Setelah mengkhatamkan ASEAN beberapa tahun silam, ada satu negara tetangga yang masih menggelitik nafsu jalan-jalan saya, yaitu Timor Leste. Secara geografis, Timor Leste yang terletak di wilayah Asia Tenggara ini, belum terdaftar  sebagai negara anggota ASEAN, hingga saat artikel ini ditulis. Bahkan secara histori, Timor Leste dahulunya adalah wilayah Indonesia, walaupun sekarang sudah menjadi mantan, yang baik-baik saja.

Orang berkata, ada dua kemungkinan mengapa bisa baik-baik saja dengan mantan. Yang pertama adalah karena masih cinta, sementara yang berikutnya adalah karena memang tidak pernah ada perasaan cinta. Untuk hubungan Indonesia dengan Timor Leste, saya yakin adalah karena masih saling cinta.

Karena peristiwa masa lalu yang kurang mengenakkan antara Timor Leste dan Indonesia, saya sempat sedikit was-was, bagaimana kalau kedatangan saya ke sana justru dianggap sebagai penjajah yang datang kembali. Namun semua berubah, ketika saya justru mendapatkan keramahan dan ketulusan khas wilayah timur Indonesia di sana. Saya sempat bertanya kepada warga lokal, dengan bahasa Indonesia, tentang “Bagaimanakah pendapat kalian tentang Indonesia?” dan jawabannya sangatlah mengesankan.

“Indonesia adalah saudara kami.” Jawab mereka. Sebuah jawaban yang membawa kesejukan di hati.

Sebenarnya, rencana mengunjungi Timor Leste sudah saya canangkan sejak tahun 2014, namun berhubung minimnya jatah cuti, dan terpakainya tabungan untuk urusan lain (baca: merencanakan pernikahan), maka saya baru bisa mewujudkan rencana tersebut dua tahun kemudian.

Memasuki Timor Leste Melalui Udara

Ada dua metode yang lazim digunakan Warga Negara Indonesia untuk memasuki Timor Leste, yang pertama adalah melalui jalur darat di Atambua, Nusa Tenggara Timur, sementara yang kedua adalah menggunakan jalur udara dengan penerbangan langsung ke Dili, ibu kota Timor Leste.

Saat itu, karena alasan efisiensi waktu, saya dan Neng, memilih menggunakan jalur udara, dengan menunggangi Citilink sebagai sarana transportasinya.

Catatan: Selain Citilink, ada juga Sriwijaya Air yang melayani penerbangan ke Dili; keduanya sama-sama transit di Denpasar, tidak langsung terbang dari Jakarta.

“Penumpang bisnis, atau ekonomi, Pak?” Tanya seorang petugas di bandara, yang langsung membuyarkan lamunan saya tentang mengapa Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ini masih lebih keren daripada Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta.

Saya menyodorkan e-ticket yang sudah saya cetak sebelumnya dengan menggunakan printer kantor, “Ekonomi sih kayaknya, memang Citilink ada kelas bisnisnya, Mbak?”

“Bukan benar-benar bisnis sih, Pak.” Jawabnya, “Premium Ekonomi seperti itu lah, khusus penerbangan ke Dili saja.”

“Oooh.” Setibanya di pesawat, saya akhirnya menemukan bahwa kelas ‘bisnis’ yang dimaksud itu adalah beberapa deret kursi yang terletak pada barisan depan pesawat.

CItilink Timor Leste

Yang menarik pada penerbangan tersebut adalah adanya tulisan “Air Timor” yang menempel pada tiap-tiap kursi penumpang, termasuk kursi kami. Usut punya usut, ternyata untuk penerbangan Denpasar – Dili dan sebaliknya, Air Timor yang merupakan maskapai flagship dan ‘full board’ Timor Leste, berkolaborasi dan berbagi kode penerbangan dengan Citilink. Bahkan ada yang bilang kalau sebenarnya Air Timor tidak memiliki pesawat, melainkan hanya memiliki nama saja, sementara pesawatnya, ya menggunakan Citilink.

Berhubung menggunakan maskapai full board, maka kami juga mendapatkan pelayanan dan jamuan layaknya penumpang Garuda Indonesia, yaitu mendapat jatah makanan. Alhamdulillah, setelah ‘hanya ngemil’ karena mahalnya harga makanan dan minuman di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, akhirnya kami bisa makan juga.

“Kami punya nasi dengan ayam, dan omelette dengan sosis, mau pilih mana?” Saya yang kebarat-baratan memilih omlet dengan sosis, sementara Neng yang berjiwa nasional memilih nasi dengan ayam. “Untuk minumnya, mau apa Pak?”

“Umm, apple juice with ice, please.”

CItilink Timor Leste

Setelah kenyang dan otak dapat berfungsi dengan normal, barulah kami menelaah dan menyiapkan dokumen apa saja yang diperlukan untuk memasuki Timor Leste. Selain paspor, dibagikan juga kepada setiap penumpang selembar kartu kedatangan dan keberangkatan berwarna broken white, dan selembar kartu deklarasi bea dan cukai berwarna navy blue yang harus diisi dan diserahkan ketika tiba di Dili. Sekadar informasi, kedua kartu tersebut disajikan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Tetun, bahasa Portugis, dan bahasa Inggris; tanpa bahasa Indonesia.

Bagaimana dengan visa? Untuk Warga Negara Indonesia yang akan memasuki Timor Leste dapat menggunakan Visa on Arrival yang nantinya diurus di Bandara Presidente Nicolau Lobato, Dili.

Dokumen Timor Leste

Bab visa ini akan dibahas kemudian, sebelumnya marilah kita fokus pada dua hal berikut.

A. Mengisi Arrival and Departure Card (Kartu Kedatangan dan Keberangkatan) Timor Leste

Kartu yang memberikan informasi mengenai kedatangan kamu ke Timor Leste ini harus diisi dengan lengkap, termasuk apabila kamu membawa anak kecil, maka datanya pun harus ditulis pada kartu tersendiri. Pengisiannya menggunakan huruf balok, bukan aksara Jawa, dan format tanggalnya menggunakan DDMMYY: hari, bulan, tahun.

Arrival and Departure Card Timor Leste

Adapun bagian-bagian yang harus diisi adalah sebagai berikut:

  • Full Name (as appears in passport): Isi dengan nama lengkap sesuai dengan paspor, bukan nama samaran seperti Imam Samudera.
  • Date of Birth: Isi dengan tanggal lahir kamu, format seperti di atas.
  • Sex: Bukan, bukan sex yang berarti hubungan badan, namun jenis kelamin. Centang F apabila kamu adalah wanita (Female) dan centang M apabila kamu adalah pria (Male).
  • Nationality: Isi dengan Indonesia, apabila kamu adalah Warga Negara Indonesia, dan isi dengan Timor Leste apabila kamu adalah Xanana Gusmao, atau Raul Lemos.
  • Place of Issue:Isi dengan tempat penerbitan paspor kamu, atau wilayah kantor imigrasi penerbit.
  • Passport Number: Isi dengan nomor paspor kamu, yang biasanya merupakan kombinasi huruf dan angka.
  • Expiry Date: Isi dengan batas akhir masa berlaku paspor kamu.
  • Address in Timor Leste: Isi dengan alamat tempat tinggal kamu di Timor Leste, misal: Rumah Raul Lemos.
  • Contact Number: Isi dengan nomor telepon kamu yang dapat dihubungi di Timor Leste, bisa nomor telepon genggam kamu, nomor telepon hotel, atau nomor telepon rumah Raul Lemos.
  • Flight, Vessel or Vehicle Number: Isi dengan kode penerbangan pesawat kamu ketika memasuki Timor Leste.
  • Signature: Berikan tanda tangan termanismu di sini.

Selain bagian-bagian tersebut, khusus untuk foreigners (orang asing, seperti saya, kamu, dan Habib Rizieq) juga diminta untuk mengisi dan menjawab beberapa pertanyaan singkat, seperti:

  • What is your intended length of stay? Jawab dengan lamanya rencana kepergian kamu di Timor Leste, misalnya: 04 Days.
  • What is the purpose of your visit? Jawab dengan tujuan kunjunganmu ke Timor Leste, misal Tourism, Business, atau Visiting Raul Lemos’ House.
  • Have you been convicted of a criminal offence in any country? Yes/No (Sebaiknya pilih No)
  • Have you ever been deported, extradited, excluded from, expelled from, or required to leave any country for any reason? Yes/No (Sebaiknya pilih No)
  • Do you suffer from a disease on medical condition likely to be a threat to public health? Yes/No (Sebaiknya pilih No)
  • Do you have sufficient funds to cover all your costs during your stay in Timor Leste? Yes/No (Yang ini pilihlah Yes, jangan seperti orang susah)
  • If you are resident, indicate your Resident Permit Number: Untuk Warga Negara Indonesia, dapat dikosongkan saja.

B. Mengisi Customs Declaration (Deklarasi Bea Cukai) Timor Leste

Berbeda dengan kartu yang sebelumnya, kartu ini merupakan kartu deklarasi atas barang bawaan kamu ke Timor Leste yang seharusnya diserahkan ke pihak bea cukai Timor Leste (kartunya, bukan barang kamu). Kartu ini juga akan memberi tahu bahwa kamu dapat dikenakan denda atau ditangkap, apabila:

  • Mencoba masuk atau keluar Timor Leste tanpa melapor ke bagian bea cukai (dengan cara menyerahkan kartu ini)
  • Tidak membuat deklarasi, atau menyatakan deklarasi yang salah dan tidak akurat.
  • Melewati “Green Channel” padahal seharusnya ada barang yang harus kamu deklarasikan.
  • Membawa barang yang seharusnya untuk dijual, lebih dari 2,5 liter minuman beralkohol, ataupun membawa 200 batang rokok atau 200 gram tembakau.
Customs Declaration Timor Leste

Tenang, kamu tidak akan ditangkap apabila membawa Anang dan Aurel ke Timor Leste, kok. Sebelum menyerahkan kartunya, ada beberapa hal yang harus diisi, yaitu:

  1. Arrival Date in Timor Leste (DD MM YYYY): Isi dengan tanggal kedatangan kamu di Timor Leste, dengan format hari (2 digit), bulan (2 digit), dan tahun (4 digit).
  2. Flight/Voyage Number: Isi dengan kode penerbangan pesawat kamu ketika memasuki Timor Leste.
  3. Full Name: Isi dengan nama lengkap kamu, misal: Raul Lemos.
  4. Nationality: Isi dengan kewarganegaraan kamu.
  5. Passport Number: Isi dengan nomor paspor kamu.
  6. Occupation: Isi dengan pekerjaan kamu yang sesungguhnya, jangan malah bercanda, seperti mengisi ‘buronan mertua’.
  7. Address in Timor Leste: Isi dengan alamat tinggal di Timor Leste
  8. Number of Members in Group: Isi dengan jumlah anggota pada rombongan kamu, saat itu saya mengisi satu.
  9. Number of Baggages: Isi dengan jumlah bagasi yang tidak sedang bersamamu di kabin.

Selain mengisi sembilan angka di atas dan mencentang beberapa kuesioner singkat, kamu dapat menandatangani kartu tersebut dan mendeklarasikan bahwa semua yang telah kamu isi sudah benar dan tepat.

CItilink Timor Leste

Setelah hampir dua jam penerbangan, pilot mengumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Dili, namun sebelumnya, ada prosedur khusus yang harus dilewati khusus untuk penerbangan ke Timor Leste, yaitu adanya penyemprotan cairan di dalam kabin pesawat, yang sepertinya bertujuan untuk mensterilkan bakteri jahat dan kuman-kuman yang terdapat di pesawat.

“Tenang, cairan ini tidak berbahaya bagi tubuh.”

Mudahnya Mendapatkan Visa on Arrival Timor Leste

Panas matahari dan biru langit menyambut kedatangan kami di Bandara Presidente Nicolau Lobato, Dili. Saya yang sudah sejak lama memimpikan berkunjung ke Timor Leste menikmatinya dengan suka cita, sementara Neng yang sudah beberapa bulan menggunakan 11-step skin care Korea, nampak sedikit cemberut.

Setelah meminta Neng untuk memfoto saya di depan nama bandara, kami pun melangkah memasuki bagian kedatangan Timor Leste, yang disambut oleh seseorang berseragam tentara, dan sebuah kalimat “Welcome to Timor Leste”.

Finally, I am here!

Bandara Timor Leste

Setelah melangkahkan kaki ke dalam lorong kedatangan, pertanyaan demi pertanyaan selanjutnya langsung mendatangi saya, “Bagaimana caranya mendapatkan Visa on Arrival Timor Leste?”; “Apa saja yang harus saya siapkan untuk mendapatkan visanya?”; “Di mana rumah Raul Lemos?”.

Beruntung, siang itu saya langsung mendapatkan jawabannya, ketika lorong tersebut membawa saya ke sebuah bilik kecil di ujungnya. Sebuah bilik kecil yang mempunyai tulisan “Visa on Arrival” di atasnya, sementara pada kaca gelapnya terdapat sebuah pengumuman mengenai biaya untuk mendapatkan visanya, yaitu:

  • Tourism or Business: 30 US Dollars
  • Transit: 20 US Dollars
  • Study: 40 US Dollars
  • Work: 50 US Dollars

Setelah mengantre dan mengetahui biayanya, saya menyelipkan uang $100 untuk membayar biaya Visa on Arrival Timor Leste kepada petugas di dalam bilik, sambil menyerahkan paspor hijau Indonesia. Di situ tidak tertera syarat lain untuk mendapatkan visanya, ataupun lembaran yang harus kami isi, melainkan hanya perlu uang, uang, dan uang.

Berikutnya, tanpa bertanya apa-apa lagi, petugas tersebut langsung memberikan kami dua pasang sticker Visa on Arrival (iya bentuknya sticker, lebih keren daripada visa Australia yang saya staples ke lembaran paspor), dua pasang tanda terima pembayaran visa yang juga berbentuk sticker, dan kembalian $40 yang untungnya berbentuk uang asli, bukan sticker.

Setelah mendapatkan semuanya, kami berbelok ke bagian “Immigration Control” Bandara Presidente Nicolau Lobato, semoga dengan visa bentuk sticker ini semuanya aman dan baik-baik saja.

Visa Timor Leste

Seorang petugas imigrasi berseragam menyambut saya di balik loket imigrasi, yang mana saya langsung menyerahkan paspor, kartu kedatangan dan keberangkatan, juga sticker Visa on Arrival kepadanya.

“Selamat siang, Pak!”

E…selamat siang, dalam rangka apa ini ke Timor Leste?” Tanyanya.

“Liburan saja Pak.” Saya menjawab, sopan. “Bersama istri.”

“Oh, liburan saja.” Lirik petugas berkumis tersebut, sambil menempelkan sticker visa ke halaman paspor saya. “Pekerjaan kamu, ini?” Tanyanya sambil melirik ke kartu kedatangan dan keberangkatan yang saya berikan.

“Iya, pak.” Saya, yang juga berkumis, menyebutkan kembali pekerjaan saya kepadanya, yang dibalasnya dengan anggukan. Sekilas terlihat, bulu-bulu kumisnya ikut bergetar ketika dia mengangguk.

Berikutnya, petugas tersebut menstempel paspor saya dengan cap kedatangan di Timor Leste, “Selamat datang di Timor Leste, ini saya kasih kamu stay tiga puluh hari, ya.”

“Terima kasih, Pak.” Tapi saya cuma tiga hari Pak di sini, bukan tiga puluh hari mencari Cinta.

Visa Timor Leste

Setelah urusan imigrasi lancar, berikutnya adalah mengambil bagasi. Di sini, kami tidak perlu menunggu lama, karena bagasi kami langsung muncul di atas belt dan tanpa kurang apa pun. Mungkin karena tidak banyaknya pesawat yang mendarat, sehingga urusan bagasi menjadi cepat. Beda dengan di Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta.

Sambil menggeret koper, saya mencari di mana saya harus menyerahkan kartu deklarasi bea cukai yang telah saya isi sebelumnya, namun ternyata tidak ada petugas khusus yang memeriksa satu per satu. Alhasil, kami langsung saja melenggang ke luar bandara melalui “Green Channel”.

Berikutnya, di mana rumah Raul Lemos, ya?


Pada saat artikel ini dibuat, Timor Leste digadang-gadang akan resmi terdaftar sebagai anggota ASEAN di tahun 2017, setelah mengirimkan permohonan sejak tahun 2011. Mulai tahun 2012, Timor Leste sebenarnya sudah melakukan lobi dan pendekatan kepada negara-negara anggota ASEAN supaya dapat diterima menjadi anggota ke-11 ASEAN, namun hal tersebut masih belum cukup meyakinkan mereka (negara-negara anggota lain, seperti Singapura dan Laos). Alasannya adalah permasalahan human rights yang cukup kental di Timor Leste, juga hal-hal diplomatik yang masih belum terselesaikan pasca kemerdekaannya.

Kini dengan adanya berbagai reformasi dan perubahan di negaranya, Timor Leste sepertinya sudah siap untuk menjadi anggota ASEAN. Tahun ini, rencananya akan diadakan rapat antar anggota ASEAN guna mendiskusikan tentang masuknya Timor Leste sebagai anggota ASEAN. Sebuah rapat yang seharusnya dapat membawa Timor Leste lebih maju lagi, mendorong pertumbuhan ekonominya dengan berbagai kerjasama antar anggota, juga menjadikan Asia Tenggara menjadi satu kesatuan yang lebih solid.

Ya, semoga saja dengan masuknya Timor Leste ke ASEAN, dapat membuat Xanana Gusmao, presiden pertama Timor Leste, tersenyum di masa tuanya, melihat kemajuan negaranya.

Ariev & Xanana

Foto di atas, diambil pada saat perayaan Mandi-Mandi di Kampung Tugu, Jakarta.

Semoga sehat selalu, The Founding Father!