Sebagai seorang pekerja kantoran yang suka jalan-jalan, dapat mengatur dan mengalokasikan jatah cuti untuk liburan dengan baik adalah sebuah kemampuan yang selayaknya dapat dimasukkan ke dalam CV — Curriculum Vitae, bukan Commanditaire Vennootschap. Saya, yang hanya memiliki jatah cuti dua belas hari dalam setahun, mau tidak mau harus mengirit cuti tersebut supaya benar-benar worth, baik untuk cutinya, maupun perjalanannya. Bahkan untuk kepergian tahun depan, tidak jarang saya harus menabung cuti mulai dari tahun sebelumnya.

Namun, ada kalanya sebuah rencana mengirit cuti menjadi berantakan akibat sebuah penawaran menarik, yang akhirnya membuat saya harus membiarkan jatah tabungan cuti tahun depan menjadi hangus. Seperti yang terjadi kepada saya di penghujung 2016, ketika sebuah penawaran media trip dari Turkish Airlines mengajak saya untuk mengunjungi Cappadocia, Turki.

Kampret, seketika saya merasa menjadi seorang pebisnis yang mendapat penawaran dari Godfather Don Vito Corleone, “I’ll make you an offer that you can’t refuse.“, sebuah penawaran yang membuat saya tak berkutik, dan merelakan tabungan cuti 2017 saya terenggut, asalkan saya bisa ke Cappadocia.

Cappadocia

Untungnya, pilihan saya tak salah, karena perjalanan selama tiga hari ke Cappadocia tersebut telah menjadi salah satu perjalanan yang paling menyenangkan seumur hidup saya. Hal tersebut juga terbukti dengan banyaknya likes yang saya dapat di Instagram ketika saya mengunggah foto-foto di Cappadocia, yang jumlahnya lebih banyak daripada like yang masuk untuk foto selfie saya.

Secara geografis, bentang Cappadocia yang terdapat di pusat Anatolia Turki ini dikenal dunia dengan lembah, ngarai, bukit dan formasi batuannya yang tidak biasa, sebagai akibat dari hujan dan angin yang mengikisnya selama ribuan tahun, ditambah pula karena pengaruh lava yang berasal dari Gunung Erciyes, Melendiz, dan Hasan.

Seiring berjalannya waktu, formasi batuan yang unik tersebut kemudian digali dan diukir oleh penduduk sebagai tempat tinggal, yang menjadikan Cappadocia sebagai lokasi yang tidak ada duanya di dunia. I felt that I was in outer space, but then gravity woke me up.

Lalu, hal-hal seru dan menyenangkan apa sajakah yang telah saya lakukan di Cappadocia? Berikut saya berikan 40 hal tersebut.

1. Menyaksikan Sunrise 

Setelah bangun pagi, hal pertama yang dapat kamu lakukan di Cappadocia –selain membantu ibu membersihkan kolong tempat tidur tentunya, adalah menyaksikan matahari terbit dengan indahnya. Di Cappadocia, sunrise, atau matahari terbit biasa dipadukan dengan pemandangan balon-balon udara yang naik dengan anggunnya.

Untuk menyaksikan sunrise tersebut, kamu dapat berangkat sekitar pukul setengah lima pagi dan langsung mendatangi spot-spot strategis seperti yang terdapat di Uchisar ataupun Goreme.

Sunrise Cappadocia
So, what is the similarity between sun and Amien? 

Yes, they rise.

2. Sarapan a la boutique hotel Cappadocia

Setelah matahari terbit, ada baiknya segera mencari sarapan, demi kelangsungan hari yang baik dan anti cranky karena kelaparan. Apabila kamu menginap di boutique hotel di Cappadocia, kamu dapat mendapatkan menu-menu simpel yang menarik seperti sandwich, salad, yang dikombinasikan dengan buah zaitun.

Breakfast at Cappadocia

Namun, sarapan tersebut akan lebih nikmat apabila dilakukan sambil…

3. Menikmati View yang Fantastis 

Ya, di Cappadocia, kamu dapat menggabungkan sarapan enak dengan view fantastis yaitu balon udara yang sedang beterbangan, apabila kamu memang tahu di mana tempat untuk menikmatinya.

Seperti yang satu ini, rooftop Milestone Cave Suites, Uchisar, Cappadocia.

Breakfast at Cappadocia
Hint: Untuk mendapatkan sarapan dengan view yang fantastis tersebut, sebenarnya kamu tidak perlu menginap di sana, namun hanya perlu mereservasi tempat dan meminta pihak hotel untuk menata rooftop-nya dengan menggelar karpet khas Turki dan menyiapkan makanan di sana, supaya cozy dan Instagrammable.

Lalu, masa iya cuma nonton balon terbang saja? Tenang, namanya juga Cappadocia, kamu bisa juga…

4. Terbang dengan Balon Udara 

Balon udara, mungkin adalah salah satu atraksi wisata yang paling banyak dicari di Cappadocia, di mana kamu dapat menikmati penerbangan selama lebih kurang satu jam dengan pemandangan bentang alam yang menakjubkan.

Apabila balon udara di Bagan, Myanmar menyajikan pemandangan berupa kuil-kuil kuno, maka balon udara di Cappadocia akan memberikan pemandangan berupa beraneka bentuk batuan sedimen yang menakjubkan, yang bisa dinikmati sambil menyaksikan matahari terbit.

Hot Air Balloon Cappadocia

Sekadar informasi, batuan sedimen yang terdapat di Cappadocia, terbentuk antara 9 sampai 3 juta tahun yang lalu, dari endapan batuan vulkanik yang berasal dari gunung berapi purba yang meletus di zaman Miosen hingga Pliosen. Endapan ini kemudian memenuhi wilayah danau dan sungai di sana, dan seiring dengan berjalannya waktu, endapan ini mengeras menjadi batu-batu dengan bentuk yang unik, seperti pilar dan menara.

Menariknya, berhubung banyak sekali pilar dan menara yang terbentuk di sini, maka penduduk sekitar menggunakannya sebagai tempat tinggal, juga untuk tempat berkumpul dan beribadah.

Source 1
Source 2
Coba dulu ada Program OKEOCE dan DP 0% dari gubernur Cappadocia, pasti penduduk tidak perlu lagi membuat rumah dari batu-batuan tersebut, ya kan? #AnieSandiForCappadocia1

5. Menyesap Wine setelah Penerbangan Balon Udara 

Biasanya, pendaratan balon udara yang mulus akan dirayakan dengan menikmati camilan dan wine, seperti halnya yang terjadi di Cappadocia, di mana setelah terbang kami mendapatkan jamuan tersebut, lengkap dengan sertifikat penerbangan yang telah kami lakukan.

Tenang, bagi yang tidak minum wine atau anggur merah –yang selalu memabukkan diriku, seperti saya, dapat juga mengganti minuman tersebut dengan segelas berry juice, yang sama-sama merah juga.

Hot Air Balloon Cappadocia
Catatan: Berhubung ada banyak sekali provider balon udara di Cappadocia, kamu dapat memilih salah satu yang sesuai dengan budget (berkisar antara 100-250 Euro) dan warna balon favoritmu (mulai dari putih polos, putih muda, dan warna pelangi seperti Rainbow Parade).
 
Saat itu, kami mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari Rainbow Balloons.

6. Berburu Suvenir di Kaptan Osman 

Bukan orang Indonesia namanya, kalau jalan-jalan tanpa membeli oleh-oleh untuk sanak saudara, teman-teman, dan kolega kantor yang demanding. Untungnya, di Cappadocia terdapat banyak sekali toko suvenir, seperti misalnya yang satu ini, toko suvenir milik Kaptan Osman yang terletak di dekat Pigeon Valley.

Di sini, kamu dapat menemukan berbagai macam suvenir mulai dari kaus, gantungan kunci, magnet kulkas, hingga berhala.

Cappadocia
Apabila di Indonesia seorang kapiten mempunyai pedang panjang, maka di Turki, seorang kaptan mempunyai toko suvenir.

Lalu, apakah bisa menawar di sini? Tenanglah rakyatku, di sini, kamu dapat melakukan hal yang menjadi keahlian dan minat kamu, yaitu menawar. Seperti misalnya…

7. Tawar-Menawar Kain dan Pashmina Turki

Cappadocia Pashmina

Ya, di Kaptan Osman tersebut kamu dapat menawar harga kain dan meminta diskon lebih murah daripada harga yang terdapat di bandrolnya. Apabila kamu membeli banyak, kamu juga dapat meminta diskon lagi. Tenang, di sini menawar bukanlah sebuah dosa seperti yang mungkin ditemukan di Ladies Market Hong Kong, di mana kamu bisa dimarahi apabila sudah menawar dan tidak jadi membeli.

Selain menawar berbagai suvenir, di sini kamu juga dapat…

8. Bergaya Seperti Raja Turki di Atas Bukit

Dengan menyisihkan sedikit uang jajan yang semula akan kamu gunakan untuk membeli suvenir, kamu dapat menyewa jubah dan mahkota a la maharaja di Kaptan Osman, dan kemudian digunakan untuk berpose di pinggiran jurang.

Ya asalkan, jangan sehabis itu lompat saja sih. Bayar dulu baru lompat, maksudnya.

9. Melihat Pigeon Valley di Kejauhan

Alkisah zaman dahulu kala, di mana orang belum mengenal SMS, email, dan Lambe Turah, masyarakat biasa menggunakan merpati untuk berkomunikasi dengan cara mengirimkan surat melalui merpati yang diikatkan ke kakinya. Selain itu, merpati juga digunakan sebagai bahan makanan dan bahan pupuk tanaman yang didapat dari kotorannya.

Bukti tersebut terlihat di Pigeon Valley, di mana terdapat rumah-rumah penduduk di tebing yang juga memiliki beberapa lubang kecil di temboknya. Lubang itulah yang digunakan sebagai tempat tinggal para merpati yang digunakan untuk berkomunikasi dahulu.

Sekarang, di saat identitas admin Lambe Turah sudah terbongkar, beberapa warga lokal masih merawat dan memelihara merpati di Capapdocia, untuk alasan turisme dengan harapan akan mendatangkan uang padanya.

Catatan: Di beberapa wilayah Cappadocia, kamu juga akan menemukan pohon dengan puluhan hingga ratusan manik-manik berbentuk mata biru tergantung. Mata biru tersebut dimaksudkan sebagai jimat yang dapat melindungi Cappadocia dari hal-hal buruk yang dapat terjadi (dikatakan sebagai "Evil Eye").
Source 3
Source 4

10. Menjelajah Uchisar Village

Uchisar Village adalah tempat yang memiliki titik tertinggi di Cappadocia, yaitu Uchisar Castle, yang sejatinya merupakan sebuah tebing yang diukir untuk dijadikan tempat tinggal. Akibat erosi yang terjadi, banyak tempat di Uchisar Castle yang kini tidak dapat diakses, dan malah dijadikan tempat memelihara burung merpati oleh warga lokal.

Uchisar Village Cappadocia

Namun Uchisar bukan hanya seputar Uchisar Castle, karena di sini juga terdapat permukiman penduduk yang dibentuk dari bangunan-bangunan baru, termasuk adanya hotel-hotel butik mahal yang menjamur di sini. Walaupun terdapat banyak burung merpati, namun saya tidak menemukan orang Lamongan yang menjual burung goreng di sini.

Source 5
Source 6

Lalu, apabila kamu tidak sempat menjelajah Uchisar Village karena terlalu luas, kamu juga dapat melakukan hal-hal santai seperti yang berikut ini.

11. Berpose a la Boyband

Sebenarnya, pose a la-a la boyband ini dapat dilakukan di mana saja, namun untuk mendapatkan latar belakang batuan-batuan aneh di Cappadocia, maka ada dua metode yang dapat dilakukan, yang pertama adalah menggunakan Photoshop, sementara yang kedua adalah datang langsung ke Capapdocia, seperti foto di bawah ini.

Bukan, yang di bawah ini bukan F4 Taiwan dan Sanchai.

Apabila menurutmu berpose adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja dan tidak seru, maka kamu dapat melakukan hal berikut ini.

12. Bercengkerama dengan Keledai 

Uchisar Cappadocia

Di Uchisar, kamu juga dapat menemukan keledai yang kemungkinan digunakan warga lokal untuk berladang, sarana transportasi, ataupun hanya sebagai hiasan rumah. Dekatilah keledai tersebut dengan sopan, ucapkan salam, sebelum bercengkerama dengannya.

Ingat, jangan sampai menyinggung perasaan keledai tersebut, dengan menanyakan hal-hal sensitif seperti “Berapa kali kamu jatuh di lubang yang sama?”.

13. Menyesap Kopi Khas Turki

Jika kamu sudah lelah bermain-main dengan keledai karena dia tidak dapat diajak serius, maka kamu dapat mendatangi kedai (iya, tidak ada Starbucks atau Anomali Coffee di sana) terdekat yang berada di situ, beristirahat sejenak, sambil menyesap secangkir Kopi Turki yang nikmat.

Biasanya, Kopi Turki akan disajikan dalam cangkir kecil ditemani segelas air putih sebagai penawar apabila kopi dirasa terlalu pekat dan kehidupan terasa begitu kelam.

Cappadocia
Catatan: Harga Kopi Turki di kedai semacam ini cukup terjangkau, yaitu berkisar antara 5-10 Lira atau setara dengan 18.000 - 40.000 Rupiah per cangkirnya.

14. Mengintip Proses Pembuatan Karpet Turki 

Turki, juga dikenal sebagai salah satu negara produsen karpet terbaik di dunia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya karpet asal Turki yang masih terjaga kualitasnya walaupun telah berumur ratusan tahun. Pada akhir abad ke-13, Marco Polo pernah mengatakan bahwa karpet terbaik yang ditemukannya pun berasal dari Turki.

Kualitas karpet Turki ini tidak lepas dari proses produksinya yang bermutu tinggi, dengan anyaman-anyaman yang sangat rapat tiap inci karpetnya, bahan pewarna alami yang digunakan, juga pemilihan motif karpetnya yang berkelas.

Rasanya, akan kurang lengkap apabila kunjungan ke Cappadocia tidak dibarengi dengan mengintip proses pembuatan karpet. Untungnya, kami menyempatkan waktu untuk mengunjungi Matis Carpet Weaving Village di wilayah Ortahisar.

Di sana, kami melihat sendiri bagaimana sebuah karpet dibuat, mulai dari pemilihan benang-benang sutra dari kepompong, meracik warna-warna karpet dari bahan alami, menganyam karpet yang bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun (Ya, semakin rapat anyamannya, maka waktu pembuatannya akan semakin lama. Bahkan bisa lebih lama dari periode Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI), hingga melihat hasil akhir pembuatan karpet tersebut di showroom yang tersedia.

Kalau berminat, kamu juga dapat membeli karpet tersebut, mulai dari harga ratusan ribu Rupiah hingga ratusan juta Rupiah. Sekadar informasi, karpet termahal di sini hanya berukuran sekitar 30 cm x 30 cm, yang menggambar ulang lukisan “The Last Supper” karya Leonardo Da Vinci. Untungnya, tidak ada pesaing Matis Carpet yang memainkan isu agama di sini, karena kalau terjadi, bisa-bisa Matis Carpet dicap kafir karena membuat karpet yang menggambarkan perjamuan terakhir yang dilakukan oleh Yesus dan para pengikutnya.

Source 7

15. Memborong Kerajinan Keramik Lokal 

Selain karpet, kamu juga bisa melihat proses pembuatan keramik lokal di Turki, seperti yang kami lakukan di Venessa Seramik, Avanos. Di sana, kamu dapat melihat bagaimana sebuah keramik dibuat mulai dari proses pembentukan tanah liat seperti yang kamu tonton di film Ghost (minus adegan dipeluk dari belakang tentunya), hingga pengecatan keramik yang membuatnya menjadi barang jadi bernilai tinggi.

Sama seperti karpet, harga keramik di sini juga dimulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Cappadocia Ceramic
Catatan: Kalau kamu tidak tahu film Ghost, mungkin kamu terlalu muda untuk saya kencani.

16. Membeli Perhiasan untuk Yang Terkasih

Cappadocia Jewelry

Tepat di dekat Venessa Seramik, terdapat juga toko perhiasan yang memiliki banyak sekali perhiasan dengan jenis batuan safir. Apabila mampu, kamu juga dapat membelinya untuk koleksi pribadi maupun untuk diberikan kepada yang terkasih di rumah. Kalau saya sih, sayang uangnya, masih mending untuk beli cilok.

Sepanjang pengamatan saya di Cappadocia, sangat jarang saya melihat wanita berjualan, masih lebih banyak pria-pria berwajahkan Zayn Malik yang berjualan. Bukan, bukan jual diri maksudnya.

17. Mencicipi Kuliner Khas Turki 

Setelah lelah berjalan-jalan, tidak ada salahnya apabila kamu mengisi bahan bakar dengan menyantap kuliner khas Turki, seperti yang kami lakukan di Evranos Restaurant, Avanos. Pada restoran yang memiliki dekorasi layaknya rumah bawah tanah Cappadocia itu, kami memesan sebuah menu bernama Testi Kebabi.

Testi Kebabi, ya, bukan testikel babi.

Cappadocia Culinary

Secara sekilas, Testi Kebabi ini mirip-mirip dengan tongseng kambing yang dapat kamu nikmati di alun-alun Ungaran, namun yang membuatnya beda adalah lokasinya di Turki. Eh maaf, maksud saya tongseng kambing di sini disajikan dalam sebuah wadah yang terbuat dari kayu (yang entah dari kayu apa, yang jelas bukan kayu putih) dan ditutup dengan aluminium foil plus penutup berbahan keras.

Sebelum dinikmati, kamu harus memecahkan penutup wadahnya terlebih dahulu, sebelum menumpahkan tongseng panasnya ke dalam nasi lemak yang masih mengepul. Apabila susah, tenang, kamu juga dapat meminta bantuan kepada petugas restoran, sambil…

18. Menatap Mas-Mas Turki yang Ganteng 

Cappadocia Culinary

Iya, bagi orang Indonesia, mungkin wajah mas-mas di Turki seperti di atas ini dapat dibilang ganteng, dan menggoda iman. Untung saja iman saya kuat. Apabila pria Turki adalah tipemu, maka beruntungnya kamu karena akan dapat menemukan banyak sekali pria-pria idamanmu di Cappadocia.

19. Bersantai di Taman Kota

Setelah kenyang dengan testi kebabi dan menatap mas-mas Turki yang ganteng, tidak ada salahnya apabila kamu bersantai di taman kota yang terletak tak jauh dari Evranos Restaurant, sambil memperhatikan para penduduk lokal menghabiskan harinya.  

Cappadocia

Pada taman yang menempel dengan Red River ini, kamu dapat memperhatikan pemuda-pemudi yang sedang memadu kasih, orang tua yang sedang berjalan sambil membicarakan masa muda mereka, bebek-bebek yang berenang di sungai, hingga turis yang sedang memperhatikan pemuda-pemudi, orang tua, dan bebek tersebut.

Apabila beruntung, kamu juga bisa…

20. Bermain dengan Kucing Jalanan

Untuk penyuka kucing –kucing asli, bukan ‘kucing’, Turki adalah surganya, karena kamu akan banyak sekali menemukan kucing-kucing cantik di sini. Walaupun mereka kucing jalanan, parasnya masih terlihat bersih dan menarik, dan semuanya di sini adalah Kucing Persia. Ya iyalah.

Cappadocia

Ketika di Istanbul, saya mendapati bahwa ada seseorang yang memberikan makan kepada kucing-kucing jalanan ini berupa daging dalam jumlah yang banyak untuk kelangsungan hidupnya. Mungkin hal ini juga terjadi di Cappadocia, karena saya tidak menemukan adanya kucing-kucing kerempeng yang memelas makan, bahkan hingga naik ke atas meja makan restoran untuk mencuri Testi Kebabi.

Walaupun mereka kucing jalanan, jangan berpikiran untuk mengadopsi mereka ataupun membawanya ke Animal Defenders Indonesia. Bukan, bukan karena kasus Melanie Subono vs Animal Defenders Indonesia yang terjadi beberapa waktu lalu, namun karena rempong bawanya cyiiin~

Catatan: Untuk menuju Cappadocia, kamu dapat menggunakan Turkish Airlines yang melayani penerbangan Jakarta-Istanbul setiap hari dengan jadwal penerbangan pukul 20.45, lalu lanjut dengan penerbangan lokalnya ke Kayseri atau Nevsehir yang terletak di wilayah Cappadocia.
Bersambung…