
H-1 LEBARAN
Lebih kurang setengah jam setelah melewati kota Kudus –yang terkenal dengan soto, jenang, dan malamnya–, mobil kami mulai melangkah menapaki jalan raya Kabupaten Pati. Saya memelankan lajunya ketika melihat banner besar sebelum memasuki Kota Pati. Di pengumuman yang terpampang di Pabrik Kacang Dua Kelinci tersebut tertera tulisan “ada Naga DI SINI“.
“Wow, ada Naga di Pati!” Seru saya, hingga membangunkan Mama yang tertidur di samping saya.
“Naga? Mana Naga?” Dan mobil pun melaju, memasuki Kota Pati yang disambut gapura kedatangan bertuliskan “PATI BUMI MINA TANI.” yang kemudian disusul dengan papan kampanye raksasa salah seorang calon legislatif setempat, bergambarkan muka seorang pria bertampang Jawa yang dicetak seukuran Kaiju, dengan kalimat “Sopo Leh Iki?“
Sopo Leh Iki? Siapa sih ini? Saya pun tak tahu, yang saya tahu adalah saya lapar dan ingin segera mendapatkan istri dunia akhirat menyantap Nasi Gandul juga Soto Kemiri khas Pati.
HARI LEBARAN
Berbekal wejangan “Posisi menentukan prestasi.” kami bangun cukup pagi di hari nan suci itu demi mendapatkan tempat terbaik untuk menunaikan salat Idul Fitri. Sudah merupakan tradisi turun temurun, bahwa salat ied di Pati dipusatkan di Masjid Agung Pati Baitunnur, yang berhalamankan alun-alun Kota Pati. Ketika tiba di lokasi, ribuan jemaah sudah menggelar koran, karpet, dan sajadah yang mereka bawa dari rumah, dan seruan takbir berkumandang membahana di sana. Sungguh suasana yang syahdu, kami bersyukur dapat datang tepat waktu dan tidak menemukan pihak-pihak yang menyalahgunakan lokasi untuk menggelar tikar dan rantang, untuk kemudian piknik.
Kami membentangkan sajadah tepat di halaman Masjid Baitunnur, mendengarkan sambutan pejabat yang sedikit bermuatan politik, sebelum melaksanakan ibadah dengan khidmat.
Acara keluarga sehabis salat adalah mengunjungi makam keluarga untuk mendoakan mereka yang telah pergi mendahului kita, dan dilanjutkan dengan prosesi sungkeman atau bersalam-salaman dengan orang tua dan keluarga sambil meminta maaf dan mendengarkan nasihat dari yang lebih tua. Ketika giliran saya, nenek membisikkan pertanyaan “Kapan nikah?” juga nasihat supaya saya segera menikah. Mama pun sama. Sungguh like mother like daughter. Saya pun cuma bisa mengaminkan dalam hati, sambil berharap pacar saya membaca postingan ini. Di hari yang suci, kami kembali suci, seperti para siswa di Prabumulih.
Opor ayam lengkap dengan sambal goreng dan ketupat tersaji di meja makan, begitu acara selesai. Dan kami pun makan dengan lahap, bagai musafir menemukan oasis setelah berpuasa sebulan lamanya. Memang, opor ayam dan ketupat merupakan makanan khas idul fitri, namun satu pertanyaan menelisik batin saya “Mana makanan khas Patinya?”.
BEBERAPA HARI SETELAH LEBARAN
“Mah, kapan kita makan nasi gandul?” Tanya saya di hari terakhir libur lebaran di Pati. Memang jadwal liburan yang padat –termasuk mengunjungi Malang di libur lebaran saat itu– telah membuat saya belum sempat menikmati makanan Khas Pati.
“Nanti yuk, sekalian ketemu naga.” Mama menjawabnya santai.
“Hah?”
Mama mengarahkan saya untuk menuju Pabrik Kacang Dua Kelinci, yang terletak sedikit di luar Pati. Ujarnya, di sana –karena Beliau pernah mengunjunginya sebelum saya– ada sebuah warung yang berisikan makanan-makanan khas Pati, bernama Waroeng Pati. Glek. Saya menelan ludah, karena lapar dan ingin segera menyantap hidangan di sana.
Saya terkejut ketika mendapati puluhan –atau ratusan– mobil telah memadati halaman parkir Dua Kelinci, sehingga saya diarahkan petugas untuk parkir di lokasi yang agak masuk ke dalam pabrik, tepat setelah patung kelinci raksasa. Di dalam area tersebut, ternyata tidak hanya terdapat Waroeng Pati saja, melainkan banyak keseruan lain yang disediakan untuk memanjakan para pengunjung, atau saat itu lebih tepat disebut pemudik.
Berdasarkan pengamatan saya, berikut beberapa fasilitas keren yang disediakan oleh Dua Kelinci:
A. Booth Kopi Gratis
Mengemudi berjam-jam sering membuat pemudik lelah, dan Dua Kelinci menyediakan tempat untuk menikmati secangkir kopi secara gratis. Kopi nikmat yang dipadukan dengan kacang, akan membuat kamu betah. Apalagi kalau ditambah siaran langsung sepak bola Real Madrid, wuidih, bakal makin mantap!
B. Tenda Pijat Gratis
Selain mengantuk, mudik juga membuat para pelakunya lelah dan pegal. Untuk itu Dua Kelinci juga menyediakan Tenda Pijat Full AC, yang akan menyegarkan jasmani pemudik yang masuk ke tenda ini. Tak usah khawatir membayar dan memberi tip, karena di sini disediakan pijat secara cuma-cuma alias gratis.
C. Layanan Cukur Gratis
Mudik berhari-hari, bisa membuat pemudik makin gondrong. Oleh karena itu, Dua Kelinci menyiasatinya dengan menyediakan layanan cukur gratis. Jangan terkejut jika kamu masuk tempat ini dengan rambut berantakan bak Marcelo, kemudian keluar dengan kepala berkilau layaknya Karim Benzema. Semua dapat dilakukan di sini. Dan bukan hanya itu, buat kamu yang berani Cukur Plonthos di sini, Dua Kelinci juga memberikan voucher belanja cuma-cuma. Kapan lagi, bisa potong rambut gratis, dan masih dapat voucher belanja pula.
D. Arena Bermain Anak
Mudik adalah sarana berkumpul bersama keluarga, dan oleh sebab itu banyak keluarga yang membawa serta anak-anak mereka. Di sini, terdapat juga arena bermain anak, seperti misalnya permainan menceploskan bola ke dalam lubang-lubang gawang yang telah disediakan oleh Dua Kelinci. Ingat, permainan ini khusus untuk anak-anak, contohnya seperti kembar lucu yang berani cukur plonthos atas bawah berikut ini.
E. Toko Oleh-oleh Khas Pati
Salah satu kebiasaan orang Indonesia adalah, menanyakan oleh-oleh ketika mengetahui ada kawan yang mudik ke kampung halaman. Dan kalau kamu memang kebetulan mudik ke wilayah Pati dan sekitarnya, maka Dua Kelinci menyediakan Toko Oleh-oleh Khas Pati. Mulai dari kacang hingga bandeng semua ada di sini. Sekadar informasi, kacang yang dijual di toko ini merupakan kacang unggulan dan pilihan dari Dua Kelinci, yang terdiri dari berbagai macam rasa dan jenis kacang. Mau cari kacang kulit? Ada. Kacang sukro? Ada. Kacang polong? Ada. Mungkin satu-satunya kacang yang tak ada di sini adalah kacang yang lupa akan kulitnya.
Saya sendiri, memilih untuk membelikan oleh-oleh untuk kantor berupa sebungkus besar kacang yang terdiri dari puluhan bungkus kecil kacang yang bervariasi jenisnya. Setelah menyelesaikan transaksi dengan cepat, kami pun beranjak menuju tempat yang sedari tadi menyita perhatian saya. Yaitu …
F. Waroeng Pati
“Mana, naganya Mah?”
“Sebentar, yuk kita ke Waroeng Pati.” Ucap Mama sambil berjalan ke arah belakang toko oleh-oleh, menuju ke arah tempat yang disebutkannya.
Penampakan Waroeng Pati ini, adalah seperti sebuah Rumah Adat Jawa, dengan ukiran kayu dan joglo di depan yang menambah kesan elegan. Di luarnya, ada semacam pendopo dan saung tempat menyajikan makanan, lengkap dengan meja-meja kecil untuk menyantap makanan sambil menikmati kecantikan halamannya.
Memasuki rumahnya, kami disambut oleh keramahan para karyawan-karyawati yang mengenakan seragam Waroeng Pati. Mereka mempersilakan kami duduk sambil memberikan kami menu makanan dan minuman yang tersedia di situ. Interior yang terdapat di dalamnya semua berkesan klasik tapi menarik. Ukiran pada pilar kayu, hingga lampu yang menggunakan desain kuno makin menimbulkan kesan warung makan yang njawani.
“Lalu, mana naganya?” Batin saya. Namun belum sempat bertanya, rasa penasaran saya terjawab ketika melihat menu yang diberikan. Di situ tertulis, bahwa Naga merupakan singkatan dari Nasi Gandul, yang notabene adalah makanan khas Pati. Hehehe, saya pun terkekeh geli. Karena rasa lapar yang semakin membuncah, saya memesan menu lain yang menurut saya unik namanya, yaitu Sori, yang ternyata merupakan singkatan dari Soto Kemiri. Hehehe, lagi-lagi saya terkekeh dengan kreativitas pemilik restoran ini.
“Kalau Si Putih Dingin ini apa, Mbak?” Tanya saya seusai membaca kata demi kata tersebut pada daftar menu. Alih-alih menjawab Asmirandah yang disajikan dengan es serut, pelayan restoran tersebut menjawab –dengan logat Jawa yang kental– “Ini spesial kami, Mas. Es sirsak, yang dipadukan dengan kelapa dan selasih.”
Glek. Jakun saya bergerak naik turun membayangkan kelezatannya. “OKE, SAYA MAU PESAN ITU MBAK!”
Dan tak berapa lama, pesanan kami pun tiba.
Nasi Gandul, adalah salah satu makanan khas Pati yang wajib dicicipi jika kamu berkunjung ke Pati. Ciri khasnya adalah pada kuah santannya yang pedas manis –beda dengan Nasi Padang–, yang disajikan secara becek pada piring yang dilapisi dengan daun pisang. Makanan ini sering dikombinasi dengan jeroan sapi seperti paru, limpa, babat, usus, hingga kaki sapi yang berotot layaknya Ade Rai. Jika kamu ingin merasakan sensasi yang berbeda, makanlah dengan sendok dari daun pisang, yang disebut suru.
Soto Kemiri, juga merupakan makanan khas Pati yang wajib dicoba juga. Beda dengan soto daerah lain, adalah pada kuahnya yang lebih encer dan aroma kemirinya yang khas sekali. Soto ini biasa disajikan pada mangkuk kecil, sehingga bagi saya sangatlah kurang jika hanya menyantepnya semangkuk. Jika Nasi Gandul menggunakan sapi sebagai adonannya, Soto Kemiri memilih ayam untuk teman hidupnya. Akan kurang sempurna menikmati Soto Kemiri jika tidak menambahkan paha, dada, rempelo ati, sampai rongkong ayam kampung sebagai lauknya.
Overall, rasa dari makanan khas Pati yang disajikan oleh Waroeng Pati ini sudah mewakili citarasa kuliner Pati. Pedas manisnya Nasi Gandul, hingga gurih wanginya Soto Kemiri nyaris tanpa cela ketika merambat perlahan di lidah saya. Dan jika ada kekurangan di sini, saya bisa menyebutkan adalah porsi yang disajikan kurang banyak, karena kamu akan selalu meminta tambah lagi dan lagi.
Apabila kebetulan melintasi Kota Pati, sempatkanlah mampir ke Waroeng Pati untuk menikmati kelezatan kuliner khas Pati, disamping membeli oleh-oleh Khas Pati yang juga tersedia di sana.
Waroeng Pati, beralamatkan di Jl. Raya Pati Kudus KM 6,3 Pati,
atau kamu bisa menghubungi nomor telepon berikut untuk informasi yang lebih lengkap: (0295) 4191725.
SELAMAT MENCOBA!
Tagged: Dua Kelinci, Jawa Tengah, lebaran, Nasi Gandul, Pati, Soto Kemiri, Waroeng Pati
Ealah bukak reader blog baca 2 postingan yg bahas waroeng pati…minggu kemarin cuma lewat aja di depannya, tau gitu mampir 🙂
LikeLike
Bener bener. Baca blog-ku aja, mbak. Nggak ngebahas Pati kok 😀
LikeLike
Ahaha tadi aku udah mampir, cuman lupa ninggalin jejak. Semoga menang kuisnya, ya!
LikeLike
Makasih, mas. Amiiinnn. Lagi jadi kuishunter nih biar bisa jalan-jalan gratis kayak mas :3
LikeLike
Hihihi, emang lokasi di mana waktu itu? Harusnya sekalian mampir, Mbak.
LikeLike
postingan mas ari ya mbak huhuhu…. aku malu tiap kali baca postingan jawa tengah, lahir di jateng tapi banyak gak tau ttg jateng 🙂
LikeLike
😦
LikeLike
Tangan ka Arip belang ya? 😐
Dan mama kayaknya selalu eksis sama kacamata itemnya yaa? 😀
LikeLike
Kamu perhatian sekali cupah :’)
Iyaaa, itu kacamata dari akuuu hihihi..
LikeLike
kak, kapan nikah kaK? *bisik-bisik*
LikeLike
kak, bagi kamera kak.
LikeLike
layanan cukurnya epic ! =))))
wonderingbrp byk orang yg cukur selama mudik
LikeLike
Hahaha, fast comment banget!
Sayang gak bisa cukur yang lain, padahal mau … *pamerin bulu dada*
LikeLike
Aku suka banget nasi gandul! Tapi belum pernah cobain yang asli Pati.
Duh, Mas. Gendong kacang segitu banyak mbok ya bagi bagi toh :p
LikeLike
Wah, nasi gandul di sana enak, Mbak Deb. Salah satu langgananku adalah Pak Sardi di Gajahmati, belakang rumah nenek soalnya, harus cobain tuh.
KAMU MAU TAK GENDONG JUGA, MBAK? *halah* 😀
LikeLike
Salam kenal mas, saya wong pati yg gemar menari 😀
LikeLike
Wah, salam kenal juga mbak. Menarinya di pikiranku apa di alun-alun, Mbak? 😀
LikeLike
Salam kenal Mas,,,, hahahaha kasus sama, sejak njajah Kudus trus nginjak injak Pati pertama kali penasaran juga sama “Naga” di Pati……….. pas udah tau……..wealahhhhhhhhhhhhh usil bener iklannya…. setujuuuuhhhh so delicious
LikeLike
Halooo, salam kenal! Emang kaan iklannya bikin penasaran, hahaha. Untungnya enak, jadi gak tertipu sama iklannya 😀
LikeLike
Astagaaa.. ujung-ujungnya KUIS hahaha.. #kuishunter sih 🙂
LikeLike
EMAAAANGGGG : ))))
…yang penting menaaangggg.
LikeLike
loh? lebaran 2013 kemarin aku juga mam naga disana..
dan berhasil menghasut masku cukur gundul supaya bisa bawaa oleh-oleh kacang sekerdus..hehe
tapi kok ga berhasil bawa 2 juta ya.. 😦
suka banget naga! rasanya kaya rawon tapi ada santennya tapi enak pake banget..
kalo ke pati pasti mampir..
LikeLike
Loh? Kok gak ketemu? 😦
Ya kamu gak ikutan blog competition, ya gimana bisa menang dua juta! Hahaha.
LikeLike
hehe. blog nya belum lahir waktu itu..
eh kalo naga yang di garuda food, diatasnya ditaburin pilus lhoh mas.. enak sih tapi aneh gitu. ngambang2 di kuahnya. haha
LikeLike
Wah unik! Harus cobain ke Garuda Food nih kalau pas ke Pati 😀
LikeLike