Sebagai seorang muslim, saya sudah terbiasa berpuasa sedari kecil. Semuanya dimulai ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, di mana Papa selalu memancing saya untuk berpuasa dengan iming-iming THR. Memang awalnya berat, di mana saya hanya mampu berpuasa bedug, atau berpuasa hingga waktu zuhur saja. Setelah terbiasa dengan puasa bedug, saya meningkatkan kompetensi saya menjadi puasa hingga waktu ashar. Baru setelah itu berpuasa full hingga maghrib, pada Ramadan berikutnya. Hasilnya, setiap saya berhasil menyelesaikan satu hari puasa, Papa memberikan THR seribu rupiah, dan apabila berhasil hingga sebulan penuh, maka THR itu akan bertumbuh menjadi lima puluh ribu rupiah! Sebuah jumlah yang cukup besar untuk anak berusia di bawah sepuluh tahun pada tahun 90-an, bukan? Shallow? Memang. Namun THR tersebut bisa untuk membeli sepasang sandal Neckermann yang dapat dipamerkan saat lebaran, atau…