Tahun 2016 dapat dikatakan sebagai tahun yang penuh kabar duka, baik bagi Indonesia maupun bagi dunia. Mulai dari pemboman Sarinah pada awal tahun, demo yang mengakibatkan bentrok antara sopir taksi dan penyedia jasa layanan transportasi online, kasus Al Maidah ayat 51, pembunuhan duta besar Rusia di Turki, hingga meninggalnya Sutan Bhatoegana dan penyanyi legendaris George Michael yang terkenal dengan bisikannya cerobohnya.

Walaupun kental dengan kesedihan, namun 2016 juga lewat dengan membawa kabar baik dan kebahagiaan, seperti misalnya selesainya masa tahanan Antasari Azhar yang mengaku “dikriminalisasikan”, aman dan lancarnya aksi 212 di Jakarta akibat kerjasama pihak-pihak terkait, gempita pendukung Donald Trump yang bahagia karena presiden pilihannya menang, tercapainya perundingan antara Turki dan Rusia untuk bekerja sama mengakhiri perang panjang di Suriah, juga tentang saya yang akhirnya mengakhiri masa lajang pada tahun tersebut.

Dalam hal perjalanan, 2016 juga membuka awal yang baru bagi saya, karena saya telah menemukan my lifetime travel companion, Neng, yang berjanji akan menemani saya untuk jalan-jalan ke mana saja. Ya kecuali ke daerah-daerah yang terlalu panas, karena sayang dengan perawatannya.

So, ini dia rekap perjalanan saya di tahun 2016.

Januari: Mamacation Terakhir

Saya mengawali 2016 dengan menikmati malam pergantian tahun di Waisai, Raja Ampat. Sebuah malam yang dimeriahkan dengan panggung dangdut, gebyar kembang api, dan hadirnya Bapak Presiden Jokowi untuk membuka acara malam itu. Jarang-jarang kan liburan ditemani Presiden Republik Indonesia! Walaupun perjalanan menuju Puncak Wayag cukup menantang, namun bahagia saya dapat begitu tiba di puncaknya.

Ski at Badaling

Pada bulan yang sama, saya juga berkesempatan mengajak Mama untuk bermain salju –salah satu keinginannya, di China. Perjalanan bersama Mama yang kerap saya sebut dengan Mamacation tersebut, adalah perjalanan yang terakhir kami lakukan bersama.

Tepatnya terakhir sebelum saya melangsungkan pernikahan.

Februari: Perjalanan Panjang Menuju Pernikahan

Akhirnya, setelah tiga dekade melajang, saya melangsungkan pernikahan pada hari ulang tahun saya di tahun 2016. Ada beberapa hal, yang membuat saya memilih tanggal tersebut, yaitu karena tanggalnya romantis dan karena saya adalah orang yang susah mengingat tanggal, kecuali tanggal ulang tahun sendiri, dan tanggal gajian.

Perjalanan menuju pernikahan, adalah perjalanan terpanjang yang pernah saya lakukan, karena tidak ada jalan untuk kembali. Baca ceritanya dalam beberapa bagian berikut ini.

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Wedding

Setelah sempat menghadiri undangan dari Duta Besar Australia untuk Indonesia, Mr. Paul Grigson di bulan tersebut,  hari-hari bahagia saya berlanjut dengan melakukan perjalanan Euro Trip bersama Neng, dengan sedikitnya melintasi kota-kota berikut ini: Amsterdam, Antwerp, Paris, Venezia, hingga San Marino dan Roma.

Maret: Mulai Memelihara Kumis

Berkat tuntutan istri, saya mulai memelihara kumis di bulan ini. Bukan, bukan kumis seperti Tukul atau Hitler, namun kumis tebal di tengah seperti Borat ataupun Lionel Richie. Helloooow?

Bandungan

Di bulan bahagia ini, saya juga melangsungkan pesta pernikahan kedua dengan orang yang sama –atau dalam istilah setempat disebut “Ngunduh Mantu” atau “Downloading Daughter-in-Law” di Ungaran, yang berlanjut dengan jalan-jalan Mamacation bertiga untuk pertama kalinya, dengan menikmati pesona Kabupaten Semarang, yaitu Bandungan.

Baca: Kaleidoskop 2012 – Hal-hal yang Terjadi Ketika Kiamat Tak Jadi Terjadi

April: Cooling Down

Setelah menikah, masa-masa berikutnya adalah masa-masa transisi, dari yang semula hidup seorang diri dan sebatang besar menjadi hidup berdua dengan memaksimalkan semua yang dimiliki. Di bulan ini, kami sempat melakukan road trip bersama dengan rute Jakarta – Bandung – Jakarta, sambil membawa barang-barang Neng dari Bandung, sambil menjajal mobil Mazda 2 ke Stone Garden Padalarang.

Kupang

Namun, dasar pejalan, naluri yang saya miliki membuat kaki saya gatal apabila lama tidak melakukan perjalanan. Di akhir bulan, saya memohon kepada Neng, dengan sedikit memelas dan dibumbui drama, untuk diizinkan bepergian bersama kawan-kawan ke Flores, dengan sebelumnya mendarat di Kupang.

“Ya sudah, yang penting kamu bahagia, Mas.”

Mei: Pesona Flores

Walaupun sedikit merasa bersalah karena meninggalkan Neng dalam jangka waktu yang lama, sekitar seminggu lebih, namun keputusan saya mengunjungi Flores dan melakukan road trip di Flores ternyata adalah keputusan yang tepat, karena sampai saat ini, saya menetapkan Flores sebagai destinasi terindah di Indonesia yang pernah saya kunjungi. Keindahan alam dan keramahan orang-orangnya, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.

Kelimutu

Sebagai permintaan maaf kepada Neng yang sempat marah karena saya sempat menghilang karena tidak mendapat sinyal di Flores, akhirnya kami memutuskan untuk menghadiri undangan dari Dinas Pariwisata Sumatera Selatan guna meliput dan menyebarkan informasi mengenai ajang bergengsi bernama Musi Triboatton yang dilangsungkan di Sungai Musi, Palembang.

Juni: Mencoba Puasa di Negeri Orang

Bulan Juni, berarti datangnya Ramadan di 2016. Sebelum puasa, saya bersama Neng, Fara, Wandi, dan Galang sempat melakukan road trip ke Cirebon untuk berwisata sekaligus mencicipi berbagai kuliner yang ada di sana.

Selanjutnya, ketika bulan puasa datang, saya mengajak Neng untuk pergi ke Singapura dan mencoba berpuasa di Singapura sebagai musafir. Hasilnya, kami kecapekan dan memilih untuk ngabuburit sambil nonton di Bugis.

Cirebon

Pada bulan yang sama pula, saya berbahagia karena mendapat penghargaan sebagai pemenang lomba blog Wonderful Indonesia yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata yang bekerja sama dengan Tour de Flores. Lumayan, gara-gara artikel ini, saya mendapat hadiah uang tunai Rp15.000.000,- dan sempat bersalaman dengan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Bapak Arief Yahya sewaktu penyerahan hadiah.

Baca: Kaleidoskop 2013 – Tahun Sial yang Membawa Keberuntungan

Juli: Festival Sriwijaya

Setelah sebulan berpuasa, waktunya libur lebaran pun tiba. Kali ini, setelah menikah, saya harus memilih antara menghabiskan hari Idul Fitri bersama keluarga Neng di Bandung atau di Semarang dan Pati bersama keluarga Mama. Akhirnya, pilihan tersebut jatuh ke Tim Jawa Tengah, ketika saya mengajak Neng untuk pertama kalinya salat ied bersama keluarga besar di Pati, sambil mencoba Tas Kalibre.

Palembang

Pada bulan Juli ini, saya beserta Neng kembali mendapat undangan dari Dinas Pariwisata Sumatera Selatan untuk datang dan meliput kemeriahan Festival Sriwijaya yang berlangsung di Palembang. Lumayan, bisa bahagia akibat jalan-jalan gratis sambil menulis tentang Palembang. Baca liputannya pada tautan berikut.

Part 1
Part 2

Agustus: Mencoba Surfing

Saya adalah orang yang suka dengan petualangan dan hal yang baru, maka begitu tahu bahwa ada open trip untuk mengikuti surfing class di Cimaja, tanpa ragu-ragu saya langsung mendaftar, dan meninggalkan Neng yang tidak begitu menyukai pantai, karena panas.

Yang mengejutkan dan membahagiakan, ternyata kelas surfing tersebut langsung dipandu oleh para master, yaitu Gemala Hanafiah dan Dede Suryana yang sering menjadi jawara pada kompetisi selancar baik nasional maupun internasional. Hasilnya, tentu saja, selama seharian belajar, saya mampu berdiri di atas papan sebanyak satu kali!

Cimaja

Pada bulan ini, saya bersama Neng merayakan #EnamBulanBersama yang berbahagia setelah menikah dengan melakukan Staycation di Hotel Morrissey. Kami juga sempat berniat untuk membuat vlog, namun niat tersebut akhirnya tinggal niat, karena saya hanya mampu mengedit sekitar dua video dalam waktu lima bulan.

Ada yang mau daftar jadi video editor kami? Tapi dengan budget mahasiswa, ya!

September: My Trip My Adventure, yo what’s up?!

Sebuah kejutan datang lagi di bulan September dengan adanya undangan dari My Trip My Adventure, sebuah acara (yang dulu saya kira adalah acara) alay, yang mengajak saya untuk turut serta merayakan ulang tahun ketiganya di Wae Rebo.

Pemandangan indah, acara menarik, dan kesempatan masuk televisi, tentunya adalah tawaran yang tidak mungkin saya tolak. Walaupun kumis ini cuma mampu hadir selama tiga detik di layar kaca.

Bakso Istighfar

Di bulan ini, saya juga mendapat kebahagiaan lain dengan datangnya Mama ke Jakarta (kami sempat melakukan wisata relijius dengan mengunjungi Masjid Kubah Emas di Cinere), dan kesempatan untuk mengunjungi keluarga Bandung, dan memakan bakso yang membuat kami semakin relijius, akibat berucap “Astaghfirullah” ketika melihat porsinya.

Baca: Kaleidoskop 2014 – Tahun Penuh Pencapaian

Oktober: Shooting Film Layar Lebar dan Menjadi Travelers of The Year

Setelah masuk televisi akibat My Trip My Adventure, di bulan ini saya juga mendapat kesempatan menarik lain yang datang dari travel blogger legendaris Indonesia Trinity Traveler, yang menawari saya untuk menjadi cameo di pembuatan film bioskop yang diadaptasi dari buku best seller-nya.

Pada film tersebut, saya mendapat peran sebagai wartawan yang mengajukan pertanyaan ke Trinity muda (diperankan oleh Maudy Ayunda yang nyaris sempurna, di mana satu-satunya kekurangannya adalah tidak mau dengan saya), dan berhak untuk muncul selama tiga detik, kalau tidak kena edit.

Saya bersyukur, hanya mendapat kesempatan untuk beradu peran dengan Maudy pada satu scene, karena kalau terlalu banyak, kami takut baper. Maaf ya Maudy, saya sudah menikah.

The Nekad Traveler

Berita membahagiakan lain datang dari Majalah Panorama yang memilih saya menjadi salah satu Travelers of The Year 2016, setelah berhasil menyelesaikan serentetan tugas-tugas berat, termasuk melakukan off road di Bandung hingga ke Kawah Ratu.

November: Mendadak Turki

Pada bulan November, saya sebenarnya tidak mempunyai rencana traveling ke mana-mana, namun sebuah email yang datang sungguh mengejutkan (sekaligus membahagiakan) saya. Isinya adalah ajakan mengikuti media trip ke Turki gratis, dengan destinasi Istanbul dan Cappadocia.

Sebuah ajakan yang tak mungkin saya tolak, apalagi dengan fasilitas penerbangan kelas bisnis yang ditawarkan oleh Turkish Airlines.

Kapadokya

Selain karier sebagai traveler, di bulan ini karier saya sebagai public speaker juga ikut diuji ketika mengisi seminar di Bank Indonesia dengan para pejabat yang menjadi tamu undangan juga ketika menyampaikan presentasi di English First untuk pertama kalinya, dalam bahasa Inggris!

Oh iya, saya belum bilang ya kalau di bulan ini saya juga berhasil memenangkan Blogger Competition yang diselenggarakan oleh Keminfo. Lumayan, berkat artikel ini, saya berhasil memenangkan hadiah uang tunai Rp10.000.000,- yang diserahkan secara simbolis oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara. Saya masih teringat pesan Beliau ketika menyalami saya malam itu, yang berbunyi:

“Jangan berhenti menulis, untuk (kebaikan) Indonesia.”

Desember: Akhirnya, Timor Leste!

Setelah bertahun-tahun hanya bermimpi dan berencana, akhirnya pada bulan Desember ini, saya berhasil mencapai salah satu destinasi yang saya idam-idamkan sejak dulu, yaitu Timor Leste, yang merupakan mantan terindah bagi Indonesia. Sama halnya Keenan Pearce bagi Raisa.

Timor Leste

Pada bulan ini, saya juga berhasil membahagiakan istri dengan mengajaknya belanja kosmetik di Myeongdong, Seoul, termasuk menemaninya berjalan-jalan ke daerah perbatasan Korea Selatan dengan Korea Utara. Karena bahagia seorang istri, adalah bahagia suaminya juga.

Baca: Kaleidoskop 2015 – Tahun Penuh Kejutan

Pada tahun 2017 ini, saya berharap dapat dikaruniai kesehatan selalu sehingga dapat berjalan lebih jauh lagi, juga supaya dapat terus menulis untuk berbagi, dan juga dapat diberikan bahagia seterusnya.

Karena bahagia, adalah hak semua orang di dunia.

Selamat tahun baru 2017, untuk kamu yang merayakan! 

Jadi, apa resolusi traveling kamu di tahun ini?