Semua berawal dari sebuah pesan singkat melalui WhatsApp yang saya terima di penghujung bulan Oktober 2016, dari Mbak Trinity, seorang legenda travel blogger di Indonesia, yang bertanya, “Tanggal 28 Oktober ada di mana? Bisa bolos gak?”. Kampret ini Mbak Trinity, ngobrol jarang, eh tiba-tiba ngajakin bolos. Saya membalas pesannya dengan mengatakan bahwa saya di Jakarta saja, ngantor, dan menanyakan alasan mengapa dia bertanya.

Namun jawabannya, yang ternyata adalah sebuah tawaran, merupakan hal yang mungkin tak akan datang dua kali dalam hidup saya.

"Mau ikutan syuting film TNT ga jadi cameo? Di Jakarta."

(((SYUTING))) Ya, syuting, sebuah kata terjemahan dari ‘shooting’ yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia di KBBI, yang berarti pengambilan gambar/adegan guna keperluan sebuah film. Sebuah kata yang membangkitkan gairah saya untuk membolos kantor, demi bisa setara dengan Raditya Dika dan Ernest Prakasa.

“Sebenarnya ngantor sih, Mbak, tapi kalau acaranya sore mungkin bisa, atau jam sebelum Jumatan gitu, hehe.” Balas saya sambil malu-malu mau.

Baca: Intimate Interview bersama Trinity Traveler: Hidup sebagai Travel Writer!

Berikutnya, Mbak Trinity menghubungkan saya dengan Casting Director film tersebut, Mas Hagai, yang kemudian memberikan jadwal shooting kepada saya. “Kalau pagi sampai jam makan siang bisakah?” Tanyanya.

“Sebenarnya, saya pagi mau ikutan acara lari di kantor, tapi mungkin bisa di-skip kalau ikutan ini. Haha.” Jawab saya, masih malu-malu mau. “Bagaimana, Mas?”

“Sudah main film saja.” Jawabnya, “Ada fee-nya sekian sekian.”

Main film, masuk bioskop, dan dapat uang. Masa iya rezeki ditolak, gak enak lah sama Reza Rahadian. “Nanti perannya sebagai wartawan di acara launching buku Trinity, yang sedang interview Trinity.” Jelasnya lagi. Walaupun tidak mendapat peran sebagai Hamish Daud, saya bersyukur, karena tanpa perlu ikut casting seperti Rachel Maryam, Sarah Azhari dan Femmy Permatasari, saya langsung mendapat peran di film tersebut.

“Oke, Mas. Nanti lokasi di mana ya?”

“Di Coffe Life, daerah Ragunan. Pukul tujuh pagi, persiapan ini itu.”

Trinity: The Nekad Traveler

“Kalau untuk cameo lain, kira-kira saya ada yang kenal gak ya, Mas?”

“Puan Nindya.”

“Oh, si Puan.” Siapa ya? 

Pada hari yang telah ditentukan, saya bersama Neng, tiba di lokasi pada pukul delapan lewat, karena macet jahanam yang melanda wilayah Fatmawati, Cilandak, dan sekitarnya. Sebenarnya, Neng sedang ada pekerjaan hari itu, namun saya merayunya, dengan mengatakan tolong dukung karier suaminya menjadi artis bahwa acaranya tidak sampai siang kok, paling sebelum Jumatan sudah selesai.

Saya sempat sedikit panik, karena tiba beberapa saat melewati pukul tujuh pagi, namun ketika sampai sana ternyata semuanya belum siap untuk shooting. Para pemain masih berada di ruang make-up, tempat shooting belum rapi, dan yang namanya Puan pun belum kelihatan. Saya ditempatkan di sebuah ruangan di samping Coffee Life yang menjadi ruang serbaguna untuk kepentingan shooting.

“Sudah, makan dulu saja, Mas.” Pinta Mas Hagai kepada saya, sambil memberikan selembar kertas yang bertuliskan dialog yang harus saya ucapkan dalam film. “Nanti Mas bilang ini, ke Trinity.”. Ya, Trinity di sini adalah berarti Maudy Ayunda, yang memerankan Trinity muda dalam film.

DHEG! Ternyata saya bakal beradu peran dengan Maudy Ayunda. Seketika, saya merasa Jakarta ramai, hatiku sepi. Karena hanya ada saya dan Maudy.

Trinity: The Nekad Traveler

Jatah dialog saya dalam film

“Lalu, untuk pakaian, perlu ganti gak Mas?” Tanya saya yang pagi itu mengenakan kemeja denim warna biru muda yang sedikit belel.

“Oh, ganti dong.” Jawabnya, sambil bergerak ke arah rak pakaian, “Ini pakai ini, ya.”

Saya memperhatikan kemeja yang masih menempel pada hanger tersebut. Sebuah kemeja lengan panjang berbahan linen warna biru denim, dengan kerah dan lengan warna krem bergaris hijau-oranye yang seperti sudah pudar. Selain itu terdapat juga kantung kemeja yang berada pada posisi tak wajar, yaitu pada sisi perut sebelah kanan, bukan di dada kiri pada umumnya.

“Oh, mungkin kalau busana artis memang seperti ini.” Batin saya, sambil mencoba kemeja yang ternyata lengannya kepanjangan tersebut. “Biar beda dengan yang lain.”. Selain kemeja, saya juga diberikan sebuah pulpen, buku catatan, dan name tag, supaya terlihat wartawan banget. Atau petugas sensus.

Trinity: The Nekad Traveler

Wardrobe yang saya pakai dalam film

Sambil menunggu semua ready, saya sarapan bersama Neng sambil menghapal sekalimat dialog yang saat itu terasa lebih panjang daripada Surat Al-Baqarah. Satu jam kemudian, barulah saya masuk ke ruang make-up, mendapat polesan bedak yang membuat wajah putih dan leher putih muda.

Sekitar pukul sepuluh, saya dipanggil untuk masuk ruang shooting di dalam Coffee Life, di mana di dalamnya sudah terdapat para pemain film seperti Maudy Ayunda sebagai Trinity serta Rachel Amanda, Babe Cabiita, dan Anggika Bolsterli sebagai para sahabat Trinity.

Menyusul berikutnya, Puan Anindya dan Ariev Rahman sebagai wartawan dari Vogue dan Lampu Hijau, bersama beberapa extras yang sudah siap sedari subuh.

Adapun setting dan skenario dalam acara shooting tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Maudy, sebagai Trinity, duduk di balik meja dalam acara peluncuran bukunya, bertugas memberikan keterangan kepada media, sekaligus melakukan tanya jawab.
  2. Babe, Anggi, dan Rachel, sebagai para sahabat Trinity, duduk di sofa samping meja, bertugas memperhatikan sesi wawancara tersebut, sambil angguk-angguk, atau geleng-geleng.
  3. Puan dan Ariev, sebagai wartawan, berada di seberang meja, berdiri bersama para extras lain, dan bertugas mengajukan pertanyaan ke Trinity.
  4. Para extras, sebagai wartawan media lain, yang berada di sekitar Puan dan Ariev, bertugas sok asyik dengan peralatannya masing-masing selama wawancara berlangsung.

Kelihatannya simpel kan, tapi kenyataannya, ini sangat complicated  dan membutuhkan waktu yang lama.

Trinity: The Nekad Traveler

Maudy Ayunda, sebagai Trinity.

Adegan diawali dengan Maudy yang memberikan speech mengenai alasan di balik peluncuran bukunya.  Yang kurang lebih seperti ini bunyinya.

“Saya ingin memberikan kisah-kisah dan pengalaman yang sangat menarik, unik, dan seru, juga ingin berbagi dengan para pembaca bahwa keindahan berbagai negara dan kota-kota di Indonesia telah membuka mata hati dan mengubah sudut pandang saya melihat dunia.”

Sepertinya simpel kan? Tapi ternyata pada praktiknya sangat susah. Karena untuk menghapal dialog sepanjang itu tidaklah mudah, dan dibutuhkan ingatan yang bagus. Belum kalau salah-salah sedikit, seperti misalnya:

CUT! Masih belibetan ngomongnya!

CUT! Tadi masih kebalik-balik kalimatnya!

CUT! Artikulasinya, jangan kecepetaaaan!

Yuk, mulai lagi, rolling, and action!

Untungnya, yang diminta mengucapkan dialog panjang tersebut adalah Maudy Ayunda, yang memang sudah profesional, sehingga tidak perlu waktu lama baginya untuk melakukan hal tersebut. Coba kalau saya, pasti akan membutuhkan waktu berhari-hari, wong baca ijab kabul saja saya nyontek.

Trinity: The Nekad Traveler

Setelah, scene perkenalan Trinity, maka berikutnya adalah sesi tanya jawab, di mana saya dan Puan akan mengajukan pertanyaan kepada Maudy Ayunda. Dalam scene ini, Rachel Amanda, yang bermain sebagai Yasmin, maju ke samping Maudy dan melempar pertanyaan ke arah wartawan.

Catatan: Pada scene ini, kamera hanya akan mengarah ke arah Trinity, sementara para wartawan hanya akan di-shoot bagian punggungnya saja.

“Ada yang mau bertanya?” Tanya perempuan yang sempat muncul di sinetron Tersanjung 6 ini.

Berikutnya, Puan mengangkat tangan, bukan karena ingin bertanya sungguhan, namun karena mengikuti script film. “Hal apa yang Trinity takutkan di dunia ini?”

“Hehehe.” Maudy terkekeh, manis. “Tentunya hal-hal seperti, mati, dan kehilangan orang yang disayang. Namun saya paling takut kalau sudah tua, lalu menyesal, kenapa tidak dari dulu melakukan hal tersebut. Makanya saya jalan-jalan.”

Trinity: The Nekad Traveler

Tidak, adegan tersebut tidak diambil dalam sekali take, karena ada beberapa kesalahan kecil yang terjadi dan membuat adegan tersebut diulang. Seperti misalnya, Maudy lupa teks, Maudy terbelit-belit mengucapkan kalimatnya, hingga Maudy terlalu manis untuk dilihat. Belum apabila adegan diulang karena ingin mengambil ‘close-up shot’, ‘medium shot’, hingga ‘long shot’. Tidak, tidak ada yang namanya Double Headed Snake Shot di sini.

Dalam beberapa kali break antar scene, aktris yang memiliki nama lengkap Ayunda Faza Maudia ini mengisi kesibukannya dengan menghapal script, bersenandung, juga mengemil yoghurt. Beda ya dengan saya, yang ketika iseng suka ngemil Nasi Padang. Apabila sedang kegerahan, ada juga yang bertugas mengipasi Maudy. Wait, ini Maudy atau sate ayam?

OKAY, NEXT SCENE!

Trinity: The Nekad Traveler

Kali ini giliran saya yang memberi pertanyaan ke Maudy, ehem. Saya berdeham guna melancarkan tenggorokan, menghela napas sedikit supaya lebih tenang, dan mencoba tidak melempar mata genit ke Maudy. Berikutnya, dari script yang saya dapat, saya mulai bertanya, sambil tetap membaca, karena kamera tidak mengarah ke saya.

Catatan: Adegan di bawah ini diambil dalam beberapa kali take.

Slate 3210, Scene 106, Take 9, Rolling … and Action!

“Dari semua negara yang pernah dicoba Trinity negara mana yang paling berkesan?”

(((DICOBA))) Saya memperhatikan kembali teks tersebut, sebelum menatap ke arah Maudy, dan berikutnya sepasang mata kami saling bertatapan. DHEG! Sungguh rasanya saat itu saya ingin menawarkan kenyamanan, sambil berucap “Mau dyayun, nda?”

Maudy tersenyum kembali, manis. “Setiap tempat itu unik buat saya, semuanya selalu punya sesuatu yang memorable. Tapi memang hanya ada satu yang selalu ngangenin.”

“Saya ya, mbak?” Tanya saya, dalam hati, sambil menatap Maudy yang memberi jeda antar kalimatnya.

“Indonesia.”

Yah. Kirain saya.

Trinity: The Nekad Traveler

Trinity: The Nekad Traveler

Sekadar informasi tentang Maudy Ayunda, bahwa perempuan kelahiran 1994 ini sebenarnya mengawali karirnya sebagai penyanyi, namun perannya di film Untuk Rena pada tahun 2006, ternyata membuka pintu kariernya di dunia film. Berikutnya, namanya semakin dikenal ketika membintangi beberapa film layar lebar,seperti Tendangan dari Langit (2011), Rumah Tanpa Jendela (2011), Malaikat Tanpa Sayap (2012), puncaknya, ia semakin populer saat beradu akting dengan Adipati Dolken dalam film Perahu Kertas yang diangkat dari novel karangan Dewi Lestari.

Tentang film Trinity: The Nekad Traveler, Maudy mempunyai alasannya sendiri tentang keikut-sertaannya pada film tersebut, “Aku merasa jodoh dengan film ini. Aku melihat ini secara cita-cita bukan dalam bentuk konvensional. Banyak pesan-pesan inspiratif yang bisa kita ambil dalam film ini,” katanya, dalam sebuah wawancara dengan media beberapa waktu lalu.

Kalau sama saya, jodoh gak, kak?

Source 1
Source 2
Source3
Trinity: The Nekad Traveler

Shooting sempat terhenti karena adanya kendala teknis berupa kamera yang bermasalah. Kendala yang membuat Mas Rizal Mantovani, sebagai sutradara, kesal dan memutuskan menunda shooting hingga selepas jam makan siang dan setelah Jumatan, pun berimbas kepada saya dan Puan selaku cameo, karena jatah shooting kami belum berakhir.

Saya harus segera kembali ke kantor, sementara Puan harus mengejar travel ke Bandung karena ada janji yang harus ditepati. Tapi, da kita mah saha atuh? Sebagai cameo, kami pun harus pasrah mengikuti jadwal shooting dari tim. Demi masuk bioskop.

Lalu bagaimana dengan Neng? Neng yang memang ada pekerjaan di hari itu, terpaksa pamit terlebih dahulu, sebelum acara shooting berakhir. Padahal, saya baru mau minta difoto oleh Neng ketika di-shoot oleh kameranya mas Rizal yang hitam dan besar itu.

Trinity: The Nekad Traveler

Rizal Mantovani, sutradara film Trinity: The Nekad Traveler

Sehabis Jumatan dan makan siang, shooting berlanjut lagi. Kali ini giliran saya dan Puan yang mendapat peran utama, untuk disorot kamera. Sementara Maudy Ayunda sendiri, sudah selesai jatah shooting-nya, dan tinggal membersihkan make-up yang masih menempel di wajahnya.

Puan yang memang terbiasa di depan kamera, mampu mengatasi tantangan tersebut dengan lancar, sementara bagi saya yang introvert, dibutuhkan waktu shooting yang lebih lama dengan beberapa kali pengambilan ulang gambar, karena saya terlihat grogi dan tidak mampu mengucapkan kalimat dengan lancar dan benar.

Sungguh, walaupun sudah berlatih dan menghapal, namun kalau sudah di depan kamera rasanya lain. Kadang terlalu cepat ngomong atau kadang terbalik kata-katanya, apalagi tidak ada Maudy Ayunda yang menemani. Untung saja Mas Rizal Mantovani sabar dan mau membantu saya untuk berakting di depan kamera. Coba kalau sutradaranya Quentin Tarantino, mungkin biji saya sudah diiris karena retake melulu.

Kurang lebih, beginilah wajah saya di layar bioskop untuk film John Wick 2, eh Trinity: The Nekad Traveler, maksudnya.

Trinity: The Nekad Traveler

Lumayan kan bisa muncul di bioskop selama tiga detik, jangan lama-lama, nanti malah diminta menggantikan peran Hamish Daud. Paling tidak, dengan kemunculan saya sebagai cameo, telah membuat saya merasa sebagai Stan Lee di film-film Marvel, atau Ed Sheeran di Game of Thrones season 7.

Dari prediksi awal untuk berakhir pada jam sebelum makan siang, ternyata shooting pada hari itu baru bisa berakhir sekitar pukul tiga sore, namun untung saja, Maudy belum pulang, sehingga saya bisa meminta foto bersama, sambil memberikan kartu nama Backpackstory.

“Aku juga menulis tentang traveling.” Ucap saya ke Maudy sambil memberikan kartu nama. “Kayak Mbak Trinity, yang asli.”

Dengan senyumnya yang manis, Maudy menerima kartu nama tersebut, “Oh ya? Aku juga suka membaca loh.”

Wah, kamu suka membaca, aku suka menulis, tapi maaf ya Maudy Ayunda, aku sudah ada yang punya.

Trinity: The Nekad Traveler

Poster film Trinity: The Nekad Traveler

Film Trinity: The Nekad Traveler ini mengambil cerita tentang Trinity (Maudy Ayunda) yang merupakan mbak-mbak kantoran yang hobi traveling sejak kecil. Namun, hobinya ini sering terbentur dengan penghasilan pas-pasan dan jatah cuti di kantor. (sounds familiar) Akibatnya Trinity sering diomeli atasannya (Ayu Dewi).

Diceritakan juga bahwa Trinity memiliki sahabat yang mempunyai hobi sama, yakni Yasmin (Rachel Amanda) dan Nina (Anggika Bolsterli), dan ditambah dengan sepupu Trinity, yaitu Ezra (Babe Cabita). Karena hobi menulis dan jalan-jalan tersebut, Trinity selalu menuliskan pengalamannya dalam sebuah blog (hmm, same here) berjudul naked-traveler.com.

Di rumahnya, Bapak (Farhan) dan Mamah (Cut Mini) selalu menanyakan kapan Trinity serius memikirkan jodoh, (loh loh loh, kok sama? Tapi maaf Mbak, aku sudah ada yang punya sekarang) Tapi Trinity selalu menjawab: “Nanti kalau semua bucket list sudah terpenuhi.” Sebuah jawaban yang membuat Bapak langsung pusing mendengarnya.

Dalam perjalanannya, Trinity mengalami dilema antara fokus ke pekerjaannya sekarang atau mengejar passion yang sebenarnya yaitu jalan-jalan (loh kok sama lagi!), juga diceritakan pula kisah cintanya dengan Paul (Hamish Daud) seorang fotografer tampan yang juga hobi traveling.

Penasaran bagaimana film Trinity: The Nekad Traveler produksi Tujuh Bintang Sinema dengan sutradara Rizal Mantovani, penulis skenario Rahabi Mandra dan Piu Syarif, juga cameo Ariev Rahman dan Puan Nindya ini? Saksikan mulai 16 Maret 2017, hanya di bioskop kesayangan kamu!

Muncul di acara televisi sudah, main film bioskop sudah, berarti tinggal masuk Lambe Turah saja ini yang belum.