
Sebuah Perjalanan Panjang Bernama Pernikahan (1) – Mengurus Dokumen Pernikahan
arievrahman
Posted on March 12, 2016
Perjalanan panjang ini sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun silam, tepatnya pada bulan Oktober 2012, namun waktu itu saya belum menyadari bahwa wanita yang saya temui kala itu akan menjadi istri saya saat ini. Memang rencana Tuhan sungguh tak terduga, karena siapa sangka dari proyek menulis buku cinta-cintaan berjudul Rasa Cinta, saya malah mendapatkan cinta, ya walaupun tidak seketika.
Dari pertemuan pertama ketika acara launching buku, saya tidak langsung berpacaran dengan Gladies (selanjutnya akan disebut sebagai Neng), gadis yang saat itu belum menimbulkan getaran di hati. Kami masih harus menjalani hidup masing-masing (saya berpacaran dan patah hati beberapa kali lagi, sementara Neng patah hati berbulan-bulan dan menemukan resep brownies fenomenalnya) sebelum akhirnya bertemu lagi pada penghujung 2014 (baca ceritanya di sini).

Our first meet, biasa saja, gak bikin dag dig dug.
Orang yang tepat, datang di waktu yang tepat. Mungkin itu adalah istilah yang pas digunakan untuk pertemuan ketiga kami. Saya yang baru saja patah hati akibat putus cinta, bertemu dengan Neng yang sudah matang dan sedang ranum-ranumnya.
“Wah, sudah siap petik nih.” Batin saya. Berikutnya, perjalanan panjang pun dimulai.
Catatan: Artikel ini akan sangat panjang, apabila tidak kuat membaca segera lambaikan tangan ke kamera.
Perjalanan Memastikan Bahwa She is The One
Sebelum bertemu dengan Neng, saya selalu berdoa untuk dipertemukan dengan seorang wanita yang mandiri, baik, sabar, penurut, juga hormat kepada pasangannya. Beruntungnya, Tuhan menjawab doa-doa anak saleh tersebut dengan menghadirkan Neng kepada saya.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk meyakini bahwa dialah yang saya cari, dan singkat cerita, akhirnya kami pun berpacaran, setelah Neng terjerumus sepikan-sepikan saya.

Katanya, banyak cewek cakep di angkot Bandung.
Pada awal berpacaran, Neng menantang saya untuk datang ke Bandung dan bertemu dengan kedua orang tuanya, hal yang langsung saya sanggupi karena saya sudah pengalaman dengan hal-hal semacam ini.
Mencintai seseorang, berarti pula mencintai orang tua dan seluruh keluarganya.
Sedihnya, pada awal kedatangan ke Bandung, saya tidak langsung diperkenalkan Neng sebagai pacarnya, namun hanya sebagai ‘Teman Tapi Dekat’. Hiks. Barulah pada kunjungan berikutnya, saya mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam dengan tujuan untuk menyatakan keseriusan saya.
Ayah Neng (berikutnya disebut Daddy), adalah seorang pria gagah tinggi besar dengan kumisnya yang tebal, sementara Ibunya (berikutnya disebut Mamam) adalah seorang wanita dengan raut muka yang tegas dan pandangan yang tajam. Kombinasi yang membuat saya ingin segera pipis di celana malam itu, dan masih ditambah pula dengan jaket kulit asli Garut yang dikenakan Daddy, yang membuatnya semakin sangar.
Malam itu, saking groginya, saya tidak sempat menyatakan maksud saya kepada Mamam dan Daddy. Semua kata-kata seperti menyangkut di tenggorokan.

Awas kalau macam-macam sama anak saya.
Barulah pada hari berikutnya, tepat di saat saya akan kembali ke Jakarta, Neng mendesak saya untuk mengutarakan maksud kedatangan saya ke Bandung. Setelah mengecek situasi bahwa semua akan baik-baik saja, saya memberanikan diri untuk berbicara dengan baik dan benar.
“Om dan Tante, anu, saya berniat serius dengan Gladies.” Sebuah kalimat yang dibalas dengan tatapan tajam dari Mamam dan Daddy.
Malam itu, saya ketinggalan jadwal travel tujuan Bandung – Jakarta, namun saya tersenyum dalam hati, setelah mendapat jawaban yang saya nanti-nanti.
Perjalanan Menyatukan Keluarga
Setelah mendapat kata setuju, berikutnya adalah membicarakan tentang pernikahan. Pada awalnya, kami memang berencana menikah tahun lalu, namun setelah dipertimbangkan bahwa masih banyak yang belum disiapkan, dan ada yang masih perlu disesuaikan, rencana tersebut mundur hingga tahun depan.
Tidak ada acara lamar-melamar romantis seperti ABG zaman sekarang (yang tiba-tiba mengajak pasangannya makan malam bersama lilin, dan mengeluarkan sekotak cincin dari dalam sakunya) dalam perjalanan cinta saya dan Neng, karena selain belum ada modal membeli cincin, bagi saya yang terpenting adalah menyatukan dua keluarga, bukan hanya dua insan. Percuma kan apabila lamaran diterima, tapi orang tua tidak setuju.
Untuk itulah, saya mengajak keluarga inti saya untuk mendatangi kediaman keluarga inti Neng pada Bulan November 2015 untuk silaturahmi, sekaligus membahas mengenai acara pernikahan, apabila Mamam dan Daddy sudah ikhlas menikahkan Neng dengan saya.
Dengan bermodal mobil sewaan, hari itu saya menyetir seorang diri dari Jakarta ke Bandung, menyusul Mama, bersama keluarga dan saudara yang telah lebih dahulu berkumpul di Bandung. Alhamdulillah, jalanan macet hari itu, dan acara mundur beberapa jam karena saya terlambat datang.
Akhirnya, sebuah keputusan penting diambil pada hari itu, yaitu tanggal pernikahan saya dan Neng, yang diputuskan jatuh pada tanggal 14 Februari 2016, tepat di hari ulang tahun saya.
Sebagai orang yang susah mengingat tanggal (saya tipe orang yang sering lupa nama, tapi ingat rasa), saya bahagia, karena tak harus mengingat tanggal lain lagi. Namun karena tanggal tersebut tinggal 3 bulan lagi, maka mau tak mau kami harus ngebut menyiapkan semuanya.
Perjalanan Mengurus Dokumen Pernikahan
Langkah pertama, adalah menyiapkan dokumen pernikahan supaya pernikahan kami sah secara negara. Karena di Indonesia, percuma apabila pernikahan sudah sah secara agama namun tidak diakui oleh negara. Bagi seorang pria yang ingin melangsungkan pernikahan di luar wilayah yang tertera pada Kartu Tanda Penduduk-nya, mungkin prosedurnya agak sedikit panjang sama seperti yang saya alami, karena diperlukan yang namanya Surat Numpang Nikah dari Kantor Urusan Agama (KUA) Domisili.
Adapun proses tersebut membutuhkan beberapa tahapan seperti di bawah ini.
1. Mengurus Surat Pengantar dari RT
Dimulai dengan mengurus surat pengantar dari RT setempat, saya yang nebeng alamat KTP dengan keluarga Om, meminta bantuan Tante untuk mengantarkan saya ke tempat Ibu RT. Sebelumnya, Tante saya sudah menyiapkan beberapa dokumen (yang didapatnya dari Ibu RT) untuk diisi dan ditandatangani di atas meterai. Dokumen tersebut berupa surat N1, N2, N4, dan surat keterangan belum menikah (berikutnya akan saya sebut sebagai dokumen pernikahan, karena saya tidak paham apa maksud N1, N2, N4 tersebut).
Begitu sampai di tempat Ibu RT pada malam itu, saya langsung ditanya akan melangsungkan pernikahan di KUA mana. Saya yang belum tahu, langsung menelepon Neng untuk menanyakan di daerah manakah KUA yang dimaksud. Setelah mendapat jawaban, Ibu RT langsung membuat surat pengantar numpang nikah yang ditujukan ke KUA tersebut.
Malam itu, kami (saya dan Ibu RT, bukan saya dan Tante) berpisah setelah saya menyelipkan selembar biru ke tangan Ibu RT, sesuai petunjuk Tante saya.
2. Meminta Tanda Tangan dan Cap dari RW
Masih di malam yang sama, saya bersama Tante langsung menuju rumah Pak RW untuk meminta tanda tangan dan cap RW pada surat yang dibuat oleh Ibu RT. Setelah dipersilakan menunggu sejenak karena Pak RW sedang ke masjid, akhirnya kami mendapatkan tanda tangan dan cap yang dimaksud.
“Apa ada biayanya, Pak?” Tanya saya ke Pak RW.
“Oh, paling-paling untuk biaya keamanan saja, Dik.” Jawab Pak RW, yang saya tindaklanjuti dengan menyelipkan selembar biru lagi ke tangan Pak RW.
3. Mengajukan Permohonan Dokumen Pernikahan ke Kelurahan
Esok paginya, setelah mendapat izin dari bos di kantor, saya bergegas ke Kantor Kelurahan tempat saya terdaftar sebagai penduduk, untuk mengurus dokumen pernikahan, atau tepatnya dokumen pernikahan yang saya dapat dari RT-RW akan ditukar dengan dokumen resmi kelurahan. Lampirannya adalah fotokopi KTP dan KK yang saya miliki.
Setelah mengantre, dokumen permohonan saya sempat ditolak karena tanpa disadari ada dokumen saya yang menggunakan materai edisi lama, namun akhirnya dokumen tersebut diproses setelah saya mengganti materainya.
“Kira-kira berapa lama, Mbak?” Tanya saya ke petugas kelurahan.
“Harusnya sih bisa ditunggu, tapi saat ini Pak Lurah sedang dinas luar kota.” Jelasnya. “Jadi baru bisa diambil minggu depan.”
Minggu depannya, pada waktu yang dijanjikan, saya datang kembali ke Kantor Kelurahan, untuk mengambil dokumen pernikahan, kali ini petugasnya laki-laki. Setelah mengecek kelengkapan dokumen dan akan berpamitan, saya sempat menanyakan apakah ada biaya untuk mengurus dokumen ini.
“Oh, tidak ada Mas. Biayanya gratis.”
Alhamdulillah, terima kasih Koh Ahok.
4. Meminta Stempel Kecamatan
Pada hari yang sama, saya langsung menuju ke Kantor Kecamatan untuk meminta pengesahan atas dokumen yang saya dapatkan dari kelurahan. Kedatangan saya di ruang pelayanan terpadu satu pintu, disambut oleh seorang petugas pria.
“Keperluannya apa, Mas?”
“Ini mau urus dokumen-dokumen pernikahan.” Jawab saya sambil menyerahkan dokumen yang saya bawa.
“Oh ini, minta tanda tangan Pak Camat dulu ya di lantai 2, baru ke sini lagi untuk meminta stempel.” Jawabnya.

Di lantai 2 Kantor Kecamatan, saya meminta tanda tangan Pak Camat yang hari itu kebetulan sedang berada di kantor. Sebelum berpamitan, Pak Camat menawarkan saya untuk beramal melalui buku kecil yang berisi kupon amal jariyah dari BAZIS. Saya pun mengangguk.
“Mau berapa kupon? Selembarnya sepuluh ribu.” Tanyanya, yang saya jawab dengan memberikan isyarat tangan. Wah, kok mirip sumbangan PMI di bioskop 21.
Setelahnya, saya langsung menuju ke lantai 1 lagi, guna meminta stempel kecamatan supaya sah suratnya. Pelayanan di loket tersebut, Alhamdulillah tidak dipungut biaya. Terima kasih lagi Koh Ahok.
5. Mengurus Surat Pengantar ‘Numpang Nikah’ dari KUA Setempat
Perjalanan saya hari itu belum berakhir, karena saya masih harus menuju KUA setempat untuk mengurus surat terpenting, yaitu surat rekomendasi numpang nikah dari KUA. Dokumen yang saya bawa kini semakin lengkap ditambah dengan pas foto dan ijazah terakhir yang saya miliki.
Dengan bermodal GPS di handphone, saya mencari-cari di manakah letak KUA yang dimaksud, karena letaknya yang tidak pada jalan utama Jakarta. Sambil mengendarai sepeda motor, saya sesekali mengecek ke arah handphone memastikan bahwa saya tidak nyasar. Sebuah situasi yang membuat saya lebih mirip Driver Gojek daripada seorang CPP (Calon Pengantin Pria).
Setelah menemukan lokasi yang dimaksud, saya langsung mengurus surat tersebut di sudut ruangan lewat seorang ibu-ibu berhijab. Sang ibu sempat menanyakan asal-usul saya, termasuk sejarah pendidikan saya, sebelum memproses dokumen yang dimaksud.
“Coba dicek dulu suratnya.” Ujar sang ibu, kepada saya yang langsung mengecek surat yang baru saja diketik olehnya.
“Sudah cocok Bu.” Jawab saya, “Apakah ada biayanya?”
“Kalau itu, seikhlasnya Mas saja. Hehehe.” Sebuah kalimat yang langsung saya tindak lanjuti dengan menyelipkan dua lembar merah ke jemari sang ibu.
“Terima kasih, Bu.”
6. Melakukan Pendaftaran Pernikahan di KUA yang Dituju
Tahapan terakhir dari mengurus dokumen pernikahan adalah menyerahkan dokumen tersebut ke KUA yang dituju, sekaligus mendaftarkan pernikahan dan mendapat bimbingan pernikahan di sana.
Pada suatu pagi yang cerah, kali ini dengan mobil pinjaman, saya menyetir ke Bandung bersama Mama dan Neng, yang kebetulan sedang berada di Jakarta. Yang patut diingat adalah kondisi jalan menuju Bandung yang sungguh tak dapat diprediksi. Walaupun kami berangkat pada hari kerja, namun ternyata macet tetap dijumpai sepanjang jalan tol, yang mengakibatkan perjalanan Jakarta-Bandung menjadi sekitar 5 jam saja.
Sesampainya di KUA, ternyata petugas bersangkutan sedang istirahat salat duhur dan makan siang, dan kami diminta untuk mengisi beberapa dokumen yang diperlukan sambil menunggu waktu istirahat berakhir. Setelahnya, saya dan Neng digiring ke sebuah ruangan bersama seorang bapak berbatu akik untuk mendapat bimbingan pernikahan dengan cara Islam.
Secara garis besar, bapak berbatu akik tersebut menjelaskan beberapa hal, yaitu:
- Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974
- Hukum Munakahat, yang saya tak tahu hukum apakah itu.
- Pembinaan keluarga sakinah
- Pendidikan agama dalam keluarga
- Kesejahteraan keluarga
Sesekali, si bapak berbatu akik membicarakan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab, yang saya aminkan dalam hati. Semoga artinya baik. Terkadang, si bapak juga berkata dalam bahasa Sunda, yang saya iyakan saja. Semoga tidak sedang membicarakan saya.
Sekadar informasi, biaya pendaftaran pernikahan di KUA ini adalah sebesar Rp600.000,- di luar tips pembimbing pernikahan. Sebenarnya nikah itu murah kan? Hanya butuh enam ratus ribu. Namun gengsinya yang mahal.
Sore itu, saya menghabiskan waktu enam jam di jalanan menyetir dari Bandung kembali ke Jakarta karena macet yang lebih parah daripada saat berangkat.
Sial, sepertinya perjalanan ini masih akan sangat panjang.
Bersambung…
Tagged: KUA, Pernikahan
Happy wedding ya mas brou… Semoga samarA
LikeLike
Aamiinnn makasih masbrooo~
LikeLike
Beneran panjang tulisannya dan bersambung…
Happy wedding, Mas….
LikeLike
Hooh panjang bangeeet hahahaha, makasih mbaaak!
LikeLike
Ditunggu tulisan selanjutnya mas Ariev . Sekali lagi happy wedding ya, semoga menjadi keluarga Samara bersama teh Gladies ^^
LikeLike
Aamiin terima kasih yaa! Siap sedang disiapkan lanjutannya.
LikeLike
yg kuat ya krn pernikahan itu bisa jadi perjalanan yg sangat panjang lama dan melelahkan dan bisa pula nikmat yg berkesudahan..
semoga menjadi keluarga yg sakinah mawaddah wa rahmah.. Aamiin..
LikeLike
Aamiin terima kasih terima kasih, mohon bimbingannya yaaa 🙂
LikeLike
Selamat menempuh hidup baru kak Arief 🙂
LikeLike
Terima kasih Kak Arie!
LikeLike
Selamat Om atas pernikahannya.. Semoga Samara
LikeLike
Aamiin terima kasih ooom~
LikeLike
menunggu lanjutan cerita mas ariev dan teteh gladies 😉 Gpp panjang mas 😉
LikeLike
Siaaap! Semoga sabar menunggu hahaha.
LikeLike
Hahahaha berliku ya dari rt, rw dan selipan lembar biru dan merah. Semuanya dijabanin dah yaaaa.
Selamat ya mas unt pernikahannya, dan emg iya banyak ce cakep dibangkot Bandung 😀
LikeLike
Hihihi iyaaa ngurusnya panjaaang! Terima kasih yaaa, semoga makin sering ketemu cewek cakep di angkot Bandung *eh*
LikeLike
buruan diposting lanjutannya ya Mas hahah. Smoga langgeng sampe maut memisahkan 🙂
LikeLike
Siap! Terima kasih terima kasih 😀
LikeLike
Selamat meniqa mz!
Itu pasti pas ngunduh mantu pasti ada stall sego gandul, pasti *nuduh 😛
LikeLike
Hahaha oraaa, wong ngunduh mantunya di Ungaran kok.
LikeLike
Wuidih rinci beud jd semacam postingan panduan menuju pernikahan.
LikeLike
Yoih semoga bermanfaat ya buat yang mau meniqa.
LikeLike
1. Kukirain surat N1 N2 N4 cuma dipake kalo nikah sama bule, ternyata sama lokal juga ya Mas?
2. EMANG YA LAKI LUPA TGL PENTING!!! Temenku juga rata2 mengalah, nikah pas deket2 ultah pasangannya yang laki. Demi deh demiiii
3. Oalah jarang posting krn kawinan tha? Congrats ya mas semoga langgeng sampe akhir hayat 🙂
LikeLike
IYAAA BULE LOKAL JUGA PERLUUUU.
Hihihi, iya kami emang suka lupa tanggal, tapi ingat momen hehehe.
Siaaap, iya kemarin hectic banget euy persiapan-persiapan dstnya.
Anyway, kamu menikah sama bule kah? Eh.
LikeLike
Untuk kesekian kalinya saya mengucapkan selamat menempuh hidup baru, semoga kebahagiaan selalu menyertai keluarga barumu.
Saya kok langsung mau melamar yah, Hahahaha.
Sepertinya Tulisanmu ini ngebantu banget buat saya yang punya calon di luar pulau juga. Setidaknya ada pencerahan bahwa menikah itu murah, gengsinya yang mahal.
LikeLike
Aamiin bro, terima kasih yaa!
Hahaha, ayolah disegerakan kalau semua sudah siap. Persiapannya memang panjang banget tapi lega kalau sudah selesai.
Dan benar, gengsinya mahal banget euy.
LikeLike
Iya yg mahal gengsinya…
Nang semarang aja Jane nikahnya mas… Lebih murah…
BTW selamat memasuki dunia pernikahan mas…
LikeLike
Lha wingi aku bar ngunduh mantu ning ngaran mas, malah dobel biayane hahaha.
Aamiin, suwun yo mas.
LikeLike
Nah, aku suka tulisanmu yg ini. The real Arief is back haha. Syukaaa perjalanan cinta kalian. Btw, pas aku kawin kan juga pakai numpang domisili karena aku KTP Jakarta, kawin di Jatim. Yg ngurusin sepupu yg masih kuliah (waktu itu aku posisi lagi di Surabaya). Karena petugasnya pada ga tega lihat anak kuliahan yg ngurus, jadinya ga ditarik duit sama sekali haha. Tapi keselnya pas di KUA dipalakin suruh bayar sejuta, padahal kan normalnya 600rb kalo weekend dan dirumah. Ih keseell deh dan mereka terus terang bilang karena faktor suami bule. Ya ga maulah aku, tetep bayar 600rb akhirnya *dengan ilmu ngotot #semogaperkawinankamibarakah😅
LikeLike
Yoihhh, kalau cerita pengalaman beginian biasanya banyak yang sukaaa.
*menyimak ceritanya*
HAHAHA EMANG KADANG KADANG NGONO IKU WONG INDONESIA.
Eh mbak, kalau stroopwafel ndek kene golek ning ndi yaaa? Kangen je. Ehehehe.
LikeLike
Hhahhaahaaaaaaaha, biyen lhoo ndadak modus,, coba tanyain alesanny (neng) mau sm aku, jebuul wis pacccaaarannnnn
LikeLike
Hahahaha lha piye toooo?
LikeLike
tp jaman kui km urung pacaran owk ya, isih memantabkan diri, sementara gladies udah harap harap cemas… th kapan si itu y, aku elinge ki awal 2014 aku nge twitt ngajuk tulung km metion k gladies nek aku pengin brownies, trus aku di approve dan akhirnya bisa order brownies cintamuuu ituuu…
LikeLike
Oh iyo nek zaman kui mah durung mulai hehehe.
LikeLike
Selalu menarik membaca setiap perjumpaan seseorang dengan jodohnya.. ini adalah satunya.. hehe
Selamat ya, semoga jadi keluarga yang sakinah mawadah warrahmah.. amin
LikeLike
Aamiin makasih mas 🙂
LikeLike
Turut bahagiaaaa atas pernikahannya. Semoga langgeng dan diberkahi keluarga barunya 🙂
LikeLike
Aamiin aamiin terima kasih terima kasih 🙂
LikeLike
Ikutan ngerasain bahagianya Mas nyiapin acara pernikahan begini. Semoga selalu berbahagia dan penuh keberkahan Mas 🙂
LikeLike
Aamiin aamiin, terima kasih masbroo.
LikeLike
Panjang banget ya, Bro. 😉
Selamat ya buat kalian berdua. Semoga langgeng selalu, aamiin..
Doakan pula semoga persiapan kami untuk 6 hari ke depan juga lancar yoo.
LikeLike
Aamiin makasih bro sandy, semoga lancar terus yaaa!
Ditanyain mamaku tuh katanya kok undangan belum sampai hahahaha.
Anyway, turut berduka ya bro 🙂
LikeLike
Barokalloh mas. Semoga aku cepet ketularam nikah gpke kebanyakan drama kayak mas nya
LikeLike
Aamiin aamiin
LHO AKU DRAMA APAAAAA? *kemudian drama*
LikeLike
Bener kata mba Aqied. Muahahaha kampret nih si arip pake bersambung pula! Ini gue yakin nulisnya sambil nyengir-nyengir nginiget-nginget sih. \:p/
LikeLike
Yeyeyeyeyeeeee, tunggu yeee lanjutannya!
LikeLike
*menunggu lanjutan detail persiapan*
sungguh sangat terbantu infonya, riev. ahaha~ nuhuun!
LikeLike
JIYEEEE MAU NIKAH JUGA YAAAA?
LikeLike
“Sebenarnya nikah itu murah kan? Hanya butuh enam ratus ribu. Namun gengsinya yang mahal.”
Dan sedihhnya ini sudah (seperti) tradisi turun temurun di beberapa daerah di Indonesia.
Selamat berpacaran dengan cap halal dari Allah SWT ya, Mas…. 😅
LikeLike
Hehe iyaa, kalau di Indonesia tradisinya dirayakan besar-besaran yaaa.
Makasih Mb ELisaaa uwuwuw.
LikeLike
selamat mas, mba. nunggu sambungannyaa
LikeLike
Makasih yaaa, siap sedang disiapkan sambungannya!
LikeLike
Duh lanjut dong, Kang! *seru*
LikeLike
Sabaaaar hahahah!
LikeLike
Kesimpulannya, koh Ahok punya gigi di kelurahan dan di kecamatan tapi tidak di KUA. KUA masih minta duit seiklasnya padahal mereka dibayar pakai pajak. Tugasnya pun mulia, mengawinkan orang. Mentalnya yang seiklasnya.
Maaf kalau denger ginian aku gedeg banget! Mestinya kan si ibu itu bilang gratis.
Anyway, congrats again ya!
LikeLike
Hmm, kayaknya KUA itu di bawah langsung Kementerian Agama ya? Jadinya gak kena regulasi Pemda. CMIIW.
Hehe iyaaa makasih kak! Semoga bisa ke Dublin suatu saat nantiiii.
LikeLike
Oh iya betul di bawah kementerian agama. Jadi kalau kementerian agama boleh ya minta-minta duit seiklasnya. Dududududu….*mental bobrok*
LikeLike
Nunggu cerita malam pertama ayeeee!
LikeLike
Ayeeee! Itu mah rahasia.
LikeLike
Biasanya di sini baca panduan bikin visa ke negara ini-itu, sekarang bacanya panduan ngurus surat nikah. Hihihi..
Selamat ya, Riev! Bahagia selalu sampai maut memisahkan 🙂
LikeLike
Hihihi, semoga bermanfaat ya panduannyaaa 😀
Aamiin aamiin, doakan yaaa!
LikeLike
Selamat atas pernikahannya ya, mz. Semoga kamu bahagia selamanya dengan Neng. Ara, Agil, & Euis bahagia kalau Mz Ariev bahagia.
LikeLike
Aamiin mz kokoh, doakan saya bisa jualan opak terus ya.
LikeLike
Perjalanan cinta yang panjang & menyenangkan dan akhirnya membuahkan hasil yang diinginkan dan melalui tulisan dari mas Arief kami juga turut merasa senang dan bahagia. ditunggu kelanjutan ceritanya.
Happy wedding Mas Areif dan Neng, langgeng sampai selama-lamanya.
LikeLike
Aamiin makasih mbak, gimana kemarin urusan visanya lancar? 😀
LikeLike
Tatapannya Daddy tajam euy, setajam silet 😀
Tulisannya gak panjang kok Mas, soalnya tahapan persiapan dokumen itu saya skip aja tadi 😀
Selain karena sudah nikah, itu mah pengalaman kami banget karena suami KTP Makassar tapi nikahnya di Mataram, Lombok wkwkwkw~
LikeLike
Hahaha tajem yaaa tatapannya, jadi segan 😛
Ehehe iya akhirnya aku merasakan apa yang dirimu rasakan mbak 😀
LikeLike
Selamat atas pernikahannya Mas. Semoga langgeng selama-lamanya 🙂
Ditunggu cerita selanjutnya. Tapi kok lama-lama kayak langkah-langkah mendaftarkan pernikahan ya? Hahahaha.
Tapi gapapa sih, siapa tau saya juga nyusul 😛
LikeLike
Ahahaha aamiin aamiin, semoga lancar yaaa kalau mau nyusul 😛
LikeLike
selamat menempuh hidup baru ya mz.. semoga langgeng trussssss… 😀
ditunggu lanjutannya nih… buruan terusin.. hihihihi…
LikeLike
IYEEE DISIAPIN DULU YAAA KONTENNYAAA HAHAHAHA.
Makasihhhh ~
LikeLike
Hmm udah ketemu dari 2012 ternyataaaa… Congrats yaaaa. Langgeng selalu, Amiin
LikeLike
Aamiin aamiin makasih kak ekaaa panutanku :*
LikeLike
Barakallah Kak Ariev dan Teh Gladies.
Semoga selalu penuh cinta dan rahmat.
*nunggu cerita lanjutannya*
LikeLike
Aamiin terima kasih ya kak!
LikeLike
mas gak sabar nunggu cerita lanjutannya nih… hahhaaahaaa
anyway happy wedding ya mas ariev,
barokallahu laka wabaroka alayka wajama’a bayna kuma fii khoir 🙂
LikeLike
Aamiin aamiin terima kasih ya doanyaaa.
Lanjutannya masih on progress hehehe.
LikeLike
ternyata begitu ya cara ngurus nikah,pengalaman sy kemarin diurusin “sodara” yg kerja di KUA,jadi terima beres.hehehe. semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah mas, amiin
LikeLike
Hehehe, iyaa kalau ngurus sendiri agak panjang memang prosedurnya hehe.
Aamiin makasih yaaa!
LikeLike
Duh, kentang nih riv, pengen cepet baca yang selanjutnya, hahaha.
btw si teteh, jauuhh lebih cakep pas berhijab ya, pantes langsung naksir :p
Sekali lagi selamat ya riv, semoga jadi keluarga samara, amin
LikeLike
Wahahaha, iya nih lagi disiapin lanjutannya.
Aamiin makasih yaaaa?
Emang sebelum berhijab gak cakep? *eh*
LikeLike
Jauh lebih cakep riev maksudnya, hehehe
LikeLike
😛 😛 😛 alhamdulillah yaaa!
LikeLike
Aduh, ribet ya. Mau nikah aja kok kayak mau ngurus syarat CPNS. Gak pake ‘Surat Keterangan Berkelakuan Baik’ sekalian, Riv? Wkwkwk…
Btw, congratz once again, Riv! 😉
LikeLike
Hahaha iyaaa ribet kaan, kamu masih mau nikah gak kalau ribet? :)))))
Thanks ya Lin!
LikeLike
Woooh, baru tau. Selamat mas. 😀
Btw, rasa enak banget ndak mas? eh…
LikeLike
Hahaha rasane koyo ngono kui lah anget anget enak.
LikeLike
wew lumayan ribet ya. tapi ini panduan bagiku 😀
nungguin cerita selanjutnya
LikeLike
Ahahaha, ini baru tayang nih lanjutannya 😀
Selamat menikmati!
LikeLike
Ditunggu lanjutannya
LikeLike
Sudah tayang nih lanjutannya haha, selamat menikmati!
LikeLike
Harusnya di bawahnya dilengkapi table rekapan biayanya Riev, biar lebih afdol 😀
LikeLike
HUWOY! Itu sih japri aja hahaha.
LikeLike
Saya membayangkan perasaan Maman dan Daddy dapat mantu seorang Ariev. Dan yakin beliau padti bahagia. Dari tulisan ini tercermin kok mantu beliau seorang lelaki yang baik.
Selamat menempuh hidup baru ya Mas 🙂
LikeLike
Aamiin aaamiin semoga semuanya bahagia ya mbaaak 🙂
Terima kasih dan mohon bimbingannya yaaaa 😉
LikeLike
Wah baru mulai baca nih blog series nyaaa … dudududu …
Sekali lagi selamat dengan pernikahannya ya, Mas 😉
LikeLike
Hihi iya kaaak!
Asalkan kamu ikhlas, aku pasti bahagia 🙂
LikeLike
suka ma gaya tulisannya
hahahaha perjalanannya keren banget si kang,.
Barakhallah ya kang, semoga menajdi keluarga yang SAMAWAR ^_^
LikeLike
Aamiin aamiin, terima kasih ya mbaaak! 🙂
LikeLike
Hai , saya ada venue dengan paket pernikahan all-in terlengkap di Jakarta , gedung fresh building ..
more info bisa tlp / whatsapp ke Diani – 0812 8738 7883
LikeLike
Nice info gan!
LikeLike
Hai Calon Pengantin ~
Percayakah kalian bahwa melangsungkan pernikahan tidak perlu ribet dan mahal? Dengan memakai jasa Wedding Organizer HIS Graha Elnusa, Anda bisa melangsungkan pernikahan ALL IN PACKAGE bergaya elegant di Jakarta Selatan dengan harga dibawah rata-rata dan dapat CASHBACK 35 Juta juga lho!
Mau tahu berbagai jenis Wedding Packagenya? Langsung saja kunjungi http://www.hisgrahaelnusa.com dan pantau terus update terbaru kami di Instagram @his_grahaelnusa.
> For more info please contact Marketing HIS Wedding Graha Elnusa 083873396243 (RATIH) atau datang langsung ke kantor HIS di Graha Elnusa Lt.2, Jl.TB. Simatupang Kav.1B, Cilandak Timur.
LikeLike
Mantap! Sukses selalu yhaaa~
LikeLike
Sekarang mau melangsungkan pernikahan tidak perlu ribet, dapatkan juga paket Honeymoon ke JAPAN selama 5 hrai 4 malam gratis tanpa di undi. Yuuk gabung bersama kami Venue & wedding organizer by HIS K link Tower Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 59A Lt.12 Jakarta Selatan, kamu udah bisa dapatkan:
– Fasilitas Gedung (Full AC & Full karpet),
– Dekorasi,
– Catering,
– Rias & Busana,
– Entertainment,
– Photography,
– Tim WO 8 orang + MC
– Mobil Pengantin Alphard
FREE HONEYMOON 4D3N di JAPAN+FLIGHT (tanpa diundi) & masih banyak lagii Segera hubungi marketing HIS Venue & Wedding Organizer by HIS K LINK TOWER : 0895 4103 28343 (ozi)
LikeLike
Siappp! Aku mau dong honeymoon ke Jepang jugaaa ❤
LikeLike
Hi brides to be, lagi cari gedung nikahan di Kota Bandung? Gedung HIS Balai Sartika Convention Hall bisa jadi pilihan kamu loh karena sekarang udh full carpet & lampu chandelier. Selain itu HIS Balai Sartika Convention Hall juga menyediakan paket pernikahan yang fleksibel. Jangan khawatir, pilihan vendornya ada banyak banget dan bisa pilih sesuai keinginan kamu. Ohya, sekarang lagi ada promo menarik juga loh yaitu CASHBACK dan HONEYMOON PACKAGE! Untuk informasi lengkapnya, hubungin aja Tresna (+6281312214233), FREE KONSULTASI!!
LikeLike
OKEEEE!
LikeLike