
.
[Kisah ini, merupakan sequel dari cerita ini]
Setelah kurang lebih tiga jam perjalanan terombang-ambing di lautan yang membuat badan agak pegal –karena tempat duduk di boat yang tidak mempunyai sandaran punggung– walaupun hati senang (karena bersama pacar, bukan karena invoice cair. -red), akhirnya tibalah kami di lokasi yang telah direncanakan sebagai tempat untuk merayakan cinta, yaitu Derawan.
“Ke mana kita sekarang?” Tanya Hana kepada saya.
“Kita ikuti Mas Jeme saja dulu.” Jawab saya sambil menurunkan barang dari boat, lalu mengikuti arahan Jeme –pemandu kami– untuk berkumpul di dermaga sebelum digerakkan ke penginapan.
Setelah foto-foto sejenak, kami pun mengikuti para kru yang membawa gerobak untuk mengangkut barang-barang peserta tur menuju ke penginapan. Melewati penginapan mahal yang terletak di pinggir pantai, berhenti sejenak di bawah spanduk becak motor, menembus permukiman penduduk, hingga akhirnya tiba di homestay bermaterialkan kayu yang terletak di atas laut.
“Hari ini acaranya bebas.” Ucap si pemandu “Nanti malam kalian akan dijemput untuk makan malam, dan melihat penyu bertelur. Jika beruntung.”
Kami (Saya dan Hana, bukan saya dan pemandu. -red) memutuskan untuk beristirahat sejenak, sebelum beranjak keluar untuk menikmati sore hari di Pulau Derawan. Rencana kami hari itu,hanya berjalan-jalan di perkampungan setempat, menyusuri pantai, melihat sunset, sebelum lanjut mengikuti acara malam hari sesuai jadwal.
Hari mulai gelap saat kami menyusuri pantai sambil sesekali berpegangan tangan, tepat ketika senja mulai merekah, kami telah tiba pada anjungan di depan sebuah dive centre. Kami duduk berdekatan, dan Hana merebahkan kepalanya di pundak saya. Sambil berbicara tentang apa saja, kami menikmati matahari yang perlahan ditelan lautan Derawan.
Malam harinya, Jeme mengabarkan bahwa tak ada penyu yang bertelur malam itu. Dan nampak nada kecewa terdengar dari beberapa peserta. “Namun jangan bersedih, karena besok kita akan mengunjungi Pulau Sangalaki untuk snorkeling, Pulau Kakaban untuk bermain bersama ubur-ubur, dan Pulau Maratua untuk melihat manta, jika beruntung.”
YEAY!
***
Saya bangun cukup pagi di hari kedua, dan menikmati debur ombak yang tersaji di depan penginapan. Sesekali beberapa ekor penyu lewat di hadapan saya, dan terlihat jelas karena air lautnya yang bening. Setelah melahap hidangan pagi –teh panas dan roti goreng– yang disajikan, kami berkemas mengikuti acara inti hari tersebut.
Setelah mandi dan berdandan kece, hujan turun dengan derasnya. ASYEM!
“Yuk, pakai payung saja.” Ucap Hana kepada saya. Well, salah satu keuntungan bepergian bersama perempuan adalah mereka terkadang membawa hal-hal esensial yang dibutuhkan –yang mungkin kadang terlupakan– seperti payung, sun block lotion, hingga senapan harpun. Dan hujan-hujanan di bawah payung bersama pacar, sambil merapatkan badan ke tengah payung, bukan merupakan ide yang buruk, bukan?
Sehabis sarapan –di restoran yang berdiri di atas laut, dengan rongga terbuka untuk melihat laut di tengah ruangannya– kami diminta menyiapkan perlengkapan snorkeling –seperti masker, snorkel, dan fin– untuk dibawa dalam island hopping hari itu. Bagi yang tidak membawa, bisa menyewa perlengkapan tersebut di lokasi yang telah disediakan. Harga bervariasi.
Setelah siap dan cuaca yang membaik, berangkatlah kami ke pulau-pulau yang merupakan unggulan dari Paket Wisata Derawan tersebut.
A. Pulau Maratua
Tak berapa lama, kapal mulai melambatkan lajunya di sebuah pulau yang disebut sebagai Pulau Maratua. Di depan sebuah penginapan apung yang bernama Maratua Paradise Resort, kami sempat berhenti sejenak sebelum akhirnya melaju kembali.
“Resort tersebut milik orang Malaysia.” Pemandu kami berkata “Dan kalau mau masuk situ harus bayar.”
“Wah!” Saya membatin, sungguh ironis bahwa di perairan kita berdiri sebuah resort yang dikelola negara tetangga, dan mengharuskan kita untuk membayar apabila ingin mampir ke sana. Huft.
Tak jauh dari sana, kapal berhenti di tengah-tengah laut yang nampak tenang dan tidak menghanyutkan. Dengan aba-aba dari pemandu, para peserta pun mengaitkan life vest ke badannya, memakai masker, menggigit snorkel, dan menjejalkan fin ke kakinya sebelum menceburkan diri untuk snorkeling. Di sini merupakan salah satu tempat snorkeling paling indah yang pernah saya datangi, visibility-nya bagus, terumbu karangnya masih terawat, dan binatang lautnya beragam.
Sempat terjadi kehebohan, ketika salah seorang pemandu menemukan kura-kura ketika snorkeling, dan membawanya naik untuk diajak berfoto bersama.
Namun di mana kami? Di saat foto tersebut diambil, kami sedang snorkeling berdua sambil bergandengan tangan. Ehehehe.
B. Pulau Kakaban
Destinasi berikutnya, adalah Pulau Kakaban, di mana sejauh ini merupakan pulau paling menarik di Indonesia yang pernah saya kunjungi (versi saya). Kapal berhenti di salah satu sisi pulau yang dipagari oleh bebatuan tinggi, dan karang-karang sepanjang pantainya –sehingga tak bisa ditambatkan di pantainya–. Saya tak tahu apa yang menanti di sana, tapi ketika diminta turun dari kapal, ya saya turun.
Sebuah gua dengan sungai di bawahnya menyambut kami tepat di tepiannya, dan si pemandu meminta supaya kami masuk ke dalam gua tersebut secara perlahan karena licin, gelap, juga takut lecet (kaki peserta rombongan, bukan yang lain. -red). Saya masuk duluan dengan tangan menggandeng Hana di belakang saya, sambil tetap menunduk, karena langit-langit gua yang rendah. Dan ketika keluar dari gua, saya terkesima melihat pemandangan di depan saya. Sebuah danau luas dengan air bening berwarna toska, dengan hutan hijau di sekelilingnya.
“Di sini tempat ubur-uburnya?” Tanya saya ke Jeme.
Dia menggeleng, “Nanti, setelah makan siang kita ke sana. Letaknya ada di sisi lain pulau ini.”
Saya tertegun, melihat ini saja saya sudah gembira, bagaimana merasakan sendiri sensasi berenang bersama ubur-ubur tersebut. Girang mungkin. Dan setelah makan siang di pantai yang berbatu, Jeme menepati ucapannya.
Air laut transparan seperti bra Miley Cyrus telah menanti kami di perhentian selanjutnya. Saking transparannya, saya seperti tak percaya bahwa Miley mengenakan bra terdapat air di situ.
“Di sini tempatnya ubur-ubur.” Pemandu kami menjelaskan. “Setelah melewati jembatan itu, dan menembus hutan bakau, maka kalian akan tiba di danau ubur-ubur Kakaban.”
Dan tanpa menunggu lama, kami pun bergegas menuju lokasi seperti yang disebutkan sang pemandu.
Berdasarkan panel yang terpampang pada jalan (yang tersusun dari kayu) menuju danau ubur-ubur, saya mengetahui bahwa terdapat empat macam ubur-ubur yang tinggal dan menetap turun temurun di sini sebagai penduduk Kakaban. Dipercaya, ubur-ubur di sini menjadi tidak menyengat setelah melewati fase evolusi dan reformasi selama bertahun-tahun. Ketika melihat danau yang luas di depan, saya pun langsung menceburkan diri ke dalamnya, dan berenang bersama ubur-ubur, dan pacar.
Kakaban juga dikenal dengan tempat snorkelingyang cukup cantik, namun karena keasyikan pacaran berenang bersama ubur-ubur, kami tak sempat menikmatinya.
C. Pulau Sangalaki
Pulau terakhir yang dikunjungi hari ini, memiliki ciri khas pantai putih yang panjang dan pari manta –yang dikenal sebagai jenis ikan pari terbesar– yang sering melintas. Namun sayang hari itu mungkin Beliau sedang bad mood atau PMS, sehingga tidak nampak keberadaannya. Karena lapar, kami memutuskan memesan semangkok Indomie seharga (((du-a-pu-luh-ri-bu-ru-pi-ah))).
Selesai eksekusi Indomie, Jeme mengajak saya yang sangat laki menembus jalan setapak di Pulau Sangalaki. Dan ternyata di sana terdapat rumah konservasi anak penyu, atau lebih dikenal dengan nama tukik. Nantinya anak-anak penyu yang unyu ini akan dilepaskan kembali ke laut. Tak dapat manta, kami dapat tukik. Tak masalah, karena tiada rotan, Raam Punjabi.
Sebuah pertanyaan berdesir di dalam benak saya, “Anak penyu sebanyak ini, siapa mamanya? Apakah Papanya menafkahi mereka secara rutin? Apakah mereka akan menempuh pendidikan yang layak?” Dan beruntung, malam itu juga saya mendapatkan jawabannya ketika pintu penginapan kami digedor oleh orang yang telah dikenal, mengajak untuk melihat sang penyu betina melahirkan di salah satu sudut Pulau Derawan.
***
Hari ketiga, hujan kembali turun dengan derasnya seperti deja vu hari kedua. Selepas sarapan di restoran yang sama, Jeme mengumpulkan kami di dermaga untuk menuju salah satu pulau yang terletak tak jauh dari Derawan, yang bernama Pulau Gusung. Menariknya, pulau ini adalah pulau yang hanya muncul ketika air laut sedang surut, dan terdiri dari hamparan pasir putih seluas Gelora Bung Karno. Mirip pulau pasir di Belitung, minus bintang lautnya.

You don’t need to scream, to feel the love.
Tees by: @TravelingID
Karena air laut akan segera naik, kami hanya menikmati pulau ini sejenak sebelum kembali lagi ke Derawan, untungnya sudah sempat foto-foto lucu di Pulau Gusung. Dan benar saja, hujan turun mewarnai perjalanan singkat kami. Siang itu saya nikmati dengan beristirahat di penginapan, dan kembali keluar sore harinya untuk berjalan-jalan santai di Pulau Derawan. Malam itu, kami habiskan dengan bercengkerama sambil melihat bintang yang bertebaran di langit Derawan. What a night to remember, Bryan.
***
Pagi di hari terakhir, hujan hanya menyisakan sedikit rintiknya. Selepas sarapan kami kembali menuju Tarakan, sebelum diberangkatkan kembali ke tujuan masing-masing. Perjalanan berlangsung lancar, walaupun agak sedikit terjadi guncangan karena ombak dan cuaca yang berangin. Overall, perjalanan kali ini sangat menyenangkan dan menenangkan, apalagi ditambah karena saya bepergian bersama kekasih. Derawan, is a place where love is in the air, land, and sea. A perfect place to celebrate love.
***
INFORMASI:
MITRA DERAWAN TRAVEL KOTA TARAKAN
CP: JEME
081350555555
08524955555
PIN BB: 270F42E1

Me, Hana, & Jeme.
Tee by: @teesIndonesia
This post is special for Mademoiselle Hana Witsqa,
who has been graduated from Universite Lille 1.
Kapan kita jalan-jalan lagi?
Tagged: Derawan, Jeme, Kakaban, Kalimantan Timur, Maratua, Mitra Derawan Travel, Sangalaki, Tarakan
hatinya PKK, tapi kok sampah berserakan ya, hehe
LikeLike
Berarti bodinya belum PKK, haha.
LikeLike
Protes sama penyu yg diangkat!!! Ga boleh kakak…. kasian itu penyu-nya stress dipegang manusia 😥
LikeLike
Kan aku gak ikutan kak, waktu itu aku lagi pegang tangan Hana 😦
*nanti disampaikan ke yang bersangkutan ya*
LikeLike
Iya… ngeh kok klo situ lagi pegang yg lain :p
Cuma ngingetin buat yg laen…he
LikeLike
Siap kak! Semoga bisa jadi sustainable traveler terus! Thanks infonya 🙂
LikeLike
Waaaa….waaaaa…..seru!
LikeLike
Iyaaa…iyaaa… Eh mbak, yang kemarin namamu udah tak serahin ke orangnya ya, hihihi.
LikeLike
iya, udah menghubungi manager-ku orangnya………..*eaaaaaaak*
LikeLike
Suangare rak njamak ik… x))))))
LikeLike
hahahaha…….asemik.
LikeLike
hahahaha…….asemik. Mampir-mampir to ke blog-ku :))
LikeLike
Wea mampir tapi ora komen hahahaha..
LikeLike
Provider telco yang okeh apa ya, di sana?
LikeLike
Ejieee, Telkomsel Mbak.
LikeLike
Aakkkk..lama nggak mampir sini banyak ketinggalan cerita seru..aakkkkk
Bikin iri juga aakkkkkkk
LikeLike
Akkkk, kamu melupakan akuuuhhh.. Akkkkk!
LikeLike
Keren, keren…. 🙂 nice story, nice pic, and nice couple 🙂
LikeLike
Wah, terima kasih banyak! 🙂
LikeLike
Aku jadi teringet bra transparannya Miley Cyrus.. Ooooow….
LikeLike
*dandan Robin Thicke*
LikeLike
Liburan yang romantis bersama sang kekasih.
LikeLike
Terima kasih masbroh, ayo kapan liburan bareng bersama kekasih juga?
LikeLike
ihiy! ihiy! *apaan sih*
LikeLike
Bebeb jangan cemburu yah 😦
LikeLike
kaaaaak ~ kaos itemnya yng di pake dipantai beli dimana? mawuuuuu :3
LikeLike
Itu beli di Twitter kaaak, coba mention @TravelingID deh :3
LikeLike