
“Kamu putar balik, terus kalau ada sekolah, belok kiri. Ikuti jalan sampai ada yang jual bensin, belok kiri. Nah habis itu tanya-tanya lagi saja sama orang situ.”
“Hah, apa apa?”
Setengah bingung saya mencerna penjelasan Firsta yang baru saja bertanya kepada penduduk setempat mengenai lokasi gereja ayam yang misterius. Sebelumnya, kami bergerak ke arah Punthuk Setumbu sesuai dengan GPS, namun nihil. Alih-alih menemukan gereja ayam, kami malah dituntun ke halaman rumah penduduk, yang penghuninya –seorang ibu-ibu muda berdaster– sedang menyapu halaman.
Berikutnya, saya kembali ke jalur awal, sebelum membelokkan mobil memasuki sebuah jalan kecil seukuran satu mobil sedang, tepat di seberang sebuah sekolah. Saya mengikuti jalan tersebut, namun tidak menemukan pombensin Pertamina atau Shell, melainkan hanya sebuah kios kecil yang tutup di sisi kiri. Kios yang sepertinya berjualan bensin jikalau buka, dengan seorang pria bersarung tak jauh dari situ.
Desas-desus mengenai gereja ayam ini sebenarnya sudah saya dengar sebelumnya, yaitu dari blog milik Farchan, juga blog milik Putri. Ada yang bilang bahwa ini bukanlah gereja ayam, namun gereja burung, atau gereja merpati. Dan ada juga yang bilang bahwa ini bukanlah sebuah gereja, namun pusat rehabilitasi. Sebuah selentingan yang membuat saya gatal untuk mencari kebenaran informasinya.
Saya turun dari mobil dan menjumpai pria bersarung, menanyakan mengenai lokasi si gereja ayam yang sedang saya cari.
“Kulonuwun, Pak.” (Permisi, Pak)
“Injih, Mas.” (Ya, Mas ganteng)
“Menawi badhe ting gereja ayam pripun?” (Kalau mau ke gereja ayam, gimana caranya?)
“Niki tinggal lurus, ngethutke dalan, mangke ketemu.” (Ini tinggal lurus mengikuti jalan, nanti juga ketemu.)
I wish that finding jodoh is as easy as finding gereja ayam. Tinggal lurus terus ketemu.
“Maturnuwun Pak.” (Terima kasih, Pak.)
“Sami-sami, Mas. Nopo badhe kulo ateraken?” (Sama-sama, Mas ganteng. Apa mau saya antar?)
“Mboten usah, Pak.” (Tidak usah repot-repot, Pak. Kan tadi dibilang cuma tinggal lurus mengikuti jalan. Daredevil juga bisa, malaikat juga tahu.)
Saya pun berlalu meninggalkan si bapak bersarung, tanpa sempat menanyakan apa yang bersembunyi di balik sarungnya.
Kenyataannya, jalan tersebut tidak berujung di gereja ayam, karena Firsta masih harus bertanya kepada seorang nenek-nenek berkebaya yang duduk di sebuah joglo, juga bertanya kepada bapak-bapak bertato yang sedang mencuci di halaman rumahnya, sebelum menemukan lokasi yang dimaksud. Saya pun menarik kembali ucapan saya tentang mencari jodoh. Kenyataannya, mencari gereja ayam tidak lebih mudah dari mencari jodoh.
Sedikitnya ada sebuah mobil dan beberapa sepeda motor yang diparkir di halaman rumah warga, juga sebuah mobil lagi terparkir pada jalan di depan rumah tersebut. Seorang bocah mengarahkan mobil yang saya kemudikan ke dalam pekarangan tersebut, sementara seorang bapak bercelurit nampak sedang memanjat pohon kelapa di pekarangannya. Wah, sepertinya ini adalah lokasi parkir gereja ayam.
Setelah memarkir mobil dengan baik dan benar sesuai instruksi si bocah, kami bergerak menuju jalanan setapak yang terdapat di depan rumah, dan mulai mendaki jalanan menanjak tersebut.
Dengan napas tersengal dan keringat bercucuran sederas keringat es teh manis yang baru saja disajikan, saya akhirnya mampu mendaki jalan setapak tersebut dan mencapai pucuk bukit yang juga disebut sebagai Bukit Rhema ini. Di sana, telah bertengger dengan megahnya si gereja yang mencuri rasa penasaran saya.
Si gereja ayam yang misterius.
Perlahan saya mendekati bangunan yang nampak seperti ayam (atau burung) yang sedang duduk mengerami telurnya. Tingginya saya taksir sekitar 15 meter. Mahkotanya yang runcing, mengingatkan saya kepada mahkota si Patung Liberty. Paruhnya yang merah, menandakan bahwa si ayam ini bukanlah seekor ayam perokok. Atau bisa juga dia merupakan ayam yang suka bersolek.
Cat pada dinding gereja ayam nampak sudah luntur termakan jamur, namun hal itu tidak mengurangi kemegahannya. Namun yang patut disayangkan adalah, coretan-coretan vandalisme pada dinding tersebut. Di mana salah satu coretan yang terdapat di dinding depan gereja berbunyi, “FITRIA SUSWANTI, SAYA HARAP KAMU KEMBALI.”. LHA ADA YANG CURHAT.
Bangsat.
Selanjutnya, kami bergerak menuju pintu kecil yang berada di samping gereja, di sana telah menunggu seorang bapak dengan wajah khas Indonesia Timur, bersama seorang pemuda yang sepertinya adalah anaknya. Di samping sang bapak terdapat kotak sumbangan bertuliskan Rp5.000,- dan di samping sang anak, terdapat makanan dan minuman botol yang dijajarkan dengan rapi, mungkin dijual untuk pengunjung gereja ayam yang kelaparan dan kehausan.
“Boleh masuk, Pak?” Tanya saya, sembari memasukkan dua lembar lima ribuan ke dalam kotak.
“Silakan, Mas.” Jawabnya mengiringi langkah saya ke dalam gereja ayam.
Sebuah ruangan luas tersaji di hadapan saya, dengan lebar belasan meter dan panjang lebih dari dua puluh meter. Kira-kiranya. Ruangan dengan atap yang cukup tinggi tersebut memiliki deretan jendela berbentuk bunga, pada sisi-sisi panjangnya, dan jendela berteralis di ujung sisi lebarnya. Yang cukup disayangkan lagi, masih ada juga coretan-coretan di sepanjang dinding tersebut. Entah grafiti, entah curhatan alay.
Pada sudut ekor gereja , terdapat tangga batu menuju ruang bawah tanah gereja ayam yang terkunci, sementara di ujung satunya terdapat tangga kayu yang mengarah ke kepala sang ayam. Atau burung.
Menarik.
Setelah puas berkeliling di ruangan tersebut, kami bergerak menuju tangga yang mengarah ke bagian kepala ayam. Sebelumnya, saya sempat berbincang dengan si bapak penunggu (yang memperkenalkan dirinya sebagai Pak Karsi, kalau tidak salah), yang mengatakan bahwa sebenarnya gereja ini mulai dibangun pada tahun 1993, namun terhenti karena kurangnya biaya, dan saat ini sedang dalam proses pembangunan lanjutan. Penggagasnya sendiri, disebutkan bernama Pak Daniel, yang katanya seorang keturunan Jepang yang menikah dengan warga lokal.
“Ini sebenarnya adalah burung merpati. Bukan ayam.” Ujarnya. Wah, sayang saya sudah terlanjur mengenalnya sebagai gereja ayam.
Andaikan saja Pak Daniel membuat gereja Gundam atau Doraemon, pasti saya lebih bahagia.
Sepanjang pengamatan saya, setidaknya ada empat tingkatan sebelum mencapai puncak gereja ayam. Yaitu:
Tingkat Pertama, Langit-langit Gereja
Di sini, pengunjung dapat menyaksikan secara keseluruhan ruangan gereja ayam, dengan beberapa pilar yang terbengkalai di sudut bagian ekor dan jendela-jendela berbentuk bunga di tiap sisinya. Apabila jeli, pengunjung juga dapat menyaksikan motif salib pada langit-langit bangunan.
Dan apabila lebih jeli lagi, pengunjung juga dapat melihat coretan pengunjung lainnya yang tidak bertanggung jawab pada sudut tangga. Kali ini tulisannya berbunyi “AKU MASIH MENCINTAIMU MENIK.”. WOY, INI GEREJA APA TEMPAT CURHAT SIH?
Bangsat.
Tingkat Kedua, Leher Ayam
Pada tingkatan ini, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan melalui jendela-jendela kecil berbentuk jajar genjang yang terpasang di leher . Termasuk pemandangan alam yang berpadu dengan badan hingga ekor si ayam yang disaksikan dari posisi leher ayam.
Tingkat Ketiga, Paruh Ayam
Naik ke atas lagi, adalah bagian paruh ayam yang bergincu, berwarna merah merekah. Pada bagian ini terdapat sarana untuk menyaksikan pemandangan dari paruh ayam, namun sebuah blokade yang dibuat dari bambu, dan tulisan yang tertempel di kertas pada dinding paruh ayam, menghentikan niat saya untuk kayang di paruh ayam.
Tulisannya sendiri berbunyi, “PERHATIAN DILARANG KELUAR DARI BATAS YANG DI KASIH BERBAHAYA!!!”. Ingin rasanya mengingatkan bahwa terdapat EYD yang salah pada pengumuman tersebut, namun saya takut dicap sebagai grammar nazi dan dijauhi banyak orang.
Pada sudut ruangan ini, juga terdapat lagi coretan-coretan dari spidol pengunjung jahanam, kali ini berbunyi “DESTA & DANDI, 17-06-2015.”. INI MALAH BUAT JADIAN, COWOK SAMA COWOK PULA.
Bangsat.
Tingkat Keempat, Mahkota Ayam
Apabila muat, pengunjung juga dapat mendaki tangga menuju mahkota ayam melalui lubang kecil seukuran tubuh orang dewasa Indonesia yang belum overweight. Untungnya saya masih langsing. Yang paling mengasyikkan adalah, pemandangan dari mahkota ayam ini luar biasa indahnya.
Ya, di luar coret-coretan pengunjung jahanam yang tidak bertanggung jawab itu sih.
Dari pucuk mahkota ayam, kamu dapat menyaksikan Punthuk Setumbu (yang adalah tempat untuk menyaksikan sunrise di Candi Borobudur) dan Bukit Barede (yang merupakan spot baru untuk menyaksikan sunrise di Candi Borobudur) dari sisi ekor ayam, juga Candi Borobudur itu sendiri (yang merupakan Candi Borobudur, cukup jelas) dari sisi kepala ayam.
Menariknya lagi, adalah, Candi Borobudur terlihat lebih dekat dari sini, dibandingkan Punthuk Setumbu dan Bukit Barede. Yang artinya, sunrise akan terlihat lebih jelas di sini dibandingkan kedua spot tersebut. Aha! Spot baru untuk menyaksikan matahari terbit.
Gereja Ayam juga melayani sunrise hunting, namun hanya untuk akhir pekan. Hal yang menunjukkan, bahwa penjaga gereja juga butuh istirahat.
Di saat saya sedang menikmati pemandangan dari mahkota ayam, muncul sepasang mudi-mudi naik ke atas mahkota. Keduanya berkata bahwa subuh tadi mereka menikmati sunrise di Punthuk Setumbu sebelum bergerak ke sini, namun melalui jalur biasa, bukan trekking dari Punthuk Setumbu. Saya kemudian mengajak mereka wefie.
Tak lama kemudian, muncul empat orang pemuda lagi yang naik ke mahkota ayam. Saya sempat menyangka mereka berasal dari Taiwan, namun Bahasa Indonesia mereka yang medok, membuat saya membuang jauh-jauh pikiran itu. Dan ternyata benar, keempatnya berasal dari Magelang, dan mereka trekking dari Punthuk Setumbu sehabis menyaksikan sunrise. Saya kemudian mengajak mereka wefie.
Pada salah satu ujung mahkota, terdapat kertas pengumuman yang berbunyi “PERHATIAN DILARANG NAIK KELUAR BERCANDA DI ATAS MAHKOTA BERBAHAYA” yang menandakan bahwa pengunjung harus tetap berhati-hati di sini, dan jangan bercanda. Untung saja saya orangnya serius.
Sementara itu, di ujung mahkota yang lain, terdapat coretan dari Tipp-Ex, yang berbunyi “RISKA ♥ ACIL”. INI MALAH ADA YANG PACARAN DI PUCUK GEREJA, MAUNYA APA SIH INI ANAK-ANAK?
Bangsat.
Sewaktu turun dari mahkota, saya menjumpai dua orang pria di pintu masuk gereja, di mana salah satunya adalah Pak Karsi. Ketika saya menanyakan lebih jauh mengenai fungsi dibangunnya gereja ini, dan tentang ruangan bawah tanah gereja, si pria yang menamakan dirinya Pak Yono malah menawarkan saya dan Firsta untuk memasuki ruang bawah tanah gereja dengan kunci yang dipegangnya.
Sebuah kesempatan yang tak mungkin saya sia-siakan, karena mungkin tak sembarangan orang dapat memasuki ruang bawah tanah tersebut.
Lebih lanjut lagi, pria berjaket Adidas biru tersebut menjelaskan mengenai bangunan yang menurut versinya dibangun pada tahun 1989 tersebut. Si penggagasnya, yaitu Pak Daniel Alamsjah memang bertujuan untuk membangun sebuah rumah doa untuk semua umat, yang tidak terbatas hanya pada satu agama apapun. Selain itu, Beliau juga mempunyai tujuan khusus untuk mendirikan sebuah panti rehabilitasi untuk orang-orang berbeban berat.
Untuk ruang bawah tanah yang sedang dalam proses pembangunan ini, berbentuk lorong-lorong seperti labirin dengan bilik-bilik kecil di kanan kirinya dan sebuah ruangan yang mirip dengan aula di tengahnya. Pada salah satu dinding, saya menyaksikan sebuah simbol salib yang dilukis dengan cat putih. Sementara pada bilik-bilik yang dibangun dengan desain yang abstrak (tidak beraturan dimensinya) terdapat satu atau beberapa buah jendela kecil sebagai penerangan, selain beberapa buah bohlam yang dipasang di beberapa sudut.
Seperti yang saya kutip dari situsnya, Bukit Merpati (nama resmi gereja ayam) ini mempunyai visi untuk melayani orang-orang yang terbuang, yang berbeban berat untuk datang kepada Tuhan sesuai ayat Mat. 11:28, dan mempunyai dua misi yaitu:
- Membina orang yang berbeban berat (gangguan jiwa, ketergantungan obat-obat Napza, gangguan Occultisme, korban kekerasan, kenakalan remaja), agar dapat dipulihkan hubungan harmonis dengan Tuhan, keluarga dan masyarakat.
- Membentuk karakter yang berkenan dihadapan Tuhan, Keluarga dan Masyarakat.
Niat yang mulia, walaupun pada praktiknya, pembangunan gereja ini sempat terhenti karena berbagai kendala, seperti biaya. Namun saat ini, perlahan gereja ini dibangun kembali, sesuai dengan niat mulia Pak Daniel.
Harapan saya, semoga pembangunan gereja ini dapat berlangsung dengan lancar, sehingga dapat diperuntukkan sebagaimana mestinya, sesuai dengan niat mulia Pak Daniel, bukan hanya untuk tempat berkeluh kesah dan berbangga diri kawula muda.
Saya sempat bertanya kepada salah satu pengunjung yang telah bertanya kepada Pak Karsi, mengenai mengapa dipilih merpati sebagai simbolnya, dan dia menjawab “Ya suka-suka dia saja. Tidak ada alasan khusus.”. Dia di sini berarti Pak Daniel, bukan pengunjung, atau Pak Karsi.
Kalau saya sendiri sih masih berharap bahwa hasil suka-sukanya Pak Daniel selanjutnya akan berbentuk gereja Gundam, atau Doraemon, atau mungkin malah Miyabi.
Tagged: Borobudur, Bukit Barede, Gereja Ayam, Punthuk Setumbu, Rhema
Ada yg salah sptnya. Mas ganteng?
LikeLike
Oh iya, harusnya ganteng banget ya 😦
LikeLike
Wah unik banget bentuk gerejanya, semoga bisa segera dipakai sesuai fungsinya 🙂
great
LikeLike
Aamiin, semoga pembangunannya lancar! 😀
LikeLike
Huwaaaaaa udah punya parkiran, dan fotonya lebih komplit!
Aaaaakk yang dari atas cakep banget 🙂
Lucky iih bisa explore semuanya mz (lebih asik lg krna aku di-linkback :p)
Alhamdulillah kalau dibangun lagi, semoga bisa bermanfaat utk warga sekitar nantinya.
The power of publikasi, yes?! 😀
LikeLike
Iyaaa, sekarang sudah cukup komplit, tapi sayang lumutnya pada hilang, diganti coret-coretan curhat haha.
Aamiin, semoga bisa segera rampung pembangunannya, jadi lebih bermanfat bagi sekitar 😀
LikeLike
Mungkin karena merpati adalah salah satu simbol perdamaian kali ya, Mas :hehe. Cakep pemandangannya, dalam filosofinya, tapi sayang coretan itu membuatnya tidak keren :hihi. Semoga pembangunannya bisa dilanjutkan dan diselesaikan, serta akhirnya bisa berfungsi sebagaimana diniatkan. Pasti akan lebih menakjubkan, bangunan unik dengan fungsi yang sangat humanis. Keren :)).
LikeLike
Karena merpati tak pernah ingkar janji? Haha. Iya bisa juga karena merpati melambangkan perdamaian.
Iya coretan itu malah bikin kayak tempat yang kumuh.
Aamiin, semoga segera beres pembangunannya 😀
LikeLiked by 1 person
Amiin amin :)).
LikeLike
Karena merpati tak pernah ingkar janji? Hmmm, spertinya saya prnh dngar kata-kata itu… #dejavu
Koq sewaktu saya dijogja g prnh dngar nih gereja ayam… eh, burung ding… 😀
LikeLike
Hahaha iya bisa juga, kenapa ndak dengar? Mungkin karena gerejanya ini di magelang bukan jogja hahaha 😀
LikeLike
Aduhh sayang bangeett dicorat coret gak jelas
LikeLike
Iya bener banget 😦
LikeLike
Bentuknya merpati karena dalam Kristen, merpati melambangkan cinta dan perdamaian, love and peace. Sebelum tanda salib mulai ngetop di abad ke 4, patung atau ukiran merpati yg menjadi lambang agama Kristen.
Kalau gereja bentuknya Doraemon, takutnya banyak ABG galau kesana nyari pintu kemana saja untuk menemukan cinta yg hilang. Ngokkk 😁
LikeLiked by 2 people
Nah ini ada pengetahuan baru dari Mbak Clara nih 😀 mungkin benar itu filosofi merpatinya.
Hahaha, iya bisa bisaaa makin galau mereka terus makin banyak coret-coretan di dinding 😀
LikeLiked by 1 person
untung dulu masih njamani dinding dan tembok bersih berlumut. gak ada vandalisme. bagian bawah terbuka lebar dari bawah, untuk masuk ke tengah masih nyari jalan sendiri dan tersesat di bilik biliknya. kita belum tau jalan buat naik ke atas, tangga ke kepala ayam juga gak tau. belum ada yg jualan di dalamnya.
aku juga benci para vandalisme, mungkin ini kerjaan anak STM (keseringan nonton Rahmet Suci5)
pernah nulis juga di sinihttp://www.slamsr.com/2015/06/saya-benci-para-pendaki-dan-pelancong.html
LikeLike
Walah bejo masih dapat dinding lumuten yang artistik haha. nah iya soalnya bilik-biliknya lebih mirip labirin daripada jalan yang teratur.
Mungkin juga anak STM yang galau.
LikeLike
Okeh Mas Ganteng, lengkaaaap banget ceritanya..
LikeLike
Makasih Mbak cantik!
LikeLike
Siapa yang meneruskan proses pembangunannya sekarang, Mas Ganteng? Apakah Pak Daniel lagi atau dialihkan ke orang lain? Berarti ini milik perorangan ya?
Itu yang corat coret belum tahu rasanya disunat berkali2 yaaa *geram banget.
Meskipun agak penipuan publik dalam penerjemahan Mas Ganteng, untungnya mas Ariev ini agak manis orangnya *ditoyor Suami haha 😆
LikeLike
Iya ini milik perorangan, Mbak Cantik. Jadi diteruskan oleh Pak Daniel, namun Beliau hanya supervisi saja sepertinya, dan didukung pula oleh donasi yang didapatkan.
Ho’oh, kesel banget sama yang suka coret-coret tempat umum, coba kalau rumah sendiri dicoret-coret pasti kan kesel juga dia.
Lho salah ya nerjemahinnya? 🙈🙈🙈
LikeLike
mas ganteng.. maturnuwun njih artikelnya yg menghibur plus bikin nambah wawasan.. wlpn ga bikin nambah duit sihh..
LikeLike
Injih injih, suwun njih sampun maos ting mriki. Kene kene nek purun duit.
LikeLike
Looks very interesting. Have noted it. So much to see & only one life. 🙂
LikeLike
Yes, Nisha! Come here and I’ll show you around 😀
LikeLike
Jadi siapakah yg kasih gincu ke ayam itu biar bibir nya merekah ???
Btw ibu2 yg berdaster itu juga punya ayam kah ???
LikeLike
Kayaknya itu gincu kamu kak cum, kalau ibu-ibu itu punyanya burung, kak.
LikeLike
Pas liburan lebaran kemarin setelah dari punthuk setumbu maunya kesini. Sayang keponakan merengek minta cepat-cepat pulang 😦
LikeLike
Yaaah, sayang banget. Padahal udah deket tuh 😦
LikeLike
Translete tambahan Mas Gantengs bikin geli. 😛
Berarti Bapak Daniel beserta arsitek cukup gagal memyampaikan maksud visual dr merpati, ya. 😀
Semoga pas saya ke situ bisa Camping. Dapetin sunrise yg kali aja lebih cetar dr bukit stmbu.
LikeLike
Wahahaha, harusnya diterjemahin apa ya?
Iya katanya mau dikasih sayap, tapi gak jadi, terusnya orang-orang ngira itu ayam, karena gak ada sayapnya 😀
Aamiin! Kalau weekend bisa kok lihat sunrise dari sini.
LikeLike
Tempatnya keren yah tapi sayang banget yah sudah banyak coret-coretannya.
Saya sih berharap gereja ini tidak dicat, dibiarkan saja seperti ini karena kalau diwarnai justru kesan keindahannya berkurang.
LikeLike
Iya tuh pada coret-coret gak tanggung jawab. Kesel jadinya.
Harusnya sih dirawat dengan baik, sebelumnya ini banyak lumut, mungkin diberantas supaya gak lapuk temboknya.
LikeLike
Waaaah patut dicoba ini. Btw, kalau orang biasa tetep bisakah kalau mau ke bawah tanahnya mas? Terus kalau sunrise hunting biayanya berapa ya kira-kira? Hehe
LikeLike
Yoiii, harus banget apalagi kalau pas ke Borobudur. Bisa kok, asal ada yang pegang kuncinya. Nanti kasih uang rokok saja. Kalau sunrise hunting ya paling uang rokok aja sih haha.
LikeLike
Keren banget Gerejanya, mas ganteeeeng…. bagus kali ya liat sunrise dari situ hihihi… P Setumbu kan udah crowded banget..
LikeLike
Aku malah belum pernah ke Setumbu haha, rame banget ya? makasih mbak cantiiikkk!
LikeLiked by 1 person
Wahh.. Kalo bentuknya Miyabi lebih asik tuh, Mas Ganteng :)))
LikeLike
Pastinyaaa, bakal makin rame yang ke sana :))))
LikeLike
Ah aku sudah penasaran sama Gereja Ayam ini Kak dari dulu baca postingannya Bang Chan. Foto-fotomu bagussss. Doakan aku cepat kesana ya 😉
LikeLike
Ahaha, aku malah kemarin niatnya ke pantai yang kamu seluncuran ituuu. Tapi katanya kalau lebaran macet gilak, jadinya ya malah ke kaliurang sama ke sini.
Semoga cepat ke sana, tapi jangan tipes lagi yaaa!
LikeLike
lhoalah ini di magelang tah ?
btw itu bilik bawah tanahnya medeni ya (>_<)
LikeLike
Hihihi, berasa ya auranya? 😛
LikeLike
Penjelasanmu detil banget Bro, mulai dari bagian atas, tengah, sampai ruang bawah tanah. Sayang sekali emang banyak coret-coretan manusia-manusia labil di sini. Semoga kalau bangunannya sudah sempurna jadi makin bersih dan sip untuk dipandang. Eh, tapi nanti malah pengunjung tidak bisa sebebas ini dalam berwisata karena sudah jadi tempat untuk berdoa…
LikeLike
Hehehe, thanks brooo. Blogmu juga keren foto-fotonya, tadi mbuka dari henpon jadinya belum komen hahaha.
Iya, sayangnya banyak vandalisme sana sini di bangunan ini. Kalau sudah jadi tempat doa, ya asalkan tidak mengganggu aku rasa ndak masalah, misal kayak gereja di vatikan gitu kan boleh didatengin.
LikeLike
sekilas ngeliat agak serem juga ya bentuknya ayam gitu, tapi ternyata merpati. kayaknya mantap nih kalo datangin langsung ke sana hehe 😀
LikeLike
Hahaha iya ternyata merpati tapi udah dikenal khalayak sebagai ayam, kasian ya 😀
LikeLike
Wah nyusur daerah Magelang juga haaaa
LikeLike
Yoihhh, udah ke sana mas?
LikeLike
Gerejanya lucu ya Mas
http://www.alimuakhir.com
LikeLike
Iya mas!
LikeLike
Lhaa kalau Mas Arif yang maksa gerejanya dinamain gereja gundam atau doraemon atau miyabi, saya yang akan bilang: “bangsat” *eh maaf* 😀
LikeLike
HAHAHAHAHAHHAHAHA!
Enaknya dinamain apa ya kalau ada lagi yang baru?
LikeLike
Hmmmm….. Yaudah wes Gereja Mas Ganteng 😦
LikeLike
☺️ ☺️ ☺️ ☺️ ☺️ ☺️
LikeLike
Gue tau tempat ini dari tahun 2010, apa yah namanya, kalo ga salah dulu dikenalnya bukit rema gitu, tapi minim info, jadi waktu 2012 ke Jogaj buat Candi Photo Hunt dan niat ke sini, kebingungan nyari jalan karena banyak yang belum tau, tapi sekarang pas sudah banyak yang tahu malah banyak orang-orang tidak bertanggung jawab yah malah corat-coret di dinding
LikeLike
LHAAA JADINYA ELU UDAH KE SANA BELUM SIHHHH?
:)))))
LikeLike
mz, kok kamu mengumpat-umpat terus, mz. 😦
LikeLike
Maaf mb, tapi kelakuan mereka itu emaaangggg.
Bangsat.
Eh maap.
LikeLike
kamu berubah mz… semenjak…
ah sudahlah.
LikeLike
ngemeng nih ama tangaaaan.
LikeLike
kamu jaad mz. 😦
LikeLike
*kasih kaca*
LikeLike
Mas-mas, aku merasa menyesal telah membaca sub Bahasa Jawa – Indonesianya. -_____-
Btw, awal aku ngiranya di ruang bawah tanah adalah ruang pusat kendali sehingga si burung merpati bisa berubah menjadi robot. Sayang, imajinasiku buyar setelah kau memperlihatkan apa isi dalamnya. Ah.
LikeLike
Huahahaha salah ya terjemahannya? 😀
Nah, harusnya emang jangan dilihatin apa yang ada di dalam ya, takutnya pada shock.
LikeLike
Gerejanya menarik, sayang banyak coretan. Daripada nyorat-nyoret nggak jelas, mending mereka pada nyumbang untuk pembangunan gereja, ya. Hiks.
Yuk, ikutan! -> GIVEAWAY: Hemat Ongkos dengan Uber http://wp.me/p39Fhn-ps #senjamoktika
LikeLike
Iya daripada pada nyoret-nyoret mending buka blog kamu yaaaa.
*tabokin*
LikeLike
aahahahahaha iya buka blog aku, dong. Mampir ya, Mz~
LikeLike
*buka pelan pelan*
LikeLike
suka banget sama angle foto – foto bagian gereja yang kamu ambil. Artistik, natural, meski tanpa captionpun udah bercerita sendiri..Saking senengnya untuk bagian improvisasi terjemahan “injih mas” aku mau maapin xixi
LikeLike
Aahhhhhh. Masa sih kaaak? Baru kamu yang bilang tentang foto-fotonyaaa ahaha. Makasih loh kak.
Ampuni aku yang merasa ganteng ini ya.
LikeLike
katanya pembangunannya mo diterusin yah kak ? bener ngga sih ?
LikeLike
iya benar kak! Kayaknya aku juga udah sebutin deh di artikelnya 😀
LikeLike
Aaak.. lama nggak mampir sini, kamu masih cetar membahana aja ya, MAS GANTEEENG.
Jadi gini.. barangkali si ayam pinjam gincu merahnya ibu-ibu muda berdaster yang sedang menyapu halaman. barangkali..
LikeLike
Huhuhuhu, kamu ke mana ajaaaa? Mentang-mentang udah nikah terus aku ditinggalin 😦
LikeLike
Ihhhh unik banget gerejanya. Jadi penasaran
LikeLike
Iya, sangat unik ya!
LikeLike
Baru tau kalo ada gereja ayam. Kapan-kapan kesana ah. Salam kenal juga ya mas 😛
LikeLike
Salam kenal juga brooo, ayo ke sana 😀
LikeLike
Wah keren, jadi ingin berkunjung kesana.. Kalau ada tempat wisata yang baru area jogja, magelang, solo, semarang kabari di email saya ya? thanks
LikeLike
Siap mas! Atau pantau terus blog ini untuk update seterusnya 😀
LikeLike
Sudah benar itu Mz Ariev namanya gereja ayam, coba kalo gereja burung, pasti udah terbang entah kemana, lebih bahaya kalo kekandang orang *Soundtrack: almh. Iceu Wong-Burung Saya*
Betewe yaaakk, sebenernya kalo damage-nya hanya karena cat luntur, lumut-lumut atau jamur, mungkin jadinya bagus dan historical yak. Karena ada vandal alay aja jadi turun derajat.
Oiya advice soal GPS, jangan pake google maps!! GUE KORBAAAANNNYAAA HIKSSSSS. Mending pake wezhh aja Mz Ariev yang lebih akyurat 😀
Gw mo tanya deh, bedanya selfie ma wefie itu opo?? Maklum bukan naq gauel, Mz 😦
LikeLike
Iya mbaaaaa, harusnya namanya gereja ayam broiler ya karena gendut.
Bener bangeeet, itu pas berlumut malah cakep abis gerejanyaaa, terus alay-alay itu datang, dan galau. Makanya sebaiknya kalau galau itu jangan ke tempat-tempat bersejarah deh.
LHO UDAH KE SANA JUGAAAA? DAN NYASAR JUGAAAA? :))))))
Bedanya, kalau selfie itu sendirian, hahaha.
LikeLike
duluuuu sekali waktu masih imut (dan unyu) kebetulan ada sodara juga orang magelang tapi sekarang sudah pindah ke semarang 😀 bukannya menuju tekape walah dalah kok malah nyasar ke kebun orang haha wes kuapok pok pakai google maps -_-
LikeLike
Wahahaha nyasar ning kebon opo ik? Sisan panen wae mbak :))))
LikeLike
kebonpolo, Mz :)))))))))
LikeLike
Agak serem berada di dalam bangunan ini. Keliatannya ringkih banget…
LikeLike
Iya memang struktur bangunan sepertinya kurang tebal sih.
LikeLike
Saya pikir Gereja Ayam yang di Pasar Baru mas ganteng hehehe, tau nggak ? I wish that finding jodoh is as easy as finding gereja ayam => but it is not easy mas ganteng, you need more effort to finding yang namanya jodoh 😀 *ishsokbenersayaini*
LikeLike
Wah emang ada gereja ayam di pasar baru sis? :O
LikeLike
di Pasar Baru ada jalan yang namanya Jln Gereja Ayam, nah di sampingnya itu ada Gereja, makanya di sebut Gereja Ayam. Itu yang aku tau dari Alm Bapak & orang2 sekitar menyebutnya gitu sih 🙂
LikeLike
Wah aku baru tahuuu, tapi bentuknya kayak ayam gak tuh? Thanks infonya sis.
LikeLike
Penasaran ? dateng dong ke pasar baru hehehe
LikeLike
mantap… cuma sayang terlalu banyak tangan jahil…
tapi saya baru tahu tentang gereja ayam baru2 ini saja, padahal 4 tahun bermukim di semarang. bodohnya saya…
LikeLike
Hehe iya! Berarti harus ke sana langsung tuh 😀
LikeLike
Nice article…
LikeLike
thanks!
LikeLike
kamu lucu deh mz
kalo namanya Miyabi nanti banyak ayam pitik2 yg ikut parkir di situ 😂
LikeLike
Hihihi makasih lho mb, yang parkir nanti ABG ABG unyu mb hihihi.
LikeLike
Kelihatannya seru ya yg Gereja Ayam. Jadi bayangin ada gereja dengan bentuk2 lucu lainnya. hehehe.
LikeLike
Ahahha, iya nih. Ada lagi gak ya gereja-gereja yang bentuknya seru lainnya?
LikeLike
*Berdoa
Semoga setelah selesai dibangunnya gereja ayam ini, dan ingin bangun sesuatu yang baru lagi. Minta bangunannya berbentuk Sepeda Onthel.. hehe
LikeLike
Wahaha, belum ada ya sepeda onthel? Kalau di dekat situ sih ada rumah kamera gitu 😀
LikeLike
Saya pernah kesini juga nih waktu liputan Indonesia Punya Cerita Trans TV. Di pinggir jalan sebelum jalan masuk ke Gereja Ayam ternyata ada semacam panti yang mengurus orang-orang sakit jiwa, ketergantungan narkoba asuhannya Pak Daniel.
LikeLike
Wah, aku malah gak ngeh kalau di situ ada pantinya, tahunya cuma rumah-rumah penduduk saja mas.
Terima kasih infonya 😀
LikeLike
((mas ganteng)) * salahfokus hehe
Jadi pengen kesana deh, udah lama juga ga ke magelang.
LikeLike
IYA KE SANA AJA MBAK!
siapa tahu ketemu mas-mas ganteng di sana 😀
LikeLike
Jadi kesasar masuk ke sini, dan nggak nyesel. Liputannya kece. Makasih ya, gara2 AADC jadi tahu tempat ini.
LikeLike
Azeg!
Aku malah belum nonton AADC2, bagus gak? 😀
LikeLike
Keren banget yg di mahkota nya, bisa liat pemandangan keindahan alam.. aaaa jadi pengen kesana, indonesia memang penuh misteri tempat wisata yg baru ditemukan..
LikeLike
Hehehe iyaa, seru aja sih tempatnya.
Pasti tahu tempat ini dari AADC2 yaaa? 😛
LikeLike
Kemaren pas nonton AADC2 jadi ingat pernah baca & liat gereja ini dimanaaaaaa? Ternyata eeh ternyata dulu pernah baca di blog mu ini..hehehe
LikeLike
Ehehehe, atau jangan-jangan… AADC2 itu nyontek blog akuuu? 😱😱😱
LikeLike
Mantaff..
Tapi cukup ngakak pas baca “injih Mas…” kok translate nya jadi ada tambahan kata “Ganteng” yakkk….
Hahaaha..
LikeLike
Ahahaha, lho salah ya terjemahannya? :))))
LikeLike
Yah… begitu misteriusnya, sampai mas ganteng marah-marah mulu tiap liat coretan.
Ceritanya lengkap bangad. Bikin saya baper karena sudah 5 kali gagal berkunjung ke Jogja.
LikeLike
Ahahaha kabarnya sih sekarang sudah pada hilang coretan-coretannya, gara-gara dibuat tempat syuting AADC2.
Lain kali jangan sampai gagal lagi bang! Cari cewek jogja sekalian. Eh.
LikeLike
Luar biasa salut buat yang nulis, explorasinya mantab.. ditunggu artikel selanjutnya ya 🙂
LikeLike
Siap! Terima kasih atas apresiasinya 🙂
LikeLike
hey mas ganteng..salam kenal..
saya sabrina dari jakarta.. setelah baca perjalananya saya tambah kepingin ke sana …karna ada rencana sama temen temen sehabis lebaran mau ke jogja dan ke magelang.. kalau boleh tau punya informan atau kontak orang yang menjaga puncak merpati atau kontak mas ganteng sendiri biar gampang ke sana.. fast reply yaah😄😊😊
tulisan nya bikin baper mau ke sana setelah nonton AADC 2😢..
jujur memang sudah lama mau ke jogja nah setelah nonton aadc 2 jd punya inspirasi traveling info nya dari pusat jogja – magelang 46/47 km.. pas searching..ketemu blog mase..
mohon bantuanya 😀😊😊😊
thanks..
LikeLike
Ahahaha halo halo, salam kenal yaaa.
Nah kalau kontaknya kebetulan aku gak punya, cuma kalau mau ke sana gampang kok, cukup ke arah borobudur, nanti cari jalan yang ke puthuk setumbu, di sana bakal ada jalan yang ke gereja ayam itu hehe.
Good luck yaaa 😀
LikeLike
Semoga bangunannya cepet kelar, dan semoga jenis merpatinya bisa lebih spesifik.. merpati putih, merpati pos, atau merpati balap..
LikeLike
Hahahaha aamiin aamiin!
LikeLike
nice info, thanks mas ganteng untuk ulasannya, blog nya menarik, natural👍👍👍
LikeLike
Ihiy! Makasih mbak cantik! 😛 😛 😛
LikeLike
kebiasaan Banyak tangan2 kreatif yang coret di tembok
Motivator Semarang
LikeLike
Hooh, kebiasaan orang Indonesia hehe.
LikeLike
boleh nanya nda,jauh nda ya jalan kakinya dari parkiran ke gerejanya? kira” berpa km?
LikeLike
Nda kok dekat, cuma agak nanjak dikit kira-kira sekiloan gitu. Malah ndak sampai ding.
LikeLike
ternyata dibalik bukit leluhurku (bukit menoreh) ada tempat tempat yg super keren….. jadi makin kangen nih dgn jogja “magelang” nice blog.
LikeLike
Hehehe iyaaa itu tempatnya sureal banget lah haha. Berasa kayak di mana gitu.
Thanks mas! 😀
LikeLike
beruntunglah sudah pernah kesana sebelum AADC2. skrg begitu terkenal lewat AADC2, utk bisa ke atas mahkota, antrinya udah kayak antri sembako murah. aku juga pertama kali kesini pake GPS, nyasar mpe puyeng, waktu itu pake APV, udah jlnnya sempit, beberapa kali salah jalan, putar balik APV yg gede begitu susah banget disini *_*
LikeLike
Waduhhhh, jadi rame banget yaaaa?
Waktu itu udah rame dong mbak ketika ke sana? Waktu itu parkirnya sih di rumah warga, dan di GPS ga ada ahahaha. Harus sambil nanya-nanya 😀
LikeLike
saya beberapa waktu kesini mas, syukurlah pembangunannya bisa dilanjutkan kembali. semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya
LikeLike
Alhamdulillah, semoga dapat digunakan dengan baik nanti, dan dirawat dengan semestinya 😀
LikeLike
wah pak daniel niatnya baik banget, mana kakaknya request gundam lagi haha
LikeLike
hahaha iyaaa orang daerah pada baik baik kalau ketemu orang, ramah gituuu.
LikeLike