
Halo semuanya!
Tak terasa sudah lebih dari setahun blog serius ini hadir di tengah-tengah penduduk Bumi. Dan karena ini adalah artikel ke-69, maka saya berusaha untuk membuatnya spesial, seperti angka tersebut. Untuk sebagian orang, angka 69 berarti sebuah posisi seks seperti yang dilantunkan dan dilakukan oleh Ariel ketika masih bersama Peter Pan dulu “Kaki di kepala, kepala di kaki.”, yaitu di atas normal. Bagi sebagian lain, 69 merupakan simbol Yin-Yang, atau dualisme keseimbangan, seperti misalnya pria dan wanita, gelap dan terang, hitam dan putih, panas dan dingin, juga saya dan Luna Maya. Sedangkan untuk kebanyakan anak SD, 69 hanya berarti angka setelah 68 dan sebelum 70.
Jika dilihat bentuknya, angka 69 adalah seperti sepasang kecebong yang berhadapan namun terbalik posisinya. Yang satu kepalanya di atas, satunya di bawah. Dan dengan mengambil filosofi bahwa kalau sudah 69 harus putar balik, maka saya akan membuat sebuah artikel tentang awal yang mendasari terjadinya traveling itu sendiri.
Secara garis besar, ada beberapa komponen mengenai traveling yang dapat diulas di sini. Dan mari kita simak enam komponen esensial dari traveling versi penulis, only on this spot.
1. WHY TRAVEL?
Mengapa traveling?
Ada beberapa alasan yang mendasari orang untuk melakukan traveling, misalnya cinta, membahagiakan orang tua, mencari bahan artikel karena pekerjaan, maupun hanya sekadar numpang kayang di Taj Mahal. Alasan-alasan inilah yang menjadi motivasi dan semangat orang untuk bepergian. Namun tak selamanya traveling ini membutuhkan alasan, ada juga yang traveling karena sindrom entahlah-tiba-tiba-pengin-traveling-gak-perlu-elu-ngurusin-gue-nyet dan sebagainya.
Namun yang perlu diingat, bukankah tidak mempunyai alasan ini sendiri juga merupakan sebuah alasan?
2. WHO ARE YOU AND WHAT’S YOUR TRAVELING STYLE?
Siapa kamu, dan apa gaya traveling yang kamu pilih?
Pada dasarnya, traveling dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang kepribadian, usia, jenis kelamin, pekerjaan, maupun jumlah bulu dada. Namun karakteristik seseorang, dapat mempengaruhi gaya traveling yang dipilih.
Secara garis besar, ada tiga macam gaya traveling, yaitu:
A. Luxury Traveling
Gaya traveling ini, mengedepankan kenyamanan dan kualitas dalam bepergian. Koper, penerbangan kelas bisnis, hotel bintang lima, transportasi yang nyaman, makanan dari restoran nomor satu, dan (terkadang) belanja sampai mati merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gaya traveling ini. Pelakunya? Kebanyakan adalah golongan menengah ke atas, baik secara keturunan, maupun karena pekerjaannya, atau mungkin juga wanita (dan sebagian kecil pria) yang tidak mau ribet ketika traveling. Keuntungan dari gaya traveling ini adalah kita bisa mendapatkan semua fasilitas yang kita idam-idamkan, namun kerugiannya adalah biaya yang cukup besar, yang mungkin bisa digunakan untuk 2-3 kali traveling dengan gaya berikutnya.
B. Backpacking
Jika kamu melihat orang yang menggendong ransel besar seukuran Ucok Baba sedang berjalan-jalan di suatu daerah, maka kemungkinan orang yang kamu temui adalah seorang backpacker. Adapun backpacking —seiring dengan berjalannya waktu–, kini dikenal dengan suatu gaya traveling yang mengedepankan biaya murah, dan disimbolkan dengan menggendong ransel. Penerbangan kelas ekonomi –dengan tiket promo yang dipesan setahun sebelumnya–, penginapan berbentuk dormitory –yang dalam satu kamar bisa dijejalkan hingga belasan orang–, makanan jalanan, tidak belanja dan membeli oleh-oleh, tas punggung besar yang bisa memuat Oni Syahrial, juga pakaian yang terlihat gembel adalah beberapa karakteristik seorang backpacker. Namun, walaupun terkesan belel dan gembel, sesungguhnya seorang backpacker juga perlu mandi. Saat ini, backpacker merupakan gaya traveling yang paling digandrungi, karena biayanya yang murah. Namun tak semua orang punya banyak waktu untuk bepergian dengan gaya backpacking dalam waktu yang lama.
C. Flashpacking
Flashpacking, merupakan gaya traveling yang terletak di antara luxury dan backpacking. Luxury karena masih mempunyai cadangan uang untuk sekadar berbelanja, menikmati transportasi/akomodasi yang nyaman, pergi dengan tiket promo kelas ekonomi, hingga tinggal di penginapan yang lumayan namun tidak ngenes-ngenes amat seperti backpacker. Di antara karyawan, gaya ini cukup diminati, karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki banyak waktu untuk bepergian dengan tempo yang lambat layaknya para backpacker dan cukup sayang untuk membuang uang seperti orang yang bepergian dengan gaya luxury.
3. HOW TO PLAN A GREAT PLAN?
Supaya lancar, tak ada salahnya apabila kita melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum traveling. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
A. Where do you want to go?
Sebelum traveling, lakukan survei terlebih dahulu mengenai daerah dan masyarakat yang akan dikunjungi, misalnya tentang bagaimana budaya mereka, apa mata uang yang digunakan, dengan bahasa apa mereka berkomunikasi, bagaimana bentuk socket listrik di sana, hingga apa jenis kloset yang mereka pakai. Jangan sampai kurangnya informasi membuat kita justru tidak menikmati traveling, misalnya karena membawa charger handphone yang dibuat untuk dipakai di Indonesia tanpa membawa converter ketika bepergian ke Singapura, atau tetap memaksakan memakai Rupiah ketika berkunjung ke Kinabalu dengan asumsi masih satu pulau dengan Kalimantan.
B. When do you want to go?
Selain ke mana, kita juga harus mengetahui kapan kita akan berangkat ke sana. Hal ini penting untuk menentukan apa jenis perlengkapan yang perlu dibawa ketika traveling, terutama untuk masalah busana. Pelajari dahulu bagaimana cuaca, juga musim yang sedang dialami oleh lokasi yang akan dituju sebelum menyiapkan busana dan perlengkapan yang akan dibawa. Jangan malah salah pakai bikini ketika mengunjungi Jepang di musim dingin, atau justru membawa jaket tebal beserta syal dan kupluk ketika akan berwisata di Pulau Komodo.
C. How to plan a great plan?
Setelah mengetahui ke mana dan kapan kita akan melakukan traveling, maka langkah selanjutnya adalah membuat rencana perjalanan. Rencana ini juga meliputi jadwal perjalanan, yang dikenal oleh orang bule dengan nama itinerary. Itinerary ini berisi panduan mengenai tempat yang akan dituju serta jangka waktunya.
Misalkan kita ingin mengunjungi Bandung pada akhir pekan, kita bisa membuat itinerary:
- Sabtu pagi: Berangkat
- Sabtu siang: Sampai Bandung
- Sabtu malam: Jalan-jalan ke Dago lalu pacaran
- Minggu pagi: Bangun tidur
ku terus mandi,jogging di Lapangan Sabuga - Minggu siang: Cari batagor
- Minggu malam: Balik Jakarta
Tentukan juga berapa lama kita melakukan traveling, karena berkaitan dengan berapa banyak perbekalan yang akan dibawa. Berikut ini merupakan list beberapa komponen yang esensial dalam traveling:
- Dokumen (Meliputi Paspor, Visa, KTP, Peta, Tiket transportasi, Bookingan hotel, itinerary).
- Uang dan sejenisnya, seperti kartu kredit dan cek.
- Pakaian dan aksesorisnya.
- Elektronik dan perangkatnya, misalnya handphone, kamera, laptop, charger, powerbank, atau mesin dingdong.
- Makanan dan obat-obatan.
- Alat tulis.
- Kosmetik dan Alat Mandi (bisa dibaca di sini)
4. SUIT YOUR PLAN WITH YOUR FINANCIAL CONDITION.
Rencana, cuma akan menjadi wacana, apabila tidak didukung dengan dana. Untuk itu, pendanaan juga merupakan faktor yang sangat penting dari traveling. Sesuaikan rencana tersebut dengan kemampuan finansial kamu. Misal jika kamu hanya pekerja dengan UMR, maka jangan dipaksakan untuk menginap di hotel bintang lima, atau berarti harus menabung lebih lama jika ingin menginap di hotel yang diidamkan tersebut. Buatlah budget khusus apabila ingin melakukan traveling secara berkala.
Salah satu tip dari saya, buatlah rekening khusus untuk traveling yang dipisahkan penggunaannya dari keperluan sehari-hari. Apabila tidak ada alokasi khusus dari penghasilan bulanan, maka carilah penghasilan tambahan untuk mengisinya. Will strip for cash, maybe?
5. PARTNER, YES OR NO?
Teman, dapat menjadi partner yang menyenangkan ketika traveling. Tapi itu juga tergantung teman yang seperti apa dulu, jangan sampai malah teman tersebut menjadi beban ketika traveling. Teman yang merepotkan, suka menggerutu, atau berbeda gaya traveling sebaiknya dicoret dari list traveling partner. Sebaliknya, teman yang baik hati, ramah tamah, suka menolong, dan rajin menabung, dapat dipertimbangkan untuk menjadi traveling partner.
Pasangan –dengan syarat dan ketentuan berlaku–, juga dapat menjadi partner yang mengasyikkan ketika traveling asalkan bukan tipe yang terlalu manja, cemburuan, dan selalu minta diperhatikan terus.
Keuntungan traveling secara berkelompok diantaranya adalah:
- Kita dapat membagi tugas tiap anggota, misalkan sebagai leader, pembaca peta, bendahara, juru foto, model, hingga figuran.
- Sharing cost, sehingga biaya transportasi dan akomodasi dapat ditekan.
- Kita tak perlu repot-repot untuk meminta bantuan ke orang lain yang tak dikenal ketika ingin difoto, tinggal serahkan ke si juru foto dan beres.
Sementara kerugiannya mungkin lebih ke susahnya menyatukan pemikiran beberapa kepala yang terlibat dalam kelompok ini, sehingga dibutuhkan peran serta seseorang yang ditunjuk sebagai leader.
Selain itu, ada juga traveler yang lebih suka pergi sendirian. Alasannya bermacam-macam, bisa karena gak mau repot dan ribet memikirkan orang lain, ingin lebih bersosialisasi dengan orang yang ditemui selama perjalanan, atau karena tak punya teman. Sedih ya? Iya. Untuk menjadi seorang solo traveler, tentunya dibutuhkan keberanian dan kemampuan ekstra dalam diri sendiri, karena harus menyatukan bermacam talent seperti leader, pembaca peta, bendahara, juru foto, model, hingga figuran ke dalam diri sendiri.
6. FORGET IT, AND LET’S TRAVEL!
Pada akhirnya, yang dibutuhkan dalam traveling adalah kemauan, tanpa perlu terikat pada komponen-komponen tersebut. But remember, because sometimes, traveling is not cheap. So you have to take photos, make stories, or just enjoy it.
LET’S TRAVEL!
Tagged: budget, flashpacker, itinerary, partner, Traveling for Dummies, traveling style
Yang terakhir nendang banget,,, apapun gayanya forget it dan yuk jalan-jalan ^__^
LikeLike
Ihiy! Ayuk jalan-jalan bareng mas blogger kondang*!
*seantero Jombang
LikeLike
Rekening khusus travelling? Ide bagus! Tulung isike ya riv.
LikeLike
Mah lewat ngarep opo mburi ngisine?
LikeLike
C. How to plan a great plan? Elektronik dan perlengkapannya itu jangan lupa powerbank dan adaptor colokan (kalo ke luar negeri). POWERBANK.
LikeLike
POWERBANK … SI—YAAAAP!!
*tambahin di post*
LikeLike
nah ini gaya nulisnya udah balik lagi ~(‘-‘~) (~’-‘)~
LikeLike
Wahahaha, seriusan? Aku malah gak sadar gaya nulisnya yang kayak gimana :)))))
LikeLike
that ‘let’s travel’ phrase reminds me about someone who likes to said ‘let’s plan our weekend getaway’
:’D
*tau-tau minggu depan udah ditinggal ke perancis*
LikeLike
Hahahaha! Let’s travel! To warung udon 😀
LikeLike
Selalu suka tulisannya Arip!!!! 😀
LikeLike
AMACAAAAAA??? 😀
LikeLike
yaaaak ternyata saya mampu mengkombinasikan Luxury, Backpacking dan Flashpacking dalam waktu bersamaan *udah kayak omnivora yah gue, pemakan segala* muwhahahaha
LikeLike
ELU EMANG MAKANNYA BANYAAAAAK!!!
*eh*
LikeLike
BANYAKAN MANA SAMA LO PAS MUDIK KE JAWA TIMUR? *eh kepencet capslocknta* hahahah
LikeLike
HANJIR ITU MAH NGEMIL DOANG!!
*eh*
LikeLike
lupa mau komentarin contoh itinerary lo yg bandung, sedih banget yah, ke Bandung cuma makan Batagor sekali aja di hari minggu, sabtu ga makan *pukpuk* #gagalpaham
LikeLike
Yang penting kan pacaran malam minggunya di Dago atas, peluk-pelukan, sambil lihat lampu. Hazeg.
LikeLike
Artikelnya pas banget kak buat dummies kayak saya. Makasih kak Ariev. Makasih klinik tong fang! :3
LikeLike
Makasih mas Acen, bikin mountaineering for dummies dong buat dummy kayak saya :3
LikeLike
Nanya dong. Point nmr 2: who are you and what’s your traveling style. Kenapa jenis kelamin harus dipandang? 😦
LikeLike
Woooo, padahal tulisannya tanpa memandang woooo. *jiwit*
LikeLike
Jadi pengen jalan2 abis bacanya.. Eh baru tau trnyata ada istilah flashpacking yaa? selama ini nyari istilah yang tepat utk gaya jalan2 kayak gitu. Hehehe
LikeLike
Iya, namanya flashpacking untuk tipe jalan-jalan seperti itu. Sekarang sudah banyak buku yang beredar kok tentang flashpacking.
Ayo jalan-jalan! Hihihi.
LikeLike
Iyaa, soalnya biasa jalannya juga ala2 flashpacking, pengennya sih backpackeran biar murah. Tapi ga kuat bawa backpack lama2 dan blm prn nyoba tidur di hostel.hahaha *lemah*
Tapi tetep donk irit jalan2nya. Hihihi
LikeLike
Hihihi, sekali-kali harus dicobain tuh backpacking, seru! Backpack besar tinggal di hostel, terus jalan pakai daypack kecil aja. Asik.
LikeLike
Iyaa mau! Itu salah satu list yg harus dilakukan nanti. Jalan pake daypack kecilnya sih udah, cuma belum kesampean bw daypack gedenya aja. Hohoho soon. Travelling tanpa tour guide gt berasa bgt ya freedomnyaa 😉
LikeLike
Wah, aku malah jarang banget pakai tour guide. Biasanya bikin itinerary sendiri based on book or online research, asik, jadi gak terikat waktu dan kepentingan.
LikeLike
iyaa aku juga ga demen kl pake tour guide. cuma kl acara dr kantor gt kan pasti pake tour guide. kl pake tour guide malah jadi ga ada tantangannya. malah jadi sayang sm waktu dan kesempatannya buat ngebolang kaan.. btw biasa kl book hostel lewat agoda atau apa?
LikeLike
Iya benar, tapi mungkin ada daerah yang lebih enak dieksplore dengan tour guide, nah itu bisa jadi pertimbangan.
Book hostel biasa pakai hostelworld, tapi kadang juga pakai Agoda atau langsung email ke hostelnya.
LikeLike
ada kaos zoe! #tetep
LikeLike
Hahaha! Azeg!
LikeLike
Berarti saya selama ini adalah “Flashpacker” *barutau
LikeLike
Iya, saya juga!
LikeLike