Bagi seorang traveler masa kini, gadget –atau yang dalam bahasa Indonesia baku disebut dengan gawai, adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan. Di manapun berada, kamu akan dapat menemukan para traveler masa kini sedang asyik bermain dengan gawai yang mereka punyai. Ada yang duduk di kafe sambil menikmati secangkir kopi dan Wi-Fi gratis di laptopnya, ada yang santai di pantai sambil mendengarkan musik dari portable speaker yang dibawa, ada juga yang sibuk berpose dengan kamera digital hingga mengalahkan pose model yang difotonya.

Yang menjadi candu paling dahsyat dari semua gawai tersebut, mungkin adalah smartphone, yang hampir tidak pernah lepas dari tangan mereka. Saya sering menemukan beberapa traveler yang asyik ber-selfie (dalam bahasa Indonesia disebut swafoto), merekam video pendek untuk di-upload ke Instagram Stories, menulis status di Facebook (tentang keindahan tempat yang dikunjungi, bukan tentang penistaan agama), memutar video syur hingga mendengarkan musik asyik, yang semuanya dilakukan dengan menggunakan telepon genggamnya.

Apalagi bagi saya, yang mempunyai berbagai macam kesibukan di dunia online, di mana terkoneksi dengan internet melalui telepon genggam adalah sebuah keharusan ketika traveling. Seperti halnya ketika saya mengunjungi Timor Leste, di mana saya membawa Vivo V5 (dan juga istri) sebagai pelengkap traveling saya.

Vivo V5

Begitu mendarat di Dili yang panas, saya dan Neng langsung dikerubuti warga bak selebriti, namun bedanya, mereka tidak meminta tanda tangan ataupun foto bersama, melainkan mengucapkan kalimat-kalimat seperti “Kakak, taksinya kakak.”; “Kakak, mau ke mana, kakak?” “Kakak, mari saya antar, kakak.”; “Kakak, Giordanonya kakak.”.

Wah, ternyata di Timor Leste, semuanya bisa berbahasa Indonesia! Sebuah hal yang saya aminkan, karena saya tidak perlu repot-repot untuk berkomunikasi dengan bahasa Tetun, ataupun bahasa Portugis. Saya menerawang ke sekitar, mencari-cari sign yang bertuliskan “Mr. Muhammad Arif Rahman, welcome to Timor Leste” namun tak ada, entah karena saya bukan selebriti, atau karena orang hotel lupa mengirimkan seseorang untuk menjemput kami.

Putus asa, saya celingukan mencari hal lain. Bukan, bukan Kris Dayanti, melainkan toko penjual SIM Card lokal. Namun hasilnya nihil juga. Toko SIM Card tak ada, penjemput entah ke mana. Hingga akhirnya kami duduk pasrah di sudut bandara dan berserah diri ke seorang sopir taksi yang sedari tadi giat menawarkan jasanya kepada kami. 

Airport Dili

“Bang, ke Hotel Anu di jalan anu, berapa?”

“15 Dollar, Kakak.” Jawabnya, sambil duduk di samping kami.

“Ah, biasanya juga 10 Dollar.” Saya yang baru pertama kali ke Timor Leste, namun belajar di kitab Lonely Planet, tak mau kalah. Akhirnya, dia pun mengalah, dan memberikan harga 10 Dollar kepada kami. Sekadar informasi, saat ini mata uang yang berlaku di Timor Leste adalah Dollar Amerika Serikat, dan Centavos, yaitu uang pecahan koin, yang diproduksi di Portugis.

Setibanya di hotel, saya langsung bertanya tentang di mana kami dapat mendapatkan SIM Card lokal, dikarenakan saya memang harus bisa online supaya dapat meneruskan pekerjaan. Pekerjaan posting foto di Instagram.

“Di sini, tempat jual SIM Card cuma ada di Timor Plaza, kakak.” Jelas si resepsionis hotel. “Tempatnya yang tadi kakak lewati dalam perjalanan dari bandara.”.

Asem.

Akhirnya, setelah meletakkan barang-barang di kamar hotel yang dingin dan beristirahat sejenak, kami pun pergi ke Timor Plaza, yang merupakan mal pertama, dan satu-satunya di Dili. Atau bisa dibilang, Timor Plaza adalah bangunan yang memiliki lift pertama di Timor Leste. Please correct me if I’m wrong.

Saat itu, saya memilih operator Timor Telecom (disingkat TT, namun jangan dibaca dengan ngapak), untuk disandingkan dengan si cantik Vivo V5. Harga SIM Card-nya sendiri cukup murah, yaitu hanya 1 Dollar, dengan proses registrasi yang mudah dan tidak menyakitkan. Saya cukup menyerahkan paspor, dan petugas di gerai, akan mengurus sisanya.

“Sekalian beli paket datanya bisa, kakak?”

“Bisa kakak. Mau yang berapa?”

Saya memperhatikan daftar tarif yang terpampang pada sebuah papan kecil di atas meja, “Yang 2,4 giga saja, kakak.” Jawab saya setelah menghitung lamanya rencana perjalanan saya di Timor Leste. Untuk perjalanan tiga hari, seharusnya cukup, untuk digunakan berdua.

“Sepuluh Dollar, kakak.”

“Terima kasih, kakak.”

Life Guide: Untuk warga lokal yang masih kelihatan sebaya, kamu dapat memanggil mereka dengan “kakak”, tanpa memedulikan jenis kelamin.

Akhirnya, SIM Card lokal dengan jaringan 3G telah terpasang dengan baik, dengan paket data yang telah terisi sesuai permintaan saya. Berikutnya, saya menjadikan Vivo V5 yang saya bawa ini sebagai Personal Hotspot, yang akan menyuplai data ke smartphone milik Neng.

Apabila kamu tanya, apa alasan saya membawa Vivo V5, ketika traveling, maka saya akan memberikan kamu lima buah alasan berikut.

1. Saya Membutuhkan Handphone dengan Fitur Kamera yang Mumpuni

Kamera, adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari smartphone masa kini, di mana para produsen mulai berlomba-lomba untuk membenamkan teknologi kamera terbaiknya dalam telepon genggam yang mungil. Saat ini, hampir semua orang butuh kamera untuk merekam peristiwa demi peristiwa yang dialaminya, ataupun untuk mengabadikan wajah terindahnya.

Beruntungnya, Vivo V5 memiliki dua buah kamera yang dahsyat, yaitu kamera depan 20 Mega Pixels (akan dibahas kemudian) dan kamera belakang 13 Mega Pixels.

Walaupun kamera belakangnya mungkin terlihat kurang menonjol dibanding kamera depannya, namun banyak sekali fitur-fitur menarik yang dimiliki Vivo V5, seperti misalnya fitur HDR untuk mengambil foto High Definition Range; fitur Panorama untuk mengambil foto landscape memanjang yang tidak mungkin diambil dalam sekali jepretan; fitur Night untuk mengambil foto di malam hari; hingga fitur Professional, di mana kamu dapat mengatur sendiri ISO, Shutter Speed, White Balance, Exposure, dan Focus. Walaupun tanpa adanya setting Aperture, saya rasa untuk ukuran kamera smartphone, Vivo V5 sudah memiliki keunggulannya sendiri.

Selain fitur-fitur teknis, ada juga fitur lain yang menyenangkan, seperti misalnya puluhan Camera Filter yang dapat digunakan menyesuaikan mood kamu, juga dengan adanya watermark/stamp yang dapat kamu sematkan langsung pada hasil fotonya, seperti contoh di bawah ini.

Dari kamera belakang yang canggih, sekarang saya akan beralih ke kamera depan yang menjadikan Vivo V5 ini pionir di kelasnya, dengan menyebutkan alasan berikutnya.

2. Saya Neng adalah Orang yang Suka Selfie

Tidak salah rasanya apabila Vivo V5 ini mempunyai jargon “20MP Softlight Camera Perfect Selfie Vivo V5” karena memang kualitas kamera depannya sangat menawan. Ukuran mega pixels-nya yang besar, mampu menghasilkan foto selfie dengan kualitas resolusi yang tinggi, sementara aperture lebar dengan f/2.0 mampu menonjolkan detail yang luar biasa tajam. Untungnya, Neng sudah memakai skin care a la Korea, sehingga wajahnya selalu terlihat mulus ketika selfie.

Kalau saya, sepertinya harus menggunakan fitur “Face Beauty Mode 6.0” yang terdapat pada Vivo V5 supaya tetap terlihat mulus, bahkan kalau perlu menggunakan fitur “Buffing” supaya lebih mulus, “Enlarging” supaya mata lebih belo, dan “Slimming” supaya leher lebih kurus. Semua ada di Vivo V5.

Di dalam kondisi ruang yang minim cahaya, Vivo V5 juga mampu memberikan hasil selfie yang baik, karena didukung dengan fitur Softlight Camera dengan flash yang terdapat di samping kamera depannya. Efeknya, Selfie Softlight V5 dapat menciptakan efek pencahayaan seperti studio foto profesional, yang membuat wajah saya terlihat lembut seperti Afgan.

Yang jelas, sejak menggunakan Vivo V5 ini, saya menjadi sedikit ketagihan untuk selfie, seperti Agnes Monica dan Pevita Pearce.

Vivo V5

Kalau kamu juga penyuka selfie, coba deh cari tahu siapa Perfect Selfie Icon yang cocok denganmu di www.perfectselfie.id! Mungkin Afgan, mungkin juga saya.

3. Saya Menyukai Handphone Good Looking yang Elegan

Ada yang bilang bahwa, penampilan bukanlah segalanya, namun penampilan dapat mengubah segalanya. Saya termasuk orang yang setuju dengan kalimat tersebut, karena bagi saya first impression cukup penting.

Secara penampilan, Vivo V5 hadir dengan warna abu-abu elegan yang membalut kaca lengkung Corning Gorilla Glass 2.5D yang tipis namun kuat. Kemudian, tulisan “Vivo” pada punggung smartphone yang berwarna chrome berpadu asyik dengan penutup belakang yang berkilau dengan aksen metalik. Sebuah paduan warna yang menambah kesan elegannya.

Dengan dimensi 153.8 x 75.5 x 7.55mm telah menjadikan Vivo V5 sebagai smartphone yang cukup nyaman digenggam dan mudah untuk dikantungi karena ketipisannya. Beratnya? Hanya 154 gram, setara dengan dua bungkus mie instan yang belum dimasak.

4. Saya adalah Anak Social Media Sejati 

Sebagai seorang millennial, saya mempunyai banyak sekali aplikasi yang berjalan dalam smartphone. Mulai dari aplikasi media sosial seperti Twitter, Instagram, Path, Facebook, WordPress, Tumblr, hingga LinkedIn; Aplikasi Messenger, yang meliputi WhatsApp, LINE, Path Talk, BBM, juga Facebook Messenger; Aplikasi yang berkaitan dengan fotografi dan digital imaging seperti Snapseed, Phonto, VSCO, dan LD, hingga aneka aplikasi lain yang berguna untuk memesan tiket pesawat, memainkan games yang seru, menonton video terbaru, mendengarkan musik terkini, sampai aplikasi untuk belanja online.

Banyak kan? Oleh karena itu saya –sebagai insan social media sejati– membutuhkan smartphone yang mumpuni, yang dapat melakukan berbagai tugas sekaligus atau istilah kerennya, multitasking.

Vivo V5

Dalam urusan multitasking, Vivo V5 menawarkan sistem operasi Funtouch OS 2.6 (Android 6.0) dengan dapur pacu berisikan Prosesor Octa-core 64-bit yang berpadu dengan 4Gb RAM dan 32Gb ROM guna memberikan kecepatan dan kekuatan untuk menjalankan berbagai aplikasi sekaligus. Selain itu, adanya fitur Smart Split 2.0 juga membuat multitasking semakin mudah.

Sebagai contoh, apabila ada SMS masuk saat kamu sedang menonton drama Korea di smartphone, maka kamu dapat mengklik layar untuk membaginya menjadi dua bagian, adil. Berikutnya, kamu dapat membalas SMS dalam setengah layar, sementara pada saat yang bersamaan kamu juga masih dapat menonton mas Song Joong-ki di layar High Definition 5.5″ beresolusi 1280 x 720 milik Vivo V5 ini.

Vivo V5 Smart Split

5. Saya Menginginkan Hiburan dalam Perjalanan

Sebagai seorang traveler yang kadang bengong sendiri ketika dalam perjalanan, saya biasa mengisi waktu dengan membaca buku atau bermain smartphone. Biasanya sih sekadar membaca komik dan berita online, mengunduh dan menonton film, atau mendengarkan musik via aplikasi seperti Spotify.

Untuk menunjang kebutuhan tersebut, Vivo V5 telah dilengkapi baterai berkapasitas sebesar 3000mAh yang dapat membuatnya aktif seharian dengan kapasitas pemakaian tertentu. Selain itu, Vivo V5 juga mendukung microSD Card hingga 128Gb, yang dapat digunakan untuk menyimpan ratusan komik dan puluhan film favorit kamu.

Oh iya, selain itu Vivo V5 juga menawarkan kualitas Hi-Fi Music yang didukung oleh audio chip custom-made AK4376, yang mampu memberikan kualitas suara baik, dan memberikan rasio signal-to-noise hingga 115dB, dan membuat kamu merasakan pengalaman audio yang mewah.


Menarik bukan? Untuk lima macam alasan di atas, saat ini Vivo V5 dibanderol dengan harga Rp3.499.000,- dengan membungkus earphone, microUSB to USB Cable, USB Power Adapter, SIM Ejector, Protective Case dalam paket pembeliannya.

Apabila kamu penasaran dan ingin tahu lebih lanjut mengenai Vivo V5, kamu dapat juga mengunjungi akun Social Media Vivo berikut ini:

Website
Facebook
Twitter
Instagram
Youtube