Ada berbagai alasan orang berwisata ke Inggris, ada yang penasaran dan ingin melihat Stonehenge dari dekat (lalu tetap bingung apakah sebenarnya Stonehenge itu?), ada yang ingin sungkem ke Ratu Elizabeth (dan kemungkinan besar gagal), ada yang ingin napak tilas jejak The Beatles (dengan mengunjungi museum, mengikuti tur, dan datang ke Cavern Club versi KW Super), ada yang ingin mengikuti tur hantu di York (ya, siapa tahu, kan?), dan yang paling populer tentu saja adalah berkunjung ke markas klub sepakbola favorit.

Hal yang wajar, mengingat Inggris dikenal sebagai negara tempat lahirnya sepakbola di tahun 1800-an, ketika sekelompok pria berlarian sambil bergantian menendang bola dan mencetak gol. Saat itu, “football” dilahirkan bukan karena mereka bermain bola dengan kaki, melainkan karena permainan dilakukan sambil berdiri (dan) menggunakan kaki –alih-alih dilakukan di atas punggung kuda, seperti Jon Snow.

Berikutnya, Football Association (FA) dibentuk, dan klub-klub sepakbola di Inggris bermunculan dengan cepat, bagai akun-akun media sosial provokatif buatan Saracen. Dalam sejarah sepakbola moderen, Inggris dikenal karena produktif menghasilkan beberapa klub sepakbola besar, seperti Liverpool FC dan Manchester United.

Eh maaf, maksud saya, yang satunya adalah mantan klub besar.

Dalam kunjungan pertama saya ke Inggris pada 2015 silam, saya menyempatkan diri untuk bertandang ke Anfield yang merupakan markas Liverpool FC dan juga Old Trafford yang menjadi markas Manchester United, klub sepakbola yang dikenal sebagai yang terbesar di dunia, menurut pendukungnya sendiri.

Berdasarkan kunjungan singkat –dengan hanya mengikuti paket stadium tour versi standar, saya mencoba membandingkan mengenai pengalaman spiritual yang saya dapatkan di kedua stadion tersebut. Berikut ini adalah liputannya.

LOKASI

Untuk yang berpikir bahwa Anfield dan Old Trafford terletak di jantung kota selayaknya Gelora Bung Karno di Jakarta atau Stadion Jatidiri di Semarang, maka kamu salah besar, karena kedua stadion ini letaknya sedikit melipir di pinggiran kota Liverpool dan Manchester. Ya, seperti Stadion Wujil yang menjadi kandang Persikas Kabupaten Semarang.

Untuk menuju Stadion Anfield yang terletak di Anfield Rd, Liverpool L4 0TH, saya harus berjalan kaki sejenak dari Liverpool Lime Street Station sebelum menaiki bus nomor 14 atau 17 ke arah timur laut dengan durasi perjalanan selama 20 menit. Yang menarik adalah bahwa lokasi stadion ini sangat dekat dengan Goodison Park (hanya sejauh satu mil) yang merupakan kandang rival sekota Liverpool yaitu Everton –yang berhasil memboyong kembali Wayne Rooney dari Manchester United.

Untung saja perseteruan mereka saat ini tidak sebrutal Persib-Persija, ya?

Old Trafford, malah lebih jauh lagi dari pusat kota, dan masih harus menyeberangi Sungai Irwell (tenang, tidak perlu sampai mendaki gunung dan menyusuri lembah, kok). Dari Victoria Train Station, kamu bisa menggunakan tram di jalur A,G, dan H untuk menuju Old Trafford yang terletak di Sir Matt Busby Way, Stretford, Manchester M16 0RA, dengan lama perjalanan sekitar setengah jam.

HARGA TUR

Berdasarkan riset daring (ya, karena saya lupa harga yang harus saya bayar di tahun 2015) yang saya lakukan pada tanggal 1 September 2017, harga untuk mengikuti tur Liverpool FC di Anfield adalah £10.00 dan sudah termasuk kunjungan ke museumnya.

Lalu bagaimana dengan tur Manchester United? Masih berdasarkan riset pada hari yang sama, harga turnya adalah £18.00 termasuk dengan kunjungan ke museumnya. Mahal? Ya memang. Jadi gak heran kan kalau mereka bisa membeli Paul Pogba dan Romelu Lukaku tanpa harus menggunakan uang jamaah?

*) Sesuai kamus bahasa Indonesia, daring berarti online, just in case kamu belum tahu, darling.

DURASI

Berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan dua tahun lalu, terdapat perbedaan durasi kunjungan ke kedua stadion ini melalui paket tur yang disediakan. Untuk kunjungan ke Anfield, saya mendapatkan waktu sekitar 75 menit dengan beberapa jadwal kunjungan yang bisa dipilih tiap harinya. Saat itu saya membeli tiket secara daring karena takut kehabisan tempat.

Untuk kunjungan ke Old Trafford, terdapat banyak pilihan jam yang dapat dipilih setiap harinya, bahkan hampir tiap jam akan selalu ada tur di Old Trafford. Untuk durasi turnya berapa lama? Hanya 45 menit saja! Cukup singkat, hanya berbeda 15 menit dari lagu Pelangi di Matamu.

ALUR TUR

Untuk turnya, sebenarnya hampir sama antara keduanya, di mana saya bergabung dalam sebuah grup kecil yang terdiri dari belasan orang dan didampingi dua orang guide, yang akan bergantian memberi penjelasan. Atau lebih tepatnya, satu orang guide memberi penjelasan, sementara satunya akan berjaga di belakang rombongan sebagai sweeper, berjaga-jaga apabila ada yang kabur dari rombongan dan mencuri piala di museum.

Tur di Anfield dimulai dari depan stadion di mana terdapat patung Bill Shankley, si manajer legendaris yang berhasil membawa Liverpool FC dari tim gurem di divisi dua Liga Inggris hingga promosi ke divisi pertama di tahun 1962. Di bawah kepemimpinannya, Liverpool FC berhasil menjuarai First Division Championships sebanyak tiga kali, Piala FA sebanyak dua kali, Charity Shields sebanyak empat kali dan Piala UEFA sebanyak satu kali. Bandingkan dengan masa kepemimpinan Roy Hodgson dan Brendan Rodgers.

Sementara itu, tur di Old Trafford dimulai setelah saya diberikan lanyard tanda peserta tur dan diminta menunggu di museum, sebelum mengikuti si guide menjelajah stadion.

Sayangnya, walaupun di depan stadion terdapat patung The United Trinity, yang merupakan perwujudan dari ‘holy trinity’ Manchester United yang terdiri dari para legenda George Best, Denis Law, dan Bobby Charlton, namun guide kami sama sekali tidak menyinggung tentang patung ini. Padahal patung itu dibuat untuk mengenang kejayaan Manchester United, sebagai klub Inggris pertama yang memenangi European Cup di tahun 1968 (dengan berisikan ketiga pemain di atas yang juga menyabet gelar European Footballers of The Year), setelah berhasil mempecundangi Benfica dengan skor 4-1.

Dari patung Bill Shankley, kami bergerak ke kanan, menyusuri lapangan parkir dan melewati miniatur Hillsborough Memorial (yang saat itu sedang dalam proses renovasi), sebuah simbol kecil untuk memperingati 96 orang pendukung Liverpool yang meninggal karena ‘human crush’ saat mendukung klubnya bermain melawan Nottingham Forest pada 15 April 1989 di Hillsborough Stadium, Sheffield. Dari situ, baru kami bergerak naik, masuk ke stadion.

Sekadar informasi, pendukung Liverpool sejati tidak suka disebut sebagai Liverpudlian, karena itu berarti penduduk kota Liverpool, sementara kota Liverpool sendiri memiliki dua klub besar yaitu Liverpool FC dan Everton. Alih-alih Liverpudlian, mereka lebih suka dipanggil sebagai Kopite, yang merupakan perwujudan suporter ‘die-hard’ yang biasa duduk di tribun ‘Spion Kop’ Anfield.

Sementara untuk tur di Old Trafford, kami bergerak tanpa banyak basa-basi, dari museum (akan dibahas selanjutnya), kami langsung bergerak masuk ke dalam stadion, setelah melewati quote sombong Sir Alex Ferguson yang berbunyi “At our club you have to win. Being a good second does not come into it.“. Saat mengatakan itu, mungkin Sir Alex belum mengenal David Moyes.

Untuk yang belum tahu, Sir Alex Ferguson adalah manajer paling legendaris dari Manchester United yang berhasil mengangkat David Beckham sebagai simbol seks dunia dan membawa Manchester United menjuarai 13 gelar Liga Inggris, lima kali Piala FA, empat kali Piala Liga, sepuluh kali Charity Shield, dua kali Liga Champions, sekali Piala UEFA, sekali UEFA Supercup, sekali Piala Intercontinental, sekali piala FIFA WorldClub untuk klub. Pencapaian yang sangat fantastis apabila dibandingkan Steve McLaren di Newcastle United.

LAPANGAN DAN TRIBUN

Yang sedikit disayangkan pada kunjungan saya ke Liverpool saat itu adalah bahwa tur tersebut dilangsungkan ketika Anfield sedang direnovasi, sehingga ada ruangan-ruangan yang masih ditutup untuk peserta tur, termasuk bahwa kami tidak dapat melewati dugout dan berdiri sejajar dengan lapangan hijau, dan hanya mampu menatap lapangan dari atas.

Berbeda dengan Anfield, pengikut tur di Old Trafford malah dimanjakan dengan kunjungan ke lapangan dari berbagai sisi, masuk dari Stretford End di sisi barat –tempat para suporter ‘die-hard’ biasa berada, berjalan ke arah Sir Bobby Charlton Stand di sebelah utara sambil menatap Sir Alex Ferguson Stand di sisi utara, masuk lagi ke balik stadion, sebelum keluar lagi dari dugout ke arah bangku pemain dengan diiringi mars/chant Manchester United yang (diharapkan dapat) menambah semangat sebelum bertanding.

Walaupun lapangan terletak sejajar dengan kami, namun terdapat larangan untuk memegang rumput dan berdiri di atasnya.

Kembali ke Anfield, di mana kami bergerak naik ke arah Terrace Seating, dan muncul di Centenary Stand, atau yang dikenal sekarang sebagai Kenny Dalglish Stand. Di sini, kami diberikan waktu luang untuk berfoto sembari mendengarkan guide yang bercerita lebih lanjut dengan para peserta tur, mengenai kejayaan Liverpool FC (tentunya di masa lalu), membuka sesi tanya jawab apa saja mengenai Liverpool FC, juga bertanya ke tiap-tiap peserta mengenai apakah klub sepakbola favoritnya.

“Newcastle United!” Jawab saya, yang dibalasnya dengan pandangan tajam sambil mengangkat sebelah alisnya. Sementara para peserta lain melirik saya keheranan. “Umm, okay.”

Hal yang sama juga terjadi di Old Trafford ketika si guide meminta para peserta tur yang mendukung Manchester United mengangkat tangannya. “Thank God, that no one is Liverpool supporter here.” Ujarnya, sambil menambahkan bahwa Liverpool saat ini hanyalah tinggal sejarah, wkwk.

Guide juga menunjuk ke arah sebuah ruangan VIP di dekat tribun away, dan bercerita bahwa ruangan tersebut dikontrak eksklusif oleh Wayne Rooney, untuk mengakomodir keluarganya yang ingin menonton pertandingan. Nilai minus di sini adalah sedikitnya waktu untuk menikmati lapangan, karena guide seperti tergesa-gesa karena sedikitnya waktu yang dimiliki, bahkan untuk mengambil foto sekalipun.

Sekadar informasi lain, stadion Anfield saat ini berkapasitas 54.000-an penonton, sementara stadion Old Trafford memiliki kapasitas 75.000-an penonton, yang membuatnya menjadi stadion klub sepakbola terbesar kedua di Inggris, setelah Wembley (90,000 penonton).

DALAM STADION DAN RUANG GANTI PEMAIN

Dari arah tribun atas Anfield, saya menyempatkan untuk mampir ke tribun VIP yang juga dijadikan tempat menonton bola oleh para jurnalis ketika pertandingan berlangsung. Berikutnya kami digiring menuju ruangan tempat jersey pemain Liverpool digantungkan di dinding. Saya tidak tahu apakah ruang itu adalah ruang ganti pemain atau bukan, namun dari penampakannya sih bukan, karena hanya terdapat di sebuah lorong. Atau mungkin saja ruang ganti pemain saat itu sedang dalam proses renovasi juga, mungkin.

Sebelum mencapai lorong tersebut, kami melewati lorong lain dengan tembok berwarna putih yang di atasnya terdapat infografis sejarah Liverpool dari masa ke masa, dimulai sejak berdiri di tahun 1892, hingga tahun 2015 di mana kapten Steven Gerrard mengumumkan perpisahannya. Saat itu, kami juga dipinjamkan audio guide untuk mendengarkan sejarah Liverpool. Iya, di masa lalu.

Di Old Trafford, kami dibawa masuk ke ruang konferensi pers terlebih dahulu –ruang yang biasa dipakai ketika pihak Manchester United mengumumkan pembelian pemain barunya, atau memberikan tanggapan mengenai pertandingan yang baru saja berlangsung, sebelum menuju ke ruang ganti pemain. Kali ini ruang ganti pemain sungguhan, yang jadi saksi pelemparan sepatu Alex Ferguson ke wajah David Beckham di tahun 2003. Kalau gak salah.

Sebuah ruangan luas dengan jersey pemain tim utama tergantung di sana menyambut kami, seakan memanggil untuk berfoto di bawah jersey tersebut. Di bawah bangku, juga tersedia colokan untuk men-charge peralatan elektronik, walaupun mungkin kami tidak diizinkan untuk nongkrong di sana sambil bekerja dengan laptop.

MUSEUM

Salah satu nilai plus dari berkunjung ke maskas klub besar dan mantan klub besar adalah tersedianya museum yang memamerkan pencapaian yang telah diraih oleh klub tersebut. Sebuah hal mewah yang tidak dimiliki Newcastle United, klub payah yang menjadi kebanggaan saya. Like fall in love with the wrong girl.

Kunjungan ke museum di Anfield, saya lakukan di penghujung tur, karena kunjungan ke museum ini sifatnya free & easy, alias bebas dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Di museum ini, terdapat koleksi jersey Liverpool FC dari masa ke masa, foto-foto legenda Liverpool, juga sebuah ruangan pamer yang berjudul Kings of Europe, ruangan yang membanggakan pencapaian Liverpool FC menjuarai Liga Champions selama lima kali!

Di Old Trafford, kunjungan ke museumnya saya lakukan di awal sambil menunggu tur dimulai. Secara garis besar, isi museumnya tidak jauh berbeda, terdapat sejarah berdirinya Manchester United, foto-foto pemain yang melegenda, jersey klub dari masa  ke masa, dan juga gelar yang pernah dicapai.

Hanya bedanya adalah, piala di sini lebih banyak.

KESIMPULAN

Di akhir tur Anfield, saya mendapatkan ucapan terima kasih yang bersahabat dari para guide; sementara di Old Trafford, selain mendapatkan ucapan terima kasih, saya juga mendapatkan sertifikat tanda telah mengikuti tur yang dapat dicetak di Merchandise Store.

Lalu kembali ke kesimpulan, tur manakah yang lebih baik? Atau setidaknya mana yang menurut saya lebih baik.

 

Secara garis besar, saya dapat mengatakan bahwa nilai plus dari tur di Anfield adalah murah, guide yang ramah, dan kesempatan menikmati stadion lebih lama dan puas. Walaupun mungkin nilai minusnya adalah kurangnya penjelajahan ke sudut-sudut stadion, yang mungkin karena sedang proses renovasi.

Sementara untuk tur Old Trafford, saya suka karena memberikan pengalaman menyeluruh terhadap isi stadion dan lapangan, walaupun nilai minusnya adalah waktu yang sedikit dan ditambah guide jutek yang selalu tergesa mengakhiri sesi kunjungan tiap titik, bahkan untuk mengambil foto sekalipun.

Jadi kesimpulannya, saya lebih menyukai tur di Anfield karena lebih memanusiakan manusia yang ingin menikmati stadion.

Omong-omong, apabila kamu penasaran tentang stadium tour tersebut, kamu bisa juga mengikuti Whatravel EPL Tour ke kandang Arsenal FC, Chelsea FC, Liverpool FC, dan Manchester United yang akan dilangsungkan di bulan Januari 2018 bersama Pangeran Siahaan, apabila kuotanya tercukupi.

FPL Tour Whatravel
PS: Pendaftaran diperpanjang sampai akhir September 2017 atau sampai kuotanya habis, so don't miss it!