Tahun 2017, dapat dikatakan sebagai tahun yang bersejarah bagi karier saya, baik sebagai pegawai kantoran, maupun sebagai travel blogger. Bagaimana tidak, pada tahun 2017, saya telah resmi bekerja sebagai pegawai kantoran selama sepuluh tahun, dan telah lima tahun berselang sejak artikel pertama (yang tentu saja masih alay) diunggah pada blog ini. Iya, artikel pertama yang terkadang membuat saya malu, jijik, dan gatal-gatal apabila membacanya lagi.

But hey, writing is a process, right? Look at me now, sama saja sih.

Sekadar intermeso pada 2017 lalu, terjadi beberapa peristiwa penting yang menggemparkan Indonesia, juga dunia. Mulai dari saga Pilkada DKI yang hangat dengan isu-isu agama dan kesukuan, pelantikan Donald Trump –sahabat Fadli Zon– sebagai Presiden Amerika Serikat, hingga terkuaknya kasus korupsi e-KTP yang diwarnai dengan drama pelarian Setya Novanto –yang juga teman baik Fadli Zon– sebagai tokoh yang diduga menjadi aktor penting (yang layak mendapatkan Oscar sebagai pemeran pria terbaik) pada kasus tersebut. Selain peristiwa di atas, 2017 juga menghembuskan kabar duka bagi saya, dan rekan-rekan travel blogger di Indonesia, karena berpulangnya dua sahabat baik saya, yaitu Cumi Lebay dan Ipink Ibupenyu.

Saya menyebut tahun 2017 ini sebagai tahun pertaruhan karier, baik sebagai pegawai kantoran maupun sebagai travel blogger. Setelah sepuluh tahun bekerja, rasanya wajar apabila saya terkadang bimbang apakah masih harus ngantor, atau bisa quit your job and chase your dream. Kemudian, seusai lima tahun menulis secara rutin di blog ini, saya juga melontarkan pertanyaan ke dalam diri “Bagaimana cara saya mempertahankan eksistensi di dunia travel blogging yang saya pilih ini?”

Jawabannya, klise, tentu saja adalah dengan terus traveling dan terus menulis, supaya tidak dilupakan. Oleh karenanya, saya mencoba memberikan tantangan ke diri sendiri pada tahun 2017, yaitu, mampukan saya traveling ke luar negeri terus setiap bulannya? Let’s see.

Januari: Hong Kong

Negara pertama yang saya kunjungi (bersama Neng) tahun 2017 adalah Hong Kong, dengan bermodal tiket promo Malaysian Air seharga dua jutaan untuk penerbangan pulang pergi dari Jakarta. Berhubung jatah cuti yang tidak banyak, mau tidak mau saya harus sepintar mungkin memanfaatkan weekendlong weekend, dan Harpitnas untuk bepergian ke luar negeri.

Apakah bisa? Ya Insha Allah.

Disneyland Hong Kong

Akhir pekan di Hong Kong diwarnai dengan berkunjung ke Disneyland dan menonton pertunjukan kembang api di malam harinya. Selain Disneyland, Neng juga menyempatkan diri untuk berburu kosmetik dan skincare, sama seperti yang dilakukannya ketika berburu skincare di Myeongdong, Korea.

Baca: 10 Hal yang Dapat Dilakukan di Hong Kong untuk Pemula

Februari: Taiwan

Berlanjut ke Bulan Februari, kami memilih Taiwan untuk merayakan anniversary pernikahan yang pertama (anniversary-nya yang pertama, bukan pernikahannya). Modalnya, kali ini menggunakan tiket promo Air Asia dengan waktu transit yang lumayan lama di Kuala Lumpur dan tanpa tambahan bagasi.

Tidak apa-apa kawan, yang penting bisa sampai Taiwan, walaupun tidak bertemu dengan Jerry Yan. Hey, it’s rhymed.

Taipei 101

Sekadar informasi bagi Warga Negara Indonesia yang hendak berkunjung ke Taiwan, ada dua macam cara yang dapat digunakan, yaitu dengen mengurus Visa Taiwan, atau memperoleh Izin Masuk Bebas Visa Taiwan dengan persyaratan tertentu.

Baca: Kaleidoskop 2012 – Hal-hal yang Terjadi Ketika Kiamat Tak Jadi Terjadi

Maret: Australia

Memanfaatkan hasil berburu tiket murah pada Garuda Indonesia Travel Fair tahun sebelumnya, akhirnya sampai juga kami di Perth, Australia Barat, yang merupakan salah satu kota besar di Australia yang dapat dicapai dengan waktu tempuh singkat dari Jakarta, hanya dengan penerbangan selama 4,5 jam, langsung, tanpa perlu transit.

Perth Night Cityscape

Ya, walaupun cukup ketar-ketir karena mepet mengurus Visa Australia, namun berkat kuasa Tuhan, visa kami akhirnya dikabulkan, walaupun mengurus sendiri, tanpa bantuan agen perjalanan, calo visa, maupun Hotman Paris.

Baca: Mengurus Sendiri Visa Australia

April: Macau – Hong Kong

Pada Bulan April, entah bagaimana caranya, tiba-tiba kami berhasil mendapatkan tiket murah ke Macau, menggunakan Air Asia tentu saja. Dari tiga hari perjalanan, kami menghabiskan waktu dua hari untuk berburu egg tart di Macau, dan satu hari sisanya untuk melakukan day trip ke Hong Kong, karena Neng ingin berburu kosmetik lagi.

Ya, bagi Neng, apa lagi alasan ke Hong Kong selain Ladies Market?

Portuguese Egg Tart Macau

Selain Macau dan Hong Kong, pada bulan ini kami juga sempat melakukan liburan gratis ke Bali, karena sebuah pekerjaan yang mengharuskan kami untuk ke Bali. Alhamdulillah, jangan?

Baca: Working and Holiday Trip in Bali

Mei: Azerbaijan – Georgia – Armenia – Iran

Perjalanan di Bulan Mei ini adalah yang menjadi highlight perjalanan saya selama 2017, sebuah perjalanan tak terlupakan mengunjungi Iran dan negara-negara di wilayah Kaukasus, yaitu Azerbaijan, Georgia, dan Armenia. Mulai dari drama bagasi nyangkut di Azerbaijan, ditolak masuk ke perbatasan Georgia walaupun sudah memiliki e-visa, road trip keliling Armenia dan mengunjungi gereja-gereja kuno di sana, hingga tak sengaja bertemu Fadli Zon yang sedang melakukan kunjungan ke gereja-gereja tua di Georgia.

“Kamu ngapain di sini?” Tanyanya.

Sebuah pertanyaan yang seharusnya saya tanyakan ke Beliau, sang wakil rakyat sahabat Donald Trump dan Setya Novanto, yang bepergian dengan uang rakyat.

Fadli Zon Georgia

Pada awalnya, saya dan Adi hanya berencana mengunjungi Iran saja, namun setelah melihat peta, sayang rasanya apabila tidak sekaligus mengunjungi negara-negara di sekitarnya, alhasil kami menggunakan kombinasi maskapai Air Asia – Azerbaijan Air – Ukraine International Airlines ditambah kereta antar negara antara Georgia dan Armenia.

Oh iya, untuk mengunjungi negara-negara tersebut, tentu saja diperlukan visa bagi Warga Negara Indonesia, yang meliputi:

e-Visa Azerbaijan
e-Visa Georgia
e-Visa Armenia
Visa on Arrival Iran

Juni: Jepang

Memanfaatkan libur lebaran yang cukup lama akibat adanya cuti bersama dari pemerintah, pada bulan ini saya mengajak Neng untuk pertama kalinya mengikuti Mamacation bersama Mama, dengan destinasi: Jepang, negara yang merupakan salah satu negara impian Mama untuk didatangi, guna mencari kepingan kenangan Papa.

Beruntungnya, kami mendapatkan tiket promo karena membeli sejak Bulan Desember tahun sebelumnya. Menggunakan Japan Airlines ketika libur lebaran dengan harga sekitar 5,5 juta pulang pergi, not bad lah ya?

Hakone Japan

Masih di bulan yang sama, saya juga terinspirasi untuk melakukan diet setelah bertemu Wira Nurmansyah dan Sutiknyo Lostpacker yang makin ramping. Lumayan hasilnya, ketika tulisan ini ditulis, saya sudah turun berat badan sekitar 8-10 Kilogram, lumayan kan, tidak perlu melakukan amputasi untuk kurus.

Baca: Kaleidoskop 2013 – Tahun Sial yang Membawa Keberuntungan

Juli: Perancis 

Sebuah pengalaman baru saya dapat ketika bepergian ke Perancis pada Bulan Juli 2017, yaitu bepergian gratis sebagai tourist leader/handler, atau orang yang bertugas mengatur dan membimbing peserta tur supaya baik jalannya. Saat itu, saya mendapat tugas meng-handle open trip yang dibuat oleh teman saya Ginda Lukita, dengan tujuan utama owa-owa berjamaah di konser Coldplay, Paris.

Coldplay Paris 2017

Setelah setengah tahun terus melakukan perjalanan ke luar negeri –kebanyakan menggunakan dana pribadi dan menjebol tabungan sendiri, saya mulai merasa miskin, secara harafiah. Di saat yang lain menggunakan uang dan tabungannya untuk membeli aset, saya menggunakannya untuk membeli pengalaman, si guru yang paling berharga.

Tapi tidak mengapa, yang penting saya tidak sampai berhutang kepada teman untuk jalan-jalan, seperti kasus yang diceritakan di InstaStories Jouska ID.

Baca: Konser Coldplay Paris dan Owa-Owa Berjamaah

Agustus: Singapura

Berhubung sedang miskin, maka Bulan Agustus saya memutuskan untuk bepergian ke negara tetangga yang paling dekat dengan Indonesia, yaitu Singapura. Di sini, saya berencana untuk menonton konser Foo Fighters, yang sudah saya tunggu-tunggu sejak tahun 2012 silam.

Kala itu, Foo Fighters batal manggung di Singapura karena Dave Grohl mengalami sakit radang tenggorokan, dan memutuskan untuk membatalkan konsernya, alih-alih mengobatinya dengan FG Troches. Beruntungnya, kali ini Dave sudah sehat dan bisa tampil prima menghentak Singapore National Stadium.

Foo Fighters Singapore 2017

Sekadar informasi, adanya konser musik papan atas di Singapura dapat membuat harga tiket penerbangan ke sana melonjak tinggi, dan salah satu solusinya adalah membeli tiket penerbangan lokal ke Batam, dan lanjut menyeberang ke Singapura dengan feri. Kapal feri, bukan Feri AFI.

Baca: Kaleidoskop 2014 – Tahun Penuh Pencapaian

September: Spanyol

Di saat sedang qismin-qisminnya sebagai netizen, sebuah tawaran menggiurkan datang dari salah seorang klien, yaitu bisakah saya mengatur perjalanan selama satu minggu kurang dengan tujuan Madrid dan Barcelona, plus menjadi guide selama perjalanan tersebut. Sebuah penawaran yang langsung saya iyakan!

Maka, sampailah saya di sini. Walaupun sepertinya ada yang salah dengan foto di bawah ini.

Barcelona Nou Camp

Ternyata, Tuhan Maha Baik ya. Tahu saja di saat hambanya sedang miskin, Dia datang memberikan bantuan, untuk mewujudkan keinginan hamba-Nya. Masha Allah. Takbir!

Baca: Kaleidoskop 2015 – Tahun Penuh Kejutan

Oktober: Malaysia 

Ingin ke luar negeri tapi dana lagi pas-pasan? Maka Malaysia adalah pilihan yang tepat. Cukut bermodal tiket pulang pergi dari Jakarta yang harganya lebih murah daripada ke Bali, saya sudah dapat mencapai Kuala Lumpur untuk berakhir pekan. Biaya hidup di sana pun sama saja dengan di Jakarta –bahkan bisa lebih murah, walaupun tidak mendapat subsidi ‘oke oce’ dari pemerintahnya.

Bukit Bintang Malaysia

Selain ke Malaysia, pada Bulan Oktober ini saya juga menyempatkan mengunjungi destinasi di Jawa Timur yang makin bersinar akibat kerap dipromosikan oleh Menteri Pariwisata, Bapak Arief Yahya, yang juga berasal dari sana. Ya, tidak lain tidak bukan adalah Banyuwangi dan Taman Nasional Baluran –yang terletak bukan di Banyuwangi.

Semoga ketika saya ke sana lagi kelak, sarana dan prasarana wisatanya sudah sebaik promosinya. Penasaran apa yang saya temui di sana, baca ceritanya di bawah ini:

Kisah Perburuan Api Biru di Kawah Ijen
Sedikit Cerita tentang Taman Nasional Baluran

November: Turki – Arab Saudi 

Rezeki anak saleh saya dapatkan di Bulan November ini, ketika sebuah invoice yang cair dari satu project media sosial berhasil membawa saya ke tanah suci untuk beribadah umrah sekaligus menjawab cibiran warganet yang suka berkata “Sudah jalan ke mana-mana, tapi mengapa belum pernah umrah?” atau “Kalau biaya tripnya segitu, mending juga umrah.” atau “Apa kamu gak ingin ketemu Imam Besar di Tanah Suci?”.

Alhamdulillah, saya berhasil menjawab pertanyaan tersebut. Walaupun setelah kembali ke tanah air, saya kembali mendapat pertanyaan “Kapan punya momongan?”. Bangsatlah orang Indonesia, sukanya ikut campur urusan pribadi orang lain. Sedikit informasi untuk kamu yang berencana umrah, jangan lupa juga untuk melakukan vaksinasi meningitis, seperti yang sudah saya lakukan di KKP Halim.

Masjidil Nabawi Madinah

Selain beribadah ke tanah suci, saya juga melakukan perjalanan lain untuk membuat hidup saya seimbang, yaitu mengunjungi Bali untuk refreshing, sekaligus mencuci mata. Sebuah perjalanan yang membuat pahala saya minus kembali.

Baca: Mendadak Bali – Lima Jam di Nusa Penida

Desember: Taiwan – Rusia 

Akhir tahun 2017, ditutup dengan dua buah perjalanan yang manis. Yang pertama adalah mengunjungi Taiwan dalam rangka media trip, dan yang kedua mengunjungi Rusia untuk keperluan riset Whatravel. Oh iya, saya belum bilang ya, kalau pada 2017 ini saya juga memulai sebuah bisnis baru di bidang perjalanan dengan mengembangkan travel planner di bawah bendera Whatravel?

Well, kamu dapat cek IG kita sis! Hanya di one and only @whatravelSekadar informasi lain, foto di bawah ini nampak lebih kece karena diambil dengan menggunakan jasa fotografer profesional dari Sweet Escape.

Red Square Moscow

Belum cukup dengan dua kali ke Bali dalam satu tahun, maka saya kembali lagi ke Bali pada Bulan Desember untuk melakukan riset tentang Subak Sembung, sekaligus dalam rangka mengikuti blogging competition yang diadakan oleh ASTRA. Harapannya, tentu saja menang dong, supaya bisa mendapatkan dana segar untuk keperluan traveling lagi di 2018.

Baca: Kaleidoskop 2016 – (Seharusnya Menjadi) Tahunnya Bahagia

Alhamdulillah, dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, saya bisa melalui 2017 dengan lancar, dan dapat mewujudkan tantangan awal tahun yang saya buat sendiri dengan catatan rekor mengunjungi 18 negara dalam waktu 12 bulan, not bad kan untuk pekerja kantoran? Walaupun sedikit terseok-seok perkara keuangan, akhirnya saya dapat mencapai 2018 dengan sebuah jawaban atas pertaruhan karier saya.

Ya, saya akan tetap bekerja kantoran, sambil mengisi waktu luang dengan mengerjakan hal yang saya sukai, yaitu menulis tentang perjalanan. Karena dengan menulis saja, tidak akan membuat saya kaya. Setidaknya untuk saat ini.

Titik.