Apabila ada yang bertanya, buku apakah yang terakhir saya baca, maka jawabannya adalah The Naked Traveler 7 karangan Trinity yang telah sukses membawa saya seakan-akan singgah ke Myanmar, India, Kanada, Fiji, Seychelles, hingga Tanzania, melalui tulisan-tulisan yang ada pada buku tersebut. Selain perjalanan, buku setebal 286 halaman dan setinggi 20,5 cm tersebut juga menyajikan berbagai tip unik yang bermanfaat, seperti misalnya bagaimana cara berpakaian di musim dingin, bagaimana panduan berobat ke Penang, juga bagaimana trik dan solusinya apabila kehabisan uang ketika traveling.

“Pulang aja! Gitu aja kok repot!” Itu adalah jawaban paling top dari pertanyaan “Bagaimana kalau kehabisan uang pas traveling?” Kan kampret. Masa iya solusinya adalah pulang. Tapi Trinity menjelaskan bahwa pulang adalah solusi yang tepat, karena keluarga akan tetap menerima kita apapun keadaannya, ya kecuali kalau diusir.

Kampret.

Trinity Traveler

Trinity Traveler

Bagi seorang Travel Blogger seperti saya, nama Trinity mungkin adalah legenda, atau seorang pionir dalam urusan per-blogging-an. Blog miliknya, yaitu naked-traveler.com, dikenal sebagai travel blog pertama di Indonesia! Kemudian, hanya dalam waktu kurang dari dua tahun sejak memulai blogging pada 2005, blognya sudah dinominasikan sebagai finalis Indonesia’s Best Blog Awards!

Gak jauh beda sih dengan Backpackstory, yang pernah memenangkan penghargaan sebagai Indonesia’s Best Travel Blog of The Year 2014 versi Skyscanner Indonesia. Eh maaf.

Berawal dari blogging, Trinity kemudian meluncurkan sejumlah buku traveling, yang masuk ke dalam jajaran buku bestselling nasional. Tak tanggung-tanggung, sudah ada 13 buku! Beda jauh dengan saya yang hanya punya empat buku, itu pun buku tabungan semua.

Boks by Trinity Traveler

Saat ini, Trinity menyebut dirinya sendiri sebagai tukang jalan-jalan yang sesekali menulis. Pengalaman menjelajah 78 negara dan hampir semua provinsi di Indonesia selama lebih dari dua dekade, ditambah kepiawaian dan konsistensi dalam menulis, telah menjadikannya sebagai seorang ikon inspiratif di dunia traveling Indonesia, selain sebagai seorang penulis buku traveling paling berpengaruh di Indonesia, tentunya.

Bermula dari kekaguman saya terhadap sosok Trinity dan kisah hidupnya yang inspiratif, maka saya memberanikan diri untuk melakukan interview dengannya, untuk mengetahui sekelumit kisah hidupnya sebagai seorang travel writer, atau penulis perjalanan di Indonesia.


Pada awalnya, saya bermaksud melakukan interview secara langsung, dengan bertatap muka pada suatu malam dengan ditemani dua cangkir kopi dan lampu kota di kejauhan, namun ternyata Trinity sedang tidak berada di Indonesia, dan ketika saya bertanya “Kapan pulang?” jawabannya adalah bulan depan. Kan kampret.

Tak habis akal, saya mengambil metode berikutnya, yaitu melakukan wawancara melalui sambungan telepon. Namun mengingat mahalnya pulsa telepon internasional dan masih lamanya cicilan apartemen, saya akhirnya mengambil langkah pamungkas, yaitu melalui WhatsApp Call.

Di bawah ini adalah intisari perbincangan kami, yang dilakukan pada Jumat, 21 Oktober 2016, mulai pukul 16.22 Waktu Pejompongan, Jakarta Pusat.

Trinity Traveler

Halo... Halo...

Halooo...

Kok kresek-kresek... *pasang headset* HALOOOO!

Halooo...

Nah, ini sudah jelas. Halo Mbak, selamat pagi, siang, sore, malam, di sana.

Halo, kalau di sini sih masih siang, jam sebelasan. Ini aku baru habis mandi.

Loh, emang sekarang lagi di mana, Mbak?

Ini sekarang aku di Swiss, atau tepatnya di Aarburg.
Wah, enak ya! Bisa jalan-jalan terus. (Ini sebenarnya adalah perkataan yang menyebalkan bagi para traveler, karena si penanya mungkin tidak tahu sejauh manakah rintangan yang sudah dilalui, supaya bisa sejauh ini dan bisa jalan-jalan terus. Namun demi alasan basa-basi, biasanya dikatakan juga.) Kalau boleh tahu dalam rangka apa Mbak jalan-jalannya?

Kalau sekarang sih, dalam rangka Euro Trip biasa. Karena kebetulan aku habis ngeluarin buku tahun ini, jadi agak santai. Kebetulan juga Visa Schengen juga masih lama berlakunya, jadi sayang kalau gak sekalian lama di sini. 

Oohhh...

Terus kebetulan juga banyak saudara dan teman yang bisa ditebengin di Eropa, lumayan lah. Hehe.

Hehe... Memang di Eropa rencana ke mana saja, Mbak?

Yang sekarang rencananya sih mau ke Belgia, Swiss, Italia, Portugal, sama Iceland. Beberapa negara sebenarnya sudah, tapi ini sambil mampir ke tempat-tempat yang belum pernah aja.

Oh iya, omong-omong sudah senggang kan Mbak? Saya takut ganggu waktunya kalau mau wawancara.

Tenang, aku hari ini senggang sampai jam dua belas kok.
Trinity Traveler in Aarburg

Aarburg

Oh iya berhubung ini saya baru pertama kali wawancara, mungkin agak grogi ya mbak.

Santai aja, there is always a first time for everything. 

Siap! Sebenarnya saya agak-agak sungkan mau tanya soalnya kan pasti Mbak Trinity sudah sering diwawancara, takutnya nanti bosan dengan pertanyaannya.

Ya makanya, kamu tanyanya yang out of the box dong!

(DHEG!) I...iya Mbak, langsung kita mulai ya wawancaranya. (Sementara itu di sudut penginapan Aarburg, seorang wanita, traveler Indonesia sedang membatin, dari tadi ngapain aja elu malih kalau bukan wawancara)

Siaaap!

So, saya mulai dengan pertanyaan standar. Sebenarnya bagaimana sih awal mulanya suka traveling, dan kenapa?

Kalau itu awal mulanya karena kebiasaan dari kecil, keluarga suka jalan-jalan, dan berlanjut hingga SMP dan tak terasa lama-lama terus cari cara supaya bisa jalan-jalan terus tanpa harus kerja kantoran.
Trinity Traveler in Maluku

Trinity Traveler in Maluku

Salah satunya dengan menulis dong, ya?

Iyes. Aku sudah mulai menulis dari dulu, dan sejak SMA aku sudah cari duit dengan menulis di majalah.

Wah keren amat. (Sementara kalau diingat-ingat, masa SMP dan SMA, saya habiskan dengan belajar, dan berbakti kepada orang tua) Kalau mulai ngeblog, itu yang dibantuin temannya, siapa itu namanya... saya baca di buku.

Togap. Iya, dia yang bantuin aku ketika pertama kali buat blog di 2005. Dia yang buat template-nya, aku yang isi tulisannya. Aku doyan traveling dan menulis sejak kecil makanya pede bikin blog khusus travel karena merasa kedua hal tersebut adalah kekuatan aku.

Kalau untuk pengalaman traveling sejauh ini, manakah yang paling berkesan?

Oh tentunya adalah pengalaman RTW dong! Round The World Trip yang aku jalan-jalan selama setahun, mulai dari Oktober 2012-Oktober 2013.

Boleh ceritakan sedikit tentang trip keliling dunianya?

Ah, itu sih bisa dibaca di buku The Naked Traveler 5-6 edisi RTW.

Kampret, untung saja saya punya bukunya. Jadi saya bisa rangkumkan sedikit di bawah ini.

Semua karena para kompetitor, yang senantiasa mendorong aku untuk berpikir kreatif, dan melahirkan trip RTW selama setahun. Sebenarnya tak ada definisi yang tepat terhadap RTW. Intinya, perjalanan untuk mengitari bumi melintasi beberapa benua dalam periode waktu yang lama.
Trinity Traveler in Peru

Trinity Traveler in Peru

Lalu mengapa ingin melakukan RTW?

Pertama, karena karena sebagian orang Indonesia masih melakukan perjalanan dalam waktu singkat, maksimal dua minggu dengan cuti. Kedua, masih banyak yang belum pernah menginjakkan kaki di Amerika Selatan, yang merupakan salah satu destinasi RTW. Kedua hal itulah yang membuatku ingin melakukan perjalanan berkonsep baru, dan menerbitkan kisahnya menjadi buku.

Dan aku ingin menunjukkan bahwa dengan Paspor Indonesia, kita bisa keliling dunia.

Oh, begitu. Sekarang balik lagi ke pertanyaan standar, berhubung sudah keliling dunia, manakah destinasi favoritnya? Dan kenapa?

Indonesia! 

Waaah, napa tuch klw leh tw?

Tentu saja Indonesia, tak akan pindah ke lain hati. Apalagi kalau sudah urusan pantai dan underwater, Indonesia sudah paling favorit. Terutama Indonesia bagian Timur, karena aku suka dengan alam, nature.

I see, kalau untuk destinasi luar negeri?

Kalau destinasi luar negeri, aku suka Filipina.

Wah menarik! Ini baru out of the box. Apa karena polisi di sana ganteng-ganteng?
Trinity Traveler in Philippines

Trinity Traveler in Philippines

Ehem. Aku sudah beberapa kali bolak-balik ke Filipina, dan entah kenapa masih pengin balik lagi ke sana. Kulturnya mirip dengan Indonesia, pantainya malah lebih bersih, dan akses ke objek wisatanya bagus.

Sekadar intermezzo, kemarin saya baca berita di koran, katanya Presiden Duterte sedang menarik dukungan untuk Amerika Serikat ya? Sekarang malah balik dukung China dan Rusia.

Hahaha.

Katanya, Amerika sudah gak powerful.

Iya, Presiden Duterte itu, kan sempat ngata-ngatain Obama, tapi sebenarnya dia bagus, walaupun mulutnya kasar.

Sounds familiar ya kayak yang di Jakarta. By the way, kenapa sih memakai nama Trinity? Kenapa bukan Cew_Maniz_Celalu_Cendily, misalnya?

Sebenarnya, aku memakai nama pena Trinity, supaya gak ketahuan orang kantor kalau aku pakai fasilitas kantor untuk ngeblog, berhubung internet yang kencang saat itu ya cuma di kantor.

Wah kayak yang di film The Matrix dong, tapi yang di film sih gak pakai internet kantor. Kalau untuk nama asli, apakah dirahasiakan juga?

Oh iya, itu bagian dari rahasia pekerjaan, termasuk tahun lahir juga hahaha.

(Padahal sih di Wikipedia ada tertulis tahun kelahiran Trinity, hehe.) Kemudian kenapa nama blognya The Naked Traveler?

Supaya lebih eye-catching dan ear-catching saja.

Apakah karena Mbak suka, maaf, naked?

Wah, ini gak ada hubungannya dengan porno, itu cuma pelesetan dari kata 'nekat'. 

Oh, kirain.

Tapi secara harafiah, naked artinya tulisan tentang traveling yang apa adanya, dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
Trinity Traveler in Seychelles

Trinity Traveler in Seychelles

Kalau menurut Mbak, apa sih untungnya ngeblog?

Awalnya sih sebagai dokumentasi perjalan pribadi supaya terekam dengan baik, dan tidak pernah terpikir akan jadi sebesar ini. Lambat laun, aku merasa mendapatkan banyak manfaat misalnya sebagai latihan dalam menulis, mampu menginspirasi banyak orang, bertemu orang-orang hebat, bisa mendapatkan traveling gratis, hingga bisa menghasilkan uang dan jadi profesi.
Dengan punya blog yang konsisten, kita akan dianggap expert dalam suatu bidang tertentu sehingga nantinya akan membuka pintu-pintu lain.

Berhubung tadi sudah ngomongin kantor. Sebenarnya, bagaimana sih ceritanya dari yang mulai kerja kantoran, kemudian memutuskan untuk keluar kantoran dan ngeblog saja.

Kalau tentang itu, awalnya sih aku gak kepikiran untuk keluar kerjaan kantor sampai bikin blog di 2005. Kemudian di tahun 2007, aku mendapat beasiswa untuk belajar manajemen di Filipina dan aku ambil. Bukankah life is too short to do something you don't like?

Wait, berarti Mbak gak suka kerja kantoran dong?

Nah, di Filipina, aku bikin business plan untuk hidup beberapa tahun kemudian, dan ketika balik ke Indonesia lagi, aku sudah gak mau kerja kantoran. Penginnya nulis aja.
Trinity Traveler in Cuba

Trinity Traveler in Cuba

Hmm.. Kira-kira nih Mbak, kalau saya tiba-tiba resign dan ingin mengikuti jejak Mbak bagaimana? Mampu gak ya?

Wah, kamu memangnya sudah tahu kantung duit dari mana saja? Kalau seumpama kamu resign, terus kamu dapat penghasilan dari mana? Sudah dipikirkan itu?

*terdiam* Anu...anu...belum sih mbak.

Kalau kamu sudah tahu kantung duit tadi, kamu buat business plan dulu untuk lima tahun ke depan, bikin estimasi pengeluaran dan penghasilan yang kira-kira akan kamu dapatkan kalau sudah gak ngantor. 
Hari gini kerjaan buzzer kan belum tentu ada terus, fee menulis untuk majalah pun gak besar. Kamu bisa hidup gak ngantor?

*tertegun* Memangnya, kalau selama ini Mbak Trinity dapat penghasilan untuk hidup kebanyakan dari mana?

Tentunya dari royalti buku, itulah mengapa aku memaksa diri untuk membuat buku setahun sekali, ya supaya tetap hidup.

Memangnya kalau hidup dari ngeblog saja di Indonesia tidak bisa ya?

Menurut aku, kalau pure ngeblog sih gak bisa. Kita harus bisa mengembangkan diri. Nulis buku, jadi influencer social media, ataupun jadi pembicara di event misalnya. 
Workshop with Trinity Traveler

Workshop with Trinity Traveler

Oh iya, Mbak Trinity kan pernah juga mengisi workshop TravelNBlog 4 di Jakarta. Ta..tapi memangnya blog Mbak Trinity belum menghasilkan?

Ya kalau saat ini sih ada beberapa, tawaran mungkin banyak datang dari review hotel, restoran, hingga pemasangan banner di blog. Tapi aku sangat selektif, dan gak mau blog jadi seperti kebanyakan iklan.
Sebagai blogger, dalam membuat blog dan menulis, kuncinya adalah selalu tempatkan diri sebagai pembaca.

I see, jadi intinya lebih ke menghargai pembaca ya, Mbak. Nah, kalau dibilang bahwa sumber penghasilan utama adalah dari buku, saya mau tanya-tanya tentang bukunya sekarang. Boleh gak ceritain awal mulanya bikin buku bagaimana?

Sebenarnya, awal mulanya juga gak kepikiran bikin buku, sampai akhirnya ada beberapa penerbit yang baca blog, dan menawarkan untuk menerbitkan buku aku. 

Lalu kenapa memilih Bentang sebagai penerbit? 

Haha, itu karena chemistry-nya dapat sih.

Loh, ini mau bikin buku atau mau pacaran sih, Mbak? *geleng-geleng*

Sebelum memutuskan menerbitkan buku di Bentang, aku juga sempat meeting beberapa kali dengan pihak Bentang, dan mereka sepertinya tahu apa yang aku mau, selain menawarkan royalti yang lebih besar dari penerbit sebelah. Hehe.

Sudah, itu saja alasannya?

Selain itu, ya karena Andrea Hirata bikin buku di Bentang. Kok kayaknya keren ya nulis buku, hahaha.

Hahaha, asem. Terus bagaimana ceritanya buku itu bisa sampai booming, Mbak?

Sebenarnya ketika buku pertama terbit di tahun 2007, aku masih di Filipina, dan buku itu sempat di-banned gara-gara katanya ada cerita dengan explicit content gitu. Haha. 

Whoaaa! Sudah kayak kaset Slipknot pakai Parental Advisory Explicit Content.

parental_advisory_-_explicit_content_-_label
Terus tahun 2008, aku dikejar-kejar orang TV Indonesia sejak masih di Filipina untuk ditanya-tanya tentang buku yang dianggap kontroversial tersebut. Hingga akhirnya aku masuk ke acara Empat Mata bersama Tukul, ditanya-tanya, eh malah booming bukunya!

Wah, Blessing in Disguise ya Mbak. Untung zaman dulu belum ada FPI atau Bu Risma, bisa-bisa digrebek bukunya. 

.....

Eh, gantian dong aku yang tanya. Kalau kamu mengaku sebagai pembaca The Naked Traveler, bagian mana yang paling disuka?

(DHEG!) (Kena deh saya. Untung saja, sebelum melakukan interview, saya sudah menamatkan buku terbaru Trinity, maka pertanyaan tersebut sangat terasa mudah bagi saya, melebihi soal-soal IELTS.) .....

Hayo, yang mana? Katanya sudah baca bukunya.

Anu...anu, yang bagian Afrika dong tentunya! (Saya menjawab dengan sedikit gugup, tidak menyangka akan balik ditanya oleh idola sendiri) Saya suka yang bagian safari Afrika itu, Mbak!

Oh iya, yang di Tanzania itu ya?
Trinity Traveler in Tanzania

Tanzania

Iya, nonton binatang di alam lepas. Terus ke Zanzibar sendirian, terus baliknya kena perubahan jadwal pesawat, dan nyasar di Kenya, tapi cuma semalam dan gak sempat ke mana-mana, hahaha.

Hahaha. Iya niatnya mau dugem di Kenya tapi gak jadi, hahaha.

Tapi kalau dipikir-pikir, Mbak kayaknya selalu kena sial terus ya kalau pas traveling?

Hehe, iya nih. Kayaknya sudah dikasih jalan saja sama Yang di Atas, kalau setiap jalan pasti aku dapat cerita yang aneh-aneh.

Hehehe, emangnya ada cerita aneh apa Mbak di perjalanan ini?

Ini, kemarin aku pas nginap di rumah sepupu di Leuven Belgia, eh masa tiba-tiba air satu kota mati, kan sial banget. Itu pertama kalinya dalam tujuh tahun katanya, pas aku ke sana pula.

HAHAHA HAHAHA HAHAHA. Eh maaf.

Tapi kalau gak sial, malah gak dapat cerita.

Berawal dari suka menulis dan jalan-jalan, berlanjut ke blog, hingga akhirnya ke buku. Dari buku, katanya akan berlanjut ke film ya, Mbak?

Iya betul, kalau lancar akan tayang tahun 2017, di bulan Februari, pas valentine.

Wah, kok bisa pas ulang tahun saya, Mbak? 

Seriusan, kamu lahir tanggal empat belas?

Iya serius, Mbak. Gak kelihatan romantis gini apa? Oh iya, untuk pemeran Trinity di film, kabarnya Maudy Ayunda ya?

Iya, nanti dia yang akan meranin aku di film.
Trinity Traveler and Maudy Ayunda

Trinity Traveler and Maudy Ayunda

(Kebetulan saya sudah suka dengan Maudy sejak zaman Si Doel Anak Sekolahan) Kenapa Maudy Ayunda? Apa karena mirip?

Wah, kalau itu sih pilihan produser.

Hmm... Saya boleh jadi cameo-nya?

Yang jelas aku sempat disodorin beberapa pilihan artis, yang semuanya aku juga gak tahu siapa, hahaha. 

Hahaha.

Ya intinya sih mau cari artis ngetop yang bisa memerankan wanita tomboy, gitu deh. Sebenarnya pengin Nirina Zubir, tapi dia ketuaan.

Gak coba Titiek Puspa aja sekalian, Mbak!

Carinya yang teenager umur-umur dua puluh lima gitu deh.

Oh, memang nanti filmnya jadi adaptasi buku yang mana? Saya kira buku yang edisi Round The World itu.

Nantinya akan diangkat dari buku 1 dan 2.

Wah, zaman masih muda dulu ya, Mbak? 

Iya begitulah.
Young Trinity Traveler in Maldives

Young Trinity Traveler in Maldives. Mirip kan sama Maudy Ayunda?

Kalau film ini baru dari buku satu dan dua, maka akan ada kemungkinan lanjut ke buku-buku berikutnya dong?

Aamiin aamiin semoga saja begitu.

Saya sebenarnya juga pengin sih Mbak, untuk nulis buku, tapi ke-pending terus gara-gara ngantor, kira-kira bagaimana ya Mbak?

Intinya sih make time khusus untuk menulis. Bisa juga kamu atur waktu khusus tiap harinya, misal dengan membuat jadwal mulai pukul delapan hingga sembilan malam ngeblog, kemudian lanjut menulis untuk buku. 

Omong-omong, kira-kira Mbak mau sampai kapan akan ngeblog? Pernah gak Mbak kepikiran untuk kembali kerja kantoran lagi? 

Ya sebenarnya pernah kepikiran, bahkan antara tahun 2010 - 2012, aku sempat kembali ke kantor karena membutuhkan penghasilan tetap, walaupun cuma masuk satu sampai dua kali dalam seminggu. Saat itu aku bekerja di Majalah Venture, sebagai Editor in Chief. Tapi ya habis itu pengin jalan-jalan lagi.
Kalau ditanya akan sampai kapan ngeblog, jawabannya adalah selamanya.

Ada tip gak bagaimana caranya bertahan jadi travel blogger selama sepuluh tahun ini?

Karena passion! Passion aku adalah travel writing, jadi gak akan berasa kerja meski gak dibayar sekalipun. Memang kadang aku mengalami kebosanan menulis, tetapi itu biasa terjadi, ya separah-parahnya hanya posting sebulan sekali di blog.
Karena sejujurnya, tidak semua trip itu bisa ditulis demi menjaga kualitas.

*angguk-angguk* Salut! Memang biasanya kalau ngeblog di mana, Mbak?

Biasanya ya di Indonesia, karena kalau pas jalan-jalan ya malas, haha. Kecuali kalau pas setahun RTW kemarin ya ngeblog di jalan.
Trinity Traveler in Iran

Trinity Traveler in Iran

Saat ini kita sudah hampir sampai di penghujung wawancara ini Mbak. Ada tips lagi kah untuk yang baru akan memulai menulis tentang perjalanan dan ingin mengikuti jejak seorang Trinity?

Bagi seorang yang berniat menjadi travel writer, kuncinya sebenarnya cuma satu, banyakin jalan-jalan! Jangan nulis dulu, tapi pupuk dulu pengalaman sebagai investasinya.

Perihal tulisan, aku merasa untuk tulisan Mbak mengalami perubahan dari zaman buku kedua-ketiga dan di buku sekarang yang ketujuh.

Maksudnya?

Iya, untuk tulisan aku merasa tulisan Trinity yang sekarang itu lebih padat, serius, dan memperhatikan detail, berbeda dengan dulu yang banyak bercandanya.

Oh tentu, tulisan itu akan berkembang mengikuti usia penulisnya. Kalau dulu isinya cerita goblok-goblokan, kini sudah semakin tua ya otomatis cerita itu akan berkurang.

Kalau untuk masalah jalan-jalan, enak jalan sendiri atau undangan, Mbak?

Tentunya enak modalin sendiri dong, tapi biasanya kalau ada undangan aku memilih untuk extend dan explore ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi.

Terakhir ini Mbak, apa harapan Mbak untuk dunia travel blogging Indonesia?

Harapan aku tentunya akan semakin banyak travel blogger di Indonesia, yang akan menulis untuk meracuni orang untuk traveling, karena traveling itu banyak manfaatnya.

Sudah itu saja?

Kalau bisa sih bikin komunitas yang bersatu, sehingga gak pada sirik-sirikan, gak pada geng-gengan. Sebenarnya kita perlu kompetitor juga supaya berkembang.

Nah, kalau ada komunitas, Mbak Trinity mau gak ditunjuk sebagai leader?

Gak mauuuuu!

Oh iya Mbak... (Sementara itu di sudut penginapan Aarburg, seorang wanita, traveler Indonesia sedang membatin, tadi katanya sudah terakhir, kok belum habis-habis.) ...hari ini rencananya mau ke mana saja?

Kalau hari ini sih mau ke Lungern nanti.
Trinity Traveler in Lungern

Lungern

Baiklah Mbak, terima kasih banyak atas waktunya. Have fun dan hati-hati di perjalanan.

Halah, kamu kok formal banget sih?

Maklum, masih grogi Mbak. (Dan berakhirlah obrolan saya dan Trinity sore itu setelah mengobrol kurang lebih selama tiga puluh menit.)


*) Hasil interview ditulis ulang dengan menambahkan sedikit efek dramatis dan beberapa FAQ yang terdapat pada buku untuk memberikan kesempurnaan dan efek kejutan kepada pembaca.
**) Foto-foto diambil dari koleksi pribadi dan akun Instagram @trinitytraveler, tentunya setelah mendapatkan persetujuan dari pihak Trinity.


Suka atau tidak, tanpa adanya Trinity, mungkin dunia perjalanan Indonesia tidak akan seheboh sekarang, di mana traveling lambat laun sudah menjadi gaya hidup, bukan lagi sebuah kemewahan.

Suka atau tidak, tanpa adanya Trinity, mungkin dunia penulisan Indonesia akan didominasi oleh genre yang itu-itu saja, tanpa adanya gebrakan baru dalam genre tulisan perjalanan.

Suka atau tidak, tanpa adanya Trinity, mungkin dunia travel blogging Indonesia tidak akan semaju ini, bahkan mungkin tidak akan ada travel blogger-travel blogger lainnya yang mengekor, dan bisa jadi tidak akan ada Backpackstory saat ini.

Bagi saya, sosok Trinity adalah sosok yang fenomenal, kontroversial, sekaligus menginspirasi dalam dunia perjalanan dan dunia penulisan Indonesia.

Apabila kamu mempunyai sosok orang asli Indonesia yang menginspirasi, kamu bisa ikutan kompetisi foto yang diselenggarakan oleh malesbanget.com dan MLD SPOT di akun Instagram @malesbanget, dengan mekanisme sebagai berikut:

  • Follow Instagram @MLDSpot dan @malesbanget
  • Foto dan Upload tokoh lokal favorit kamu dan jelaskan apa alasan kamu memilihnya sebagai tokoh favorit
  • Tag @MLDSpot @malesbanget dan sertakan juga hashtag #MLDSpot #InspiringPeopleMLD di foto kamu.
  • Nantinya, foto dan caption yang paling menarik akan mendapatkan kacamata kayu dari @Kallestory juga sebuah Kamera Instax Fujifilm 90!

Selamat terinspirasi, selamat menginspirasi, dan selamat merayakan Hari Blogger Nasional!