Sebuah sentuhan mendarat di paha saya, yang diikuti tepukan ringan tanpa remasan manja. Saya masih menikmati sentuhan tersebut hingga tak lama kemudian, terdengar bisikan lirih di telinga kiri saya  “Mas, bangun Mas.”. Ucap suara tersebut. “Kita sudah sampai Toyama.”. “Hah?” Saya menurunkan cocoon yang menutupi kepala, dan mencoba membuka mata untuk memisahkan bulu mata atas dan bawah yang saling memeluk. “Sudah pagi ya?” Tanya saya ke asal suara di samping saya, yang adalah seorang laki-laki. Huh. Bisa-bisanya saya tertidur dengan seorang laki-laki di saat seperti ini. “Kita sebentar lagi turun, lho.” Jelas Rico, sementara saya masih mengucek-ucek mata, dan Osa masih sibuk menyiapkan peralatannya. Tak lama kemudian, bus malam yang kami tumpangi akhirnya berhenti pada sebuah halte dengan jalur trem di baliknya. Setelah perjalanan malam selama…