Apabila ada satu tempat di Inggris yang membuat saya penasaran, itu adalah Stonehenge, yang merupakan kumpulan batu-batu prasejarah yang secara misterius tersusun rapi di Wiltshire, 13 kilometer di utara Salisbury. Menariknya, dari hasil penelitian para arkeolog, disimpulkan bahwa batu-batu tersebut tidak berasal dari Inggris, melainkan dari Wales yang terletak ratusan kilometer jauhnya dari Stonehenge.

Pertanyaannya, oleh siapakah Stonehenge dibangun? Dan untuk apa?

Mengetahui bahwa saya pernah mengunjungi Stonehenge, salah seorang teman, Josefine, memberikan sebuah referensi lagu dari duo komedian asal Norwegia, Ylvis, yang berjudul sama, yaitu Stonehenge. Melalui sebuah tautan, saya mulai mendengarkan lagu tersebut, dan komentar saya cuma satu, “Lagunya lucu yaaa!“.

Sejak menonton video klipnya di YouTube dan mencerna kata demi kata yang dinyanyikan oleh Vegard Ylvisåker dan Bård Ylvisåker, saya merasakan sebuah kemiripan antara kami. Selain tampang, kemiripan tersebut adalah sebuah kegelisahan yang sama, yaitu tentang apakah sebenarnya Stonehenge itu? Untuk apa dibangun? Atau dalam bahasa mereka, What’s the meaning of Stonehenge?

 

Lebih jauh lagi, lirik  lagu tersebut pun secara garis besar cocok menggambarkan keadaan yang saya alami. Tentang sebuah kehidupan pria dewasa yang tentram, namun gelisah dengan adanya misteri yang masih belum terpecahkan hingga saat ini, sebuah misteri tentang Stonehenge.

Berikut adalah lirik demi lirik lagu tersebut, yang sedikit banyak terimplementasikan dalam kehidupan saya sehari-hari, juga tentang adanya sebuah perjalanan untuk memecahkan misteri Stonehenge.


My life is so successfull
I’ve got everything a man could ever need.
Got a 1000 dollar haircut
And I even have a talkshow on TV.
Tentang kehidupan, di usia yang tergolong tanggung ini –terlalu muda untuk dikatakan tua, dan terlalu tua untuk dikatakan muda, mungkin saya dapat dibilang sudah memiliki beberapa aset dan pencapaian yang dibutuhkan oleh pria seusia saya.
  • Hunian: ada (walaupun masih mengangsur selama belasan tahun)
  • Kendaraan pribadi: ada (walaupun belum lunas)
  • Pekerjaan tetap: ada (walaupun kadang terpikir untuk resign)
  • Istri: ada (walaupun cuma satu, eh maaf)

Yang kurang cocok dari lirik lagu tersebut, hanya 1000 Dollar Haircut, karena saya seringkali hanya mampu pergi ke 1000 Won Haircut ketika pulang kampung ke Ungaran. Tentang talkshow di televisi, oke, saya memang tidak punya, tapi saya beberapa kali pernah diundang ke stasiun televisi untuk menjadi narasumber. Tenang, berbeda dengan kasus Jessica, saya memiliki bukti-buktinya di sini.

And I know I should be happy, but instead
There’s a question I can’t get out of my head.

Ya, dengan keadaan tersebut, seharusnya memang saya dapat bahagia, dan tak perlu memikirkan berbagai masalah seperti mengapa umat Islam tidak dapat bersatu di Indonesia, ataupun mengapa SBY ingin mengadakan lebaran kuda, padahal yang punya kuda adalah Prabowo.

Namun, memang ada sebuah pertanyaan, atau lebih tepatnya kegelisahan yang saya rasakan sejak lama, mungkin sejak duduk di bangku sekolah dasar. Mengenai sebuah bangunan, atau tumpukan batu-batu di Inggris bernama Stonehenge.

Stonehenge

What’s the meaning of Stonehenge?
It’s killing me that no one knows
Why it was built 5000 years ago.


Wake up everybody!” Si pemandu, sebut saja namanya Dave, berteriak melalui pengeras suara yang dipancarkan ke seluruh penjuru bus. “In a couple of minutes, we will arrive in Stonehenge.”

Saya yang berada pada dek atas bus terjaga kembali akibat suaranya; di luar masih turun hujan, sementara saya menggigil kedinginan akibat sisa hujan yang menerpa Windsor Castle, beberapa jam lalu. “Sial, katanya summer, tapi mengapa hujan terus?” Keluh saya.

Saat itu, saya memang sengaja menyempatkan diri untuk mengunjungi Stonehenge, di sela-sela kunjungan saya ke Inggris. Ini adalah perjalanan yang saya lakukan untuk menjawab pertanyaan saya, untuk mengobati rasa penasaran saya akan Stonehenge, dan untuk mencegah supaya tidak ada kucing yang menjadi korban lagi.

Berikutnya, Dave naik ke tangga yang menghubungkan dek bawah dan atas bus, bercerita sekilas mengenai sejarah Stonehenge, sambil membawa sebuah buku diorama. Itu loh, buku anak-anak yang kalau dibuka halamannya bisa membentuk sebuah bangun tiga dimensi. Tentu saja, saat itu yang muncul adalah diorama Stonehenge, bukan Cikeas.

“This site was built around 5000 years ago.”

Why did they build the Stonehenge?
How could they raise the stones so high
Completely without the technology
We have today?

Stonehenge

Dari penjelasan Dave, saya mengetahui fakta bahwa Stonehenge lebih tua daripada zaman penjajahan Belanda, bahkan lebih tua daripada peradaban Masehi.

“They said that the weight of the stone, is 25 tons, each!”

Whoa! Lebih berat daripada Ronny Dozer!

Beberapa menit kemudian, bus melambat dan memasuki sebuah pelataran parkir, “WE’RE ALMOST THERE. ARE YOU EXCITED?

Bloody hell, yes, of course I am. Saya sudah penasaran sejak belum mimpi basah akan misteri Stonehenge, sementara sebuah pertanyaan masih menempel di kepala. Oke, dua pertanyaan.

“Tumpukan batu misterius, dibangun di tengah padang rumput. Siapa yang membangunnya, dan untuk apa?”

Stonehenge


When I make my jalapeños
Calamari and prosciutto
I’m the king! 

My wife applaud(s) me in the kitchen
When I tell her all I bought is from the local store

Ini adalah salah satu bagian lagu yang, well yeah, tidak sepenuhnya mirip dengan kehidupan saya. Saya tidak pernah membuat jalapeno, calamari, atau prosciutto. Yang saya pernah masak, paling hanya mie instan, atau kalaupun beli, paling cuma Bakso Goyang Lidah di Cidodol.

Tapi tak mengapa, yang penting istri bisa terpuaskan.

(And) When the kids have gone to bed, we’re all alone
She gives me a smile
Then she plays with my balls

Bagian lagu ini juga skip saja, karena kami belum mempunyai anak-anak. Kecuali untuk dua baris terakhirnya, yang kurang pantas dibaca anak-anak.

(But?) All I think of is Stonehenge
I think about it when I dream
The biggest henge that I have ever seen

Dari tempat parkir, saya masih harus berganti kendaraan dengan bus mini, seperti yang ada di Taman Safari, yang biasa digunakan untuk melihat binatang dari jarak dekat. Untungnya, jarak menuju Stonehenge cukup dekat, sehingga saya tidak sampai mati penasaran.

Hujan menetes lagi ketika saya turun dari bus, yang membuat saya merapatkan kembali raincoat yang digunakan. Sambil mendengarkan cerita sejarah melalui perangkat audio yang dipinjam, saya memasuki komplek Stonehenge dengan girang. Girang karena akhirnya bisa mengunjungi tempat yang saya idamkan dari dahulu. Finally, I am here.

Susunan batu misterius di tengah padang rumput, ada yang berdiri vertikal, ada yang tertopang di atasnya. Sekilas susunan batu tersebut mirip dengan lambang Phi dalam matematika, yang anehnya mampu membuat saya meringis takjub.

What’s the purpose of Stonehenge?
A giant granite brithdaycake
Or a prison far too easy to escape?

Stonehenge


Stonehenge! Stonehenge! Lots of stones in a row! 
They were 25 tons each stone, my friend
But amazingly they got them all down in the sand
And they moved it (Stonehenge!)
And they dragged it (Stonehenge!)
And they rolled it 46 miles from Waleeees! – Heeey (46 miles from Wales!)

Perlahan, saya berjalan melalui lintasan yang disediakan, mengelilingi komplek utama Stonehenge. Ingin hati melakukan tawaf, namun takut disangka musyrik oleh alim ulama Wiltshire. Saking luas lingkarannya, saya hanya sanggup berjalan dua kali keliling Stonehenge. Sambil mencari jawaban atas pertanyaan terdahulu, saya memandang lekat-lekat ke susunan batu perkasa yang sudah ditumbuhi lumut tersebut.

Batu-batu yang megah tersusun kokoh tanpa coret-coretan alay anak STM dan STM setempat (seperti yang saya temukan di Gereja Ayam) maupun jejak pylox “Cah Kla-X was here”. Di puncak Stonehenge, saya tidak melihat ada pengunjung yang memanjat seperti di Candi Borobudur, terganti oleh beberapa ekor burung yang sedang hinggap, sambil mencicit dengan nada sumbang. Seolah bercerita tentang misteri Stonehenge.

DHEG! Seketika bulu kuduk saya berdiri. Merinding.

Stonehenge

What’s the deal with Stonehenge? (Oh, what’s the deal, what’s the deal, what’s the deal)
You should have left a tiny hint
When you made this fucking labyrinth, of stone! (Who the… )
Who the fuck builds a Stonehenge? (fuck builds a Stonehenge?)

Sebenarnya, apakah Stonehenge itu? Mengapa dalam perjalanan tersebut, saya tidak menemukan sedikit pun petunjuk yang bisa menjelaskan teka-tekinya. Kapankah batu-batu ini dibangun, siapakah yang membangun?

TELL ME, WHO THE FUCK BUILDS A STONEHENGE?

Two Stone Age-guys wondering what to do
Who just said: “Dude, let’s build a henge or two!”

Ya, bisa jadi dahulu ada dua orang purba, sebut saja Fred Flintstone yang iseng karena tidak ada pekerjaan (maklum saja dulu belum bisa blogging ataupun memecah belah kerukunan umat beragama), kemudian berkata kepada dan Barney Rubble, “Bikin Stonehenge, yuk!”

“Yuk!” Sahut Barney. “Tapi apaan itu?”

“Sudah bikin saja dulu, masalah mau diakui oleh pemerintah atau tidak, yang penting Yabba Dabba Doo!

Kemudian mereka mulai menumpuk batu demi batu dengan bantuan Dino, hingga terbentuk Stonehenge seperti yang kita kenal sekarang. Kok kuat? Ya mungkin saja benar adanya kalau orang-orang zaman dulu itu tinggi besar, sehingga batu-batu Stonehenge tersebut, bukanlah sesuatu yang berat.

Tapi tunggu, apabila orang zaman dahulu itu tinggi besar, dan mengalami penyusutan karena evolusi, berarti ke depannya kita semua akan menjadi hobbit dong?

Stonehenge

I would give anything to know
About the Stonehenge 
Yeah, I would give all I have to give

Saking penasarannya, saat itu saya ingin memberikan semua yang saya miliki hanya demi mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul sejak saya masih lugu dan tanpa dosa. Mengapa sih mereka membangun Stonehenge? Mengapa harus menumpuk batu-batu tersebut? Dan bagaimana caranya, padahal batu-batu tersebut kan berat? Dulu juga belum ada teknologi macam excavator zaman sekarang, kan?

Apakah itu kue ulang tahun raksasa berbentuk batu? Atau dulunya itu sebuah labirin untuk memenjarakan penyihir jahat? Atau itu hanya produk iseng buatan Yahudi?

Hmm.. Benar-benar misteri yang tidak terpecahkan.

Would you give them your car?
(Mmm) Are you kidding me, of course I would have given the car.

Umm, tidak sih. Tidak sampai memberikan mobil untuk mendapatkan sebuah jawaban. Mobil cuma satu-satunya, dipakai untuk antar jemput istri ke Bandung, dan belum lunas pula. Kan sayang. Memangnya saya Habib Rizieq yang mobilnya banyak, mulai dari Innova sampai Pajero, tapi plat nomor tetap satu B 1 FPI itu?

What car do you drive?
Drive a Civic, drive a Civic. Drive a Civic!
A car you can trust!

Kalau sekarang sih, saya memakai Mazda 2. Review-nya bisa kamu baca di sini. Belum, belum mampu kalau mau beli Civic, walaupun mesin 1500 cc turbo-nya sangat menggoda, seperti misteri Stonehenge.

Stonehenge

Never mind the car, let’s talk about the henge
What henge is that again?
It’s the Stonehenge, it’s the Stonehenge!
God, it is the greatest henge of all!

Dalam perjalanan, saya sempat bertemu dengan para petugas berjas hujan yang masih berjaga dengan semangat, walaupun hujan turun semakin deras dan angin bertiup semakin kencang. Tanpa ragu, saya meminta mereka untuk mengambil foto saya dengan latar belakang Stonehenge yang misterius.

Okay, now cheese!”

Stonehenge

Cheese, bukan mangap, mz!

Sore itu, saya memang mengunjungi Stonehenge, yang disebutkan Ylvis sebagai The Greatest Henge of All, namun sama seperti Ylvis, saya juga tidak menemukan jawaban atas pertanyaan saya.

What’s the meaning of Stonehenge?

Sekembalinya ke Indonesia, salah seorang teman, yang mengaku bisa melakukan perjalanan spiritual, berkata kepada saya.

“Aku merinding melihat foto kamu yang di Stonehenge.”

“Loh, kenapa?”

“Ada tiga hal yang saya lihat di sana.”

“Wah, apa itu? Ketampanan saya?”

“Api, sihir, dan karma.”

DHEG! Seketika saya merinding lagi.