Saat ini, apabila ada yang bertanya, “Habis ini pengin jalan-jalan ke mana lagi?” maka saya tanpa ragu akan menjawab “Timor Leste!”. Hal itu bukanlah tanpa alasan, karena selain dikenal mempunyai cadangan minyak yang berlimpah di celah Timor (yang diprediksi dapat memulihkan krisis minyak di Indonesia), Timor Leste juga konon memiliki objek-objek wisata yang mempesona.

Maka gak heran kan, kalau Indonesia sebenarnya tak rela kalau Timor Leste lepas, layaknya cinta pertama yang sudah lama bersama lalu berpisah dengan mengatakan, “Maaf Mas, kamu terlalu baik buat aku. Aku ingin konsentrasi belajar dulu.” dan kemudian tiba-tiba sudah bersama yang lain.

Cukup bersedihnya, mari kita move on. Kembali ke pertanyaan, mengapa saya belum sempat mewujudkan keinginan saya tersebut? Ada dua faktor yang menyebabkannya, yang pertama adalah waktu, dan yang terakhir adalah biaya.

Waktu, karena saya sebagai pekerja kantoran yang memiliki jatah cuti terbatas, dan sudah saya habiskan sepanjang tahun ini, dan apesnya tambahan cuti tidak bisa didapatkan semudah membeli gorengan di Burkina Faso. Biaya, karena saat ini saya sedang menabung demi masa depan yang cerah, maka keinginan ini pun terpaksa ditunda sejenak. Ingat, kebutuhan lebih penting daripada keinginan.

Timor Leste District

Timor Leste District

Lalu, marilah kita berandai-andai. Andaikan saya punya jatah cuti dua kali setahun pada tahun depan –dengan masing-masing selama enam bulan– dan tiba-tiba ada uang sepuluh juta jatuh dari langit ketika helikopter Tung Desem Waringin melintas, apakah saya dapat berlibur ke Timor Leste?

Am I IN or OUT?

Mari kita telaah secara lebih mendetail, namun sebelumnya, saya telah melakukan survei mengenai bagaimana cara  menuju Timor Leste dari Jakarta, dan menemukan beberapa opsi, yaitu:

  1. Langsung terbang menuju Dili dengan harga tiket pulang pergi rata-rata Rp5.000.000,-;
  2. Terbang menuju Kupang, kemudian lanjut jalan darat ke Timor Leste, dengan harga tiket penerbangan pulang pergi sebelum BBM naik rata-rata sebesar Rp.3.000.000,-;
  3. Menggunakan metode khas Suku Baduy, yaitu berjalan kaki menuju Timor Leste, dengan waktu tempuh perjalanan selama dua tahun.

Dan sebagai seorang pria gagah berani, saya mengambil opsi terbang ke Kupang, kemudian menggunakan jalan darat menuju Timor Leste, sebelum kembali ke Jakarta dengan menggunakan jalur yang sama.

Dan sekarang, saldo saya tinggal Rp7.000.000,-. Let’s see what I can do there.

Aktivitas

1. Jelajah kota Dili

Dili, yang disebut sebagai “City of Peace” oleh mantan presidennya, Jose Ramos Horta (yang sekarang menjabat sebagai Head of the United Nations Integrated Peacebuilding Office di Guinea-Bissau), memiliki banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan oleh seorang pelancong haus petualangan seperti saya. Seperti misalnya mendaki Cape Fatucama tempat Cristo Rei (Patung Yesus setinggi 27 meter yang melambangkan 27 provinsi Indonesia pada masa Presiden Soeharto) berada, mengunjungi Presidential Palace yang terbuka untuk umum, belajar sejarah di Xanana Gusmao Museum, hingga menyaksikan para pekerja seni lokal berkarya di Arte Moris.

Dan menariknya, hampir semua objek wisata di Dili gratis, ya kecuali kalau kamu ingin digendong ketika mendaki Cape Fatucama.

The statue of Cristo Rei (Christ the King) stands over the Dili harbor

The statue of Cristo Rei stands over the Dili harbor (Source: here)

2. Diving di Pulau Atauro

Setelah puas menikmati Dili, mari kita menyeberang ke Pulau Atauro yang terletak sekitar 30 kilometer di utara. Pulau seluas 140 kilometer persegi yang dihuni sekitar 8.000 orang ini dapat dicapai dengan menggunakan feri selama 90 menit, atau bisa juga berenang apabila kamu adalah Michael Phelps.

Hiburan utama di Pulau Atauro, ya apalagi kalau bukan diving dengan perkiraan biaya Rp2.000.000,-. Diving di laut, bukan di lapangan hijau. Dan apabila beruntung, kamu juga bisa menyaksikan kawanan lumba-lumba dan paus di Selat Wetar ketika menyeberang dari Dili.

Mengenai diving di Timor Leste, yang dikatakan mempunyai keindahan laut luar biasa, berikut ada cuplikan video yang saya dapat dari sini.

3. Trekking di Gunung Ramelau

Puas menyelam di tempat yang dalam, ada baiknya juga kalau kita juga mengunjungi tempat tertinggi di Timor Leste, tepatnya di puncak Gunung Ramelau. Lokasi tepatnya berada di selatan Maubisse, yang bisa dicapai dengan perjalanan darat sekitar tiga jam dari Dili. Dari situ, perjalanan dilanjutkan ke Desa Hatubuilico, tempat awal pendakian Gunung Ramelau.

Yang paling menarik, di puncak Gunung Ramelau terdapat patung Virgin Mary setinggi tiga meter yang menyambut kesuksesan pendakian kita. Apabila cuaca sedang bersahabat, maka kita dapat menyaksikan Pulau Atauro dari sini. Oh iya, waktu yang paling ciamik untuk menikmati puncak ini adalah pada saat matahari terbit yang berarti kita harus mulai mendaki pukul tiga pagi. Well, bye Champions League!

Mt. Ramelau at dawn

Mt. Ramelau (The Place Where Souls Go To Be Happy) at dawn. (Photo: Matt Styslinger)

4. Bersantai di Pantai Tutuala dan Pulau Jaco

Apabila lelah menyelam dan mendaki, maka kita dapat menuju ujung timur dari Timor Leste tempat Pantai Tutuala dan Pulau Jaco bersemayam. Kedua objek yang tergabung dalam Taman Nasional Nino Konis Santana ini, dikenal sebagai surga yang diciptakan Tuhan di Timor Leste.

Relakskan dirimu di pantai berpasir putih, pohon-pohon rindang, dengan air jernih berwarna turquoise, merupakan sajian wajib yang akan kamu dapat di sini, tanpa gangguan dari paparazzi.

Tutuala-by-ColinTrainor

Beach at Tutuala (Photo: Colin Trainor)

5. Bertualang di The Lost World Mundo Perdido

Sudah cukup relaks? Sekarang saatnya bertualang kembali layaknya pria sejati, dengan mengunjungi Mundo Perdido, yang dikenal sebagai The Lost World milik Timor Leste. Sejatinya, area ini merupakan hutan tropis terbesar yang dimiliki oleh Timor Leste, namun keragaman tumbuh-tumbuhan, burung, dan binatang yang ditemui di sini membuatnya makin menarik.

Untuk menuju lokasi ini, dibutuhkan waktu sekitar lima jam dengan trek yang naik turun, yang dimulai dari Hotel Wailakurini dengan dipandu seorang guide dengan biaya berkisar Rp200.000,-. Di Timor Leste, kamu tidak membutuhkan seorang Steven Spielberg untuk menciptakan The Lost World.

Horse Pack Near Summit of Mundo Perdido

Horse pack near summit of Mundo Perdido (Source: here)

Saldo dana setelah dikurangi biaya diving dan jasa guide adalah Rp4.800.000,- lalu apakah bisa mencukupi untuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi di Timor Leste? Mari kita telaah lagi.


 

Transportasi

Timor Leste Bus

One of the many buses covered in beautiful women or other random artworks. (Source: here)

Transportasi di Timor Leste, kebanyakan ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan bus atau mikrolet, menyewa mobil pribadi, atau berjalan kaki apabila kamu adalah Suku Baduy yang terdampar di Timor Leste. Berdasarkan rencana perjalanan yang telah saya buat, maka rincian transportasinya adalah sebagai berikut:

  • Perjalanan menuju Dili dari Kupang menggunakan bus selama 11 jam dengan biaya sebesar Rp200.000,- untuk sekali jalan, sehingga total akan menghabiskan Rp400.000,- untuk perjalanan pulang pergi. Oh iya, ada juga biaya Visa On Arrival sebesar Rp.350.000,- yang harus dibayarkan ketika memasuki perbatasan.
  • Ketika berkeliling Dili, saya memlilih menggunakan mikrolet yang total biaya diperkirakan akan menghabiskan Rp100.000,-.
  • Untuk menuju Gunung Ramelau, saya harus menggunakan bus ke Maubisse selama 3 jam dengan biaya Rp50.000,-, sebelum lanjut dengan menyewa mikrolet selama satu hari untuk perjalanan ke Hatubuilico yang merupakan titik awal pendakian, dengan biaya Rp. 500.000,-. Setelah itu kembali lagi dengan bus ke Dili dengan biaya Rp50.000,-.
  • Demi bersantai di Pantai Tutuala, saya menggunakan bus ke Baucau selama 3 jam dari Dili dengan biaya Rp50.000,-, lanjut lagi dengan bus ke Los Palos selama 4 jam dengan biaya Rp50.000,-, sebelum akhirnya oper mikrolet ke Tutuala dengan waktu selama 3 jam dengan biaya Rp30.000,-. Di sana, saya akan menyewa kapal dari nelayan lokal untuk menyeberang ke Pulau Jaco dengan biaya Rp100.000,-. Kembalinya, saya menggunakan lagi jasa mikrolet ke Los Palos sebelum kembali ke Baucau dengan bus. Total biaya kedua perjalanan ini adalah Rp80.000,-.
  • Dari Baucau, saya memutuskan untuk menyewa Mobil ke Loi Hunu yang merupakan titik awal untuk menjelajah Mundo Perdido dengan biaya perkiraan sebesar Rp1.000.000,- untuk dua hari.
  • Sekembalinya ke Baucau saya akan menuju Dili dengan bus, sebelum kembali lagi ke Kupang, untuk kemudian terbang ke Jakarta. Biayanya berkisar Rp250.000,-

Total untuk transportasi pada perjalanan ini akan menghabiskan dana sebesar Rp2.460.000,- dan sekarang saya masih ada sisa Rp1.990.000,- di dompet, tas, saku, dan lipatan perut, apakah cukup untuk pengeluaran berikutnya?


Akomodasi

East Timor Dili Backpackers Hostel

East Timor Dili Backpackers Hostel (Source: here)

Beruntungnya saya, karena di Timor Leste banyak sekali penginapan murah yang bertipe hostel juga guesthouse. Dan berikut ini adalah pilihan penginapan saya selama di Timor Leste:

  • Dili, saya memilih untuk menyewa ranjang di East Timor Backpackers dengan biaya selama tiga malam adalah sebesar Rp450.000,-.
  • Maubisse, saya akan berubah menjadi orang yang religius dengan menginap di Maubisse Church Guesthouse dengan biaya Rp150.000,-.
  • Tutuala, saya memilih Valu Sere yang mempunyai bungalow di guesthouse-nya. Biaya menginap di sini adalah Rp200.000,-.
  • Baucau, saya berencana menginap di Guesthouse Loro Sae ketika transit, dengan biaya menginap sebesar Rp150.000,-.
  • Loi Hunu, saya akan memesan Hotel Wailakurini jauh-jauh hari dengan perkiraan biaya sebesar Rp400.000,-

Total biaya yang akan saya keluarkan untuk akomodasi selama perjalanan ini adalah Rp1.350.000,-, yang berarti saya masih mempunyai uang sisa sebesar Rp640.000,-. DEG! Saya belum makan.


Konsumsi

TImor Leste Culinary

TImor Leste Culinary (source: here)

Di Timor Leste, sajian utamanya berkutat di seputar seafood, dengan pilihan makanan murah meriah seperti nasi goreng. Selama perjalanan yang saya asumsikan berlangsung delapan hari, saya menghitung biaya untuk konsumsi (makan siang dan makan malam saja, karena sarapan dapat diperoleh gratis di hotel, ataupun ditahan apabila mampu.

Dengan asumsi sekali makan akan menghabiskan Rp30.000,-, maka pengeluaran untuk konsumsi selama delapan hari adalah sebesar Rp480.000,-. Dan sekarang dana yang saya punya tinggal Rp160.000,-. Kemudian saya tercenung, ouch, saya belum membeli oleh-oleh untuk orang Indonesia!

Belanja

alola-esperansa-product

Traditional handicrafts from Timor Leste (Source: here)

Dengan sisa uang yang ada, saya berencana untuk membeli tais (kain tenun lokal) ataupun kerajinan setempat di Alola Foundation Dili. Dan apabila sisa dana tersebut ternyata tidak cukup, maka saya akan mengalihkannya untuk membeli kopi lokal Timor Leste –yang dahulu dibawa masuk oleh bangsa Portugis– di pasar tradisional. Dan alokasi dana saya untuk ini adalah sebesar Rp150.000,-.

Dan sekarang dana di kantong saya tinggal Rp10.000,-, lumayan, masih bisa diselipkan ke kotak amal masjid setempat. Alhamdulillah.


Dari penjelasan yang saya paparkan di atas, telah menjawab tantangan yang diberikan, bahwa apakah dengan uang sepuluh juta rupiah saya dapat mengunjungi Timor Leste? Dan jawabannya adalah iya!

Jose Ramos Horta pernah berkata “Timor Leste will delight visitors with its fascinating mix of history, culture, and natural beauty. Travelers visiting now will share in unique and historical moment, experiencing a country that is stepping into a peaceful and democratic reality.”

Dan sekarang saya makin tidak sabar untuk merasakan kekayaan sejarah, budaya, dan alam Timor Leste, yang dapat dinikmati dalam damai.

So, are you IN or OUT? 

For me, of course, I’m IN!

 

Catatan: Data yang terdapat pada artikel ini sebagian besar didapat dari buku Lonely Planet Timor-Leste (East Timor) terbitan Juli 2011, yang telah disesuaikan dengan keadaan sekarang, dan kurs Dollar yang berlaku saat ini.