Look at the window!” William, si tour guide berseru kepada saya dan Mama dari jok depan, sementara di luar mobil, nampak butiran air turun dari langit, namun tidak nampak seperti hujan biasa, maupun hujan monyet. “It’s snowy outside!

Saya melongo. Mama juga. Maklum, di kampung kami, tidak ada yang namanya salju, kalau ada pun paling-paling hanya bunga es di dalam freezer karena kulkas yang rusak.

“You are lucky.” William menjelaskan, “I haven’t seen the snowfall here for several days.”

Berikutnya, Mister Cao memelankan laju sedan Volkswagen Passat yang dikemudikannya karena jalanan yang menjadi licin akibat hujan salju. Malam itu, kami berencana mengunjungi Longqing Gorge untuk menyaksikan Ice & Snow Festival yang memang rutin digelar tiap tahunnya dari 15 Januari hingga 29 Februari, apabila tahun bersangkutan adalah tahun kabisat.

Longqing Gorge Ice and Snow Festival

Longqing Gorge Ice and Snow Festival


Sebetulnya, tak ada dalam itinerary kami untuk datang mengunjungi Longqing Gorge malam itu, namun sebuah ajakan dari William selepas kami mengunjungi Badaling Great Wall di sore harinya membuat kami sejenak berpikir.

“Since you are here, and have nothing to do tonight, what about seeing the Ice and Snow Festival? It is so beautiful.”

Oh iya, benar juga, kami tidak ada acara malam itu. Hanya beristirahat di Badaling Ski Resort sambil menunggu pagi untuk kemudian bermain ski. Kemudian kapan lagi melihat festival yang katanya hanya ada pada awal tahun di musim dingin ini. Di Dufan belum tentu ada sepuluh tahun sekali.

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

“Umm, okay. So how about the price?”

“Because it’s not included in the itinerary, so it will be additional price… umm…” William menghentikan kalimatnya sejenak, sambil mengkalkulasikan perhitungannya dengan Mister Cao, tentunya dengan bahasa mandarin yang kami tak mengerti artinya. “260 Yuan per person, including the ticket price, parking, and the gas.”.

“Piye Mah?” (Gimana, Ma?) Sekarang giliran saya yang berdiskusi dengan Mama, dengan bahasa Jawa yang William tidak akan mengerti artinya. “Rongatus suwidak yuwan sak wong.” (Dua ratus enam puluh Yuan per orang.)

“Yo, lumayan larang lho ya.” (Lumayan mahal lho.) Jawab Mama. “Sakmono nek ping loro kan berarti sak juta luwih!” (Harga segitu kalau dikali dua kan berarti sejuta lebih!)

“Tapi kapan meneh ndelok lampu-lampu ning es? Mumpung ning kene.” (Tapi kapan lagi nonton lampu-lampu di es? Mumpung di sini.) Saya berargumen, sementara William masih menanti jawaban kami di jok depan.

“Yowes karepmu lah, dipikir sek.” (Ya sudah, terserah kamu saja, anakku yang paling ganteng. Tapi dipikir dahulu, istikharoh kalau perlu.)

Saya menatap William, yang membalas tatapan saya dengan senyum gigi kelincinya “So how is it? If you’re okay, we’ll go there after dinner.” Jelasnya.

“Okay, we’re going there!” Sahut saya bersemangat, dan satu jam kemudian, hujan salju mulai turun dari langit.

Sepertinya pilihan saya untuk pergi ke  Longqing Gorge adalah pilihan yang tepat, karena malam itu turun hujan salju. Hujan yang mungkin menyebalkan bagi penduduk lokal karena membuat jalan licin dan mobil kotor, namun sebuah karunia untuk turis yang baru pertama kali melihat salju. Seperti saya dan Mama, yang sama-sama ndeso.


Dari gerbang dekat tempat parkir mobil, seharusnya ada mobil golf yang digunakan sebagai shuttle ke pintu masuk festival, namun karena hujan lebat maka keadaannya pun ditiadakan. Hal itu berarti bahwa kami harus menyusuri jalanan bersalju sejauh 1 kilometer, dengan suhu minus belasan derajat dan angin yang senantiasa berhembus, di bawah temaramnya lampu penerangan.

Tidak apa-apa, karena kami, adalah bangsa Indonesia, bangsa yang kuat.

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Untungnya, perjalanan ke pintu masuk festival bukanlah sebuah perjalanan yang membosankan. Kami menemukan banyak sekali instalasi lampion beraneka bentuk pada kanan kiri jalan, mulai dari bentuk kambing maskot kota Guangzhou, binatang-binatang yang melambangkan shio, hingga bentuk-bentuk maskot olimpiade musim panas 2008 yang berlangsung di Beijing.

Pada salah satu sisi jalan, kami sempat berhenti di sebuah wahana seluncur mini yang dipahat pada balok es berukuran jumbo. Maksud hati ingin mencoba, namun saya sadar bahwa saya sudah dewasa sekarang, bukan umurnya lagi untuk bermain-main.
Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Akhirnya, setelah jalanan menanjak dan sedikit remang-remang, tibalah kami di pintu masuk festival. Sementara William membelikan tiket masuk, kami tentu saja memanfaatkan waktu tersebut untuk foto-foto di sekitar pintu masuk Longqing Gorge Snow and Ice Festival itu.


Longqing Gorge, sejatinya adalah sebuah ngarai yang terletak sekitar 80 kilometer di arah barat laut Beijing. Ngarai ini dinamakan dengan nama salah seorang kaisar di masa dinasti Ming yaitu Kaisar Longqing, yang pada masa pemerintahannya, Cina berhasil berdamai dengan Mongolia dengan cara barter. Cina memberikan sutra (kain, bukan kondom) dan Mongolia menukarnya dengan kuda-kuda yang perkasa.

Saat ini, Longqing Gorge yang berada di antara puncak dua gunung tinggi ini dikenal sebagai tempat rekreasi warga seputar Beijing. Pada musim selain musim dingin, Longqing Gorge akan menyajikan sebuah pemandangan bukit-bukit hijau yang dilintasi keindahan sungai selatan Cina. Selain itu ada juga Longqing Dam setinggi 70 meter yang dapat dijelajahi dengan menggunakan cruise.

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Kera Sakti, berkelana iris janji.

Lalu bagaimana ketika musim dingin? Tentu saja dam dan sungainya akan membeku. Namun sebagai gantinya, diadakan Longqing Gorge Snow & Ice Festival di sini untuk menarik para turis datang berkunjung, termasuk kami.


“William, who is the owner of this event?” Saya yang penasaran kembali bertanya kepada William. “The government, or private ownership?”

“Of course the government.”

“Oh.” Saya membatin. Karena biasanya di Indonesia, pemilik instalasi-instalasi seperti ini adalah pihak swasta, atau perorangan yang tajir mampus, tapi di Cina pemiliknya adalah negara. Apakah ini karena Cina menganut paham komunis, sehingga semua aset penting harus dimiliki negara?

Ah, ingatan saya kembali berkelana ke masa-masa SD saya ketika menonton film PKI di televisi, ketika salah satu adegannya menampilkan seorang tawanan PKI yang akan disiksa dengan cara dikelupas kuku kakinya menggunakan tang.


BRUG!

Di dapan saya, Mama terjatuh. Saking excited-nya ingin segera bermain salju, Mama berlari di atas salju yang licin dan terpeleset. Namun bukannya merintih kesakitan, Mama malah tertawa. “Hahaha, asemik.”

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Berikutnya, kami berjalan lebih hati-hati karena salju ternyata licin. Setelah pintu masuk festival, jalanan dipenuhi dengan instalasi lampu-lampu putih yang ditempel pada pohon-pohon ranggas di kanan-kiri jalan, dengan sebuah pohon natal raksasa di ujung jalan.

Di dekatnya, ada instalasi tiga buah snowman (yang ini juga bukan merk spidol) berukuran raksasa yang menggoda kami untuk berfoto bersama, karena di Indonesia paling-paling cuma ada orang-orangan sawah.

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Berikutnya, kami bergerak menyeberangi jembatan kayu dengan lorong berdinding salju di bawah kami. Dari atas, saya melihat orang-orang bergerak menyusuri lorong tersebut, sementara beberapa orang-orang lain berhenti di dinding lorong untuk berfoto.

Aha! Ide bagus.

Dengan dipandu William yang berjalan sangat cepat, kami menyusuri lorong tersebut dan mendapati sebuah komplek pameran di ujung lorong.

“So, this is the ice festival.” Ucap William. “In here, you can see many awesome ice carvings and sculptures.”

“Oh.” Oke, saya belum pernah melihat pameran yang seperti ini. Ukiran es yang pernah saya lihat paling-paling cuma berbentuk sepasang angsa di kawinan cicik-cicik di Semarang, selebihnya saya hanya tahu es lilin beraneka warna yang terbuat dari beragam pengawet.

“And for your information, Beijing will hold the winter olympic in 2022.”

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Wah, pantas saja banyak sekali ukiran dan tulisan-tulisan Beijing 2022 pada festival ini. Ternyata kampanye olimpiade musim dingin tahun 2022. Sayang Indonesia tidak punya olimpiade seperti ini, tapi seharusnya Indonesia juga mampu mengadakan olimpiade musim penghujan, bukan?

Dari situ, kami bergerak lincah melintasi ruangan demi ruangan pada pameran. Ada ukiran pinguin raksasa, ada pahatan berbentuk mobil-mobilan yang dapat dinaiki, ada gua-gua es yang dibuat seperti iglo, juga ada miniatur tembok besar Cina yang dibuat dari es!

Namun yang paling menarik adalah ukiran es berbentuk hati, yang dapat digunakan untuk berfoto bersama kekasih.

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Tiada kekasih, Mama pun jadi.

Pada ujung ruangan, terdapat ruangan terbuka yang merupakan ujung dari ngarai tersebut. Kami menatap langit hitam di atas sambil memperhatikan butiran salju turun perlahan. Salju sungguhan, bukan kapuk dari pohon randu yang tertiup angin.

Di bawah ngarai, terdapat sebuah instalasi yang dibatasi oleh pagar di mana pengunjung dilarang melintasinya. Di dalam pagar terdapat beberapa buah patung pinguin, dan beberapa orang sungguhan yang berjaga supaya pengunjung tidak masuk ke dalamnya.

Setelah selfie dengan pinguin-pinguin tersebut, kami bergegas pulang karena William sudah mengingatkan bahwa kami sudah menghabiskan waktu selama dua jam di Longqing Gorge Snow and Ice Festival ini.


BRUG!

Kali ini giliran saya yang terjatuh, karena tergesa-gesa.

“Hahahahahahaha!” Di belakang saya, Mama tertawa puas.

“Asemik.” Batin saya, sambil mencoba berdiri dengan pantat yang memar, dan tak berapa lama kemudian, terdengar sebuah suara  berat di belakang saya.

BRUG!

Kali ini Mama terjatuh lagi, karena terpeleset es yang licin.

“Hahahahahahahahaha!”

Longqing Gorge Snow and Ice Festival

Mamacation: Winter edition

Malam itu, kami berjalan kembali ke arah tempat parkir dengan sekaleng jus almond di tangan. Sungguh sebuah pengalaman baru bagi kami, wong ndeso, yang baru pertama kali melihat dan menyentuh salju.

Salju pertama kami, pada edisi mamacation terakhir.

Ya, dengan sangat menyesal saya mengatakan bahwa inilah mamacation terakhir saya. Terakhir sebelum saya menikah.