Jakarta lagi.

Kembali tim TravelNBlog menyambangi Jakarta lagi, setelah setahun lamanya. Ya, untuk kamu yang belum tahu, Jakarta adalah kota pertama tempat TravelNBlog diadakan setahun silam. Berikutnya, kami sempat hadir di Bandung kota kenang-kenangan, sebelum muncul dengan perkasa di Semarang kota ATLAS. Lalu mengapa dipilih Jakarta si kota metropolitan lagi?

Sebelum menjawabnya, saya akan bercerita tentang ‘supply and demand theory‘ yaitu sebuah teori yang dicetuskan oleh Alfred Marshall pada bidang ilmu ekonomi, di mana harga dari suatu produk (price: P), ditentukan oleh keseimbangan antara tingkat produksi pada harga tertentu (yaitu penawaran/supply: S) dan tingkat keinginan dari orang-orang yang memiliki kekuatan membeli pada harga tertentu (yaitu permintaan/demand: D).

Supply and Demand Curve

Supply and Demand Curve

Apabila TravelNBlog adalah sebuah produk dengan penawaran yang sangat terbatas (Ya, tim inti kami hanya beranggotakan 7 orang, 6 orang travelblogger yaitu Firsta, Mumun, Ucy, Wira, Vindhya, Vira, dan 1 orang remaja masjid, yang karena kesibukan masing-masing menjadi agak susah apabila ingin mengadakan TravelNBlog sesering mungkin), maka kami harus mengusahakan supaya dapat laku dengan tepat berdasarkan permintaan terbanyak.

Di Jakarta, kami melihat banyak sekali keinginan, nafsu, dan ambisi untuk mendatangkan TravelNBlog, yang kemudian membuat kami mencapai titik ekuilibrium berupa kata mufakat dan dukungan sponsor, “Oke, TravelNBlog 4 akan diadakan kembali di Jakarta.”.

“Tapi, kita bikin beda, ya.”

Kemudian kami memutar otak, membanting tulang, dan memakan asam garam, supaya TravelNBlog 4 ini dapat berjalan lancar dengan menambah perbedaan dibandingkan TravelNBlog sebelumnya. Karena, bukankah perbedaan tersebut yang menyatukan kita?

Lalu, apakah yang membuat TravelNBlog 4 ini menjadi berbeda?

A. Walking Tour bersama Jakarta Good Guide

Saya adalah salah satu tester ketika Farid Ardian menginisiasi Jakarta Good Guide setahun silam, sebuah walking tour mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang tersebar di Jakarta. Kala itu, Farid yang masih sedikit canggung dan grogi mengajak saya dan mantan berkeliling seputar Monas, menyaksikan syahdunya katedral, dan salat duhur di Masjid Istiqlal. Sekarang, Farid dan kawan-kawannya telah memiliki 5 rute utama, yaitu Menteng, City Center, Old Town, China Town, dan yang terbaru adalah rute Pasar Baru.

Beruntungnya, kami (saya dan para peserta TravelNBlog, bukan saya dan mantan) langsung berkesempatan menjajal rute paling baru tersebut siang itu. Mungkin ada yang bertanya mengapa diadakan walking tour, kok bukan running tour atau mbrangkang tour? Jawabannya adalah kami (saya dan panitia TravelNBlog, bukan saya dan mantan) ingin mengajak para peserta untuk mendalami kisah Jakarta tempo dulu dengan khusyuk, sekaligus bersama-sama mencari materi untuk bahan penulisan di blog.

Asyik ya?

Jakarta Good Guide

Walking Tour with Jakarta Good Guide

Alasan mengapa Pasar Baru yang ada sejak tahun 1820 dipilih sebagai rute walking tour adalah karena lokasi ini memegang peranan penting terhadap sejarah Jakarta. Dahulu, Belanda memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya lebih ke selatan, karena Oud Batavia disebutnya terlalu banyak polusi dan terlalu padat. Daerah tersebut adalah Pasar Baru, atau dahulu disebut sebagai Niew Batavia.

Pada walking tour yang dimulai dari Stasiun Juanda, kami dibagi menjadi 2 tim karena jumlahnya yang cukup banyak, yaitu Tim Farid dan Tim Cook Canda. Berikutnya, kami diajak mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah (yang mungkin saja tanpa sadar pernah kamu lewatkan sebelumnya) di bawah ini:

Dimulai dari Santa Ursula, sekolah katolik tertua dan paling prestisius di Jakarta yang sudah ada sejak 1859, kami bergerak ke Gedung Filateli Jakarta yang dahulu digunakan sebagai kantor pos, telepon, dan telegraf antara tahun 1912-1929. Kami sempat mengunjungi sebuah hidden gem di sudut Gedung Filateli Jakarta, yaitu lorong masa lalu, tempat orang-orang paruh baya tetap setia menjajakan perangko/materai terbitan lama, termasuk jasa pembuatan surat/sertifikat tempo dulu.

Berikutnya kami bergerak ke arah Gedung Kesenian Jakarta yang dahulu dibangun pada masa Raffles berdasarkan ide dari Daendels yang ingin mendirikan sebuah gedung pertunjukan. Sebuah tempat kenangan masa lalu, di mana saya pernah menonton pertunjukan komedi di sini, bersama gebetan. Selanjutnya, kami melintasi jembatan penyeberangan ke arah para kartunis jalanan yang menjual jasa karikaturnya. Tempat kenangan masa lalu juga untuk saya, yang pernah menggunakan jasanya untuk melukis foto saya bersama target PDKT kala itu.

Sungguh, walking tour kali ini benar-benar mengorek luka lama saya.

Selanjutnya, kami menyeberang jalan dan jembatan, menuju Galeri Antara tempat di mana kemerdekaan Indonesia di-broadcast ke seluruh penjuru nusantara oleh Adam Malik menggunakan radio, bukan BBM. Dari situ, kami bergerak ke arah Pasar Baru, menyusuri jalan seukuran dua mobil yang ramai dengan para penjual. Mulai dari penjual makanan, jam tangan, kain, hingga penjual diri mungkin bisa ditemukan di sini.

Ada sebuah bangunan tua bergaya Cina di jalan ini, dengan plang bertuliskan “Toko Kompak” di depannya. Dahulu, itu adalah rumah saudagar terkaya di sini, yang ruang tengah rumahnya sering digunakan untuk pertemuan penting dengan para pejabat saat itu. Namun kini, pemilik rumahnya telah berganti, di mana pemilik sekarang tidak memperbolehkan kami mengambil foto di dalam rumah.

Kami bergerak ke arah gang kecil yang mengingatkan saya kepada Gang Gloria Petak Sembilan, di mana pada ujung gang gelap tersebut terdapat sebuah kelenteng kecil bernama Sin Tek Bio. Perjalanan kami dilanjutkan menyusuri jalan tempat Cakue Koh Atek dan Bakmi Gang Kelinci berada, sebelum berakhir pada Gereja Ayam (PNIEL) yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-102.

Walking Tour with Jakarta Good Guide

Walking Tour with Jakarta Good Guide

Bukan, gereja itu tidak ada hubungannya dengan gereja ayam yang di Magelang. Sore itu, selepas walking tour para peserta diberikan PR untuk membuat blog post sehubungan dengan walking tour yang baru saja diikuti. Deadline-nya pukul 22.00 malam itu.

B. Sharing Session antar Blogger

Esoknya, blog post yang dibuat oleh para peserta didiskusikan dengan membagi para peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, yang dipandu oleh panitia TravelNBlog. Awalnya saya ingin menamakan acara ini dengan ‘Coaching Clinic’ namun karena tak ada ‘coach‘ sesungguhnya, maka saya menyebutnya sebagai sharing session.

But girl, if you call yourself a player, I’ll be your coach.

Saat itu, di meja saya tersaji sebuah laptop bersama lima orang peserta lainnya. Saya membuka halaman blog tiap-tiap peserta, sebelum memulai diskusi mengenai blog tersebut. Kami saling memberikan kritikan apabila ada yang dirasa kurang, memberikan saran untuk kekurangannya, juga memberikan pujian apabila menemukan hal yang bagus pada blog tersebut.

Harapannya, sharing session ini akan semakin mempertajam kemampuan blogging tiap-tiap peserta, termasuk saya, yang mendapatkan banyak ilmu baru dari kegiatan ini.

Kemudian, bagaimana dengan PR blog post tempo hari? Ya, tulisan tersebut dilombakan, dan berikut ini adalah mereka yang beruntung.

TravelNBlog

Selamat Mbak Ruth & Mbak Wahyu!

C. Talkshow bersama Trinity Traveler, biangnya Travel Blogger Indonesia

Inilah yang membuat acara TravelNBlog 4 menjadi penuh arti, yaitu dengan hadirnya Trinity Traveler sebagai bintang tamu sesi talkshow siang itu. Trinity adalah pionir dalam dunia travel blog di Indonesia, setelah blognya menjadi sensasi yang kemudian cerita-ceritanya juga dituangkan ke dalam 12 buku best seller (termasuk seri The Naked Traveler), menurut pengakuannya. Tak hanya itu, saking kerennya mbak yang satu ini, pengalaman traveling-nya bahkan akan diangkat ke layar lebar.

Sesi talkshow tersebut dimulai dengan cerita perjuangan Trinity yang telah ngeblog sejak 2005 dan masih konsisten hingga sekarang. Bayangkan, ngeblog selama 10 tahun, hal yang membutuhkan komitmen tinggi di mana tidak semua orang mampu melakukannya, menyerupai pernikahan.

Kemudian, Trinity juga bercerita bagaimana awal mula bisa mendapatkan uang dari hobi menulisnya tersebut. Mulai dari menulis buku, mengisi kolom majalah, hingga menjual video perjalanannya untuk ditayangkan di televisi. Hal yang luar biasa di saat saya masih berpikir untuk menjual diri.

Selain itu, Trinity juga membuka sesi tanya jawab di akhir acara talkshow, dan banyak sekali peserta yang ingin bertanya, mulai di mana tempat terindah yang pernah dikunjungi, apa pengalaman yang paling berkesan, hingga bagaimana cara menghadapi haters. Siang itu, sesi Trinity ditutup dengan pembagian piagam peserta TravelNBlog 4 –yang lebih mirip wisuda, dengan Trinity sebagai rektor, sementara saya sebagai sopirnya–, dan sesi foto bersama.


Lalu bagaimanakah sisa acara yang lain? Semua masih sama serunya seperti acara sebelumnya, ada 6 materi pokok yang dibawakan oleh para pembicara. Pada hari pertama, ada seorang remaja masjid yang berbagi tentang bagaimana merangkai sebuah cerita perjalanan (yang mungkin lebih mirip sesi tausiah), ada Wira yang berbagi tentang Travel Photography (yang dilengkapi foto-foto yang membuat para peserta berdecak kagum sekaligus iri dengki), juga ada duo Indohoy yang membawakan materi tentang bagaimana menentukan konsep sebuah blog, yang diberi judul ‘Ngonsep!’ (Saya sempat menyarankan kepada mereka untuk mengganti judulnya menjadi ‘Ngondoy – Ngonsep bareng Indohoy’ tapi ditolak mentah-mentah oleh mereka.

Kemudian pada hari kedua, ada sesi Managing Your Blog dari Firsta (tentang bagaimana sebuah blog dapat membawamu ke hal-hal yang seru lainnya), Basic Social Media to Boost Your Blog dari Ucy (yang akan membantumu menaikkan pengunjung blog dengan mengoptimalkan akun media sosial yang kamu punya. Maaf, selain Friendster dan mIRC), juga sesi dari Ary tentang bagaimana membuat sebuah blog yang menendang bokong! (Aw! Walaupun kalau saya sih lebih suka membuat blog yang meremas bokong).

Dan, tak lupa juga ada Vindhya yang berperan penting menjaga meja registrasi TravelNBlog, termasuk menyiapkan makan siang untuk para peserta, juga menyediakan jasa cuci gosok apabila kepepet.

Namun, acara ini takkan berjalan dengan baik tanpa dukungan sponsor dan media partner TravelNBlog berikut ini: Blue Bird GroupCIMB NiagaDwidaya TourGet Lost Magazine (media partner), GagasMedia (media partner), Hotel Quickly, juga Urban Icon Store.

DSCF5313

Yang paling penting, terima kasih kepada semua peserta TravelNBlog yang sudah meluangkan waktunya untuk ikut belajar bersama kami di acara ini.

Kalian keren, guys!

TravelNBlog

TravelNBlog

Sampai jumpa di acara TravelNBlog berikutnya,

hmm, enaknya di kota mana ya?