Nama saya adalah Muhammad Arif Rahman, dan saya bukan seorang teroris. Kata orang, nama adalah doa, dan itulah doa Papa ketika menamai saya delapan belas tahun (lebih beberapa tahun) silam. Doanya adalah menjadi seorang anak yang dapat berperilaku seperti sang rasul, yang memiliki sifat bijaksana, dan penuh kasih sayang. Bukan seorang anak yang akan dipersulit nasibnya ketika hendak memasuki Amerika Serikat.
“Mr. Muhammad Arif Rahman?” Seru si petugas sebelum saya memasuki ruang tunggu keberangkatan Dubai International Airport, saya mengangguk. “From Indonesia?“
“Yes.” Jawab saya tegas, seperti orang tua si wanita pada video klip band Kanada MAGIC! yang berjudul ‘Rude’. Saya memberikan boarding pass beserta paspor yang telah ditempeli Visa Amerika padanya.
Tangannya menunjuk ke sebuah sudut ruangan, tempat beberapa alat pemindai berada. “That way, Sir.” Sementara para penumpang lain, yang entah bagaimana proses seleksinya, hanya diminta menunjukkan tanda pengenal dan boarding pass sebelum memasuki ruang tunggu.
Dan saya pun dengan bijaksana dan penuh kasih sayang mengikuti kemauannya.
Beberapa jam sebelumnya, saya masih berada di dalam salah satu pesawat milik Emirates, maskapai kebanggan Dubai, yang merupakan salah satu maskapai terbaik dunia. Ini adalah perjalanan terjauh dan terlama yang pernah saya lakukan, dan kali ini saya melakukannya seorang diri.
Saat itu, saya mendapat tempat duduk di bagian aisle, sementara dua penumpang di samping kiri saya adalah dua orang pria Arab berbadan besar, berbulu dada lebat, dan suka mengobrol dengan suara kencang. Setiap kali mereka berbincang dengan bahasanya, saya menengadahkan kedua telapak tangan ke atas, dan berucap “Aamiin!” dalam hati, tentunya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
Saya masih mengenakan headset sambil mendengarkan senandung Cliff Richard di lagu ‘The Young Ones’ ketika seorang pramugari berwajah Mediterania yang nampak jutek lewat dengan mendorong kereta makanannya. Setelah menyodorkan seplastik biskuit, saya memesan segelas jus apel –yang selalu saya pesan ketika menggunakan maskapai full board— kepadanya, dan mulai membaca-baca buku panduan mengenai Amerika Serikat.
“Apa iya saya bisa masuk ke sana?” Batin saya.
Darling we’re the young ones,
And young ones shouldn’t be afraid.
Setelah transit selama empat jam di Dubai International Airport, saya mulai bergerak menuju ruang tunggu ketika pengumuman mengenai penerbangan lanjutan saya ke New York disuarakan melalui pengeras suara. Namun ternyata untuk memasuki ruang tunggunya tidak semudah itu, karena saya harus melalui prosedur pemindaian yang cukup kompleks.
“Through this way, Sir.” Pinta si petugas berseragam –yang saya tidak tahu apakah dia karyawan bandara, pekerja maskapai, atau justru petugas keamanan Amerika Serikat– sambil mengarahkan saya masuk ke mesin pemindai tubuh “Do you bring any electronic devices?“
Saya mengangguk, sambil menunjukkan sepasang telepon genggam, dan dua buah kamera dari dalam tas selempang yang saya bawa.
“Put them into the box.” Pintanya lagi, dan saya menurutinya kembali. Tetap dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
“Now, put your wallet and belt here.” Oke, saya memenuhi permintaan berikutnya. “And now, take off your shoes.”
What? Setelah elektronik, dompet, dan sabuk, sekarang sepatu juga diminta lepas? Berikutnya, jangan-jangan harga diri saya yang diminta. Celoteh saya dalam hati, sambil melepas sepatu secara perlahan dengan sebelah tangan memegang celana yang hampir melorot.
Si petugas mengoleskan semacam kertas lakmus kepada barang-barang saya, tidak terkecuali kaus kaki dalam sepatu. Semoga saja dia tidak menemukan pindang di dalamnya. Setelah menginput beberapa data ke dalam komputernya, dia mempersilakan saya untuk duduk di ruang tunggu, dan bersiap untuk penerbangan lanjutan ke John F. Kennedy International Airport.
Di dalam Emirates dengan nomor penerbangan EK203, saya tertidur pulas di kursinya yang empuk dan lega dengan sebuah mimpi tentang Amerika, tentunya masih dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
Saya masih belum bisa membuka semua mata dengan sempurna ketika pesawat mendarat dengan mulus di New York, namun langsung menghambur bersama kerumunan penumpang yang lain. Lokasi tempat duduk yang di aisle, dan terletak di baris depan –di bawah tangga menuju kelas bisnis– sepertinya tidak memungkinkan saya untuk berlama-lama di dalam pesawat sambil menggoda mbak-mbak pramugari jutek yang ada. Toh, saya juga punya jadwal untuk check in dulu di apartemen host AirBnB yang saya pesan sebelumnya, sebelum mengikuti gangster tour di kawasan Little Italy Manhattan pada pukul 14.00 waktu setempat.
Jam digital di tangan menunjukkan pukul 08.30 –jadwal ketibaan pesawat adalah pukul 08.25–, yang berarti masih banyak waktu bagi saya untuk melakukan banyak hal lain dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Namun anggapan saya salah ketika saya mendapati antrian imigrasi bandara yang mengular.
Setengah jam berlalu, saya pun tiba di deretan depan antrian loket imigrasi. Dan saat itulah datang seorang petugas berseragam bandara ke hadapan saya. “Are you from Emirates flight?“
Saya mengangguk. Dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
“Go to that gate.” Ucapnya sambil menunjuk loket kosong di sudut terminal kedatangan. Loket yang tak dibuka sebelumnya namun kini sudah ada beberapa orang di sana. Jangan-jangan itu adalah… Chamber of Secrets?
Saya berjalan pasti ke arah loket yang ditunjukkan, dan di sana telah menanti seorang wanita petugas imigrasi di balik loket. Mukanya lebih jutek dari mbak-mbak pramugari Emirates. Setelah menanti sebanyak dua antrean, dia mempersilakan saya untuk maju. Ke hadapannya, bukan ke orang tuanya. “Good morning, Ma’am!” Sapa saya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
“Who sent you here?” Tanyanya sambil menatap saya dengan sebelah alis yang terangkat.
Saya menunjuk ke arah si petugas bandara yang tadi meminta saya mendatangi loket ini. “That man, Ma’am.” Wanita itu memeriksa paspor saya, membolak-balik lembarannya, dan setelah menemukan visa saya, dia berkata dengan sopan.
“Mr. Muhammad Arif Rahman?” Ucapnya seraya menyelipkan paspor saya ke dalam map plastik berwarna hijau bening.
“Yes, Ma’am.“
“Follow me.” Dan saya pun mengikuti langkahnya ketika dia membawa saya masuk ke dalam sebuah ruangan berukuran sekitar 40m² di belakang loket imigrasi, tanpa sempat meminta folbek.
Ruangan itu terdiri dari tiga atau empat deret bangku warna putih yang disusun memanjang, dengan beberapa loket di depannya, dinding ruangan yang berwarna putih senada dengan keramik yang terpasang. Sebuah ruangan yang mengingatkan saya kepada rumah sakit di Indonesia. Hanya bedanya, di sini tak ada suster atau dokter yang akan meminta kamu membuka baju dan bertanya “Sakitnya di mana?” melainkan beberapa petugas berseragam polisi yang mengingatkan saya ke serial televisi NYPD, yang saya belum pernah menontonnya.
Map hijau berisi paspor saya diletakkan pada sebuah rak di meja seorang petugas bertubuh gempal dengan kumis kelabu melintang tebal di bawah hidung. Jenis kelaminnya pria, tentu saja. Si wanita kemudian menyilakan saya duduk sembari menanti giliran dipanggil, sebelum kembali lagi ke loketnya.
Saya mengamati orang-orang yang berada di ruangan, ada seorang pria Arab dengan istrinya yang bercadar bersama bapak tua yang duduk di kursi roda, ada seorang wanita Afro American dengan rambut kriwilnya, juga beberapa muka khas Tionghoa nampak pasrah menanti giliran. Tak ada wajah-wajah yang saya kenali. Namun kebanyakan yang berada di sana adalah mereka yang berwajah Timur Tengah, atau memiliki nama-nama Islam, karena sepanjang pendengaran saya sudah ada beberapa orang dipanggil dengan nama yang mirip dengan saya.
“Muhammad … Rahman, from Pakistan.“, “Muhammad … Rahman, from Iran.” namun sepertinya giliran saya masih lama. Dan ketika menunggu, dua orang petugas menggelandang dua orang pemuda berwajah oriental keluar ruangan. Mereka menunduk dengan tangan di belakang punggung, terborgol.
DEG! Apa jangan-jangan mereka kedapatan mencuri sendok dan garpu pesawat atau malah justru berlatih kung-fu di dalam kokpit? Berikutnya seorang petugas berbadan tinggi besar masuk ke ruangan, bisepnya yang bertato tribal membuat gentar siapapun yang menatapnya. Termasuk saya.
Satu jam berlalu, dan nama saya masih belum dipanggil oleh si kumis kelabu. Untuk mengatasi sepi, saya mencoba mengobrol dengan wanita di samping saya, namun dicuekin. “Jangan lupa gosok gigi dulu sebelum turun pesawat.” Saya kemudian teringat pesan yang disampaikan Alex via Twitter ketika saya transit di Dubai.
Apa jangan-jangan bau mulut ini yang membuat saya tertahan di bandara? Atau mungkin saya belum cukup umur untuk masuk ke Amerika? Dengan langkah gontai saya yang sudah mencukur rapi semua jenggot dan kumis atas bawah masuk ke kamar mandi di ujung ruangan, mencuci muka dengan air keran, menggosok gigi, tanpa sempat merapikan rambut dengan pomade. Dan setelah dirasa agak tampan, saya keluar dan duduk di posisi semula.
Masih menanti. Dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
“According to my data, you have criminal record in America.” Saya memperhatikan perkataan si kumis kelabu di depan saya dengan perasaan tak menentu, andaikan itu terjadi kepada saya. Namun itu terjadi pada si pria Arab bersama istrinya yang bercadar.
Dengan bahasa Inggris yang patah-patah, si pria menjelaskan bahwa memang dulu dia sempat bermasalah dengan izin tinggal di Amerika Serikat, namun sekarang dia sudah kembali lagi –untuk keempat kalinya– dengan identitas yang benar. Setelah penjelasan panjang diiringi repetan pertanyaan, si kumis kelabu membubuhkan cap pada paspor si pria Arab.
Satu orang lagi, sebelum giliran saya.
DEG!
Dengan napas berbunga-bunga dan keberanian yang dipupuk sejak dari Dubai, saya maju ke kursi kecil di hadapan si kumis kelabu, “Morning, Sir!” Saya menyapanya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Sekelebat adegan pembuka film My Name is Khan terputar dalam ingatan.
Si kumis kelabu menatap saya, dengan sebelah tangan memegang paspor saya. Dia berdehem. Ehem. “So, what makes you come to America?” Tanyanya.
Saya yang tak mungkin beralasan ingin mengunjungi Britney Spears atau Yasinan di makam Michael Jackson akhirnya mengungkapkan alasan yang sebenarnya “I won blogging competition.” Ucap saya lirih sambil menunjukkan print email resminya. “From Caterpillar.”
“So you’re going to visit Caterpillar?“
“Yes, in Peoria.” Jawab saya, “But I decide to visit New York first.”
“Hmm..” Tanggap si kumis kelabu sambil menginput beberapa data di komputernya sebelum membubuhkan cap di paspor saya dan berucap “Welcome to America.”.
Kalau saja tidak banyak orang di ruangan tersebut, saya mungkin sudah mencium tangan si kumis kelabu, sambil menyematkan cincin di jemarinya. Dan setelah tiga jam terdampar di bandara, akhirnya saya diizinkan masuk ke Amerika Serikat.
Selepas tragedi 9/11, Amerika Serikat memang lebih ketat dalam membatasi siapa-siapa saja yang masuk ke negaranya, dan karena kejadian tersebut berhubungan dengan teroris yang mengatasnamakan Islam, maka para pendatang yang memiliki nama-nama Islam seperti saya pun acapkali menjadi target pemeriksaan lanjutan sebelum mendapat izin masuk ke Amerika Serikat.
Padahal saya bukanlah seorang teroris, karena saya datang ke Amerika dalam damai, dan cuma ingin selfie di sana. Tentunya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
Nama saya adalah Muhammad Arif Rahman, dan saya bukan seorang teroris.Saya hanya seorang turis, yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Setidaknya itulah doa Papa saya di surga.
Horor ya ceritanya hihi
LikeLike
Ah masaaaa? Hihi.
LikeLike
😹😹
LikeLike
mau komen juga dengan bijaksana dan penuh kasih sayang..
bantal leher di Dubai International Airport kayaknya empuk ya? #salahfokus
LikeLike
HUWOY!!! *tabokin*
Enakan yang aku beli di Detroit sih, merk Cabeau. They claimed as the best travel pillow, the travel pillow that works. 😛
LikeLike
woh? beliin atuh jadiin giveaway 😀
LikeLike
Ada nih, tapi bau keringat. Mau? 😀
LikeLike
kalo keringatnya mz Ariev aku rela kok. #tsahh
LikeLike
*peras keringat*
*jual literan*
LikeLike
Kak, itu visa sampai 2019? *minta diumpetin di dalam koper*
Saya jadi inget sama film My Name is Khan. Ternyata masih berlanjut ya sampai sekarang. Semoga saja gak berlangsung lebih lama lagi.
Jadi, nanti kalau cerita ke anak kan bisa bilang, “Itu dulu, Nak. Syukurlah sekarang kamu gak perlu ngerasain.”
LikeLike
IYAAA MASIH BUAT 4 TAHUN LAGI! *umpetin kresek*
Betul, ternyata kejadian My Name is Khan beneran terjadi. Tapi ada bagusnya juga sih untuk tindakan preventif masuk Amerika. Dan you know what? Pas keluar Amerika aku gak diapa-apain, bahkan stempel paspor aja enggak. Atuhlah.
LikeLike
Mungkin gak distempel karena mereka sibuk syukuran Kak Ariev akhirnya keluar dari Amerika *lah
LikeLike
AAMIIN!
*lah kok malah seneng* AKU PENGIN BALIK LAGIIII ~
LikeLike
Pasti sang Ayah mendengarmu Mas, dan tentu saja bangga ketika melihat anak lelakinya berhasil menginjakkan tanah terjauh dari kampung halaman. Bepergian untuk menjadi bijaksana dan penyayang, 🙂
LikeLike
Aamiin Aamiin, dan semoga bro.
Thanks buat ucapannya 🙂
LikeLike
ikut deg-degan bacanya… dan juga senyum2 kocak dengan joke lucu ala backpackstory… 🙂
LikeLike
Hihihi terima kasih sudah terhibuuur ~
LikeLike
*mikir
Perasaan aku lagi ngga menghibur deh… 😛
LikeLike
Ohiya bener juga yah *kayang*
LikeLike
Kalau ketemu Om Barry, kirim salam yaa… *salto… 🙂
LikeLike
Endingnya isinya selfieeeee semuaa 😦
LikeLike
Yo mbok ben 😦
…paling yo mbok save as fotone *eh gimanaaaaa*
LikeLike
…lah, kamu kok tau? nggo ngusir nyamuk ning kamar ki lho ben wedhi 😦
*ditubruk*
iki sing kamu dalam hati ngomong aamiinn pas ketemu wong arab ki memang mencermincan kepribadian Rasul tenan :’) *salawatan*
LikeLike
Aku wae mau dirubung nyamuk og 😦
*tubruk* *nganggo bajaj*
LikeLike
Aku dong pernah gagal dapat visa ke sono. *kebanggaan yg salah alamat*. Udah gitu betenya adalah dulu (tahun 2013) pas mau bikin foto untuk visa, kerudung harus dibuka sedikit demi ngeliatin telinga. Jaman sekarang masih kayak gitu gak sik, Riev?
Ngomong-ngomong tentang perintah scanning buka sepatu, Emirates emang gitu kali ya…waktu thn 2014 naik Emirates juga gitu. Untung cuma pas scanning ya…bukan pas naik pesawatnya hahahhaha…
LikeLike
Heee, gagalnye kenapa kak? Umm, kalau foto buat visa aku gak begitu paham ya, yang jelas kemarin aku kelihatan semua telinganya *dihijabin* tapi pas di imigrasi, biasanya yang pakai cadar diminta nunjukin mukanya.
…sambil nyanyi Peterpan “tapi buka dulu cadarmu…”
Hahaha emangnay masjid naik pesawat terus dibilang “Maaf Mbak, ini batas suci.”
LikeLike
😂😂😂
Gagal karena ada perbedaan status tinggal kakakku yang di sana. Tapi udah beres sik sekarang. Tinggal kumpulin duit lagi buat nyoba ke sana. 😁
LikeLike
Btw yak, itu aku salah nulis tahun. Gagal bikin visa pas taun 2003, terus nyobain Emirates thn 2012. Hah…😑
Hadiah mainan Caterpillar sudah diterima ya, Kak beberapa jam sebelum taun baru. Arigato! 😊
LikeLike
Wahaha, iya pantesan kok kayaknya ada yang salah dengan waktunya. Ah, keren lah 2003 aku mah masih kerak emping.
Yay! Semoga suka dengan hadiahnya dan jangan kapok main ke backpackstory ya! 😀
LikeLike
(((Kerak emping)))
Gpp dulu kerak emping, yang penting sekarang udah jadi choco chips di Brownies. #eaaa :p
So far gak kapok kok baca blogmu, Riev. I thank you so much!
LikeLike
#EAAA
Iya jangan kapok ya, blog ini bukan masa lalu yang menyakitkan.
LikeLike
😑😑😑
LikeLike
nebeng ikut jawab ah, waktu 2012 liat ada yg bikin visa US pake jilbab ga harus nunjukin telinga kok so cob lg aj good luck
LikeLike
Nah itu dia! Berarti gak harus nunjukin kuping ya?
LikeLike
— Nimbrung ya Mbak ranselijo. Di situs online resmi untuk submit US visa application itu kan sudah tertera jelas bagaimana foto yang akan diterima. Bagian muka harus terlihat jelas. Muka saja, nggak perlu terlihat kuping. Artinya, jilbab tidak boleh menimbulkan bayangan ke dahi/mata/hidung dsb. Temanku yang berjilbab lolos tuh fotonya. Nggak ngerti nama jenis jilbabnya apa. Yang pasti tidak boleh bercadar. Selalu cek peraturan terbaru langsung ke sumber resminya.
— Arief: untuk masalah buka sepatu ketika pemeriksaan security, saya pikir itu bukan hal yang aneh. Di Cengkareng sebelum masuk gate ruang tunggu (security check kedua) juga ada pemeriksaan, disuruh buka sepatu (regardless mau terbang kemana, waktu itu saya cuma ke Singapura). Di Doha dan Dubai, menuju AS, juga begitu. Di DC dan JFK, keluar AS, juga begitu. Di DC, mau terbang domestik, juga begitu. Makanya saya selalu pakai sepatu teplek yang nggak ribet. Pakai sepatu kets pake tali temali gitu nyaman, tapi ribet mau pakai kembali. Lalu tiap mendekati security check udah siap jam tangan dan hp masuk tas supaya nggak tercecer, dan laptop dikeluarin dari tas karena akan di-scan terpisah. Nggak pernah saya travel pake cincin, kalung, ikat pinggang…karena saya tahu bakal ribet di pemeriksaan security.
Cheers.
LikeLiked by 1 person
Wah, terima kasih inputnya Mbak Ummi, sangat informatif dan bermanfaat.
Kalau sepatu iya juga sih, di beberapa bandara memang kayak gitu, mungkin nantinya akan pakai sepatu yang gak ribet makainya kayak Crocs dan kawan-kawannya (bye bye Docmart!), kalau jam tangan kadang diminta lepas, kadang enggak. Kalau perhiasan, saya juga gak pernah pakai dan ditinggal di rumah. Karena harta yang paling berharga adalah keluarga. Eh, ehehe.
Cheers!
LikeLike
Kalo kaos kaki mu bau pindang + terasi pasti pingsan tuch petugs bandara hahaha. Btw mmg seribet itu yeee ??? Nama gw depan nya juga “Muhammad” nich jd galau mau ke amrik #dikeplak.
Tapi gw juga punya pengalaman ngak enak waktu masuk singapore dari JB th 2007 lalu dan di tahan hampir 4 jam. Dan ujung2 nya cuman di tanya “saya liat record nya, kamu perna ke sing beberapa kali. Tolong ceritakan apa yg menarik di singapore ??” #pingsan
LikeLike
Jadi namamu adalah Muhammad … Toro? X)) yang jelas jangan lupa sikat gigi aja Om Cumi hahaha.
Ealah, bisa juga Singapore kayak gitu. Atau mungkin tahun dulu, emang prosedurnya agak ribet ya? Tapi salut euy tahun 2007 udah sampai sana. *tepuk tangan*
LikeLike
Aku ngga pernah seekstrim itu kena random check aja rasanya jantung dah mau copot. Tergagap membongkar tas tas yg isinya cucian kotor…
LikeLike
Asal jangan kelakuan yang kotor kak 😦
LikeLike
Selfie di Amerika make GoPro Hero 4! Ariev, aku bocahmu….
:))))
LikeLike
Hahaha thanks Ron!
…padahal itu GoPro 3 pinjeman X))) belum mampu beli euy waktu itu.
LikeLike
Great article and amazing selfies.
Thanx for sharing and keep travelling.
Happy New Year.
LikeLike
Thanks for reading, happy new year and have a great year ahead!
LikeLike
Itu jenis Selfie yg penuh bijaksana dan kasih sayang yak? ;p
LikeLike
Itu jenis selfie yang butuh kasih sayang, kak.
LikeLike
selamat ya..akhirnya dilolosin. selfie nya mantap.
LikeLike
Terima kasih kaaak! 😀
LikeLike
nunggunya ampe lama gitu, pas dipanggil ternyata ga seserem yg dibayangin yaa 😀
LikeLike
Iyaaa, cuma kayak ngetes kesabaran aja ternyata hahaha.
LikeLike
gilaaa dari pertama sampe akhir aku baca sambil ketawa, nih sampe berarti air mata. Kereennnn sangat menghibur, I like very much.
Btw, klo aku pake sepatu boot di bandara manapun memang selalu diminta dibuka, trus pernah disuruh minum air putih yg ada di botol susu anakku, duh emang nya aku mo kasih air raksa gitu? Itu kejadian di Rotterdam airport, airport kecil padahal 🙂
LikeLike
AAAA! Terima kasih, sudah membaca dan sukaaa :’)
Ta..tapi aku pakainya sepatu lari aja kemariiin, hahaha. Ebuset, disuruh minum, mungkin emang gak boleh bawa cairan banyak kali ya di sana. Semoga bisa ke Eropa soon 😀
LikeLike
Hihihi suamiku juga sampe bengong pas aku disuruh minum air putih dari botol susu, aku selalu bawa empat botol susu klo pergi jauh krn anak kami kembar, botol2 tsb suka langsung diisi air hangat jadi klo minum susu, botol yg udah isi air tinggal dicampur susu bubuk saja. Itu klo pergi bawa bayi, tapi klo ga bawa anak kecil atau bayi tentu aja ga boleh bawa caranya gitu.
Hihihi betul biasa nya klo sepatu kets ga perlu dibuka, apa nanti nyeker aja gitu?
LikeLike
Wah anak kembaaaar! Jadi gemes dan pengin punya. *eh gimana gimana*
Nyeker keren sih, jadi berasa orang baduy nanti. Ada gak sih orang baduy yang udah sampai amerika? Jalan kaki gitu ke sananya.
LikeLike
Betul, susu kan cair. Harus dibuktikan bahwa itu susu. Dan kayaknya dibolehkan membawa lebih dari volume yang diperbolehkan karena itu susu untuk anak, tapi mungkin ini tergantung masing-masing bandara.
Soal sepatu: saya udah komentar di atas. Saya traveling nggak pernah pakai sepatu yang ribet karena sudah tau pasti disuruh buka ketika pemeriksaan security.
LikeLike
Nama saya adalah Syifna, dan saya pun bukan seorang teroris.
Saya hanya seorang silent reader, yang penuh kasih sayang setidaknya itulah doa bapak saya juga di surga 🙂
suka dengan gaya penulisan kamu, Arif hehehe
*Jadikapannikah* hahaha 😀
LikeLike
Hahaha hai Syifna, terima kasih sudah menjadi silent reader ya!
*matiin silentnya*
Aamiin, buat doanya, semoga bisa segera, hahaha. Al Fatihah untuk bapak kamu di surga 🙂
LikeLike
❤
LikeLike
ya ampun…. ribet amat yaaak
LikeLike
Iyaaak.. Begitulah kira-kira.
LikeLike
wah dulu waktu gw kerja di kapal yg sandar di miami juga gitu, pas nyampe amerika di imigrasinya persis begitu ampe ktinggalan pesawat lg, udah gitu mending klo pihak imigrasi mau ngurusin taunya malah kita sendiri yg ngurus udah mana berat lg bawa kopernya. Makanya pas gw resign itu surga bgt. udah gw dikawal security, koper2 dibawain security, bagasi yg harusnya bayar jadi free gara2 telat, and ga kudu ngantri di imigrasi soalnya securitynya nyuruh gw duduk di kursi roda didorong sama dia biar ga kudu ngantri hahahaha untung gw pendek buntet
LikeLike
Nah! Iya sih, imigrasinya kayak gak meduliin kalau ada penerbangan lanjutan atau acara selanjutnya, yang penting prosedurnya dulu. Walaupun agak lama sih jadinya.
Enak juga kerja di kapal ya? Hihi. Bisa keliling dunia. Sekarang masih kah?
LikeLike
enak bayangannya pas dijalanin berasa jadi kebo di negeri orang, tanpa ngegym berat badan bisa turun drastis, lengan bisa kekar berotot (tergantung dari jenis gaweannya, berhubung gw orang dapur) soalnya kerja di dapur standard bule sedangkan tinggi badan standard asia ya mau ga mau kerja extra keras buat ngangkat perabotannya, buat dorong trolinya, buat jalannya juga ampun jauuuuh perasaan ga nyampe2 segitu udah ngebut, apalagi klo ombak lagi gede, ngedden dah dorong troli makanannya bahkan pernah ketimpa troli pas di elevator, saking capenya ngarepnya sih pingsan biar bisa tidur di medical center. tapi masih aja sadar. terakhir cidera parah di kaki ampe pake tongkat padahal cuma urat kejepit tapi sayang ga da tukang urut malah dikasi obat keras ampe nyeri lambung makanya dipikir2 ga worthy ah mending balik aja ke kampung, sekarang mah di rumah nongkrong jaga warung tapi bahagia dan jadi lebar.
LikeLike
Ahaha, iya sih kalau banyak nongkrong jadi lebar. Ini aku aja udah jarang olahraga juga melar 😀
tapi seru loh pengalamannya selama di kapal, kalau ditulis pasti keren hehehe. Malah bisa dibukuin.
Anyway, untuk pelayanan medis dan kerjaannya sepertinya kurang sepadan yah. Emang enakan cari duit maksimal beberapa tahun, terus pulang ya. Mulih deso mbangun deso, kata orang karibia.
LikeLike
Anakku namanya Al Faruq Amirul Mukminin. Kayaknya bakal berhadapan sama Pak Kumis juga kalo dia ke Amrik waks.
LikeLike
#EAAA
Ya semoga saja kondisi kalaau ke sana lagi sudah berubah jadi sudah tak ada prasangka diantara kita. (((PRASANGKA)))
LikeLike
Bagus 🙂
LikeLike
Terima kasih 🙂
LikeLiked by 1 person
Reblogged this on Luai Lazuardi and commented:
ayo travelling!!! (sendirian)
LikeLike
Yah gmn dg dgn nasib anak suami yg namanya arab n tampang arab getoooh… Apa dgn bijaksana dan pnh ksh sayang kudu selametan maning gt nama jd Justin Bieber ama Jackie Chan? Yg atu Muhmd, bapake Abdul arab bgt namanya yak… Untung saya punya nama standar international heheheeee… Wlpn tampang lokal…
Orgtua saya berarti sgt bijaksana dan pnh ksh sayang, alhamdulillah…
Tp seriously pastinya kan wkt apply visa diwawancara kan, lolos dpt visa?
Okedeh tq eniwei asik blognya bro…
LikeLike
Wahaha, selametan maning sooon. Ya bisa sih, tapi pasti discreening lagi kalau mau masuk Amrik 😀 Nanti nama anak saya juga mau diinternasionalin ah hahaha.
Kalau pas visa, alhamdulillah lolos dengan bijaksana dan penuh kasih sayang juga, ceritanya ada di https://backpackstory.me/2014/08/31/langkah-langkah-mengurus-visa-amerika/ 😀
Thanks sudah baca yaaa 😀
LikeLike
thanks yah sdh share crt dg gaya penulisan yg seruuuu… hihhi.. emang enak dikerjain di imigrasi amrik..hihihi.. btw, selamat yah sdh menang jd the best gobbler.. eeeh the best blogger.
LikeLike
Ahehehe thanks sudah bacaaa, iya nih dikerjain pas pertama masuk Amrik.
Yay thanks lagi 😀
LikeLike
Baca dari awal ke akhir kesimpulannya jenis bau kaki mas arif adalah pindang. Behahahahaaa
Btw thanks tulisannya impormatif dan intertaining.
Satria Baja
LikeLike
Hahaha, pindang campur terasi dikit, sama lalapan.
Terima kasih sudah baca! (((INTERTAINING)))
LikeLike
Pagi-pagi udah baca wejangan yg kereen…. Sambil ngeteh dan penuh kasih sayang tentunya hehe
Menarik..semoga bisa kesana Amin
LikeLike
Aamiin, semoga bisa ke sana dengan bijaksana dan penuh kasih sayang someday!
*seruput tehnya*
LikeLike
Serius bro umur 18? hmmm. wah org kaya 😦
LikeLike
Umur 18 tapi beberapa tahun lalu, hahaha. Orang kaya? Gak juga, kan ke sananya karena menang kuis. Hayo pasti belum baca sampai habis nih.
LikeLike
Bacanya sampai ikut deg2n >…<
LikeLike
Ahahaha *pegangin yang deg-degan*
LikeLike
wah bro, nama gue “Nashir Ramadhan” islam banget, bakal ada something wrong ga kalau kesana> haha
LikeLike
Wah itu hayo gimana hayoooo. Bisa lah, asal niatnya tulus liburan, bukan buat jihad.
LikeLike
oke suatu hari insyaAllah menginjakan kaki di amerika (:
oh iya itu bro sebelum ke amerika transitnya di dubai?
LikeLike
Aamiin! Semoga bisa segera bro. Kalau pakai Emirates memang transitnya di Dubai.
LikeLike
Gimana kalau nasib nya cuma satu suku kata mas? Apa kena pengecekan seperti ini juga ya? (*_*)
LikeLike
Waduh, gak mau dipanjangin namanya… terus umroh?
Kalau pengecekan kayaknya hoki-hokian deh, bisa kena bisa enggak.
LikeLike
Mama saya juga menamai saya dengan muhammad… hehehe
Suatu pengalaman yg menarik bang. Ending ceritanya diakhiri dengan kalimat yang sejuk 🙂
LikeLike
*toss* sesama Muhammad.
terima kasih sudah membaca dengan bijaksana dan penuh kasih sayang 🙂
LikeLike
Ahhh seruuu bgett,deg2an,tp ada lucu2nya…jadi kayak makan tahu goreng didalamnya ada cabe rawit(apa sichh)hahahaha…moga bisa juga menjejakkan kaki diAmerika, moga nama Novitasari bikin petugasnya terpesona trus langsung cap dan diantar keliling amerika naik kereta kencana(haduehh tambah ngaco..ewkwkwk)
LikeLike
Ahahaha, tahu goreng cabe rawit itu… JEBAKAN!
Aamiin aamiin, semoga bisa ke sana dengan mulus, jangan lupa selfie ya!
LikeLike
KAK, KELEBIHAN KASIH SAYANG? *emosi* *ga sante* *kekurangan kasih sayang*
LikeLike
KAMU MAU BERAPA KASIH SAYANG? SINI SINI!
LikeLike
selfie2 terakhir pakai gopro kah kak?
LikeLike
Yoih, GoPro Hero 3 pinjaman.
*pinjam dan bangga*
LikeLike
Sumpah keren tulisannya. Apa adanya dan natural banget XD aku sampe ngakak pas baca bagian “Setiap kali mereka berbincang dengan bahasanya, saya menengadahkan kedua telapak tangan ke atas, dan berucap “Aamiin!” dalam hati, tentunya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.” hahahha itu lucu banget, ngerti ngak ngerti pokoknya amin aja ya mas ehehhehe.
Pengen juga ke Amerika sana, semoga suatu saat bisa juga ngikutin jejaknya mas Arif… AMMMIIINN.
Tetep yaa kata-kata ‘Dengan bijaksana dan penuh kasih sayang’ itu ngak pernah tinggal. Suka sama kata-kata itu, cocok jadi quote buat penyemangat nabung uang modal ke Amerika XD #maksudnya, duitnya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang disimpen baik2 ehhehehe.
LikeLike
Wah, terima kasih loh sudah suka dan ngakak hahaha 😀
Aamiin! Pasti bisa dong, tinggal banyak-banyak nongkrong sama orang Arab aja, ntar kalau mereka ngomong tinggal “AAMIIN!”.
Iya duit emang harus diperlakukan dengan bijaksana dan penuh kasih sayang kalau gak mau tekor hahaha.
LikeLike
Jadi ingat waktu tragedi Bom Bali pertama, gegara nama saya juga agak Islam waktu nunjukin KTP lama banget 😦
Nggak apa-apa deh, kan yang penting tetap bisa masuk bang 😀
LikeLike
Eh, waktu itu emang ke mana abis bom bali?
Iya gakpapa bangeeet, malah bisa jadi cerita haha.
LikeLike
Sebulan abis tragedi ke aku ke Bali dari Jepara 🙂
Salah Moment kayaknya mas. Nasib 🙂
LikeLike
Ora popo mas, yang penting sekarang sudah aman to? 🙂
LikeLike
Mz Ariev, aku cah blog mu!
Suka baca2 artikel2nya.
Jadi yah postingan panjang lebar yang bijaksana dan penuh kasih sayang kali ini intinya ada di ujung: pemameran foto2 selfie :))
#Kabur
LikeLike
Huwow berdirilah bocahku! Hahaha.
Thanks sudah baca dan mengamati kenarsisanku. Eh gimana gimana? *tabokin*
LikeLike
Kirain kamu ditelanjangi dan dilecehkan gitu, bro. Ternyata cuma disuruh antri lama dan ditanya gitu aja? *lempar bungkus pop corn ke layar leptop*
LikeLike
Jangan, nanti kamu suka kalau aku telanjang.
*tangkap bungkus pop corn dengan jari kaki*
LikeLike
HENTIKAAAANNN!!!!! *lempar sepatunya Eva*
LikeLike
Tapi wajar sih US lebih berhati-hati soalnya dimasukin oleh imigran gelap segejibun hahaha~
LikeLike
Bisa jadi bisa jadi.
*bleaching*
LikeLike
Oh ternyata beneran ya gosip tentang nama Muhammad itu. Btw, kamu yakin bukan teroris, coba ditanya cewek-cewek di sekitarnya ada yang terteror gak sampai keberadaanmu. #eh.
LikeLike
HUWOY!
…emang kamu terteror, kak? Eh gimana gimana?
LikeLike
Hahahaha…..
LikeLike
Padahal rencananya anakku bakal tak kasih nama yang islami-islami gitu, mz. Biar kayak mz ariv, dengan nama yang islami bisa menciptakan cerita perjalanan yang syariah dan menjadi seorang traveler yang syariah, berbakti kepada mamah dan agama. Terus mamahnya diajak jalan-jalan terus, mengikuti jejak mamacation. AMIN…… 😀 😀
LikeLike
Huahahaha, kasih nama islami yang combo aja biar bisa masuk mana-mana, mb. Misal kayak Christ Muhammad. Eh gimana deh?
AAMIIN buat doa dan harapannyaaaa. Selamat buat pernikahannyaaaa.
LikeLike
Nama belakang saya mohamadi, saya cuma turis, entah kapan bisa masuk amerika. Sekian. Kayaknya bakal masu screening ketat juga nih kalau ada kesempatan main kesana 😐
LikeLike
Bisa lah mas, semua pasti bisa, tetap semangat mas.
Jangan lupa makan.
LikeLike
amiiinnn…semoga doa papa lo terkabul, lo jadi anak yang bijaksana, soleh, sakinah, warohmah, wardah, cempaka, dan viva.
tapi.. orang tua di lagu Rude itu bilangnya “No”, bukan “Yes”!
btw, di foto2 lo terlihat hepi banget, tante juga jadi ikut hepi lihatnya ^.^
eh tulisin dong cerita tentang pengalaman AirBnB pertama looo.. pengen tau nih
LikeLike
Aamiin, mau dong sis wardahnya, lumayan buat ngisi seserahan. Eh gimana gimana?
Iya, ini Yes bilangnya! Bukan Oh Yes Oh No, Oh My God.
Hihihi makasih tanteeee, mau aku hepiin lagi ndaaak? Yang AirBnB ntar kita ketemuan aja lah hahaha.
LikeLike
Kupikir ada masalah ruwet di dalam ruangan itu, jebule amann en goes to America like Agmon, mz… I’m proud of you mz…
Wajahmu membawa hoki mz… Tapi kasih sayang yang kau sebar belum complete tanpa yayang mz *dikepruk dollar* 😀 🙂
LikeLike
Aman bingit mz, cuma mungkin aku yang terlalu perasa 😦
Eits, siapa bilang gak ada yayang? Jadi yang selama ini aku rasakan kepadamu apa mz? 😦
LikeLike
Bagian stripping sampai lepas sepatu dan belt mengingatkanku pada penerbangan dr Heathrow airport pasca bom di sebuah bis di London 2006 silam. Sebelum naik pesawat semua penumpang disuruh melepaskan apapun kecuali 1 lapis pakaian, hanya boleh membawa dompet dan passpor dalam tas kresek bening yg mereka sediakan. Bayangkan… alangkah nggak kerennya aku traveling cuma pakai atasa. kaos singlet, jeans sama nenteng kresek… Kalau gak salah pernah ku upload fotonya di friendster. Untung kebijakan itu hanya sementara.
LikeLike
Kak, baca pengalamanmu itu, aku jadi … pengin lihat fotonya.
Sayang kita gak temenan di Friendster, padahal mau minta testi 😦
LikeLike
Akhirnya gak happy ending…kirain bakal berakhir dengan mas arif dan petugas imigrasi hidup dengan bahagia..Hahaha
LikeLike
Hiks, aku pun berharap demikian.
Eh gimanaaaaa?
LikeLike
Aseliii ikut deg-degan bacanya.. hahaha anyway, congrats! dan Iriiii!
LikeLike
AH, thank youuuu! Masih deg-degan gak habis lihat foto selfienya? Hahaha.
LikeLike
Wahahaha. Seru dan miris ceritanya, Riv. Tapi thanks loh udah share, paling gak jadi siap-siap kalo mau ke sana. Secara nama aku dan nama suami juga bahasa Arab gitu. Btw, u’re so lucky for winning that competition. Keep on inspiring, Riv.
LikeLike
Ahaha, thanks Ika sudah baca!
Iyaaaa, ini lucky banget bisa ke sana karena menang kompetisi, kalau gak ya entah kapan bisa ke sana. 😀
LikeLike
Kalo namaku gimana yah?
LikeLike
LHA NAMAMU SIAPAAAAA?
LikeLike
wiii rip! *sksd*
Gua juga pernah tuh! Waktu itu mau ke SF naek ANA.
Ih bedanya ya, pramugari ANA sih cantik2 ramah2 dan bikin seneng dan adem deh liatnya. Kasian deh naek emirates dijutekin. Hahahaha
Justru pas di Bandara Naritanya gua yang dipanggil trus di ambil henpon, suruh buka sepatu (gak buka sabuk karna emang ga pake, udah prediksi bakalan ribet lepas pake) dan telanjang dada (yang ini boong). Persis kayak yang mereka lakukan ke lo, si petugas boardingnya itu nempelin kertas lakmus ke handphone dan ke tali tas ransel gue. Ini kayaknya ngambil semacam dna gitu ya. Tali tas ransel gua mungkin karna gua suka keringetan dan nempel gitu di talinya makanya dia kayaknya peper2 lakmusnya ke tas gue.
Tapi once i got into SF airport, di port of imigrationnya gua aman banget. Alhamdulillah.
Btw, nama gue rada ngarab2 gitu gak sih? Emang asal katanya dari bahasa arab sih.
Nice post rip!
LikeLike
Hi Rip! *lah sok kenal juga* *etdahbujug*
Iya nih, Emirates agak jutek, apa karena muka gue kurang bijaksana dan penuh kasih sayang ya?
Ho’oh diolesin kertas lakmus gitu, yang entah apa tujuannya, kamera juga diminta hidupin, baru diolesin.
Coba deh lain kali gue masuk dari SF, kalau menang kuis lagi. *lah
Lha nama lu siapaaaaa? X))))
Thanks sudah baca 😀
LikeLike
Feeling gue ya, gak tau sih kalo lo punya feeling, itu beneran nempelin buat ngambil DNA kita tauk.
Coba lah masih 4 tahun lagi kan itu visa berlaku? gua nih degdegan bulan ini mau ke SF lagi, takut ditanya macem2 karna udah pernah kesana kan sebelumnya.
Lah itu kan username gua nama panjang gue rip!
LikeLike
Heee nama panjang lu…. ainelfiras?
Iya bisa jadi sih buat ambil DNA, atau bau kaki yang tertinggal. Iya masih 4 tahun punya gue, ntar kabarin yak gimana-gimananya di sana. haha 😀
Good luck!
LikeLike
Syukurlah tetap selalu bijaksana dan penuh kasih sayang ya Rif! (atau Riev?)
By the way, kalau aku bandingkan pengalaman kamu dengan pengalamanku di Heathrow dan Beijing 2014 lalu, pengamanan airportnya memang ketat dan meminta lepas sepatu segala sih. Ingin aku tulis ceritanya.. err tapi kok belum juga ya xD
LikeLike
Aamiin Nat, makasih sudah membaca dengan bijaksana dan penuh kasih sayang juga ya!
Rif boleh, Riev boleh. Kayak Dee lestari, boleh panggil Dee atau Dewi. *halah*
AYO TULIIISSSS! ~ *cambuk*
LikeLike
Dan nama saya juga begitu arab-nya =))
LikeLike
Ukuran Arab juga gak Lid?
Eh tapi Alid sih berarti …..
LikeLike
Arab dong kakak, kan aku ada keturunan arab wlo cuma kakek buyut doang haha
LikeLike
🙂 Hepi banget ya rip…… Selamat… Bapakmu mesti bangga di atas sana…. Aku melu deg-degan nek kowe ra iso mlebu US. :)))
LikeLike
Iyaaa, hepinya terpancar dari muka Tje Fuk aku kan kan kan?
Aamiin semoga Beliau bangga 🙂
LikeLike
Cerita yang menyenangkan untuk membuka pagi..membuat saya senyam senyum sendiri pas bacanya..terima kasih
LikeLike
Ah terima kasih, komentar yang membuat selalu semangat nulis 🙂
LikeLike
hai backpack story, sejak saya membaca blog ini saya langsung suka tulisan kakak dan masih menantikan full book tulisan kakak semua untuk kisah perjalanan yang menarik..kakak dan kak wiranurmansyah adalah travel bloger favorit saya yang selalu saya tunggu tulisannya..mungkin lebih banyak nulis tentang negara kita ya kak, karena saya sangat cinta Indonesia..berharap suatu saat saya bisa nulis juga kaya kakak..mangatttt!!
LikeLike
Hai inintjhin!
Terima kasih atas apresiasinya membaca blog ini, termasuk kesabaran menunggu buku saya keluar haha. Doakan saja bisa segera terbit tahun ini.
Kak Wira memang keren, saya banyak belajar dari dia terutama tentang fotografi. Aamiin, terima kasih sekali lagi untuk doanya 🙂
LikeLike
Perjuangannya masuk Amerika terbayar lunas kan, Mas? Soalnya foto-fotonya kinclong bener itu (latarnya).
Btw, nggak ada foto kayang di depan si bapak kumis? :haha
LikeLike
LUNAASSS!
Hahaha, bisa-bisa diborgol gue kalau kayang di situ :))))
LikeLike
Kak, mau nanya dong waktu di US beli SIM card di sana ga buat calling2 ke rumah atau upload2 foto selfie ke social media? Ada rekomendasi yg oke? Matur nuwun sanget 🙂 Blognya keren!
LikeLike
Halo Ibel, di sana kemarin pakai SIM Card Ultra, tapi tanya dulu, pastikan paket yang kamu beli yang paket data kalau mau banyak online, atau paket telepon, kalau mau banyak telpon.
Terima kasih 😀
LikeLike
Tulisannya juara.. Salam sayang.. ❤ .. Wong bijak..
LikeLike
Hai Kak Fits, apa kabareee?
Makasih makasih udah baca ❤ ❤ ❤
LikeLike
So you were born on.. 14 Feb? #salahfokus 😀
LikeLike
Umm, romantically yes!
Haha, now you know where the ‘kasih sayang’ term came from 😀
LikeLike
kak aku udah komen dengan bijaksana dan penuh kasih sayang nih 😀
LikeLike
aku juga sudah reply komen dengan bijaksana dan penuh kasih sayang nih 😀
LikeLike
leh uga nih ka
LikeLike
Dueh mz, keren bangetz sih udah sampe ameriza zaja. hkzzzz
terus jadi kebayang dirimu kalo lagi dengerin Magic yang Rude… Hueeee itukan lagu favorite akoh!!!! hehe
LikeLike
Gakpapa mb, tapi kamu kan sudah meniqa.
JIYEEE DULU MZ FAHMI SEMPET DI-RUDE-IN CAMER YAH? :))))
LikeLike
Duh alhamdulillah bisa masuk. Ceritanya menegangkan.. pas baca welcome to america jd langsung legaaa..
LikeLike
Hihiy!
Terima kasih sudah membacaaaa ~
LikeLike
Setelah sekian lama gak baca-baca blog orang dan baca blog lo, pas banget baca tulisan ini.. Hahahahaha gue selalu suka cara lo ngelucu ringan, gak lebay tapi gak maksain ..
Disana dapet gebetan gak mas? #eh
LikeLike
Yeaaaay! Blogwalking lagi. Makasih Choy! *peluk grepe*
Gebetan mah di Indo aja, kalau di sana kan gue digebet. Maklum, muka selera bule.
LikeLike
Hahahahaha gebet menggebet mulu ah. Semoga berlanjut ke pelaminan kali ini 😁
LikeLike
Lsg suka sama blog ini, asek nyeritainnya hahaha
LikeLike
Yeaaaay! Thanks sudah suka 😀
LikeLike
Kurang ajar, gue baca ini sambil tegang. Untung elu penuh kasih sayang rif! hahaha. :))
LikeLike
Haha! Thanks udah baca broooh ~
*dibalas dengan bijaksana dan penuh kasih sayang*
LikeLike
wih seru ya Amrik jadi pengen kesana #ngayal
LikeLike
Jangan cuma ngayal bro, kalau kata Agnez Mo yang di LA, “Dream, Believe, and Make It Happen!”.
LikeLike
baca dari atas, deg degannya gak berenti. nama anakku juga ada muhammadnya. waduh
LikeLike
*toss sama anaknya*
Thanks sudah baca mbaaak 😀
LikeLike
Deg. Komen ke 168.
Mz. dengan bijaksana dan penuh kasih sayang, saya cuma mau nawarin lap keringetnya yang lagi selfie di Wall Street Bull. Panas banget ya di sana? *belum pernah ke Amerika Serikat*
LikeLike
Deg. Dikomen mb Firsta, yang selalu jadi yang pertama.
Panas banget mb, lain kali aku ajakin kamu ya ke sana, buat ngelap keringet aku.
*disepak ke Kalibiru*
LikeLike
Seru ih, kisahnya.
LikeLike
Makasih, makasih 😀
LikeLike
Ceritanya seru banget…. Salam kenal dari Singapore 🙂
LikeLike
yay! Salam kenal juga Singapore, jadi pengin ke sana lagi 🙂
LikeLiked by 1 person
Tetep ya mas selfienya. 😀 Selalu seneng baca tulisannya mas ariev nih 🙂
LikeLike
Yeay! Makasih sudah membacaaaa. Jangan lupa selfie, karena itu bukan riya, namun apresiasi terhadap diri sendiri.
LikeLike
Langsung inget filem My Name is Khan. Hahahaha.. Gile ye such a waste banget 3 jam di imigrasi. Anway pas pulang diperiksa2 lagi ndak kak? Tentunya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang?
LikeLike
Iyeee, dan berpengaruh ke itinerary yang udah disusun karena molor. Pas pulang lenggang kangkung aja kak, stempel paspor aja ndak.
Tentunya dengan bijaksana dan penuh kasih sayang.
LikeLike
Usa.. hikss bikin ngiri u rahman!
LikeLike
Ahahaha, ke sana dong Win!
LikeLike
pernha ditolak visaku coy
LikeLike
Sebagai pemilik nama yang hampir sama, jadi ikut deg-deg an. 😐
LikeLike
Tenang bro, kalau disikapi dengan bijaksana dan penuh kasih sayang pasti lancar.
LikeLike
keren, pengen ke sana, tapi pengen sambil kerja,tapi lagi sepertinya biaya sangat mahal ya.. hmmm,,, #ngelusdompet
LikeLike
Kalau sambil kerja, lebih susah kayaknya, kecuali udah keterima kerjaan di sana dulu. Bukan nyari-nyari di sana.
LikeLike
semoga sepulangya dari sana masih menjadi ariev yang bijaksana dan penuh kasih sayang.
LikeLike
INI UDAH PULAAAAANGGG ~
LikeLike
Gue juga pernah ke Bangkok dan digituin sama petugas imigrasinya. Dipelototin, digrepe – grepe terus ditinggalin gitu aja. Hiks
LikeLike
APAAAHHH DIGREPE TERUS DITINGGALIIIN? 😦
LikeLike
gue pikir cuma petugas imigrasi sini aja sama ma**ysia yg juteknya ampun-ampun, sampe ke amrik tetep jutek toh petugasnya, haha.
asik banget sih kesana gara-gara menang blog competition, huhu aku juga mauuu, ga kepikir buat jalan-jalan sampe us sana, takut ngegembel aja sih disana karena semuanya disana mahal :((
LikeLike
Haha kayaknya default petugas imigrasi emang kayak gitu deh.
Hayuk atuh ke US, biayanya hampir sama kayak hidup di Jepang kok.
LikeLike
Di jepang bisa ngirit dengan bawa makanan, di US ngga bakal bisa masuk, haha. Nyari makan $10 aja susah katanya
LikeLike
Haha, harusnya sih masih bisa masuk asal bukan bawa duren aja.
Kalau nyari makan, banyak kok yang meal sepaket harga 5 Dollar udah termasuk minum.
LikeLike
Salam kenal mas arif *teman sesama instansi* #sotoybanget :p
Itu visa ke amrik bs berlaku bertahun2 gt namanya visa apaan y? Kunjungan wisata biasa gt? Baru tahu bs sampe bertahun2 gt
Semoga bs ke amrik, someday hahaha ke yg deket2 aja buat urus visa males banget apalagi yg jauh bin mihil ke amrik
Amin aja deh
Oh ya, aku td baca yg perjalanan ke brunei, bagi saran dong klo 3hr disana kmn aja, takut mati gaya, secara kan emang sepi banget disana
Makasih arif ^^
LikeLike
Hai hai, emang kita seinstansi ya? Ups!
Itu visa tourist/business kok, dan emang berlakunya lama, tergantung pihak kedutaan ngasihnya berapa lama. Ada yang cuma buat beberapa bulan juga soalnya.
AAMIIN!
Kalau ke Brunei 3 hari ya bisa eksplor ke hutan tropisnya, aku lupa namanya, tapi harusnya bisa.
LikeLike
etnah cuma aku doang yang ngarasa ato emang anerika masih menganut budaya diskriminatif? nama kan do’a itu aja dipermasalahin bikin sebel aja
LikeLike
Itu sepertinya lebih ke tindakan preventif aja karena kebanyakan terorisme berasal dari “maaf” yang mengatasnamakan Islam. jadi ya begitu deh. Semoga ke depannya semakin aman.
LikeLike
amin
LikeLike
Your blog is trully enjoyable…
LikeLike
thanksss…
LikeLike
ajak saya, mz kalo mau balik ke sana lagih…
LikeLike
BENERAN YAAAA?
LikeLike
Hahaha. Tas ku juga pernah di oles2in gitu mas, tapi di Indonesiaaaa
LikeLike
Lho kalau di Indonesia diapaian aja mas tasnya? 😀
LikeLike
digeledah, tepatnya dikantor UN di thamrin 😀
LikeLike
wah ultahnya pas valentine nih masnya hihihi…keren banget menang blog competition sampe ke US..aaaaak gokil!
btw emg sih susah, tmn kantor pas maksut hati mau dolan bentar dari Batam ke Spore, gegara namanya Slameth eh malah ngetem di imigrasi sampe 3jam’an, biyuh biyuuuh.
ohya saya nyari postingan lomba yg bikin menang caterpillar ini kok gk nemu ya?
LikeLike
Ahihihi, romatis kaaan tanggalnya? Hee, Slameth kok bisa ngetem lama di Singapore? Kasiaaaan.
Oh iya, salah satu postingannya adalah: https://backpackstory.me/2014/04/25/lima-bangunan-unik-di-osaka/ 😀
LikeLike
thnkyuuuu kakaaak :p
bookmark dulu waktunya boboook
LikeLike
Udah bangun beluuum? Haha.
LikeLike
kunjungan pertama..terharu dan deg-degan bacanya..salam kenal ya mas..:D
LikeLike
Ahhh terima kasih, mbak, salam kenal juga 😀
Semoga betah!
LikeLike
kok jadi takut ya kalo masuk ruang introgasi gitu. saya mau liburan saja sendirian. any tips?
LikeLike
Yang penting pede dan sabar aja kalau memang terpaksa masuk ruangan itu.
LikeLike
kayaknya itu bukan karena nama muhammad, tapi memang kena random checks waktu antri imigrasi. salam
LikeLike
Ya mungkin saja begitu, tapi seruangan itu banyak yang bernama Muhammad dari negara-negara lain.
LikeLike
sekarang masih di Amric gak kak?
LikeLike
Sudah pulang kok.
LikeLike
wah aku lagi searching “proses pengurusan visa amerika” yang keluar langsung link https://backpackstory.me/2014/08/31/langkah-langkah-mengurus-visa-amerika/ itu loh di list paling atas 🙂 trus karna udah penasaran jadi baca yang ini juga deh hehe. asik yaaa, aku pengen banget bisa ke amrik, bunda ku disana & udah kurang lebih 9tahun belum ketemu lagi huhu. sekarang lagi ngumpulin duit nih, semoga pas ngurus visa & semua proses nya bisa selancar ka arief!! AAMIIN.
LikeLike
Ihiy asik asik! Kok bisa keluar paling atas ya? Haha.
Waaahhhhh, it’s quite a long time loh 9 tahun, iya, niat baik pasti akan dimudahkan, dan didoakan, AAMIIN! Semoga dapat bertemu Bundanya segera 🙂
LikeLike
Mas Arif, bagaimana cara kalo mau urus visa kerja mas? Saya dpt tawaran dr tempat kerja saya sblumnya di Miami, saya pernah kerja disana dgn visa J1 dan sekarang udah balik lg ke indo. Kira” kalo mau balik ke USA dgn visa kerja yg lain bisakah? Mohon petunjuknya mas
LikeLike
Halo Mas, kalau untuk visa kerja saya kurang tahu menahu, karena saya masuk ke Amerika dengan visa turis. Mungkin bisa ditanyakan langsung ke pihak kedutaan. Tapi saya rasa sih harusnya bisa kalau sudah pernah kerja di sana 🙂
LikeLike
Klo kita mau ke usa trus transit bagaimana dgn pengurusan visa dgn negara yg kita transit mas arif yg bijaksana dan penuh kasih sayang….
LikeLike
Umm, ya ngurusnya terpisah Mbak. Ke kedutaan negara tersebut atau dengan cara lain yang diperkenankan oleh negara bersangkutan 😀
LikeLike
mas seruuuu ceritanya…lam kenal mas….aku mau tanya mas…kalau aku punya uang 30jt kira2 cukup ga mas ke amerika? cuma pingin wisata aja 7 hari mas…minta pendapatnya mas makasih ea
LikeLike
nama depanku juga mohammad
LikeLike
*toss*
LikeLike
ea ea ea..
30 juta cukup kok buat ke Amerika seminggu, tapi kalau buat ngurus visanya, aku gak jaminan dikasih. Coba cek caranya dulu di: https://backpackstory.me/2014/08/31/langkah-langkah-mengurus-visa-amerika/
LikeLike
baru baca ceritanya, and it happens to me and my sister too :’D
ngantri panjang banget di imigrasi JFK, kurang lebih adalah 2 jam belum keluar karena antri panjang banget, pake acara diminta petugas imigrasinya nerjemahin dari bahasa inggris ke bahasa korea. Ini terjadi karena kebetulan yg antri di depan kita adalah pasutri lanjut usia yg nggak bisa bahasa inggris sama sekali, lalu si mbak bete berat :’)
udah baik-baik si mbak imigrasi itu kita bantuin, taunya dia jutek juga ke kita :’D
salam kenal, anyway. blognya bagus 🙂
LikeLike
Ahaha toss dulu kalau gitu buat pengalamannya 😀
Lhaaaa kok bisa diminta nerjemahin ke korea, padahal kan orang indo? Hahaha gimana sih mbaknya :))))
Salam kenal jugaaa, thanks sudah mampir ke sini.
LikeLike
Sebegitu sulitnya kah untuk masuk ke Amerika? Hm.. 😔
LikeLike
Yaaa begitu deh, hoki-hokian juga kayaknya hehehe.
LikeLike
Hihihi … seru ya … terutama duduk dengan orang-orang berbulu dada tebal 🙂
http://www.alimuakhir.com
LikeLike
Iya serasa duduk sama Ridho Rhoma dan bapaknya sekaligus.
LikeLike
itu kayaknya bagian Departement of Homeland Security (DHS) di Port of Entry (POE) JFK aja sih yang ribet, kalo masuknya via SFO, LAX, SEA, begitu lihat paspor Indonesia dgn validity 5 tahun status B1/B2 langsung jleb!!! stempel 6 bulan mendarat di paspor tanpa banyak cingcong, beda bgt sama passp holder dr negara lain terutama china, yg mereka ditanya2in agak lama dulu.
LikeLike
btw, nama saya ada Ahmadnya juga
LikeLike
*toss*
LikeLike
*menyimak*
Oh siap kalau begitu, mungkin saya yang lagi apes aja waktu itu, hehe. Lain kali mau coba masuk dari bandara lain ah, hehehe. Thanks infonya 😀
LikeLike
Wah asyik juga ya bisa ke amrik …doakan ya…Rif…tulisannya lucu …walau sempet deg2an….ngeri juga kalo kena random chek…secara bahasa inggrisnya masih pas2an ….selama ini kalo ke luar negeri selain sin …masih ikut travel agent …udah di ajakin suami buat jalan backpack kaya Arif masih mikir juga… btw doakan punya keberanian ya…sukses terus dan ditunggu info pengalaman jalan2 berikutnya…note nama suamiku pake Muhammad juga
LikeLike
Aamiin, semoga semuanya lancar ya mbaaak! Aku juga pas-pasan kok Inggrisnya, hehehe.
Salam buat suaminyaaa 😀
LikeLike
Keren, cerita dan cara penyajiannya, memang seorang muslim di Amerika menjadi minoritas tetapi pada dasarnya mereka menerima perbedaan, dan bahkan sesuai pengalaman ke US 2011 tapi sebelum 9/11 mereka lebih ramah dan sopan,
Jadi visit to us tidak sehoror yang dibayangkan, klo kena random check, ya bener itu sih lagi apess, karena saat menuju kesana alhamdulillah saya ngak kena random check. (mendarat di O’Hare)
Dan comment terakhir, jika kita kena random check selalu PD dalam menjawab pertanyaan dan jawab dengan jujur tidak dibuat-buat, plus klo punya surat sakti alias surat sponsor jangan lupa diperlihatkan..santai ajah..
LikeLike
Siap! Makasih sharing pengalamannya mas.
Intinya tetap tenang kalau kena random check ya 😀
LikeLike
Saya yang tak mungkin beralasan ingin mengunjungi Britney Spears atau Yasinan di makam Michael Jackson akhirnya mengungkapkan alasan yang sebenarnya “I won blogging competition.”
hillllaarriouuus! dari tadi bolak balik baca ceritanya seru-seru yah, bikin pengen nulis pengalaman kaya gini. tapi males mulainya. tapi seru. tapi inspiring. tapi mager. haha, btw ditunggu review2 berikutnya!!
LikeLike
“Saya yang tak mungkin beralasan ingin mengunjungi Britney Spears atau Yasinan di makam Michael Jackson akhirnya mengungkapkan alasan yang sebenarnya “I won blogging competition.””
**
hillllaarriouuus! dari tadi bolak balik baca ceritanya seru-seru yah, bikin pengen nulis pengalaman kaya gini. tapi males mulainya. tapi seru. tapi inspiring. tapi mager. haha, btw ditunggu review2 berikutnya!!
LikeLike
Ahahahah, makasih banyak yaaa! I’m flattered.
Mulainya sih jangan males aja haha, mulai aja dulu, karena kita gak akan tahu ke mana tulisan itu akan membawamu kelak 😀
LikeLike
berarti yang nama muhammad dipersulit ya
LikeLike
Bukan dipersulit sih, cuma mungkin akan ada screening tambahan. Mungkin.
LikeLike
Sy akan ke NYC dan turun di JFK dalam waktu dekat , saya mau tanya tempat ambil bagasi itu sebelum ato sesudah imigrasi ? Kita ambil koper dulu baru imigrasi ato sebaliknya ?
Thx
LikeLike
Halo mas, kalau setahuku di mana-mana itu bagasi akan ada sesudah imigrasi, belum pernah sepertinya saya ambil bagasi dahulu baru stempel paspor 🙂
Demikian juga di Amerika hehe.
LikeLike
Greetings! Very helpful advice within this article! It’s the little changes which will make the greatest changes. Many thanks for sharing!
LikeLike
you’re welcome!
LikeLike
Heheh mantapp bang. IG abang apa? 😅
LikeLike
Cek cek di @arievrahman yaaa 😀
LikeLike