
Assalamualaikum Wr. Wb.
Para pembaca yang budiman, di bulan suci yang penuh berkah ini izinkan saya mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Batin. Dan harap dimaafkan jika saya belum berkeluarga.
Sebelum memulai postingan ini, ada baiknya jika kita menyimak terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang dirangkum dari email, Twitter, dan SMS sanubari penulis. Dan ajaibnya, banyak pertanyaan masuk kali ini yang berkaitan dengan Tuk Tuk.
Bismillahirohmanirrohim…
ariev.rahman@gmail.com bertanya: “Apa sih Tuk Tuk itu, Kak?”
Saya menjawab: “Tuk Tuk adalah sarana transportasi beroda tiga yang biasa digunakan di Thailand, Kamboja, hingga Vietnam. Biasanya menggunakan sepeda motor yang menarik kereta untuk penumpang. Kalau di Indonesia, mirip dengan Bentor (Becak Montor, bukan Bentor yang rumahnya di Real Estater. -red).”
ariev.rahman@gmail.com bertanya lagi: “Kenapa rodanya tiga? Kalau rodanya empat namanya apa?”
Saya menjawab lagi: “Karena nyamuk cuma takut sama yang rodanya tiga. YA EMANG ATURANNYA GITU MALIH!! KALAU RODA EMPAT NAMANYA TUK TUK BAWA BAN SEREP!!”
@arievrahman bertanya: “Bang, kok namanya Tuk Tuk?”
Saya menjawab: “Karena bunyi yang dihasilkan dari sepeda motor yang digunakan (dahulu menggunakan sepeda motor 2-tak) adalah ‘Terutuktuk tuktuktuk’, sedangkan kalau dia menggunakan kereta api namanya jadi ‘Tut Tut Tut’ dan apabila dia menggunakan kuda namanya jadi ‘Tuk ki Tak ki Tuk ki Tak ki Tuk’. Lebih ribet kan?”
@arievrahman berkata: “Lu garing Bang, kek admin @Poconggg.”
Saya berekspresi: Щ(ºДºщ)
SMS DARI 08159796XXX: “MAMAH, SAYA MAU CURHAT. KALAU SAYA DITOLAK GEBETAN ITU GIMANA SOLUSINYA? SAYA PUTUS ASA MAH!”
AKHIRNYA SAYA YANG JOMBLO PUN EMOSI: (╮°-°)╮┳━┳ (╯°□°)╯ ┻━┻ Щ(ºДºщ)
—
… kemudian sesi tanya jawab ditutup dengan sakit hati dan sedikit rasa penyesalan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
…
……
*hening*
*dua jangkrik main remi*
……….
SMS DARI 08159796XXX: “LALU POSTINGANNYA MANA? Щ(ºДºщ)”
Saya menjawab: “LU LAGI LU … Oiya postingan ya? Oke Cekidot bray!”
SMS DARI 08159796XXX: “MAKASIH MAH. BTW, TADI PERTANYAAN SAYA TENTANG GEBETAN BELUM DIJAWAB LOH.”
Saya semaput.
***
Pech Vanny, Calon Pengajar Bahasa Inggris
“Hello, this is Vanny speaking.” Seorang pria membuka percakapan telepon itu dengan suara yang cempreng. “Who is this?”
“Yes, hello Vanny. This is Arif from Indonesia. I will go to Siem Reap tonight by bus.” seorang pria tampan (versi Ibunya) membalas percakapan itu dengan suara yang lebih cempreng lagi. “Maybe I will arrive at Siem Reap by midnight.”
“Oh, hi Arif. Welcome to Cambodia!” Jawabnya antusias. “Okay, I will pick you up at midnight. Can you tell me the name of the bus?”
“The Paramount Angkor Express bus.” Klik. Saya mengembalikan henpon pinjaman itu ke petugas di pool bus tersebut. Selembar uang 10.000 Rupiah menjadi salam tempel waktu itu. “Thanks, for the phone Man.”
—
Setelah menjanjikan akan tiba di Siem Reap tengah malam sekitar pukul satu dini hari, kami akhirnya benar-benar tiba di Siem Reap. Pukul tiga pagi. Ketika turun di pool bus Siem Reap, banyak pengemudi Tuk Tuk yang langsung mengerubungi kami bagaikan biji durian di segelas cendol durian. “No, I have an appointment with a driver named Vanny.” Tegas saya. “Vanny? But there’s no driver named Vanny here.” Kata mereka.
Walaupun Dewa 19 berkata “Jangan dengar kata mereka” namun saat itu saya menyadari satu hal yaitu Vanny … hilang. Gawat.
Dengan sedikit keberanian, saya meminjam henpon salah seorang penumpang bus di situ, lalu mencoba menghubungi Vanny di nomor yang telah diberikan sebelumnya. Dan ternyata Vanny sudah menunggu sejak tengah malam. Di pool bus yang salah.
—
Pech Vanny –yang biasa dipanggil Vanny–, adalah seorang pria berperawakan kecil, berkulit sawo matang, dan berwajah khas Asia Tenggara. Dengan senyumnya yang tulus, dia menyambut kami di Siem Reap yang gelap. “Hello I’m Vanny. Sorry, I am late. Because I was waiting in the wrong bus station.”
“Hello Vanny, hoaaahh.. I’m Arif from Indonesia.” Jawab saya, setengah mengantuk. “The guy who’s talking to you by email a couple of days ago. And now, can you take me to the hotel?”
—
Setelah beristirahat sejenak sekitar satu jam, petugas hotel membangunkan kami. Dia bilang, seseorang (dalam hal ini adalah Vanny) telah menunggu di luar. Saat itu, pukul 04:30 pagi. Saat di mana ayam-ayam jago mulai berkokok, dan ayam-ayam kampus pulang ke kandangnya masing-masing. Pagi itu, kita ingin melihat sunrise di Angkor Wat yang agung.
Untuk menjelajah komplek Angkor selama satu hari, kita diwajibkan membayar tiket masuk sebesar USD 20 yang di mana harga tiket ini meliputi tiket masuk di hampir semua candi/kuil di wilayah Siem Reap.
Tujuan pertama kami adalah Angkor Wat, yang merupakan tempat favorit untuk memfoto matahari terbit. Perjalanan ditempuh kurang lebih seperempat jam dari hotel tempat kita menginap. Sekadar informasi, Angkor Wat ini adalah komplek candi/bangunan tempat beribadah yang terBESAR di seluruh dunia.
Vanny memberikan waktu bagi kami sekitar tiga jam untuk menjelajah Angkor Wat,dan dia menunggu di pintu keluar Angkor. Setelah puas menjelajah, kami pun kembali menjumpai Vanny yang terlihat lebih segar dan rapi dengan kemejanya, mungkin habis tidur enak lalu mandi wajib.
Dari percakapan yang kami lakukan sambil sarapan, diketahui kalau Vanny yang berumur 30-an awal ini memiliki seorang istri dan seorang putri yang masih balita. Tapi sayangnya mereka LDR, Vanny menyewa kamar kecil di Siem Reap sementara istrinya tinggal di kampung mereka (sebuah desa dekat Kompong Cham). *puk puk Vanny* Saat ini Vanny sedang mengumpulkan tambahan penghasilan untuk melanjutkan pendidikannya yang terhenti di universitas dan mengambil gelar sarjana di jurusan Bahasa Inggris. Nantinya dia ingin mengajar Bahasa Inggris sebagai mata pencaharian utama, namun masih tetap melakukan jasa antar-jemput turis dengan Tuk Tuk-nya sebagai tambahan. Sekarang saya tahu, di mana asal English skill dia yang keren itu.
“Someday, when I’m rich I will buy a bigger house and Toyota Corona.” Itu impian Vanny yang langsung saya sambut dengan kata “Amen!”. Di Siem Reap, hampir 70% mobil yang saya lihat adalah Toyota Corona mulai tahun 90-an sampai 2000-an awal.
Perjalanan kami hari itu dilanjutkan sesuai dengan itinerary yang sudah disepakati via email sebelumnya. Oh iya, untuk urusan email, Vanny adalah orang yang sangat tanggap akan itu. Selalu cepat menanggapi semua email yang masuk, walaupun tidak menggunakan fitur push email di henponnya. “Gue anak warnet.” Katanya waktu itu.
Selepas sarapan, kami berpindah mengunjungi Banteay Srei (kuil cantik yang dibuat oleh wanita dan menampilkan detail pahatan yang luar biasa cantik), Banteay Samre (kuil yang dibuat oleh para pekerja/budak zaman dahulu kala), Cambodia Landmine Museum (museum yang didirikan untuk menghormati korban ranjau darat dan usaha-usaha penjinakan ranjaunya), Ta Phrom (tempat legendaris di mana Angelina Jolie pernah bergelayutan di hati saya film Tomb Raider), Bayon (kuil dengan 1000 wajah yang dijadikan cover Lonely Planet edisi Cambodia), serta mengunjungi pasar, toko souvenir tradisional, serta perkampungan setempat di sepanjang jalan yang dilewati.
Perjalanan menyenangkan yang berlangsung hingga seusai Maghrib (kira-kiranya, karena selama di sana tidak terdengar suara adzan. -red) itu pun akhirnya berakhir, tampak air mata haru dari wajah Vanny yang berkaca-kaca melepas kami yang akan bertolak ke Phnom Penh malam itu juga. Sebelum berpisah, saya sempat meminta Vanny untuk menghubungi pengemudi Tuk Tuk yang akan kami pakai (in a good way) di Phnom Penh.
“Hello.” Suara parau berbicara di ujung telepon.
“Hello, this is Vanny’s speaking. May I talk to Kuor Polan?”
…
“Yes, this is Lan’s speaking.”
—
Untuk menggunakan jasa Vanny ataupun ingin berbincang dengannya bisa menghubunginya lewat email: vanny.khmer1982@yahoo.com atau via telepon di (855) 12876369. Harga yang ditawarkan bersaing mulai dari USD 15 (negotiable) termasuk air minum sepuasnya, tergantung jarak yang ditempuh, banyaknya objek wisata yang dikunjungi, juga lamanya perjalanan yang dilakukan.
(to be continued)
—
***
Continued on: Menjelajah Kamboja dengan Tuk Tuk (2) – Kuor Polan, Perjumpaan dengan Kembaran Judika.
hahaha, as usual I always enjoy reading arip’s story!!!!
ps:
wajah lo mirip dengan vanny rip,,,
jodoh… mungkin,,,, :”)
LikeLike
Huwow! Thank you plat nomer Semarang!!
Amin, doakan kita yah
:”)
*PLAAAKKK!!*
LikeLike
wakakaka asli ga kepikir > H > plat nomor semarang *asli ngguyu kemingkel iki*
LikeLike
Jadi kepengen cepet kawin deh eh ke Kamboja..
LikeLike
Kawin di Kamboja kayaknya romantis, nanti gelar panggung di pelataran Angkor Wat yang luas.
Malam pertama di Bayon, diintip 1000 wajah di sana atau begituan sambil bergelantungan a la Tomb raider di Ta Phrom.
Bulan madu, naik Tuk Tuk keliling Siem Reap.
:”>
LikeLike
koplak!!!
nice story 😉
LikeLike
Huwooo!
Thanks broNtho ‘kucing’ 😉
LikeLike
ndak usah pake kutip (‘._.`)
LikeLike
hahaha and hahaha and hahaha WUAHAHAHA, lucu tenan iki ceritane mas e, like it
LikeLike
Wah asik ono sing ngguyu..
Ojok banter-banter ngguyune, onok bos’e sampeyan iku!
Thanks beroh 😀
LikeLike
BUAHAHAHHAHAHA~ itu yang tanya jawab keceh sekali yak :))) kocak mas ~
LikeLike
Huwoohhh! Ada sesepuh mampir!!
Minta masukan lagi dong buat blognya 😀
LikeLike
Ariiiiip….!! Sekali2 aku musti ngeback pack sama kamuuuh… Seruuu!!! 😀
Btw aku suka kaos kamu yg ‘a tourist’ ituuh, buat aku dooong… *komentar kok malak* :))
LikeLike
Kak Dantiiihhhh!! Ayok kita jalan-jalan bareng, kapan yuk?
Bwahahaha, yakin mau kaos bau keraingat? : )))))
LikeLike
Hadeuh, poto sunrise Angkor Watnya cakep bener! Keceh!
LikeLike
Haha, thanks!
Padahal itu ga dapat spot yang bagus loh.
LikeLike
Suka, hehe bisa jadi kartu pos tuh 😀
LikeLike
ah, baca cerita ini jadi kangen dengan celetukan anak2 kecil disekitaran Angkor Wat ” one dola mister, one dola …………..”
LikeLike
wah, waktu ke sana kemarin saya malah belum ketemu si bocah one dola… 😀
Thanks udah baca, Lia.
LikeLike
jadi si fanny ini macam jasa ojek ya mas broo??
http://hatyaitrip2012.blogspot.com/
LikeLike
Yoi bro, ojek customized. Hahaha. Pakai jasa dia aja kalau ke Siem Reap.
*meluncur ke blognya*
LikeLike
Rief, bis Paramount Angkor Express nya yang Phnom Penh – Siem Reap beli tiketnya langsung apa pesen dulu sebelomnya? Beli tiketnya on the spot atau udah hari sebelumnya?
LikeLike
Halo Fan,
Aku on the spot belinya, dan harap-harap cemas kalau gak dapat. Hahaha. Tapi banyak kok bus-bus yang sejenis itu.
LikeLike
Saya coba googling, katanya di Phnom Penh bentuknya bukan kaya terminal di Jakarta yang semua bis ngumpul ya? waktu itu langsung ke Paramount Angkor apa nyari-nyari dulu? selain Paramount Angkor, bis lain yang ada departure di atas jam 6pm tau nggak apa aja?
LikeLike
Bentuknya lebih kayak kumpulan agen-agen bus sih, nanti bus yang mau berangkat datang ke situ. Ada kok bus malam, cuma aku gak hapal nama armadanya. Waktu itu cari-cari on the spot.
LikeLike
Ok Rief, makasih banyak infonya 🙂
LikeLike
Mas Arif, Fanny sibuk ndak ya, kayaknya minta pake dia deh.. ((((((PAKE))))
LikeLike
((( PAKENYA PELAN-PELAN YAAA )))
LikeLike
dear mas arief, saya seperti membaca pengalaman saya sendiri waktu baca ceritanya mas arif. ahhhh.. jadi pengen ke sana lagi..
one dola, lek di (baca:lady). mag gnet, lek di (baca:magnet, lady. maksudnya nawarin magnet tempelan kulkas) huahahahahah
LikeLike
Ahahaha, serupa ya pengalamannya? Semoga menyenangkan tripnya kemarin 😀
LikeLike
Misi Om.. numpang lewat *eh, baca*
Nerusin baca cerita laen yg kemaren sempet keputus. Baca di kantor lagi dan ngakak lagi. hahaha..
owalah.. tibae wong semarang to.. podo karo.. koncoku.. *aku wong malang*
LikeLike
Jangan diputusin dong, nanti aku sedih 😦
Owalah wong ngalam, enak penthole ndek kono yo?
LikeLike
Memang enak sih jalan2 ke cambodia…. cuma masalahnya makan di sana sedikit susah, udah gitu sebagian besar masyaraktnya lebih senang menggunakan dollar usa daripada mata uang mereka sendiri… jadi terkesan serba mahal disana
LikeLike
Yak betul, malah jarang banget yang pakai mata uang lokal, semuanya Dollar. Udah sering ke sana ya? 😀
LikeLike