Begitu menginjakkan kaki di Jailolo, saya dan rombongan media Festival Teluk Jailolo langsung digiring masuk ke dalam bus kecil milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Saya masih tak tahu akan dibawa ke mana –sambil berharap akan dibawa ke kost-kostan putri, hingga akhirnya bus tersebut berhenti pada pelataran sebuah bangunan besar yang nampak seperti sebuah gudang penyimpanan. Berikutnya, kami dituntun ke sebuah rumah yang terdapat pada ujung gang. Sebuah rumah kayu dengan kolam-kolam yang surut dan pemandangan laut Halmahera di kejauhan yang dilengkapi beberapa ekor burung nuri yang bertengger pada rumahnya. “Ini rumah milik Ibu Fauziah.” Salah seorang pemandu menjelaskan. “Ini akan jadi basecamp kalian selama di Jailolo.” dan dia pun menujuk ke arah meja panjang tempat beberapa wadah makanan lokal disajikan. “Ayo makan…