Tak ada pendingin udara pada bus bekas perang dunia ke-II tersebut, hanya mengandalkan jendela yang kacanya dibuka separuh sehingga udara luar bisa masuk ke dalamnya. Saat itu pukul setengah enam pagi waktu Bagan, di mana suhu udara sedang dingin-dinginnya. Saya meringkuk, mencoba mencari kehangatan dari memeluk tubuh sendiri, namun gagal. Sweater biru lusuh yang saya kenakan pun tak banyak membantu pada udara seperti ini. Bus mulai berbelok meninggalkan jalan beraspal, masuk ke jalur yang bukan semestinya tidak dilalui kendaraan bermotor, melewati Shwesandaw Paya, tempat saya melihat sunset kemarin. Namun ini masuk lebih jauh lagi, dengan jalanan yang semakin tak karuan, dan tanpa penerangan sedikit pun. Apabila ini tahun 1945, saya pasti sudah mengira bahwa saya sedang diculik ke Rengasdengklok. Namun ini tahun 2014, dan saya sedang di…