Desingan peluru menembus udara, malam-malam yang makin panjang,  dan tiada henti.  “Kita harus berpindah, ke selatan!” Serumu, sambil menggengam tanganku. “Ikuti mereka, biar aku menjaga kampung ini.” Aku menggeleng,  dan langkah-langkah tentara Burma semakin mendekat. “Kita akan bertemu, di perbatasan Thailand.” Pesanmu, seraya memeluk tubuhku. Dan itulah kata terakhir, yang kudengar darimu. *** Aku terbangun dengan mata yang basah, peristiwa belasan tahun lalu ternyata masih menghantuiku. Saat di mana aku kehilangan lelakiku, yang berjanji akan menemui di perbatasan, untuk kemudian menikahiku. Aku menyandarkan tubuhku ke sudut ranjang, mencoba menegakkan kepala, walaupun lumayan berat karena lilitan gelang keemasan di leher, yang tiap tahun semakin banyak jumlahnya. Ada yang bilang, gelang ini melindungiku dari harimau, ada yang bilang tumpukan gelang ini merupakan perwujudan dari naga, ada…