Seorang kawan sempat mengejek ketika mengetahui bahwa perjalanan saya mengunjungi Flores pada tahun 2012 silam, cuma berlangsung selama tiga hari, itupun cuma seputar Labuan Bajo, dan Pulau Komodo. “Ngapain lu ke Flores, kalau cuma tiga hari?” Ucapnya kala itu. “Flores, bukan cuma tentang Komodo dan Labuan Bajo.”
Sebuah ucapan yang langsung menohok saya, yang saat itu masih polos. “Memangnya ada apa saja di Flores, Bang?”
Kawan saya itu terkekeh, “Banyak yang bisa dikunjungi di Flores. Misalnya, kalau mau ngopi lu bisa ke Bajawa. Kalau mau ketemu suku asli Flores, lu bisa ke Bena atau Wae Rebo. Belum kalau lu sampai ke Kelimutu dan Maumere.”
“Kalau ketemu jodoh, Bang?” Kawan saya langsung terdiam. Dia tahu, itu adalah pertanyaan yang susah untuk dicari jawabannya saat itu.
Sejak malam itu, Flores tak lagi sama di mata saya. Flores, adalah sebuah tanah yang harus saya jelajahi inci demi inci demi menikmati kecantikan dan pesonanya. Pada kunjungan yang kedua pada tahun 2016, saya menemukan bahwa Flores bukan cuma tentang Komodo dan Labuan Bajo.
Sepanjang perjalanan bersama kawan-kawan dari Ende menuju Labuan Bajo selama sembilan hari kemarin, saya menemukan setidaknya 25 alasan mengapa kamu harus melakukan road trip di Flores.
1. Bung Karno
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa founding father negara kita, Bapak Ir. Soekarno –saya sebut sebagai Bung Karno supaya lebih akrab, pernah tinggal di Ende selama empat tahun selama 1934-1938. Saat itu, Beliau ‘diasingkan’ oleh Belanda karena aktivitasnya di Partai Nasional Indonesia yang dianggap membahayakan pemerintahan Hindia Belanda.
Di Ende, kamu bisa napak tilas ke tempat-tempat yang memiliki arti penting bagi Bung Karno. Seperti misalnya Rumah Pengasingan di mana Bung Karno diasingkan bersama istrinya Inggit Garnasih, anak angkatnya Ratna Djuami dan Ibu Mertuanya, Amsi; Katedral Ende di mana Bung Karno dulu membangun relasi dengan para pastur; juga Taman Perenungan Rendo, yang merupakan tempat favorit di mana Bung Karno suka merenung di bawah pohon sukun bercabang lima, yang kelak hasil renungannya ini melahirkan butir-butir mutiara kebangsaan yang menjadi pokok pikiran Pancasila, yang merupakan dasar negara Indonesia.
Dasar orang hebat, walaupun fisiknya ‘dipenjara’ namun pikiran Bung Karno bisa merdeka. Merenung di bawah pohon sukun saja, bisa jadi Pancasila. Beda dengan saya yang hanya bisa melamun jorok di bawah pohon mangga.
2. Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung
Walaupun terletak di wilayah perairan Teluk Riung, namun ternyata cara termudah mencapai tempat ini adalah dengan melakukan road trip menuju Kecamatan Riung yang dapat dilakukan dari Ende atau Bajawa. Dari sini, kamu tinggal menyewa kapal (atau membeli jika mampu) dari penduduk setempat untuk melakukan hopping island ke 17 pulau besar yang terdapat di Riung.
Beberapa pulau andalannya antara lain: Pulau Kalong yang merupakan tempat tinggal ribuan kelelawar, Pulau Tiga dengan pemandangan atas bukitnya yang menawan, juga Pulau Rutong dengan post card view-nya.
3. Pantai Batu Hijau Penggajawa
Jika kamu mengunjungi Riung dari arah Ende, tepatnya di Kelurahan Ndoru Rea, kamu akan melewati sebuah pantai berpasir hitam dengan batuan hijau berserakan di pantainya. Pantai yang disebut sebagai Pantai Batu Hijau Penggajawa ini, memiliki batuan berwarna hijau kebiruan beraneka ukuran yang tak akan pernah habis, walaupun batuannya diambil tiap hari untuk diolah menjadi bahan bangunan hingga diekspor ke mancanegara.
Sebuah sumber mengatakan, batuan tersebut berasal dari dalam laut yang kemudian terbawa arus hingga ke pantai. Harapan saya pribadi, semoga batuan tersebut tak akan pernah habis, atau kalaupun terpaksa habis, semoga ada batu-batu lain penggantinya, misalkan batu permata, atau batu akik pancawarna.
4. Mbay
Selain melewati pantai batu hijau yang unik, rute perjalanan ke Riung juga akan melewati sebuah daerah eksotis yang bernama Mbay. Di Mbay, yang berkontur perbukitan kering yang membuat saya terbayang akan gunung purba, kamu dapat berhenti sejenak untuk mendaki bukitnya, memandang pesona Indonesia dari atas bukitnya, bercengkerama dengan sapi-sapi yang berada di sana, atau sekadar berfoto dengan gaya kontemplatif untuk kemudian diunggah di Instagram.
Sebuah check point yang sayang untuk dilewatkan.
5. Pasar Tradisional
Ada yang mengatakan, bahwa untuk menemukan bagaimana sesungguhnya masyarakat lokal di suatu daerah berinteraksi, datangilah pasar tradisionalnya. Sebuah perkataan yang dapat diterapkan di Flores, di mana saya menamukan banyak interaksi antar penduduk di sana. Namun, pasar di Flores tidak selalu buka tiap hari, seperti misalnya pasar di Moni yang saya temukan di hari Minggu, dan pasar di Riung, yang saya datangi pada hari Senin dengan komoditas utama yang dijual di sana adalah ikan dan sirih-pinang.
Memang, tidak ada mal yang menjual produk-produk Chanel, Louis Vuitton, maupun Bottega Veneta di Flores, namun masyarakat Flores sudah cukup bahagia dengan seikat ikan asin hasil belanjanya di pasar, karena sesungguhnya, bahagia itu sederhana, bukan?
6. Kuliner dan Lombok Flores
Belum ke Flores, apabila belum mencicipi kuliner lokalnya. Yang biasa ditemui, tentu saja ikan bakar, yang bisa dinikmati dengan nasi bambu, sayur terung, dan sambal yang terbuat dari Lombok Flores, yang lebih imut dari cabai rawit namun super pedas. Konon, ikan bakar yang berasal dari pantai berpasir hitam akan lebih enak dibandingkan yang berasal dari pantai berpasir putih.
Life Guide: Apabila tidak suka pedas, jangan coba-coba makan sambal Flores, tanpa persiapan yang matang. Selalu sedia obat diare untuk jaga-jaga, demi kebaikan perut kamu.
7. Buah-buahan lokal Flores
Saya sempat pesimis, ketika mobil Elf yang kami tumpangi mampir ke sebuah warung yang menjajakan buah di pinggir jalan menuju Bajawa. “Ah, paling sama saja dengan rasa buah di Jawa.” Batin saya. Namun ternyata saya salah, karena di Flores, saya menemukan buah markisa terenak yang pernah saya cicipi. Belum lagi rasa durian dan jambu biji merahnya yang nikmat.
Nilai plusnya, buah-buahan di sini harganya sangat murah, misalnya, kamu dapat membeli lima butir alpokat hanya dengan harga sepuluh ribu Rupiah saja, sementara kalau di Jawa, segelas jus alpokat saja harganya mungkin lebih dari sepuluh ribu Rupiah.
8. Jus Alpokat
Berbicara tentang jus alpokat, tak ada salahnya apabila saya menganjurkan kamu untuk mencoba kenikmatan alpokat asli Flores. Dagingnya yang berwarna kuning mentega kehijauan, akan sangat nikmat apabila diblender bersama dengan es batu dan susu cokelat kental manis.
Selalu tanyakan tentang jus alpokat apabila kamu kebetulan mampir di sebuah restoran di Flores, atau bilang saja “jus avokad”, karena itu yang sesuai dengan KBBI, dan lebih dimengerti oleh penduduk Flores.
9. Kawah Kelimutu
Alkisah dahulu kala, pada hutan rimbun di puncak Gunung Kelimutu, tersebutlah Ata Polo si tukang sihir jahat yang suka memangsa manusia, dan Ata Bupu, si petani yang dihormati karena sifat welas asih-nya yang dapat menangkal sihir Ata Polo.
Suatu hari, datanglah sepasang anak yatim piatu yang meminta perlindungan ke Ata Bupu, karena ditinggal kedua orang tuanya ke alam baka. Pada suatu waktu, Ata Bupu melindungi kedua anak tersebut dari ancaman Ata Polo, dengan berkata, “Kembalilah ketika mereka sudah dewasa, anak kecil, dagingnya tidak enak untuk dimakan.” Andaikan waktu itu ada KFC, pasti Ata Bupu akan berkata lain, “Makanlah kulit ayam KFC sebagai gantinya.”.
Bertahun-tahun kemudian, kembalilah Ata Polo ke Ata Bupu, unuk mencari kedua anak tersebut. Pada saat itu, kurang lebih terjadi percakapan seperti ini (Catatan: Percakapan disesuaikan dengan bahasa gaul saat ini).
“Assalamualaikum, Om Ata Bupu.”
“Waalaikumsalam, Kak Ata Polo, ada keperluan apa ne klw leh tw?“
“Permisi, Om, saya mau makan anak-anaknya. Leh ga? Wkwkwk.“.
“Wkwkwk, anaknya sudah pada kabur, Kak!”
“APAAAHHHH? LANCANG KAU!”
Ternyata, kedua anak yang telah tumbuh menjadi O’ofai (gadis muda) dan Nuwa Muri (pemuda) tersebut telah kabur untuk bersembunyi di dalam sebuah gua. Tak ayal, Ata Polo pun murka, dan menantang Ata Bupu untuk bertarung, hingga menimbulkan gempa bumi yang dahsyat.
Singkat cerita, Ata Bupu akhirnya hilang ditelan bumi, dan menimbulkan danau berwarna biru di tempatnya hilang. Sementara, di tempat Ata Polo tewas, terbentuklah danau yang warna airnya merah darah yang selalu bergolak. Sedangkan di tempat persembunyian Ko’ofai dan Nuwa Muri, terbentuk sebuah danau dengan warna air hijau tenang.
Ketiga danau berwarna tersebut, kemudian diberi nama sebagai Tiwu Ata Mbupu (dipercaya sebagai danau tempat berkumpulnya arwah para tetua yang sudah meninggal), Tiwu Ata Polo (yang dipercaya sebagai danau tempat berkumpulnya arwah orang jahat yang meninggal), dan Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai (dipercaya sebagai danau tempat berkumpulnya arwah muda-mudi yang meninggal).
Tiga buah danau dengan kisahnya yang tragis, di puncak Gunung Kelimutu yang selalu membuat semua orang terpana memandangnya.
Saat ini, penduduk sekitar gunung Kelimutu percaya bahwa mereka dapat melakukan kontak dengan arwah orang tua atau leluhur mereka dengan memanggil nama orang tua atau leluhurnya sebanyak tiga kali di depan Tiwu Ata Mbupu. Menurut kepercayaan lokal, setelah pemanggilan dilakukan, arwah orang tua atau leluhur tersebut akan datang dan memberikan petunjuk melalui mimpi.
JENG JENG!
10. Kain Tenun Tradisional Flores
Kain tenun tradisional adalah bagian yang tak terpisahkan dari penduduk Flores, di mana para penduduknya hampir setiap hari mengenakannya untuk beraktivitas, kecuali pada saat mandi.
Apabila kamu mengunjungi Kelimutu dan memiliki waktu luang, sempatkanlah untuk mampir ke desa tenun Mbulilo’o yang terletak tak jauh dari Moni. Di situ, kamu bisa melihat pembuatan kain-kain tenun secara langsung dan bisa membelinya apabila tertarik dan mampu. Bagi seorang kolektor, kain tenun ini ibarat buah khuldi bagi Adam, yang selalu menggodanya.
Selain desa ini, kamu juga dapat menjumpai penjaja kain tenun di beberapa lokasi seperti Desa Bena, Kelimutu, hingga di Kampung Wae Rebo. Harganya bervariasi, mulai dari dua ratus ribuan untuk kain sarung, hingga jutaan untuk kain yang digunakan untuk upacara adat. Kalau saya sendiri, cuma mampu beli ikat kepala, yang bisa jadi syal juga. Cuma dua puluh lima ribu rupiah, dan tidak dikenakan PPN!
11. Rumah Retret Kemah Tabor Mataloko
Dalam perjalanan ke Bajawa, mobil sempat berhenti pada sebuah bangunan berwarna merah muda di sisi kiri dengan taman hijau yang subur berada di halamannya, sementara patung dua orang pastor berdiri megah di balik taman bunganya.
“Nah, sudah sampai ini.” Ucap Bang Jon, guide lokal yang menemani perjalanan kami, “Ini Rumah Retret Kemah Tabor Mataloko.”.
Sejarahnya, Kemah Tabor didirikan pada tahun 1932 dengan tujuan sebagai rumah tinggal para misionaris SVD (Societas Verbi Divini atau diartikan sebagai Serikat Sabda Allah) di Mataloko. Bangunan yang saat ini berdiri di depan Seminari St. Yohanes Berkhmans Toda-belu ini juga kerap dikenal dengan nama “Rumah Tinggi”, karena pada zaman dulu merupakan satu-satunya bangunan berlantai dua di daerah itu. Saat ini Kemah Tabor difungsikan sebagai tempat retret dengan arsitektur yang cantik.
Oh iya, pada pintu gerbang Kemah Tabor, tercantum kutipan ayat yang berbunyi, “Yesus naik ke atas gunung untuk berdoa”. Sebuah kutipan yang menampar anak Instagram, yang naik ke atas gunung untuk foto-foto.
12. Kopi Bajawa
Kopi Bajawa adalah kopi jenis ‘Arabika’ yang tumbuh di dataran tinggi Ngada yang merupakan kawasan pertemuan dua lereng gunung api, yaitu Gunung Inerie dan Gunung Abulobo. Masyarakat Ngada, yang sering disebut sebagai orang Bajawa, telah membudidayakan kopi ini secara turun temurun. Mereka bertanam kopi Arabika di bawah pohon penaung, menggunakan pupuk organik, dan tanpa menggunakan pestisida sintetik, serta petik selektif yang dilakukan kepada buah masak yang berwarna kuning.
Sebagian besar kopi Arabika dari kawasan ini disangrai pada tingkat sedang (medium roasting) sehingga menghasilkan citarasa utama sebagai berikut: bau kopi bubuk kering (fragrance) dan bau kopi seduhan (aroma) kuat bernuansa bau bunga (floral), perisa (flavor) enak dan kuat, kekentalan (body) sedang sampai kental, keasaman (acidity) sedang, serta kesan rasa manis (sweetness) kuat. (sumber referensi: sini)
Ada yang bilang, belum ke Flores kalau belum minum Kopi Bajawa. Pendapat yang tidak sepenuhnya benar, karena sebenarnya Kopi Bajawa bisa dinikmati di Jakarta dengan harga puluhan ribu Rupiah per cangkirnya. Namun, jika kamu ingin menikmati Kopi Bajawa seharga lima ribu Rupiah per cangkir, dengan pemandangan gunung Inerie, maka kamu harus datang langsung ke Bajawa.
Bagi saya, Kopi Bajawa adalah salah satu jenis kopi yang cocok untuk saya nikmati, karena tidak terlalu asam, sehingga cocok untuk lambung.
13. Moke Aimere
Apabila Kopi Bajawa adalah minuman yang cocok untuk saya, maka tidak demikian dengan Moke, yang merupakan minuman beralkohol tradisional asal Flores, yang terbuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau. Bagi kamu yang menyukai minuman beralkohol, tidak ada salahnya untuk mencoba moke yang dapat dibeli dengan harga mulai dari Rp20.000,- per botol Aqua, dengan harga bervariasi tergantung kadar alkoholnya (saya menemukan kadar alkohol tertinggi adalah 70%). Tenang, saya tidak akan lapor ke Fahira Idris kok.
Salah satu daerah penghasil moke terbaik di Flores adalah Aimere, yang juga menghasilkan gula aren sebagai produk sampingan. Konon, orang asli Flores mengkonsumsi moke seperti layaknya kita mengkonsumsi air minum, langsung tenggak sekaligus!
14. Sungai Air Panas Dingin Malanage
Ini adalah salah satu objek wisata yang membuat saya kagum dan geleng-geleng, bagaimana bisa pada satu sungai terdapat dua mata air panas dan dingin! Sebenarnya, ini sungai apa dispenser, sih?
Ternyata, rahasianya adalah pertemuan antara dua mata air, yaitu mata air panas belerang yang turun dari gunung, berpadu dengan mata air dingin yang berasal dari air terjun pada sisi sungai, menghasilkan sungai air panas dingin Malanage yang mungkin saja menjadi inspirasi Katy Perry ketika menyanyikan lagu ‘Hot N Cold’.
Pro Tip: Berbaurlah dengan warga lokal yang berendam di sungai ini, sambil berbincang tentang apa saja, termasuk bercerita kepada anak-anak kecil yang kebetulan sedang mandi di sana.
15. Kampung Bena
Tak jauh dari Bajawa dan sungai air panas dingin Malanage, terdapat sebuah kampung tradisional yang seperti belum tersentuh peradaban dan teknologi, bernama Kampung Bena. Letaknya yang terdapata pada puncak bukit dan menghadap Gunung Inerie, diyakini merupakan ciri khas masyarakat lama pemuja gunung yang meyakini gunung sebagai tempat tinggal para dewa. Mereka percaya keberadaan Yeta, dewa yang bertahta di gunung, sekaligus pelindung Kampung Bena.
Saat ini, terdapat 40 buah rumah tradisional yang mengelilingi Kampung Bena dengan badan kampung tumbuh memanjang dari utara ke selatan, dan beberapa bangunan megalitikum berada di tengah-tengah pekarangan kampung. Pintu masuk kampung hanya ada satu, pada bagian utara, sementara pada ujung selatan yang merupakan puncak kampung, terdapat view point sebuah tebing dengan pemandangan yang menawan.
Apabila diibaratkan dengan zaman sekarang, Kampung Bena ini adalah sebuah cluster perumahan, minus pos satpam dan kolam renang.
Sejak masuknya agama ke Flores, kini mayoritas penduduk Bena adalah penganut agama katolik, sehingga janganlah heran apabila kamu menemukan nama-nama orang yang keren di sini, seperti Maria, Theresia, atau bahkan Angelina. Untuk mata pencaharian, pada umumnya pria Bena berprofesi sebagai peladang sementara wanita Bena sebagai penenun.
Dari Wikipedia, saya mendapatkan informasi bahwa bentuk kampung Bena adalah menyerupai perahu, karena menurut kepercayaan megalitik perahu dianggap mempunyai kaitan dengan wahana bagi arwah yang akan menuju tempat tinggalnya. Nilai yang tercermin dari perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyaratkan kerja keras yang dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukkan alam, mengarungi lautan, hingga akhirnya tiba di Bena.
16. Danau Ranamese
Dalam perjalanan menuju Ruteng, kami menyempatkan untuk mampir ke Danau Ranamese yang terletak di Kabupaten Manggarai Timur. Saat itu, sedang tak ada turis yang berkunjung, dan danau hijau vulkanik yang terletak di tengah hutan rimbun ini pun serasa milik kami sendiri. Sementara, para nelayan pencari ikan di danau pun kami anggap hanya sebagai tamu.
17. Katedral Ruteng
Apabila sempat ke Ruteng, manfaatkanlah waktu untuk mampir ke gereja-gereja cantik yang terdapat di sana. Misalnya, Gereja Paroki Katedral Ruteng St. Maria Assumpta – St. Yosef yang memiliki arsitektur Eropa dan berada di lereng Gunung Ranaka. Pada tahun 2012, di gereja ini dilakukan perayaan Yubileum atau satu abad Gereja Katolik Manggarai yang dihadiri langsung oleh mantan presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono beserta 30 ribu umat katolik lainnya.
Sekadar informasi untuk kamu, saat ini Flores juga dikenal sebagai daerah penghasil pastor katolik terbanyak di dunia.
18. Sawah Jaring laba-Laba Lodok Cancar
Tak jauh dari Ruteng, terdapat sebuah fenomena buatan menarik bernama sawah jaring laba-laba lodok, yang berlokasi di Cancar. Berbeda dengan sawah pada umumnya yang lempeng, tak menarik, kadang berundak-undak, sawah di sini dibentuk menyerupai jaring laba-laba.
Bukan, bukan oleh alien seperti crop circle, namun ini adalah pembagian sawah sesuai dengan tradisi kuno penduduk Flores, atau tepatnya yang berdomisili di wilayah Manggarai.
Sejak dulu, masyarakat Manggarai telah mengenal tradisi pembagian sawah yang telah dilakukan turun temurun. Secara harafiah, sawah yang terbagi ini disebut dengan lingko yang berarti tanah adat yang dimiliki bersama oleh penduduk, dan dikelola bersama untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lingko ini juga tidak dimiliki perorangan seperti tanah milik suku Betawi, tetapi dimiliki oleh setiap suku yang berdiam di wilayah tersebut. Setiap suku ini memiliki tetua yang bertugas untuk membagi besarnya lingko dengan menggunakan sistem pembagian lingko yang disebut lodok.
Berdasarkan lodok, pembagian tanah dilakukan pertama-tama dengan menentukan titik pusat hamparan tanah adat. Kemudian, pada titik pusat ditanam kayu khusus, yang kemudian digunakan untuk membagi sawah dengan garis-garis simetris menjauhi pusat. Tanpa disadari, pembagian ini ternyata membentuk sawah seperti jaring laba-laba, dengan besar kecilnya tanah ditentukan dari kedudukan seseorang dalam kampung dan jumlah keluarga yang dimiliki. Semakin tinggi kedudukannya, semakin besar pula tanah yang didapat. (sumber referensi: sini)
19. Wae Rebo
Berbeda dengan Bena yang bisa dicapai dengan mudah menggunakan kendaraan bermotor, Kampung Wae Rebo hanya bisa dicapai dengan cara mendaki sejauh kurang lebih 5 kilometer dengan trek yang sedikit terjal dan licin, menyusuri Hutan Lindung Todo Repok yang memiliki luas total sekitar 10.500 hektar, menuju ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut. Untuk penduduk setempat, mungkin waktu tempuhnya hanya satu jam, namun bagi saya yang kurang olahraga dan sedikit obesitas, waktu tempuh ke Wae Rebo bisa menjadi berlipat tiga.
Begitu tiba di Wae Rebo, kamu akan lupa dengan pendakian yang melelahkan, karena keindahan yang tersimpan pada kampung adat berisi tujuh rumah tradisional yang telah dihuni turun-temurun selama 19 generasi ini sangatlah sepadan dengan perjuangan yang telah kamu lakukan.
Sedikit cerita, tentang rumah kerucut Wae Rebo yang disebut sebagai Mbaru Niang, bentuknya diambil dari pengalaman pembagian tanah pada zaman dulu, untuk tujuh orang. Rumah yang dibangun dari bambu, alang-alang, ijuk, rotan, dan tidak menggunakan paku ini memiliki tiang utama di tengah yang disebut Hiri Bongkok dan diibaratkan sebagai titik tengah lodok, sementara sembilan tiang yang menyusun rumah menjadi lima tingkat ini diibaratkan sebagai garis-garis simetrisnya.
Ajaibnya, apabila rumah kerucut ini direbahkan, maka akan terbentuk pola jaring laba-laba yang sama seperti sawah di Cancar!
Itu baru sedikit cerita menarik tentang Wae Rebo, dan tahukah kamu kalau ternyata Kampung Wae Rebo di Pulau Flores, didirikan oleh seorang keturunan Minang dari Pulau Sumatera? Baca ceritanya di sini.
20. Anak-anak yang Selalu Ceria
Di Flores, kamu akan dengan mudah menemukan anak-anak lokal yang selalu ceria dan penuh rasa ingin tahu. Mereka tak akan segan untuk menyapamu, menanyakan dari mana kamu berasal, memintamu untuk bercerita, bahkan mengajakmu untuk bermain. Mereka adalah anak-anak yang akan membuatmu jatuh cinta (in a good way) dengan mudahnya.
Pro Tip: Bawalah sekantung permen, cemilan, dan buku-buku bekasmu untuk dibagikan kepada anak-anak Flores, karena mereka pasti akan senang dan bahagia. Jika tidak sempat, luangkan saja sedikit waktumu untuk bermain bersama mereka. Namun, jangan biasakan untuk memberikan uang ke mereka.
21. Pulau Mules
Setelah turun dari Wae Rebo, kamu akan melewati sebuah desa bernama Dintor dengan lautan di sisi desa tersebut dan sebuah pulau di kejauhan yang tampak menggoda untuk dijelajahi dengan bukit-bukit hijau dan pesisir pantainya yang putih memanjang.
Itulah yang disebut sebagai Pulau Mules, yang merupakan pulau paling selatan yang terdapat di bawah Flores. Bukan, pulau itu bukan dinamai karena membuat orang sakit perut, melainkan karena dalam bahasa setempat ‘mules atau molas’ itu berarti cantik.
“Molas Tu’ung” Cantik sekali, kata orang-orang Manggarai ketika melihat keindahan pulau ini.
Dari hasil perbincangan saya dengan penduduk, Pulau Mules saat ini adalah pulau yang dihuni warga muslim yang berasal dari wilayah Sulawesi. Mereka mendiami tiga kampung besar, dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Saat itu, selain untuk beristirahat di pantainya yang putih, kepergian saya ke Pulau Mules adalah untuk mencari sinyal internet, karena di Dintor tidak ada sinyal.
Untuk mencapai Pulau Mules, kamu dapat menyewa kapal nelayan untuk mengantarmu dengan biaya mulai dari Rp400.000,- per kapal tergantung negosiasi.
22. Labuan Bajo
Pada tahun 2012, Labuan Bajo adalah satu-satunya titik di Pulau Flores yang saya datangi, karena memang tujuan utama saya hanya ke Pulau Komodo. Di Labuan Bajo yang sekarang semakin ramai seperti Kuta Bali, kamu dapat menonton kapal lalu-lalang di pelabuhan, menyaksikan sunset yang spektakuler, relaksasi dengan spa & massage, makan lobster di pelabuhan, mengikuti sailing trip dan melakukan dive trip dengan menggunakan operator yang melimpah di sana, hingga menyewa jasa tukang ojek untuk mengantarmu berkeliling hingga…
23. Bukit Cinta Waicicu
Ya, Bukit Cinta Waicicu ini saya temukan ketika saya menggunakan jasa ojek untuk menghabiskan beberapa jam terakhir sebelum penerbangan kembali ke Jakarta. Pada awalnya saya hanya memintanya mengantar ke Gua Batu Cermin, namun Bang Pei –nama tukang ojeknya– menawarkan servis lain, untuk menikmati Labuan Bajo.
“Mau putar-putar Labuan Bajo dulukah?”
“Ya mau, lah Bang!”
Melewati bandara, melintasi jalanan pinggir laut yang biru, dan terakhir tibalah kami ke Bukit Cinta Waicicu, yang dikabarkan sebagai salah satu tempat menonton sunset paling cantik di Labuan Bajo, dengan gundukan bukit-bukitnya yang kuning keemasan ketika diterpa cahaya matahari.
Namun gosipnya, keindahan bukit ini bisa jadi akan sirna dalam beberapa tahun ke depan, karena rencana pembangunan hotel/resort di sini.
24. Milky Way
Setelah matahari terbenam, sajian paling mewah dari Flores adalah langit malam yang penuh bintang. A sky full of stars, kalau kata Coldplay. Dengan tidak adanya polusi pabrik dan asap Kopaja, menjadikan langit Flores sangat bersih dan cerah untuk dinikmati.
Apabila malam tiba, jangan buru-buru tidur, cobalah pergi ke luar, ambil kamera dan tripodmu untuk mengabadikan bintang-bintang, yang kalau beruntung, kamu juga akan mendapatkan milky way di langit. Coba setting kamera kamu ketika mengarahkan ke langit, dengan pengaturan kurang lebih seperti ini:
- Aperture: F/1.4 (atau bukaan yang terlebar dari lensa kamu)
- Speed: 30 detik
- ISO: 800 (sesuaikan dengan bukaan lensa kamu)
- Focus: Infinity ∞
- White Balance: Coba mainkan settingan Kelvin apabila ada, dan naikkan angkanya untuk mendapatkan langit yang lebih merah.
Memotret bintang, sebenarnya menggunakan pendekatan ‘trial & error’ yang apabila berhasil, bisa jadi akan menghasilkan foto-foto seperti di bawah ini.
'Cause in a sky, 'cause in a sky full of stars I think I see you I think I see you 'Cause you're a sky, you're a sky full of stars Such a heavenly view You're such a heavenly view
Sungguh langit malam yang selalu membuat saya tersenyum, a sky full of stars with heavenly view.
25. Senyum dan Keramahan
Flores, yang berarti bunga, dalam bahasa Portugis, adalah tanah yang akan selalu membuatmu tersenyum karena kecantikan alamnya, juga karena keramahan penduduknya. Sepanjang perjalanan kemarin, saya selalu menemukan senyum dan kebahagiaan yang terpancar dari penduduk Flores.
Maka tak salah kan, kalau saya menjuluki Flores sebagai The Land of Smile?
Tulisan ini adalah hasil dari rangkaian perjalanan saya di Flores selama sembilan hari, mulai dari 30 April 2016-8 Mei 2016. Mimpi berikutnya adalah melakukan napak tilas rute Tour de Flores mulai dari Maumere menuju ke Labuan Bajo, tentunya ditambah Larantuka dan Lembata, yang belum sempat terjamah kemarin.
Ada Aamiin?
Overland flores gue kemarin belum maksimal krn jadwal Tour de Flores. 😢
Aku Harus kembali kesana, make panduan blogpostmu ini arip!!😊
LikeLike
Wosiap! Aku juga mau balik lagi buat sampai Larantuka dan Lembata! 😀
LikeLike
gak konsen baca gara-gara liat kumismu mz :3
LikeLike
Huvt, padahal itu baru yang atas.
LikeLike
” “Yesus naik ke atas gunung untuk berdoa”. Sebuah kutipan yang menampar anak Instagram, yang naik ke atas gunung untuk foto-foto.”
Bwahahahahah, ngakak banget baca bagian ini :):)
Baca ini jd kangen balik ke flores..padahal baru balik dari sana.. next visit pengen explore dari larantuka ke labuan bajo! Dan harus mampir riung dan mbay yang kemarin belum sempat didatengin huhu… /gagal move on/
Hmm, berharap flores ga berubah banyak pas nanti kesana lagi.. btw kak, orang wae rebo kalo ga salah sih sebenernya asalnya orang minang gtu..jadi sebenernya bukan asli flores ya..cmiiw
LikeLike
Hahaha! Abisan kan anak-anak sekarang pada ke gunung buat foto-foto!
Iya betul, aku juga pengin balik lagi buat sampai Maumere, Larantuka, Lembata 😀
Iyap kalau aslinya orang Wae Rebo udah aku ceritain di sini https://backpackstory.me/2016/05/13/legenda-asal-usul-kampung-wae-rebo/ memang dari Minang hehehe.
LikeLike
Baiklah nanti saya balik lagi ke Flores, aku taunya Flores juga Labuan Bajo dan Wae Rebo serta kehilangan Handy Cam 😭😭😭
LikeLike
KOK ISO ILANGGGGG :((((((((
LikeLike
Tertantang di poin no.6, apakah perut cuko pempek ini akan kuat dengan cabe flores yang pedas itu.
LikeLike
Hahaha kamu harus mencobanya langsung Om!
LikeLike
Beuh. Alam Indonesia timur itu seksinya sadis… Selalu cakep dibingkai kamera yak. Infrastruktur di sana belum sebagus di Indonesia barat, transportasi jadi cenderung mahal. Tapi (kayaknya) ini juga yang bikin alam Indonesia timur jadi terkesan ‘mahal’, semacam untouchable buat sebagian orang. Nice post!
LikeLike
Yoih! Sadis banget mas. Iya betul, untuk infrastruktur dan jalur transportasi memang masih terbatas dan kurang bagus. Kemarin saja lewat jalanan tanah di pinggir jurang gitu hehe.
Tapi memang ke timur itu lebih mahal dibanding ke negara-negara tetangga hahaha, thank you!
LikeLiked by 1 person
Hehe.. Wajar kok. Di satu sisi pantas juga dihargai mahal. Karena memang ga murahan 😁
LikeLike
YAK BETUL!
Worth every Penny 😀
LikeLike
Indonesia timur kece banget
LikeLike
Indeed~
LikeLike
Ini yang buat aku balik dan terus balik lagi ke Flores 🙂
LikeLike
TOSS!
Aku aja pengin balik lagi terus ke arah Maumere hehe.
LikeLike
Flores setiap jengkalnya indah ya Mas. Naksir berat sama sawah jaring laba kebayang kalau dikelola indah tak kalah dg Japan paddy art. Salam
LikeLike
Yak betul! Banyak keindahan di sana yang bahkan aku gak bisa tuliskan saking indahnya.
Wah aku malah belum tahu itu paddy art, kayak gimana mbak? 😀
LikeLike
Mas Arif, kamu kok kece banget sih? Nanti kalau mau ke Flores Aku print pos ini Terus tinggal nyontek saja itinerary nya
Saya tahu bahwa Flores itu begitu kayak untuk dieksplorasi. Tapi tak menyangka juga bisa sekaya ini. Padahal cuma 9 hari ya Mas. Apalagi kalau sampai sebulan tidak terbayang bagaimana Harus menulisnya 🙂
LikeLike
Ehehehe, makasih banyak mbaaak! Wah kalau mau itinerary singkat aku ada nih dari tour operator yang aku ikut kemarin hehe.
Kalau sebulan di sana, bisa buat postingan blog setahun mungkin hahaha 😀
LikeLike
Baca ini buat saya ingin ke Flores 🙂
LikeLike
Ayo segera diwujudkan! 🙂
LikeLike
Baru diomongin ditunggu postingan floresnya, jeng jeng udah langsung muncul, hahaha.
Riv, ini sih bener bener bikin gue tambah kepengen kesana 😆😆, bukan hanya soal ke komodo, tp pengen ke wae rebo *semoga sanggup nanjak* dan tempat lain yang diceritain disini. Foto fotonya semua instagram-able ya, terutama pas bintang bintangnya, cakep.
Btw riv, kemaren waktu ketemu di nikahan bena, asli ya teh gladies cakeeepp banget, flawless gitu mukanya, ngga bosen diliat 😆
LikeLike
Haha iya! Ini setelah 2 minggu drafting akhirnya muncul postingan ini, semoga gak mengecewakan hehe.
Thank you!
WAH KOK KEMARIN KAMI GAK NGEH KALAU KITA KETEMU SIH? WOOOOO!
LikeLike
Waktu dikau sama teteh mau balik riv, yang teteh ngobrol sama ridu, naah itu gue kan disebelahnya ridu, hehehe
LikeLike
WAAAA! Gue malah gak ngeh Ridu yang mana hahaha, kayaknya lupa kenalan kemarin. Lain kali colek-colek ya kalau ketemu 😀
LikeLike
Laaah kita salaman kan riv, hahahaha. Gue kayaknya lebih fokus ngeliatin muka teteh *pengen nanya skin care nya apaan, haha* sippp nanti kalau ketemu lagi riv
LikeLike
HOAHAHA MASAAAA? YAH BERARTI SITU GAK NYEBUTIN NAMA HAHAHA!
Hmmm, kayaknya mulai ingat nih yang mana :))
LikeLike
Duh tuh kan baca ini jadi nyesal kenapa nggak nambah cuti sewaktu ke Labuan Bajo tahun lalu. Nyesek. Padahal udah lama memimpikan overland Flores dari ujung ke ujung. Thanks banget udah share ini jadi nambah beberapa spot yang belum tau seperti pulau Mules. Ikutkan lomba Blog liputan Flores gak Riv? Hadiahnya 20 juta. Deadline tanggal 31 Mei ini kan? Semoga menang.
LikeLike
NAH KAN KENAPA GAK NAMBAH HAYOOO~
Ini aja aku belum ujung ke ujung lho, hehehe, padahal udah 9 hari di sana.
Iya, doakan ya, ini mau aku ikutkan lombanya hehe. Kamu gak ikutan kak?
LikeLike
Kopi Bajawa sama rute buat sepedaan kayak Tour de Flores mantappp 😀
LikeLike
Ahahaha nah itu tahu bisa sepedaan sekalian di Tour de Flores :))
LikeLike
Liat kecepatan mereka rata-rata diatas 40km/jam paka roadbike langsung mundur teratur aku mas hahahahahha
LikeLike
Ngeri tenan yo mas? Haha do banter banter nek numpak pit hahaha.
LikeLike
Gue juga semacam akan ke Flores lagi dengan durasi lebih lama. Keren banget, Brooo
LikeLike
AAMIIN AAMIIN!
Perlu resign dulu gak nih? Hahaha.
LikeLike
Sulit kak kalo sekarang 😛
LikeLike
Mesti wes dadi bos 😛
LikeLike
Doakan aja kaaaak 😀
LikeLike
AAMIIN!
LikeLike
omg seru bangeeeeettt :(((( fix visit flores 2017 nanti hehe
LikeLike
AAMIIINNNNN! Semoga rencananya lancar yaaa! Jangan lupa cerita-cerita haha.
LikeLike
siap!!! nanti sblm berangkat minta wejangannya dulu hehe
LikeLike
Siaaappp! Ntar colek-colek aja kalau ada yang bisa dibantu yah!
LikeLike
siap noted mas!
LikeLike
keren banget bang.. kapan ya bisa overland flores.. butuh berapa hari bang overland flores??
LikeLike
Kemarin aku 9 hari dan masih belum puas haha. Kayaknya 2 mingguan cukup sih kalau mau puas 😀
LikeLike
bolah lah ya 2 minggu. start dari larantuka ya sampai ke labuan bajo ya??
LikeLike
Nah iya! Itu bakal puas banget, apalagi kalau tambah sailing di Komodo 😀
LikeLike
mantap bang. aq mau meniru dulu. hahaha
LikeLike
Siap! Semoga lancar mas 😀
LikeLike
Makasih bang arif
LikeLike
yoo sama sama!
LikeLike
Siap bang. Kapan mau ngetrip lg bang? Bisa ikut nih. Hehe
LikeLike
Wah kapan ya? Tahun depan kayaknya sih mau ke Sumba hehe.
LikeLike
Sumba? Boleh tuh. Saya Ready bang. Hehehe
LikeLike
Siap! Semoga jadi berangkat haha 😀
LikeLike
Klo berangkat aq di kabari bang. Hahaha
LikeLike
setuju sama nomor 6, 8, dan 20!
aslik, cabe di flores itu seuprit, lebih mini dari lombok rawit tapi pedesnya warbiyasak. kalah lah si lombok setan di semarang x)))
aku kebetulan ada kerjaan di larantuka jadi hampir tiap bulan per dua minggu overland maumere sampai larantuka. besok siang berangkat ke sana lagi. dan permintaan ibuku cuma satu, “bawain alpokat lagi.” karena tiap pulang ke semarang selalu kubawain alpokat flores, sepuluh ribu dapet lima, kadang enam. disendokin gitu aja manis. gak ada pahitnya blas.
oiya, mas. cobain buah alkisa gak? buah endemik flores. seperti alpokat tapo warnanya kuning dan lebih kecil. rasanya seperti roti vanilla. enak! x))
anak-anak flores itu menyenangkan! selalu penasaran sama hal baru dan senang diajak foto baru. ramah-ramaaaah x))
baru pertama kali comment di blogmu, mas. setelah jadi pembacamu empat tahun terakhir. balik ke flores lagi mas, rute ende-maumere-larantuka!
LikeLike
Hihihi iyaaa 6,8,20 –> berarti kamu suka makan, suka buah, dan suka anak-anak 😛
Wah jadi gimana kerjaan di sana? Asik gaa? Aku malah belum sempat ke Larantuka kemarin. Iya, alpukatnya enaaa, apalagi tambah gula pasir, atau Milo hehe.
Kalau buah alkisa aku belum coba! Next time kalau ke sana lagi dan nemu mau coba ah.
Nah iya kan anak-anaknya lucu-lucu dan selalu ingin tahu haha. Sampai gak perlu repot-repot ngomong, padahal aku kan pemalu.
WAAAA TERIMA KASIH BANYAAAK! AKHIRNYA BERANI KOMEN JUGAAAAA X))))))) Salam buat ibu di Semarang~
LikeLike
(((padahal aku kan pemalu)))
Iya, mas. Iya.
Terima kasih salamnya, mas. Salam untuk istri juga, browniesnya enaaa :’)
Kerjaanku di Maumere-Larantuka masih sampai September, mas. Jadi masih bolak-balik ke sana tiap bulannya. Diasikin aja, kan gratis :))))
LikeLike
Ahahaha, iya kan aku pemalu 😛
Wah, kok sudah nyobain browniesnya? Dapat dari manaaaa? Ehehehe.
Aku malah mudik ke Semarang nanti 😀
LikeLike
Gw pengen [unya kain tenun flores nya 🙂
LikeLike
Buat apa punya kain kalau ntar dilepas-lepas juga?
LikeLike
buat saya sih gaada alasan lagi buat keliling Flores! haha 😀
LikeLike
buat ga keliling Flores kali maksudnyaaaa hahaha 😛
LikeLiked by 1 person
Eh iya bang, typo hahaha
Saya pengennya ke Bukit Cinta Waecicu, siapa tau aja kan menemukan cinta sejati #jomblongenes
LikeLike
Hahahaha aamiin! Lumayan kalau dapat bule di sana!
LikeLiked by 1 person
Amiiin…
Saya juga jadi pengen ke Flores nih setelah mendengar cerita Mas Bolang di Palembang, terus liat video-video tentang Flores. Keren ya. Pulau satu ini memang layak dikunjungi.
LikeLike
LAYAK BANGET!
Kayaknya salah satu the best island to travel in Indonesia hehehe.
LikeLike
Ternyata Floress beneran eksotis yaaaa, awalnya cuma tau dari cerita temen sih yang udah berapa x maen ke sana, katanya flores is a must visit place !
Liat postingannya mas nyaa, aduh aduhh… pingin terbang dari sulawesi ke sonooo >.<
LikeLike
Hoiya eksotis banget dan seksi abis hahahaha. Indeed, it’s a must visit place before you die! 😀
Hihi, naik kapal laut juga bisaaa! Kayak orang Flores dulu yang berasal dari Sulawesi.
LikeLiked by 1 person
‘Orang Flores yang berasal dari Sulawesi’?? Trus,aslinyaa dia orang mana dong mas wkwkwk
LikeLike
Ahahaha ya ada yang Flores asli, tapi yang pendatang dari suku Bajo juga ada, sama suku Minang.
LikeLike
Iiihh seru bangettttt, akoohh blm pernah overland Floressss … akoohhh maoohhh >,<
LikeLike
AYOK OVERLAND FLORES SAMA AKOH KAAAKKKK!
LikeLike
wihhh bagus banget. dari dulu kepengen ke Labuan Bajo, tapi blom jodoh kykny.. kmaren sempet mo ksana, malah pesawatnya kena batal -_-
LikeLike
Waduhhh, kok bisa batal mas?
Semoga bisa segera ke sana ya, Flores cakep banget euy.
LikeLike
banyak juga ya yang bisa di explore di flores, seru mas
Tempat download & streaming asik check this out
LikeLike
Banyak banget! Ini baru sebagian aja hehe.
LikeLike
Sembilan hari ya
*ngisi celengan*
LikeLike
*ambilin isi celengannya*
LikeLike
Aduh saya yang asli Flores bahkan masih dalam tahap rencana ke Waerebo. Tetap mendekam di Jakarta sini.
Maumere kota saya tuh mas. Promoin daerah dikit : ada Pantai Koka, Bukit Nilo, Tanjung Kajuwulu, Pulau Pangabatang, Pantai Doreng, Sanggar Tenun Tradisional “Lepo Lorun”, Situs Jong Dobo, deelel 😀
*komen pertama setelah lama baca blog ini. mumpung tentang kampuang nan jao di mato nie. hehe
LikeLike
Halo Bang Paul, salam kenal yaaa! Thanks sudah komen di sini, akhirnya! Haha.
Noted! Maumere ada di list saya kalau ke Flores lagi, bakal mampir sebelum lanjut ke Larantuka – Lembata (rencananya) haha.
Sepertinya indah ya Maumere 😀
LikeLike
kayaknya bakal ke flores deh habis lebaran. gara-gara liat postingan ini, ni. btw thanks bang arief udah listing tempat-tempat menariknya
LikeLike
ASIK! Semoga dilancarkan tripnya. Btw, ini belum seberapa dari seluruh keindahan Flores lho hehehe.
LikeLike
saya penasaran pegen cobain cabe dan kopinya 🙂
LikeLike
Cabenya jangaaaan hahaha, kalau gak suka pedas sebaiknya lupakan. Tapi kalau kopinya mangga atuh 😛
LikeLike
Ceritanya asyik banget kak. Benar kata teman saya, flores tidak hanya alamnya yang indah dan beragam, penduduk lokalnya masih menjunjung tinggi adat mereka serta ramah-ramah dan ceria-ceria. 🙂
LikeLike
Ehehe, thanks kak! Iya betul, Flores adalah daerah yang sangat menarik. Penduduk lokalnya sangat ramah dan antusias terhadap turis 😀
LikeLike
Setelah baca ini jadi pengen ke Flores, kemudian minum kopi bajawa :9
LikeLike
Salam kenal Mas saya orang Flores dari Ruteng 😊
LikeLike
Salam kenal mas,
Saya suka banget dengan Flores, cantik pulaunya!
LikeLike
makasih mas bisa buat referensi saya, kebetulan pengen overland flores abis dari komodo 😀
LikeLike
YAY! Asik tuh sailing lanjut overland, have fun yaaa! 😀
LikeLike
Selamat pagi! Seneng banget nemu tulisan ini… Bulan depan bisa dijadikan referensi untuk explore lebih dalam. yang masuk dalam liat baru ende, bajawa, kampung bena, 17 pulau riung, gunung inerei sama komodo. hap hap musti semangat niii…
kalo penduduk lokalnya apakah welcome banget ke wisatawan? dan sudahkah di sana banyak usaha bule macam di labuan bajo? makasiii
LikeLike
hai hai mbak! Wah senangnya bisa membantu! hap hap!
PENDUDUK LOKALNYA SANGAT WELCOME! Best hospitality so far 😀
Kalau usaha bule, aku gak lihat, kebanyakan dikelola masyarakat lokal, dengan bule sebagai tamunya hehe.
Semoga membantu yaaa!
LikeLiked by 1 person
makasiii 🙏🙏 wah senangnya! kabarnya saya akan diijinkan stay di kampung adat bena dan 17 pulau riung.. semoga lancar semua, amin amin!! enggak sabaarr .. sampe oktober di sana lama yaaa
LikeLike
Pemandangan alam di Flores keren ya? semoga kelak bisa jalan2 kesana.
LikeLike
Aamiin mas! Keren banget, one of the best di Indonesia 😀
LikeLike
Baca ini dan langsung kangen pulau flores. Padahal udah setahun tinggal di sana rasanya tetap kurang. Aku belum pernah menjelajah kota ende sampai ke ujung, tapi dari larantuka sampai moni udah sih.
Next, kalau mau balik ke sana, jangan lupa masukin pulau adonara ke list nya kaaak, dijamin gak nyesel 👌
LikeLike
Hehe iyaa, kalau tinggal karena pekerjaan malah biasanya jarang eksplor itu. Nah kebalikan itu, Larantuka sampai Moni aku malah belum hehe.
Kalau Pulau Adonara di sebelah mananya sih? Terus aksesnya dari mana? 😀
LikeLike
Iya betul. Setahun kemarin tinggalnya di Adonara, sekalinya libur panjang eh udah harus kembali ke Jakarta, jadi gak sempet kelayapan jauh-jauh.
Adonara deket2 sama solor dan lembata. sebenarnya berhadapan langsung sama larantuka, cuma itu adonara bagian barat, yang banyak tempat wisatanya itu adonara timur jadi harus nyebrang 1,5 jam. Kalau mau ke sini cari kapal yang ke Waiwerang. Di sana ada pantai watotena, inaburak, pasir merah, bani, meko dan lewobuto. Ya harap maklum tapi kalau semuanya pantai. Tapi dijamin gak nyesel kok, pantainya masih pada bersih. Kalau mau lebih lengkapnya bisa mampir ke http://diandiansey.blogspot.co.id/search/label/flotim?m=1 (hahahaa malah promosi 😂✌)
Saran mending sewa motor kak dari Larantuka, biar puas kelilingnya 😁
LikeLike
Wah Adonara, namanya seksi amat haha. Aku malah baru dengar nama itu.
Siaaap! Nanti aku mampir-mampir ya kak ke blognya ehehe. Ini besok aku mau ke Wae Rebo lagi kalau jadi 😀
LikeLike
emang gak salah impian gue dari dulu, kawin lari sama nicholas saputra ke flore terus hidup disana bertani atau cukup beternak anak saja sampai tua.
mudah-mudahan belum terlambat ya ngajak nico kawin lari sekarang.
LikeLike
Gue aminin aja deh, siapa tahu dia jadi bidadara lu nanti di surga 😛
LikeLike
Ariev…….
Bikin mupeng, banget dan kebetulan gw 22 des-2 jan Flores overland, backpackeran berdua sama teman.
Belum bikin itinerary sih, boleh bagi ga itinnya? Hahahahah ngelunjak
@nonaling
LikeLike
Hai kak aling, nanti aku emailin deh itinnyaaa tapi ya yang dari ibupenyu hehe, gimana?
Dan so far, Flores adalah tempat favoritku di Indonesia 😀
LikeLike
mau banget kak kalo boleh ke nonaaling@gmail.com
makin tak terbendung liat foto, video dan artikel ini kak.
makasi ya
LikeLike
Siap kaaak!
LikeLike
Yuk bang backpackstory. Tahun depan di bulan mei sy mau ke Kupang lanjut Pulau Rote, sambung ke lembata nyeberang ke Larantuka terus berakhir di Labuan Bajo. Yuk gabung #blmadatemensoalnya #kodekeras #kalomaugabung 😁
LikeLike
Wihhh mantap! Lama banget itu pasti jalannya hahahaha.
Sayangnya Mei tahun depan saya sudah punya rencana traveling yang lain hahahaha. Semoga ada teman yang bisa ikutan ya 😛
LikeLike
Lumayan juga sih, ambil cutinya🙈 Sibuk banget si nih bang ariev. Sip lah kalau gitu, kita saling berbagi cerita aja ya nanti.😁
LikeLike
Wehehehe iya nih kebetulan bulan itu udah ada rencana lain 😀 semoga lancar yaaa! Ditunggu ceritanyaaa.
LikeLike
Halo mas ariv, salam kenal…
Suka ama reviewnya dan saya ads rencana mau ke flores/lombok dan sekitarnya selama 14 hari. Bisa minta itinerary mas ariv selama tour? Mau nyontek hehehehe
Thanks.
LikeLike
Halo halo,
Kalau itinerary kurang lebihnya kayak gini:
Ende – Kelimutu – Riung – Bajawa – Ruteng – Wae Rebo – Labuan Bajo
Semoga bermanfaat yaa 🙂
LikeLike
thanks a lot
LikeLike
you’re welcome
LikeLike
Terima kasih sdh kunjungi tanah kami. Nusa bunga. Tanah terberkati nan elok, damai dan alami. Salam ☺☺☺
LikeLike
Siap! Flores adalah salah satu yang terindah di Indonesia, semoga tetap begitu ya bang! Salam 😀 😀 😀
LikeLiked by 1 person
O, ya Bang thx. Jika msh ada jejak tersisa, bertolak lebih jauh lagi. Di timur matahari. Ada wisata religi.
Di Larantuka, Flores Timur, tradisi Portugis sejak abad 16 msh terjaga hingga kini. Itu pas pesta paskah Katolik. Prosesi Semana Santha (jalan salib). Tiap tahun.
Nyeberang ke pulau sebelah lagi, gugusan Kepulauan Flores, tradisi tombak paus di Pulau Lembata. Di dlm perut ikan paus itu kita bs maen futsal lho, hehehe…
Di Flores Barat, jika mau menikmati sunset atau matahari pagi spt di film 5cm naiklah ke Gunung Ranaka, sebelah timur kota Ruteng. Tapi hrs pagi2 buta atau sekitar pkl 4 dinihari. Pake jaket tebal2 setebal 5cm kalau tak mau disapa angin yg menusuk sum2 tulang.
Dijamin abang pulang membawa aneka cerita tak terhapuskan, baik oleh keelokan alam, manusia yg ramah, budaya dan tradisi maupun kain tenun utk bikin semacam syall, kain sarung atau semi jas. Hitung2 oleh-oleh dr Nusa Nipa atau Nusa Bunga atau Pulau Flores.
Setelah jelajah Flores, ke provinsi paling Timur lagi. Tanah Papua.
Bukan hanya Raja Ampat dan rumah kaki seribu di Pegunungan Arfak lho.
Banyak deh, saya tdk mau kasi tau.
Datang dan lihat saja sendiri, sebab sy tak bisa sebut satu per satu. Saya cuma mau bilang, jgn dulu lancong ke luar negeri sebelum jelajah tanah air ujung timur.
Salam satu IndONEsia. ☺☺
LikeLike
Siap Bang! Terima kasih banyak untuk informasinya!
Saya ingin banget eksplor Flores dan Papua, tapi masalah cuti yang selalu mengganjal ini jadinya gak bisa lama-lama hehe.
Ingin sekali rasanya ke Larantuka, mengikuti acara keagamaan di sana yang sepertinya dirayakan penuh sukacita, lalu juga ke Lembata tempat desa pemburu paus yang melegenda itu. Semoga kelak bisa ke sana.
Terus terang memang saya jatuh cinta dengan alam Flores, dan sepanjang perjalanan saya, inilah salah satu tempat terindah di Indonesia.
Semoga kelak kita dapat bersua juga bang, sambil melancong ke timur Indonesia!
Salam 🙂 🙂 🙂
LikeLiked by 1 person
O, ya Bang trims. Jika masih kuat lagi untuk melangkah lebih jauh, bertolaklah ke ujung timur Flores. Di timur matahari. Ada wisata religi.
Di Larantuka, Flores Timur, tradisi Portugis, yang sejak abad 16 masih terjaga hingga kini. Ini merupakan prosesi Semana Santha (jalan salib) saat Paskah (Kamis, Jumat dan Sabtu). Sekitar bulan Maret atau April tiap tahun. Suasananya hening. Selama tiga hari itu tak ada aktivitas lain selain kita merefleksikan ziarah batin.
Nyeberang lagi. Sebelah timur Larantuka. Di Pulau Lembata, masih gugusan Kepulauan Flores. Ada tradisi menangkap ikan paus secara tradisional dengan menombak dia. Bisa dibayangkan menombak paus dengan senjata tradisional, tombak. Di dalam perut ikan paus itu kita bisa maen futsal lho, hehehe…
Di Flores Barat, jika mau menikmati sunset atau matahari pagi seperti di film 5 cm naiklah ke Gunung Ranaka, sebelah timur kota Ruteng, Manggarai. Masih melalui jalan trans Flores. Tapi kita harus pagi-pagi buta atau sekitar pkl 4 dinihari. Pakai jaket tebal-tebal, setebal minimal 5 cm kalau tak mau disapa angin yg menusuk sum2 tulang.
Sekitar dua jam dari Ruteng ke arah barat. Di Kampung Weto, Kecamatan Welak, Manggarai Barat, Flores. Di sini ada ular. Ada bermacam-macam ular. Terbayang kah tidak, di permukaan bukit kampung manusia, Kampung Weto, lalu di perut bukit itu ular punya kampung. Mereka sebut istana ular. Terbayang ka tidak cerita dan aura mistisnya? Hehe…
Dijamin abang pulang membawa aneka cerita tak terhapuskan, baik oleh kekayaan dan keelokan alam, manusia yg ramah, budaya dan tradisi maupun kain tenun utk bikin semacam syall, kain sarung atau semi jas. Hitung2, oleh-oleh dari basodara di Nusa Nipa atau Nusa Bunga atau Pulau Flores.
Papua dan Papua Barat
Setelah jelajah Flores, ke provinsi paling Timur lagi. Tanah Papua. Di sini, Papua, bukan hanya Raja Ampat dan rumah kaki seribu di Pegunungan Arfak lho.
Di Indonesia, atau dunia umumnya di pantai ada pasir to? Di pantai ini tidak ada pasir. Cuma kerikil halus. Halus sekali. Namanya Kampung Wisata Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura.
Dalam pengetahuan umum kita Australia merupakan Negeri Kanguru. Benar to? Tapi di Merauke, selatan Papua, kanguru juga ada. Cuma ukurannya lebih kecil dari kanguru Australia.
Anda pernah ke Eropa? Merasakan dingin menggigil karena salju? Di Papua ada itu. Di Puncak Cartenz tepatnya. Ketinggian sekira 4.400 mdpl. Tak jauh lokasi PT Freeport Indonesia.
Aduh…, masih banyak lagi deh. Ukiran Asmat, kota di atas rawa-rawa Agats. Saya tak bisa menyebutnya satu per satu. Terlalu banyak. Datang dan lihatlah. Lebih bagus datang sekitar bulan Agustus karena pas Festival Danau Sentani di Jayapura, Festival Lembah Baliem di Jayawijaya, Festival Asmat, dll.
Saya cuma mau bilang, jangan dulu melancong ke luar negeri sebelum jelajah tanah air ujung timur. Surga kecil yang jatuh ke bumi kata penyanyi Frangky Sahilatua.
Salam satu IndONEsia. ☺☺
LikeLike
Berkat informasi abang, saya jadi dapat berbagai informasi baru, seperti:
– tradisi jalan salib di Larantuka
– bisa main futsal dalam perut ikan paus (penasaran segede apa ikan pausnya)
– sunset dan sunrise yang cantik di Gunung Ranaka
– ada istana ular (ini menarik banget sih, dan aku penasaran sama aura mistisnya)
– rumah kaki seribu di Arfak (belum pernah lihat hehe)
– ada kanguru juga di Merauke (tapi pas saya ke Merauke belum ketemu haha)
– Puncak Cartenz ada salju, tapi katanya ke sana mahal dan lama ya?
– Ada beberapa festival di Papua yang menarik, semoga bisa ke sana kelak! 😀
Salam bang! Kalau saat ini abang tinggal di manakah?
LikeLike
Memang ke Papua paling mahal sudah. Karena antarkabupaten hrs naik psawat. Ke daerah pegunungan lumayan mahal. Kecuali jayapura – sorong- raja 4 yg bs via laut. Trus merauke – asmat.
LikeLike
Iya betul, aku sangat tertarik dengan Korowai sebenarnya, namun untuk ke sananya perlu biaya yang lumayan dan waktu yang cukup banyak. Hehehe.
LikeLiked by 1 person
Amin. Gut lak mas.
Hehe sy tggl di Jayapura. Kuli tinta di media lokal saja.
LikeLike
Siap mas! Sukses selalu di sana. Semoga bisa bersua apabila saya ke sana 🙂
LikeLiked by 1 person
makanannnya ajib banget itu keknya…
LikeLike
bangeeettt!
LikeLike
Meskipun saya baru membacanya tapi tak apalah saya memberi komentar sebagai bentuk apresiasi saya atas ketulusan dan keuletan anda dalam menuliskan pengalaman anda. Terima kasih untuk kekaguman anda akan keindahan alam dan keramahan orang flores. Sebagai orang flores saya bangga akan kebesaran Tuhan.
Bagi siapapun yang ingin berkunjung ke sana jangan takut nyasar dan lapar. Warga lokal di sana sangat ramah dan suka menolong.
LikeLike
Terima kasih banyak, saya suka sekali dengan Flores! Orangnya ramah dan alamnya indah. Sehat-sehat selalu ya!
LikeLike
I like this web site very much, Its a really nice office to read and get info .
LikeLike
Thank you!
LikeLike
Dear Mas Arif. Terima kasih sekali informasi destinasi-destinasi di Flores. Saya sendiri baru pernah sailing Labuan Bajo, tapi belum pernah keliling Flores. Ketika sedang browsing ada apa saja, sih, di Flores, saya ketemu blog ini.
Kalau berkenan, bisakah saya minta kontak local guide-nya, mas?
TErima kasih sebelumnya!
Salam,
Dini.
http://www.aqmarina.com
LikeLike
Hi Mbak Dini, terima kasih sudah mampir ke blog ini. Kebetulan dulu aku ke sana ikutan open trip bareng Ibu Penyu, mungkin bisa cek juga di Instagram mereka hehe.
Semoga lancar ya rencana jalan-jalannya 🙂
LikeLike