Beragam komentar datang ketika orang-orang mengetahui bahwa saya baru saja kembali dari mengunjungi Korea Utara, dengan selamat –dengan ginjal yang masih utuh dan semua organ tubuh berfungsi dengan baik tentunya. Mulai dari yang menyanjung keberanian saya traveling ke Korea Utara, bertanya-tanya apa alasan saya mengunjungi negara tersebut –dari ratusan negara yang ada di dunia, hingga yang mengatakan saya sebagai antek komunis!

Ngapain sih kamu ke Korea Utara?” Tanyanya. “Mau cari mati?” Imbuhnya lagi. Ya tentu tidak dong, kalau cari mati, mending saya ke Suriah sekalian, berpahala. Alasan terbesar saya mengunjungi Korea Utara (sambil membawa tamu agung dari Whatravel indonesia) adalah karena saya penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang negara mungil namun adidaya ini. Negara yang hampir selalu menjadi headline berita internasional, setiap kali ada peristiwa yang terjadi, ataupun melibatkan pihak-pihak Korea Utara.

Seperti misalnya, peristiwa di bawah ini.

Kim Jong Un The Pyongyang Times

“Our leaders like to do nuclear test.” Pemandu wisata kami berujar ketika saya melihat halaman utama The Pyongyang Times kala itu. Berdasarkan intonasi suara dan mimik wajah yang memperkuat ceritanya, saya menangkap kesan bahwa ini adalah hal biasa di sana, dan wajar apabila Yang Mulia Paduka Kim Jong Un gemar melakukannya, seakan-akan lokasi uji coba roket nuklir adalah Disneyland untuknya. “We do not use it for the war, just for precaution.

PRECAUTION. BHAIQQQ YANG MULIAAAA! Saya mencoba tetap berpikir positif, walaupun dosa-dosa saya tetap negatif. Kadang kala, kita takut dengan apa yang tidak kita ketahui. Namun, semua penjelasan yang saya dapatkan di sana berhasil membuat segalanya terasa wajar dan make sense.

Datang ke Korea Utara, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan prinsip gelas kosong yang belum terisi. Janganlah kamu datang dengan membawa propaganda yang pernah kamu dengar sebelumnya atau asumsi yang kamu pikirkan sendiri, karena kamu tidak akan mendapatkan apa-apa di sana selain kejulidan dan prasangka buruk.

Korea Utara, memiliki kisahnya sendiri, kisah yang mungkin berbeda dengan apa yang pernah kamu dengar di media manapun. Berikut ini adalah 10 (sepuluh) hal yang mungkin kamu ketahui tentang Korea Utara, yang mungkin saja benar, atau bisa saja malah benar sekali.

[DISCLAIMER: Hal-hal yang saya sampaikan di bawah ini bersumber dari informasi dan pengamatan terbatas yang saya dapatkan langsung di sana. Pendapat yang diungkapkan bersifat personal, tidak mewakili Yang Mulia Paduka Kim Jong Un, dan tidak bertujuan untuk mendukung/menyerang pihak tertentu.]

1. Korea Utara adalah Negara Komunis yang Tidak Mengenal Tuhan

Apa itu komunis? Kalau menurutmu komunis adalah paham negara di mana kekuasaan dikuasai oleh satu pihak (partai politik), dengan pemerataan kesejahteraan ke seluruh rakyat, maka Korea Utara dapat dikatakan sebagai negara tersebut. Namun apabila menurutmu komunis adalah sebutan untuk perbuatan keji yang tidak berlandaskan kemanusiaan, maka itu bukanlah Korea Utara, sekarang.

Pada periode tahun 20-an, ketika Semenanjung Korea berada di bawah kekuasaan Jepang, paham komunis, atau juga dikenal sebagai Marxist-Leninist state, masuk dari Rusia dan merambah ke bagian utara semenanjung, dan merasuki semangat perjuangan warga Korea ke pintu gerbang kemerdekaan. Namun, ternyata paham komunisme dan sosialis yang masuk saat itu belum cukup kuat untuk menggerakkan perjuangan kemerdakaan, dan alih-alih menyatukan, paham yang masuk saat itu malah membuat mereka tercerai berai dengan banyaknya kelompok yang berebut kekuasaan, dengan propaganda dan omong kosong semata. Familiar dengan hal ini?

Hingga pada tahun 1930, muncullah seorang pemuda berusia 18 tahun yang tampan dan gagah berani, bernama Kim Il-sung, yang memodifikasi paham Marxist-Leninist tadi dengan semangat perjuangan warga Korea, dan membuat sebuah gagasan baru bernama Juche Idea.

Monument to Party Founding Pyongyang

We are the master of everything and decides everything.” adalah pokok pemikiran dari Juche Idea ini. Berbeda dengan Marxism yang menitikberatkan bahwa manusia merupakan kepunyaan/bagian dari dunia, yang kemudian berubah dan berkembang sesuai dengan aturan umum yang berlaku, maka Juche Idea berpendapat bahwa manusia berada di pusat dunia dan menjadi master dari semua yang ada di dunia ini, dengan tugasnya untuk mengubah dunia dan memenuhi takdirnya. Takdir yang ditentukan oleh keinginan dan perjuangannya sendiri.

Berbekal ide itu, perjuangan rakyat Semenanjung Korea dimulai, hingga akhirnya mereka berhasil mengusir Jepang dari wilayahnya pada tahun 1945 –sebuah peristiwa yang juga dibantu oleh kekalahan Jepang di Perang Dunia II. Sebelum mengenal Juche Idea, penduduk Korea mengenal agama, namun mereka tidak dapat merdeka dan selalu dijajah. Dengan Juche Idea dan arah pimpinan Kim Il-sung yang menjadi pusat dunia, mereka berhasil memenangkan perang dan merebut kemerdekaannya sendiri.

Lalu, apakah masih perlu agama di sana? Wallahualam Bishawab.

2. Semuanya Serba Diatur di Korea Utara dan Persebaran Informasi di Korea Utara Dibatasi oleh Pemerintah

Sekarang saya tanya, kira-kira ada tidak negara yang tidak mengatur kebebasan warganya? Bahkan, Amerika Serikat yang disebut sebagai negara bebas juga memiliki berbagai macam peraturan yang digunakan untuk mengatur kehidupan penduduknya. Namun, mungkin memang aturan di Korea Utara sedikit berbeda, dibandingkan yang lazim diterapkan di negara lain.

Salah satu aturan paling utama yang diterapkan di sini adalah pentingnya menghormati para pimpinan, atau tepatnya founding father dan leader penerusnya. Karena tanpa mereka, tidak akan ada Korea seperti sekarang. No offense, namun bagi warga Korea Utara, kemerdekaan ini terwujud bukan karena Tuhan, melainkan karena mereka yang dituhankan.

Marriage in North Korea

Konon, patung para pemimpin Korea Utara, yaitu Kim Il-sung dan Kim Jong-il seperti pada foto di atas ada pada tiap kota di sana, dan sudah merupakan kewajiban bagi para warganya, untuk mendoakan dan menghormati mereka. Namun, untuk datang ke tempat ini, kamu tidak bisa serta merta datang, karena ada aturan yang harus dipenuhi, yaitu:

  1. Harus dengan niat yang suci dan tulus untuk menghormati, bukan sekadar foto-foto demi konten semata.
  2. Mengenakan pakaian rapi, tidak boleh celana pendek dan sandal, serta tidak boleh memakai blue jeans dan sunglasses.
  3. Membawa karangan bunga, yang dapat dibeli pada kios di dekatnya. Apabila kamu datang berkelompok, maka bisa diwakilkan salah satunya.
  4. Setelah meletakkan karangan bunga pada altar, berbaris untuk memberikan hormat, yaitu dengan membungkuk ke arah patung. Kamu bebas mendoakan apa saja dalam hati, atau juga tidak. Karena dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tahu.
  5. Untuk berfoto tidak boleh sembarang pose, harus formal, tidak boleh selfie, dan foto patung tidak boleh terpotong bagian-bagiannya.
  6. Tambahan untuk warga yang akan menikah, diharuskan juga untuk meminta restu para pimpinan dengan datang langsung ke tempat ini. Jadi untuk menikah, bukan orang tua yang memberi restu, melainkan almarhum Kim Jong-il. Mudah kan menikah di sana? Tertarikkah untuk kamu yang sudah lama pacaran beda agama, atau yang tidak mendapat restu orang tua?

Selain hal di atas, masalah persebaran informasi di Korea Utara juga dibatasi oleh pemerintah, sedikit mirip zaman Pak Tifatul Sembiring ketika bersemangat memblokir situs porno, di sini malah membatasi akses internet kepada warga dan turis yang datang ke sana. Tidak ada internet di Korea Utara, adanya adalah intranet yang disiarkan satu pihak oleh pemerintah. Namun jangan salah, karena intranet ini juga up-to-date, buktinya mereka sudah tahu kalau ibukota Indonesia akan pindah, sementara kita yang warga negara Indonesia saja masih belum yakin kalau ibukota jadi pindah.

Intranet ini juga dapat digunakan oleh turis, tentunya dengan biaya yang lumayan, yaitu USD 200 untuk SIM Card Perdana yang dapat digunakan untuk menelepon ke luar negeri, dengan paket data sebesar 50 Mb. IYA LIMA PULUH MEGABITES, HARGANYA TIGA JUTA RUPIAH! Saking susahnya komunikasi antar negara dengan menggunakan paket data, maka berlaku sebuah anekdot buat turis yang berkunjung ke Korea Utara, yaitu “Kalau tidak ada kabar dari Korea Utara, berarti kami baik-baik saja”.

3. Dilarang Mengambil Foto Sembarangan di Korea Utara

“Memangnya boleh ya, foto-foto di Korea Utara? Nanti bisa kena ciduk loh.”

“Memangnya kata siapa tidak boleh?”

“Kata yang di bawah saya.”

Mass Games North Korea

Hal pertama yang langsung saya tanyakan ke pemandu wisata begitu mendarat di Pyongyang dengan Air Koryo buatan Rusia adalah, “Can we take picture anywhere, here?” Saya sudah semangat untuk mengeluarkan kamera, karena saya sempat mendapat larangan mengambil gambar di dalam pesawat, yang membuat saya berpikir, jangan-jangan tidak boleh foto sembarangan lagi. Rugi dong ke sini, kalau tidak foto-foto. Namun jawaban yang ada sangat melegakan hati saya.

“Yes, you can.” Jawabnya. “butttt…”

Butt what, pantat?

But we have some rules.” Pemandu kami menurunkan intonasi suaranya. “You can take photo almost anything here, but don’t take photos on soldier and military sites also construction sites and builders.”

Ah aman. “How about people?”

“People are okay, but not so close.”

Oke. Setidaknya saya masih diizinkan memotret wanita lokal, karena legenda mengatakan bahwa …

4. Banyak Wanita Cantik yang Dapat Ditemukan di Korea Utara

Maaf sebelumnya, pada poin ini saya tidak bermaksud seksis atau fokus membicarakan mengenai fisik wanita, namun sejauh mata memandang, wanita Korea Utara ini sungguhlah sangat menarik apabila dibandingkan dengan wanita Korea Selatan atau negara-negara lain yang pernah saya kunjungi. Sekali lagi, ini preferensi pribadi, namun melihat wanita-wanita oriental berkulit putih dengan make up seadanya dan tanpa operasi plastik adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi turis pria seperti saya.

Maaf sekali lagi, saya tidak bermaksud melecehkan, melainkan hanya ingin memuji. Sungguh, hidup pada zaman di mana hal kecil seperti mengagumi wanita dapat diartikan menjadi pelecehen memanglah berat rasanya, namun semoga kamu mengerti maksud saya. Kalau tidak mengerti, semoga beberapa foto wanita Korea Utara di bawah ini dapat menjelaskan.

Akibat banyaknya wanita cantik yang ada pada Korea Utara, terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi “(Beautiful) Women are From North, while (Handsome) Men are From South.”. Sebuah ungkapan yang benar adanya, karena saya menemukan banyak sekali wanita cantik di utara, dan juga pria cantik di selatan. Kalau dipikir-pikir, beruntung sekali pria Korea Utara, karena dapat berjodoh dengan wanita yang cantik.

Sama halnya dengan banyak pria-pria di Bandung.

5. Korea Utara adalah Negara yang Terbelakang

“Ih, Korea Utara kan negaranya terbelakang, di sana masih jadul!”

Eits, kata siapa seperti itu? Gedung-gedung bertingkat sudah banyak di Pyongyang, jauh lebih banyak daripada calon ibukota negara Indonesia di Penajam. Transportasi umum berupa kereta bawah tanah sudah ada dari tahun 70’an, puluhan tahun lebih dulu daripada MRT Jakarta yang jadi rebutan klaim kesuksesan para gubernurnya. Belum lagi adanya Ryugyong Hotel, hotel 105 lantai setinggi 330 meter yang mulai dibangun pada tahun 1987 ini merupakan bangunan tertinggi di dunia … YANG TIDAK DITINGGALI!

Menara Saidah, who?

Belum lagi adanya Juche Tower, menara batu tertinggi di dunia, yang menggambarkan api perjuangan bangsa Korea Utara yang tak pernah padam, seperti layaknya pembangunan di Pyongyang.

Pada kota perbatasan seperti Kaesong, memang tidak ditemukan bangunan-bangunan tinggi selayaknya di Pyongyang, namun kondisi hunian di sana sangatlah layak, dengan beberapa apartemen bergaya jadul berdiri menjulang. Yang patut menjadi perhatian di sana adalah kondisi jalanan yang bersih, tanpa adanya sampah sedikit pun, juga sedikitnya polusi udara akibat minimnya penggunaan kendaraan bermotor di sana. Belum lagi adanya solar panel hampir di semua sudut jalan dan jendela kamar apartemen, yang menjadi bukti kepedulian Korea Utara terhadap kelestarian alam.

Apakah ini karena gubernur kotanya bagus? Karena kesadaran masyarakatnya sudah tinggi? Karena mereka tidak mampu membeli kendaraan bermotor? Atau karena banyaknya SJW lokal yang mengkritisi pengguna kendaraan bermotor?

6. Banyak Warga Korea Utara yang Depresi dan Tidak Bahagia karena Hidup Bagaikan Katak dalam Tempurung

What is the best profession in North Korea?” Saya bertanya ke pemandu wisata kami pada kesempatan yang lain. “I mean, profession with good money.”

“Nothing.” Jawabnya. Sebuah jawaban yang membuat saya melongo, apabila di Indonesia orang-orang berlomba untuk menjadi anggota dewan, politisi, dan koruptor supaya bisa kaya, namun di Korea Utara, tidak ada pekerjaan yang bisa memberikanmu kekayaan, kecuali menjadi Supreme Leader, mungkin. “All professions are same, nothing’s better than others.”

Ya, di Korea Utara, katanya, semua pekerjaan akan memberikan penghasilan yang sama, pada level dan pengalaman tertentu. Misalkan kamu adalah seorang pemandu wisata dan temanmu adalah seorang bankir, apabila kalian bekerja dalam kurun waktu sepuluh tahun, maka kalian akan mendapatkan penghasilan yang serupa. Sama rasa sama rata, jargon yang selalu diusung negara dengan aliran komunis.

Walaupun demikian, ada tiga profesi yang sangat dihargai di sana, yaitu guru, petani, dan tentara. Tiga pilar yang selalu dihormati pekerjaannya, bahkan pemerintah telah menjadikan sebuah distrik di pusat kota Pyongyang sebagai tempat tinggal para guru dan dosen di sana. Gratis.

Oh iya, saya belum bilang ya kalau di Korea Utara itu banyak yang gratis dan diberikan oleh pemerintah, seperti hunian (maaf ya hunian DP 0 Rupiah, di sana semua benar-benar gratis), sarana dan prasarana kesehatan, hingga fasilitas pendidikan, semuanya gratis, kecuali yang bayar.

Pertanyaan lain yang kerap saya dapatkan adalah, apakah orang-orang Korea Utara bisa ke luar negeri? Karena kita semua kerap mendengar adanya kasus para defector –orang yang kabur dari Korea Utara karena tidak betah tinggal di sana, tidak kembali lagi ke negara asalnya. Jawabannya tentu saja bisa, apabila diizinkan. Pemandu wisata kami, bahkan baru saja kembali dari perjalanannya ke China dan Vietnam tahun lalu untuk menghadiri konferensi di sana. Iya, traveling-nya ke negara-negara berhaluan kiri semua. Wk.

Di Korea Utara, hidup kaya adalah mustahil, tapi hidup terjamin adalah sebuah keniscayaan. Lalu apakah ada warganya yang depresi? Jangankan di Korea Utara, kalau kamu perhatikan, di Indonesia pun banyak kasus orang depresi setiap harinya karena di-bully netizen, lalu berikutnya coba bandingkan dengan angka bunuh diri di Jepang. Di setiap negara, saya yakin akan ada orang-orang yang depresi, pun demikian dengan orang-orang yang bahagia.

Pain is inevitable, but suffering is optional. It’s all in your mindset.

7. Korea Utara adalah Negara yang Tertutup dan Menyeramkan

Apabila kamu berpikir bahwa Korea Utara adalah negara yang tertutup dan menyeramkan, maka … sama. Atau tepatnya, itu adalah pikiran saya sebelum benar-benar menginjakkan kaki di Pyongyang. Diawali dengan larangan menggunakan kamera di pesawat, daftar isian formulir kedatangan yang rumit dengan ditambah formulir karantina dan barang bawaan, lalu dilanjutkan sedikit proses baris-berbaris di loket imigrasi yang ditambah petugas yang justru melotot ketika saya mencoba ramah dengan mengucapkan salam dengan senyum selebar garis cakrawala “ANNYEONG HASEYOOOOO!”.

Itu belum ditambah tas saya yang terkena pemeriksaan berlipat akibat mesin pemindai mendeteksi adanya potensi benda berbahaya yang saya bawa masuk ke Korea Utara. Sebuah benda berwarna merah. Sebuah benda yang bernama buku bacaan.

Namun semua berubah begitu kami masuk ke dalam bus, dan mendengarkan suara manja dari wanita cantik yang menjadi pemandu wisata kami “A…a…a annyeong hasemnika, welcome to North Korea, my name is Sim Jin A, and I will be your tourist guide for the next five days.”. Beberapa menit setelahnya, saya juga tahu bahwa ternyata kalimat ‘Annyeong Haseyo’ adalah bahasa yang kasar seperti ‘aing – sia’ di Sunda, dan pengganti kalimatnya adalah ‘Annyeong Hasemnika’.

“Try to say ‘anyong hasemnika’ to any North Korean people, and they will smile back at you.”

Whatravel North Korea

Lalu, kata siapa bahwa kita tidak bisa traveling ke Korea Utara? Semua orang bisa traveling ke sana kok, asalkan tahu caranya, dan mau patuh terhadap aturan yang berlaku di sana. Lalu apa sajakah itu, baiklah saya sebutkan di bawah ini supaya kamu tidak penasaran.

  • Kamu tidak dapat mengunjungi Korea Utara secara ngeteng, atau ujug-ujug mak jegagig datang ke sana, melainkan harus mengikuti tur terpadu yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat, atau melalui agen perjalanan yang bekerja sama dengan pemerintah sana. Kalau di Indonesia, siapa lagi agennya kalau bukan Whatravel Indonesia junjunganque.
  • Ada dua metode masuk ke Korea Utara yang lazim digunakan turis, dan semuanya adalah via Beijing, China yaitu melalui udara dengan Air Koryo dengan lama penerbangan selama dua jam, atau melalui darat dengan kereta lintas malam. Cara lain adalah dengan berjalan kaki menembus border, dengan risiko disniper.
  • Untuk masuk ke Korea Utara, juga diperlukan visa terdaftar. Apabila kamu menggunakan agen dari luar Indonesia, maka kamu akan mengambil visamu di Beijing, sementara apabila kamu menggunakan jasa Whatravel Indonesia, maka visamu akan diuruskan di Jakarta, langsung melalui koneksi kami di Kedutaan Besar Korea Utara untuk Indonesia. Nyaman, dan tanpa beban pikiran.
  • Selama di sana, kamu diharuskan untuk mengikuti aturan-aturan yang berlaku, seperti tidak boleh berpose sembarangan, atau tidak boleh mengambil barang-barang yang bukan hak kamu.

8. Turis yang Datang ke Korea Utara Akan Diawasi oleh Militer

Oh iya, selama perjalanan di Korea Utara, maka kamu akan selalu ditemani oleh dua orang petugas, dan tidak boleh terlepas dari rombongan, kecuali kamu siap menanggung konsekuensi yang akan timbul. Paling-paling jadi anggota tanam paksa, lah. Ada yang bilang kalau petugas tersebut adalah seorang pemandu wisata, dan seorang lagi adalah petugas militer, namun hal tersebut adalah HOAX semata.

Do I look like a military officer?” Jin A bertanya balik, ketika saya bertanya mengenai petugas militer tersebut. “Or do you think So, is a military officer?” So, adalah pemandu kami yang satu lagi, yang bertugas sebagai sweeper di belakang rombongan layaknya Franz Beckenbauer. “I have been working as tourist guide for more than five years, and I never saw military officer in a group.”

Ya kecuali mungkin kalau sedang ada kunjungan muhibah TNI/POLRI, baru ada anggota militer di dalam grup. Pemandu wisata yang sebelumnya saya bayangkan adalah seorang pria kaku, berpenampilan lusuh dan tidak menarik, ternyata eh ternyata malah digantikan oleh sepasang bidadari ini. Sungguh Jin A, mendengar namamu, rasanya saya ingin ber…kenalan lebih lanjut.

North Korea Tourist Guide

Hendrick Hartono, diapit oleh So dan Jin A

Yang tak luput dari perhatian saya adalah, adanya pin kecil yang selalu dikenakan penduduk Korea Utara pada bagian dada kirinya. Pin yang bergambar para pimpinan, yaitu Kim Il-sung dan penerusnya Kim Jong-il.

We put this pin, right in our heart.” Jelasnya. “We keep our leaders close to us, so they will live forever inside our heart.”

What happens, if you lose the pin?” Sebuah pertanyaan iseng terceletuk dari rombongan. Maklum, di Indonesia, apa saja bisa hilang, jangankan pin kecil, PIN Jenius yang imajiner saja bisa dibobol maling.

No, we never lose it.

9. Korea Utara adalah Negara yang Tidak Aman

“Memangnya aman kalau traveling ke Korea Utara?” Tanya beberapa orang sebelum saya memutuskan untuk membawa rombongan ke sana. “Kan banyak beritanya kalau di sana ada perang, lalu ada uji coba nuklir, dan lain-lain. Negara komunis pula.”.

Sebuah pertanyaan yang jawabannya bisa saya buktikan langsung di sana, yaitu KOREA UTARA ADALAH SALAH SATU NEGARA TERAMAN UNTUK DIKUNJUNGI (SEBAGAI TURIS) DI ASIA. Tidak ada perang di sana, paling hanya perang dingin atau pundung-pundungan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tidak ada uji coba nuklir yang berbahaya di Pyongyang, yang dapat membahayakan turis. Lalu tidak ada copet, maling, dan begal di sana sehingga nyaman untuk dikunjungi.

Selain itu, Korea Utara juga menyajikan salah satu sunrise paling indah yang pernah saya saksikan seumur hidup. Sungguh, menyaksikan matahari perlahan menyinari Pyongyang dari lantai 23 Hotel Yanggakdo itu sungguhlah syahdu, rasanya tidak ada yang tidak aman di negara ini.

Sebelum berangkat, saya sempat menyaksikan dua buah video tentang Korea Utara buatan dua orang Youtuber luar negeri yang berbeda. Yang satu dari Nash Daily, dan satunya buatan Drew Binsky, di mana kedua video ini dapat kamu cari di YouTube atau di Facebook. Kedua video itu menyajikan Korea Utara secara berbeda.

Apabila Nash Daily menceritakan Korea Utara sebagai The Most Depressing Country in Earth, maka Drew Binsky menunjukkan bahwa Korea Utara adalah negara yang ramah dan menyenangkan. Sungguh, setelah menonton video Nash Daily, saya merasa bersyukur bahwa orang ini di-ban masuk ke Indonesia, karena video yang dibuatnya sangat close-minded bagi orang yang sudah keliling dunia, dan terkesan hanya cari sensasi dan propaganda semata. Apabila kamu ingin melihat Korea Utara secara menyenangkan dan fun, tontonlah video Drew Binsky, atau Ariev Rahman di bawah ini.

Please, jangan lupa like comment subscribe ya gaes!

Sungguh, Korea Utara bagi saya terlalu Drew Binsky untuk kamu yang Nash Daily.

10. Korea Utara adalah Musuh Korea Selatan (dan Amerika Serikat)

Menurut kamu, apakah yang dahulu pernah bersatu, sudah seharusnya bersatu lagi? Bukan, ini bukan pertanyaan untuk kamu dan mantanmu yang sudah menjadi manten, namun untuk Korea Utara dan Korea Selatan yang dahulu adalah satu.

Sebelum masa pendudukan Jepang, Semenanjung Korea adalah sebuah kerajaan yang damai di bawah kepemimpinan Dinasti Goryeo dan Joseon, namun semua berubah setelah negara matahari terbit menyerang dan berakhir pasca Perang Dunia II yang membagi negara atau semenanjung Korea ini menjadi dua bagian, yang utara di bawah administrasi Uni Soviet, dan yang selatan ada di bawah Amerika Serikat.

Pada masa itu, muncul keinginan untuk bersatu, namun akibat situasi politik yang panas ditambah adanya hasutan dan adu domba antar Uni Soviet dan Amerika Serikat, maka alih-alih bersatu, mereka justru berperang pada tahun 1950 melalui Perang Korea. Setelahnya, perang dingin berkecamuk di antara dua negara, dan membuat mereka belum dapat bersatu hingga saat ini, padahal keinginan untuk bersatu juga sudah diutarakan oleh Kim Il-sung, yang kemudian diwujudkan dengan dibukanya Arch of Reunification ini pada tahun 2001.

Arch of Reunification Pyongyang

Saat ini, keinginan untuk bersatu sebenarnya sudah disampaikan oleh kedua pihak, namun masih ada ganjalan maha berat yang menghambat. Korea Utara mau bersatu, asalkan Korea Selatan mau berpisah dari administrasi dan intervensi Amerika Serikat dalam hal pemerintahan dan ekonominya, sementara Korea Selatan mau bersatu, asalkan perwakilan mereka diizinkan untuk melakukan studi banding dan studi kelayakan, dengan cara masuk ke wilayah Korea Utara secara langsung.

Dari alasan di atas, sepertinya memang jalan untuk bersatu masih teramat berat dan panjang, karena untuk menyatukan kedua negara ini tidak semudah menyatukan cinta beda agama atau cinta sesama jenis, proses persatuan kedua negara ini lebih rumit dari menyatukan cinta beda agama, yang sesama jenis, di mana satu pihak adalah warga negara Korea Utara dan pihak lainnya adalah warga negara Korea Selatan.

Walaupun rumit, bukan berarti akan mustahil untuk dapat bersatu, karena selayaknya saudara, sudah seharusnya tidak terlalu lama bertengkar. Coba kamu bayangkan apabila ada sebuah negara dengan kekuatan militer seperti Korea Utara dan kekuatan ekonomi layaknya Korea Selatan, akan se-powerful apa negara itu? Itulah konsep Federasi Republik Demokratik Koryo yang dirundingkan oleh kedua orang pimpinan, Kim Jon-un dari Korea Utara dan Moon Jae-in dari Korea Selatan ketika mereka bertemu pada tahun 2018 lalu.

North Korean Kim Jong Un meets South Korea’s Moon in historic summit

(Source: Livemint)

Meninggalkan Korea Utara, akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan lagi dibanding ketika kamu masuk ke negara tersebut, karena apa yang kamu dengar di media saat ini tentang mereka, belum tentu adalah apa yang sesungguhnya terjadi di sana. Apabila kamu ada pertanyaan mengenai Korea Utara, silakan ditanyakan melalui kolom komentar, dan apabila kamu ingin melihat lebih banyak lagi foto-foto Korea Utara, silakan cek Instagram Ariev Rahman atau baca blog dari Fanny D’cat Queen ini.

It’s better to see once, than hear it million times.

See the unseen North Korea with Whatravel Indonesia.