang Spektakuler

Salah satu aktivitas favorit saya di Togean, adalah menyaksikan matahari terbenam, yang kerap disebut dengan sunset –just in case kamu belum tahu. Tercatat ada tiga buah sunset spektakuler yang saya dapatkan pada perjalanan kemarin, yaitu sunset di atas dermaga Bolilanga Resort, sunset dari tengah-tengah California Reef, dan sunset dari pantai di pelataran Marina Cottage Ampana seperti di bawah ini.

Sunset Ampana

Sunset from Marina Cottage Ampana

Menyaksikan sunset seharusnya dapat menjadi sebuah aktivitas yang romantis apabila dilakukan bersama dengan orang terkasih, sementara bagi saya, sunset yang indah sudah cukup untuk membuat saya meng-update bio Instagram saya menjadi “Penikmat senja, pencandu kopi, dan petualang asmara. I am not special, I am limited edition. Only God can judge me.”.


Perjalanan ke Togean beberapa waktu lalu adalah merupakan project pertama saya bersama tim Tamasya Kreasi dalam rangka memenuhi undangan dari Bandara Tanjung Api untuk Menyapa Ampana Expedition: Destination Togean National Park bersama teman-teman yaitu Ferry Rusli, Leona AgustineMarischka Prudence, dan Rachel Theresia juga Fiki Bhayangkara, Baim HM, dan Galang Shirandra.

Ke depannya, kami berharap supaya publik dapat mengetahui akan adanya akses yang lebih mudah dan #DekatDenganTogean, yaitu melalui Bandara Tanjung Api, Ampana.

Selain mengunjungi Togean secara mandiri, kamu dapat juga mengatur perjalananmu ke Togean dengan menggunakan tur operator lokal di Ampana/Togean dengan biaya-biaya kurang lebih seperti ini:

  • Tiket Pesawat Jakarta – Ampana (via Palu) – Jakarta = Rp3.500.000,-
  • Paket Open Trip Togean 4D3N dari Ampana/Gorontalo = Rp2.000.000,-
  • Total biaya di luar tips dan kebutuhan lain-lain = Rp5.500.000,-
*) Underwater Shot by Ferry Rusli & Drone Shot by Fiki J Bhayangkara