
Matahari masih malu-malu naik ketika saya turun dari langit pagi itu. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh, namun langit masih gulita dengan gumpalan awan kelabu yang bergumul beriringan. Hari Sabtu pagi, dan saya tiba lebih cepat dari perkiraan waktu kedatangan. Sambil menenteng tas selempang, saya berjalan keluar dari pesawat dan mendapati sambutan yang diberikan oleh bandar udara setempat.
“SELAMAT DATANG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL PATTIMURA – AMBON” tersemat pada sebuah tembok hitam dengan terjemahan bahasa Inggris –bagi yang tidak menguasai bahasa Indonesia– di bawahnya. “Welcome to Pattimura International Airport Ambon.”. Sebuah logo kecil milik PT Angkasa Pura I (Persero) sebagai pengelola bandara di wilayah Tengah dan Timur Indonesia juga menghiasi sudut tembok hitam tersebut, sementara di baliknya menyembul tiga buah atap berbentuk segitiga yang mempercantik bandara dengan luas lahan 195 hektar tersebut.
Akhirnya, setelah menempuh lima jam penerbangan, termasuk transit sejenak di Makassar, saya berhasil menginjakkan kaki di Ambon, yang merupakan ibukota dari Maluku, provinsi ke-24 (dari 34) yang berhasil saya kunjungi di Indonesia. Tanpa sempat bernyanyi lagu Syukur ciptaan H. Mutahar, saya berfoto di depan tembok selamat datang bandara yang dahulu didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1939 itu.
Mama, beta su sampai di Ambon, Mama!

Saya melirik kembali jam tangan yang telah disesuaikan dengan waktu lokal, dan menyadari bahwa saya masih memiliki cukup banyak waktu di bandara yang mampu menangani lebih dari satu juta penumpang selama satu tahun ini, karena mobil jemputan yang dipesan untuk weekend tour di Ambon baru akan menjemput pukul sembilan.
Lalu, apa saja yang bisa saya lakukan untuk menghabiskan waktu di bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero) sejak tahun 1995 ini?
Mengambil Bagasi di Bandara Pattimura Ambon
Berhubung saya membawa banyak peralatan untuk keperluan weekend trip di Ambon, mau tak mau saya harus meletakkan backpack yang di dalamnya sudah terisi sandal gunung, tripod, snorkel, masker, peralatan mandi, pakaian, hingga dome untuk action cam ke dalam bagasi pesawat.
Untungnya sih, proses pengambilan bagasi di Bandara Pattimura Ambon ini cukup mudah, cepat, dan tidak menyakitkan.

Dari pintu masuk bandara, saya cuma tinggal berbelok ke arah kiri melewati toilet, dan beberapa porter yang sudah siap dengan troli untuk membantumu apabila diperlukan. Dengan ramah, mereka akan menyapamu terlebih dahulu dengan sapaan dan logat khas “Kakak, perlu dibantu kakak?”.
“Oh, terima kasih, Adik.” Jawab saya. “Tidak apa-apa, saya bisa membawanya.”
Untuk proses pengambilan bagasi, saya hanya perlu menunggu sebentar pada belt yang tersedia, dan sudah menemukan backpack kesayangan saya di sana, lengkap dengan peralatan yang berada di dalamnya. Semua masih semulus Shandy Aulia, seperti ketika saya berangkat dari Jakarta.
Berhubung proses pengambilan bagasi hanya berlangsung kurang dari sepuluh menit, saya masih punya banyak waktu di bandara, enaknya ke mana ya?
Bertanya-tanya di Tourist Information Center dan berfoto di Photobooth
Tak jauh dari tempat pengambilan bagasi, tersedia sebuah mini booth bertajuk Tourist Information Center yang dikelola oleh pihak Angkasa Pura I, sebuah booth tempat saya bisa bertanya-tanya apa saja seputar Ambon.
Ya, namanya juga first timer, shay!

Walaupun sudah memesan paket tur untuk di Ambon, saya sempat bertanya mengenai apa sajakah yang dapat saya lakukan seandainya saya memiliki waktu lebih banyak di Ambon –atau di Maluku tepatnya. Petugas yang berjaga menunjukkan beberapa brosur lipat yang tersedia di sana, dan menyebutkan beberapa alternatif wisata untuk jangka waktu yang lebih lama.
Jawabannya, sama seperti saran netizen, yaitu “Kalau ke Maluku lebih lama, ya harus ke Banda, Kei, atau Ora.” Siap laksanakan, bosqu!

Walaupun belum sampai Ora, foto-foto dulu di photo booth ica kaleee~
Tepat di samping booth Tourist Information Center, terletak pula sarana kekinian yang bernama Photobooth dengan latar belakang pemandangan cantik di Maluku. Untuk berfoto di sini, pengunjung tidak dikenakan biaya dan bisa berfoto sepuasnya, tidak seperti apabila kamu ingin handshake atau berfoto dengan Oshi JKT48 favoritmu.
Toilet Bersih dan ATM Centre Tersedia
Saya yang sedari tadi menahan rasa kebelet, segera mencari toilet begitu keluar dari pintu kedatangan, kali ini saya menemukan sebuah toilet yang berada di sisi kanan pintu kedatangan, tepat di belakang batu peresmian bandara yang ditandatangani oleh Ibu Megawati Soekarnoputri dengan sedikit tidak presisi.
Alhamdulillah, toiletnya bersih dan wangi, pun tidak ada petugas yang pura-pura memegang sapu di pintu, dengan tangan menengadah ke atas, mengabaikan ungkapan “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Saya keluar toilet dengan perasaan lega dan wajah segar setelah membasuh wajah dan menata rambut supaya klimis.
Sebagai seseorang yang jarang membawa uang cash dalam jumlah banyak, saya juga merasa bersyukur menemukan ATM Centre, pada sisi kiri pintu kedatangan, sehingga saya dapat mengambil uang sesuai kebutuhan perjalanan saya selama akhir pekan di Ambon. Praktis.
Masih Menunggu? Kan Bisa Sambil Ngopi!
Mengambil bagasi, sudah. Mengumpulkan informasi, sudah. Membuang hajat, sudah. Kini, masih tersisa beberapa puluh menit sebelum jemputan datang. Sambil bersantai, sepertinya ngopi-ngopi cantik dan ngemil-ngemil lucu adalah pilihan yang tepat dilakukan di Bandara Pattimura Ambon.
Untungnya, ada beberapa tempat yang dapat dijadikan pilihan pagi itu. Mulai dari Cafe Rizal yang menyajikan kopi-kopi sachet, Roti O yang sangat dibanggakan penduduk bandara, hingga Excelso yang menyajikan kopi ‘sungguhan’ dengan kualitas premium dan menawarkan kenyamanan ketika menunggu.
Semua urusan beres, ditambah perut yang kenyang, berarti berikutnya tinggal jalan-jalan seputaran Ambon untuk menghabiskan akhir pekan. Setelah sempat berpikir bahwa semua akan baik-baik saja setelah melalui great weekend di Ambon, ternyata sebuah kesialan menerpa ketika saya mendapati…
Drama ketika Perjalanan Pulang

“Maaf, pesawatnya delay.” Ucap petugas di check-in counter ketika saya sudah berada dalam antrean check-in, dengan menenteng backpack yang sudah di-wrapping. “Pesawat yang dari Jakarta, baru terbang ke Ambon pukul tiga sore.”
HAH? Setengah melongo, saya mendengarkan penjelasan petugas tersebut. Pesawat Batik Air yang seharusnya membawa saya kembali dari Ambon ke Jakarta pukul dua belas siang, delay karena menunggu pesawat yang baru akan terbang dari Jakarta pukul tiga sore –dari yang seharusnya pukul enam pagi, itu juga kalau tidak delay lagi.
“Lalu bagaimana?”
“Ya harus menunggu.” Jawabnya. “Atau membeli tiket baru.”
Dari hasil bertanya sana-sini, saya mendapati bahwa pesawat Batik Air yang seharusnya terbang pagi dari Jakarta tersebut, memiliki status RTB atau Return to Base, ketika sudah terbang dari Jakarta, dan terpaksa kembali lagi ke Jakarta, karena ada kendala teknis. Salah seorang petugas bandara mengatakan bahwa delay untuk penerbangan Batik Air ini sangat jarang terjadi di bandara yang menjadi rumah bagi 10 maskapai domestik dan menangani 22 rute domestik setiap harinya ini.
But yeah, shit happens. Di tengah kebimbangan, saya memutuskan untuk membeli tiket baru, dengan menggunakan Garuda Indonesia, setelah memastikan beberapa hal kepada petugas loket penjualan tiketnya.
“Pesawatnya masih on schedule Pak. Berangkat pukul tiga kurang lima.”
Ya sudahlah, setidaknya, saya masih bisa setor muka di kantor, dan memenuhi janji meeting pukul enam petang di kawasan Senayan, Jakarta.
Bertanya ke Customer Service Bandara
Beberapa jam sebelum mengetahui bahwa penerbangan saya mengalami musibah, saya sempat berbincang sejenak dengan Customer Service yang berada beberapa meter dari pintu masuk keberangkatan bandara. Seorang pria lokal dengan senyuman a la Ambon Manise menyambut saya dari balik meja, sementara di atasnya terdapat layar monitor untuk memantau pergerakan pesawat di bandara yang dikelola Angkasa Pura I itu.
Sambil mengobrol, saya meminta saran mengenai hal-hal apa yang bisa dilakukan di bandara sembari menunggu jam keberangkatan pesawat, dan saya mendapatkan beberapa masukan yang menarik tentang cara menghabiskan waktu di Bandara Pattimura Ambon ini.
Tersedia Pilihan Restoran, Toko Oleh-oleh, dan Executive Lounge
Dimulai dari sepiring nasi kuning, saya memulai kegiatan menunggu pada siang itu dengan menyenangkan, karena tidak menyangka bahwa nasi kuning di Bandara Pattimura Ambon sungguhlah selezat itu. Sempat tergoda juga untuk membungkus Roti O, namun saya sadar bahwa saya sudah sedikit kegemukan, dan sepertinya bisa menemukan Roti O di Jakarta.
Sedikit di dalam bandara, saya menyempatkan untuk menghampiri Toko Oleh-oleh Khas Maluku yang menjajakan kain dan kaus khas Maluku, minyak kayu putih, juga berbagai penganan lokal yang nikmat. “Sepertinya lucu juga untuk dibawa pulang.” Batin saya.
Pada sudut bandara sebelum ruang tunggu, saya mengamati adanya Executive Lounge yang seakan memanggil-manggil untuk bersantai like a boss, sebuah ruangan yang memberikan solusi untuk makan sepuasnya, asalkan jangan sampai ketiduran dan ketinggalan pesawat kembali ke Jakarta.
Musholla, Kids Playground, dan Nursery Room Juga Tersedia di Bandara Pattimura Ambon
Ketika masuk waktu beribadah, Bandara Pattimura Ambon juga menyediakan musholla untuk saya menunaikan ibadah wajib, apabila sedang tidak berhalangan. Lokasinya ada di dekat pintu masuk ruang tunggu, samping Executive Lounge, dan di seberang Kids Playground.
Yes, Kids Playground yang akan sangat bermanfaat apabila saya membawa anak, dan anak tersebut terlalu lincah hingga mengganggu kenyamanan bersama –saya dapat menemaninya bermain di dalam Kids Playground. Namun hingga saat artikel ini ditulis, saya belum juga mempunyai anak. Sedih.
Oh iya, untuk ibu-ibu yang sedang menyusui –menyusui anak, tepatnya, bandara ini juga memiliki ruangan khusus untuk melakukannya, tenang, pokoknya semua ada di sini.
Menikmati Wi-Fi, Soket, dan Air Minum yang Tersedia

Satu jam sebelum jadwal terbang, saya sudah bergerak menuju ruang tunggu, dengan melewati jajaran foto-foto cantik tentang keindahan Maluku yang dipajang di sepanjang jalan menuju ruang tunggu. Sungguh, melihat beberapa foto tersebut, ingin rasanya saya lebih lama di Maluku.
Hal menarik yang terdapat dalam ruang tunggu adalah adanya internet corner –di mana pengunjung dapat sepuas hati menikmati fasilitas internet pada komputer yang disediakan, air minum dari dispenser, atau menikmati fasilitas favorit saya, yaitu Wi-Fi dan colokan. Yang menarik adalah colokan ini tersedia pada tiap bangku, bukan tersentralisasi di satu tempat, sehingga saya tidak perlu baku hantam guna berebut colokan dengan ratusan penumpang lain.
Sekadar informasi, bahasa Indonesia yang baku untuk 'colokan' adalah soket atau stop kontak, sementara barang yang kamu colok-colok itu, bahasa bakunya adalah steker.
Tanpa pikir panjang, saya langsung mencari tempat kosong dan membuka laptop guna mencicil berbagai pekerjaan freelance yang dapat saya lakukan, termasuk menyiapkan data-data untuk kebutuhan meeting malam.
Sungguh, dengan adanya internet di Bandara Pattimura Ambon, menunggu pun jadi tidak terasa membosankan. Apalagi kalau bisa disediakan kopi dan peralatan karaoke, berikut pemandu lagunya.

Dari yang dijadwalkan berangkat pukul tiga kurang lima, ternyata pesawat Garuda Indonesia juga mengalami delay keberangkatan selama kurang lebih satu jam, karena keterlambatan pesawat yang datang dari Jakarta, akibat angin kencang yang membuat pesawat berputar-putar menunggu di udara selama satu setengah jam.
Sekitar pukul empat sore, saya baru terbang kembali ke Jakarta, meninggalkan Ambon yang dikenal sebagai pintu masuk berbagai destinasi eksotis di timur Indonesia atau bahasa kerennya ‘The gateway of The Spices Island and Exotic Marine Paradise’ dan berpisah sementara dengan Bandara Pattimura Ambon, yang mendapat penghargaan untuk ‘Good Airport Services’ dari Dirjen Pemasaran Kemenparekraf pada Bandara Award di tahun 2012.
Amatoo Bandara Pattimura Ambon, sampai jumpa lagi, dan terima kasih karena telah menemani saya menghabiskan waktu dengan cara yang sangat menyenangkan.
Tagged: Ambon, Angkasa Pura I, Bandara Pattimura
belum pernah kesinii, semogaaa ada rejekinya buat kesiniii. baru di bandaranya udah eksotis yaa, gimana lainnyaaa
LikeLike
Iya aamiinnn! Aku juga pengin balik ke sana lagi secara kemarin cuma weekend doang kayak kurang huhuhu.
LikeLike
Bandaranya nggak sebesar Juanda kayaknya ya? Tapi tetep buersih dan keset (lantainya). Mantep.
LikeLike
Iyaaa ini mungkin sebesar Bandara Ahmad Yani Semarang, tapi pelayanan di sini prima.
LikeLiked by 1 person
wuiih udah banyak perubahan Bandara Pattimura, kaya kak Ariev yang sekarang udah kurus banget
LikeLike
Hahaha Kak Arie bisa aja, emang dulu saya gemuk? 😛
Dulu pas ke bandara sana kayak gimanakah kondisinya?
LikeLike
Ntaps kak ^^
LikeLike
Kira2 brapa minimal tabungan agar bisa bt visa Australia
LikeLike
Tergantung mau berapa lama di sana 🙂
LikeLike
Besok-besok kalau ke Karimunjawa naik pesawat aja mas. Kali aja terus kepincut sunyinya bandara di sana ahhahaha. Tenang di sana juga ada Wifi kok 😀
LikeLike
Hahahaha, naiknya dari mana sih? Jepara apa Semarang mas?
LikeLike
Bandara Pattimura Ambon…
Tourist Information Booth di Bandara Pattimura itu bener2 sangat membantu. Dulu pas landing di Bandara Pattimura 2 tahun lalu, saya sempat mengambil banyak brosur2 wisata Maluku . Tiap pulau di kepulauan Maluku bhkan memiliki brosur wisata sendiri. Meskipun saat itu boothnya tanpa penjaga, kita bisa ambil aja brosur2 itu.
Walhasil, saat perjalanan nggembel saya melenceng dari itinerary yg sdh saya buat sebelumnya (gagal ke Banda Neira krn jadwal kapal Pelni yg gak pas dan Susi Air yg kehabisan seat), maka tinggal buka brosur2 wisata tsb. Akhirnya saya malah ke Pulau Saparua dan Pulau Buru, dua pulau yg bhkan gak pernah kepikir dlm rencana sebelumnya.
Danke!
LikeLike
Iyaaa, brosurnya bisa bikin khilaf hahaha, walaupun saking bagusnya brosur jadi sering kehabisan 😛
Thanks to Bandara Pattimura, saya pengin balik lagi buat ke Banda dan Ora nih.
LikeLike
selamat datang di bandara Patimura Ambon
LikeLike
Danke!
LikeLike
pagi-pagi sambil sarapan sambil baca postingan terbaru Mas Arief. Keselek pas baca bagian pengambilan bagasi yang cukup mudah, cepat, dan tidak menyakitkan X))))
iki blog wes dadi prioritas utama nek mbuka laptop, Mas. Minimal sedino sepisan moco blog e njenengan hehee. Suksessss terusss Mas Arief. Semoga aku bisa menyusul jadi tukang jalan-jalan wkwk
LikeLike
Wakakaka, jangan keselek sama sendok-sendoknya loh wkwk :)))))
Wah maturnuwun apresiasinya! Semoga aku bisa makin rajin ngeblog wehehehe. Aamiin pasti bisa lah kalau jalan-jalan! 😀
LikeLike
aamiin! 🙂
LikeLike
Boleh sharing pengalamannya long weekend di Ambon, Mas? Seperti destinasi wisata dan kulinernya hehe terima kasih sebelumnya
LikeLike
Cek artikel terbaru kaaak! Masih fresh from the oven 😀
LikeLike
Orang ambon manis manis semua ya, nggak embaknya enggak masnya, kalau aku ke sana kayaknya salfok terus deh hahaha
LikeLike
Wehehehe, iya mbaknya manis maniissss haha. Lagi ngopi pun bisa terdistraksi :))))))
LikeLike
Januari 2013 aku ke Ambon belum sebagus ini bandaranyaaaaaa
LikeLike
Iyakkk baru direnov 1-2 tahun belakangaaan. Kamu ke mana saja waktu itu?
LikeLike
pengalaman nya seru bgt selama disana, siapa tau mau berlibur lagi bisa cek juga di http://www.sentraholidays.com🙂
LikeLiked by 1 person
Siap kak! Sukses terus untuk bisnisnya 🙂
LikeLiked by 1 person
berharap bisa kstu penasaran 😁😁… https://pabriktasjakartaweb.wordpress.com/2018/03/12/pabrik-tas-grosir-tas-seminar-ransel-kanvas-promosi-batam-murah-di-jakarta-timur-selatan-depok-bekasi/
LikeLiked by 1 person
Aamiin aamiin, pasti bisa! Sukses untuk bisnisnya.
LikeLike
http://www.gandurtour.com
LikeLike
semoga sukses dengan bisnisnya 🙂
LikeLike
apakah ada penitipan tas di bandara patimura kaka?
LikeLike
Aduh saya lupa kaka, mungkin ada ya, nanti bisa ditanyakan ke bagian informasi di sana ya kaka.
LikeLike