Sebuah sentuhan mendarat di paha saya, yang diikuti tepukan ringan tanpa remasan manja. Saya masih menikmati sentuhan tersebut hingga tak lama kemudian, terdengar bisikan lirih di telinga kiri saya  “Mas, bangun Mas.”. Ucap suara tersebut. “Kita sudah sampai Toyama.”.

“Hah?” Saya menurunkan cocoon yang menutupi kepala, dan mencoba membuka mata untuk memisahkan bulu mata atas dan bawah yang saling memeluk. “Sudah pagi ya?” Tanya saya ke asal suara di samping saya, yang adalah seorang laki-laki. Huh. Bisa-bisanya saya tertidur dengan seorang laki-laki di saat seperti ini.

“Kita sebentar lagi turun, lho.” Jelas Rico, sementara saya masih mengucek-ucek mata, dan Osa masih sibuk menyiapkan peralatannya. Tak lama kemudian, bus malam yang kami tumpangi akhirnya berhenti pada sebuah halte dengan jalur trem di baliknya. Setelah perjalanan malam selama delapan jam dari Tokyo, akhirnya kami tiba di Toyama pada pukul enam pagi.

Pertanyaan berikutnya terlintas dalam benak saya, mau ke mana di Toyama sepagi ini?


Ada berbagai macam alasan yang mendorong saya untuk mengunjungi sebuah tempat. Seperti misalnya ketika saya ingin terbang dengan balon udara, saya mengunjungi Bagan. Kemudian ketika saya ingin melihat simbol kebebasan, saya pergi ke Liberty Island. Pernah juga saya datang ke Manchester untuk menonton sepakbola, walaupun akhirnya tak jadi nonton karena kena tipu calo tiket.

Ketika berencana mengunjungi Toyama, saya mempunyai alasan untuk menikmati alam khas musim gugur yang indah, di samping alasan lain, yaitu untuk mencoba berbagai macam moda transportasi unik yang terdapat di sana. Berbagai macam moda transportasi yang melintasi Tateyama Kurobe Alpen Route.

Transportation in Toyama

Transportation in Toyama

Secara garis besar, Tateyama Kurobe Alpen Route (berikutnya akan disebut sebagai Alpen Route saja) adalah sebuah rute perjalanan yang melintasi pegunungan utara Jepang yang membentang dari Toyama City di Prefektur Toyama hingga Omachi Town di Prefektur Nagano. Rute ini sebenarnya tidak terlalu panjang, hanya sekitar 37 Km, namun elevasi yang ditempuhnya luar biasa karena menembus dua buah gunung tinggi di Jepang, yaitu Tateyama (3015 mdpl) dan Akasawadake (2678 mdpl).

Atraksi utama dari rute yang diresmikan pada tahun 1971 ini tentu saja pemandangan indah sepanjang perjalanan di Gunung Tateyama yang merupakan bagian dari Chubu Sangaku National Park. Di rute yang ditutup pada musim dingin karena debit salju yang luar biasa tinggi ini, pengunjung dapat menikmati sajian beragam aktivitas menarik di tiga musim lainnya. Seperti misalnya, menyusuri tembok salju setinggi 20 meter di musim semi, mendaki Gunung Tateyama di musim panas, juga menikmati daun beraneka warna di musim gugur.

Alpen Route Snow Wall

Alpen Route Snow Wall (source: here)

Pada rute yang tertutup untuk kendaraan pribadi ini, pengunjung diharuskan untuk menggunakan berbagai macam moda transportasi unik yang telah disediakan untuk menjelajah Alpen Route. Berbagai macam moda transportasi unik yang menjadi alasan kedatangan saya di Toyama.


Udara dingin musim gugur langsung menyergap kami begitu turun dari bus. Saya langsung mengencangkan syal di leher, sementara Osa membenarkan letak kupluknya, dan Rico mengenakan jaketnya. Kami seperti tiga potong sosis yang baru saja masuk ke dalam freezer, dingin.

Mata saya nyalang berkeliling, mencari tempat yang hangat, sembari menunggu matahari naik dan menghangatkan Toyama. Dari kejauhan, terlihat flat-flat yang tersusun rapi di sepanjang jalanan yang bersih, sementara satu dua penyapu jalanan terlihat asyik bertugas di dekat perhentian bus. Berikutnya, saya menangkap sebuah bangunan yang nampak tak asing lagi, sebuah bangunan yang seharusnya bisa menjadi tempat mencari kehangatan pagi itu, sebuah bangunan bercat putih dengan logo sebuah tabung gas.

Bukan, bukan agen gas elpiji. Melainkan sebuah convenience store bernama Lawson.

Lawson Jepang

Lawson!

Setelah mengisi perut dengan roti dan segelas minuman hangat, kami bertanya kepada pria penjaga kasir Lawson mengenai bagaimana cara mencapai Alpen Route. Dengan terbata-bata, pria tersebut menunjukkan bahwa kami harus pergi ke Stasiun Dentetsu Toyama (bukan JR Toyama) yang terletak di balik gedung yang belum buka, pada seberang jalan yang lokasiya berada beberapa blok dari perhentian bus, di mana untuk mencapainya, kami harus menggunakan terowongan penyeberangan bawah tanah.

Bingung? Sama. Kami juga bingung waktu itu, namun kami terus berjalan.


Pintu masuk Stasiun Dentetsu Toyama, terletak sedikit menyempil di sudut sebuah gedung, dengan beberapa buah kios di samping-sampingnya. Ketika kami tiba di sana, warga lokal sedang bergeliat untuk melakukan aktivitas hariannya. Ada yang bersiap kerja dan sekolah, ada yang menyiapkan dagangannya, dan ada tiga orang Indonesia yang belum mandi dan masih mencari tahu bagaimana cara pergi ke Alpen Route.

Saya mengambil brosur yang terletak pada sebuah kios –yang ternyata adalah kios agen perjalanan, sekaligus bertanya bagaimana cara pergi ke Alpen Route. Caranya ternyata mudah, tidak serumit menemukan Stasiun Dentetsu Toyama. Kami tinggal membeli tiket terusan yang tersedia di loket stasiun (atau bisa juga dilakukan secara ngeteng tiap stasiun), setelah memastikan rute dan tujuan kami di Alpen Route (Cek detail rute dan tarifnya di sini).

Alpen Route

Berhubung kami berencana melakukan day trip di Alpen Route, maka kami memilih rute masuk dari Toyama untuk kemudian menuju Tateyama, menembus Alpen Route, dan berakhir di Ogizawa untuk kemudian lanjut ke Omachi Onsenkyo.

Pagi itu masih pukul delapan, dan dengan pertimbangan bahwa waktu tempuh melintasi Alpen Route adalah sekitar 6-8 jam sehingga kami bisa tiba kembali di Tokyo pada malam hari, berangkatlah kami mencoba berbagai macam moda transportasi unik yang terdapat di Alpen Route.

1. Local Train (Toyama Chiho Railroad)

Toyama Chiho Railroad

Inilah transportasi pertama yang kami gunakan, sebuah kereta antar kota yang akan menghubungkan Stasiun Dentetsu Toyama dengan Stasiun Tateyama yang berjarak 34 Km di ketinggian 475 mdpl. Waktu tempuh kereta ini adalah satu jam dan tarif sekali jalan adalah 1200 Yen.

Apa yang membuatnya unik? Kereta tipe 14760 berwarna kuning hijau yang mengingatkan kita dengan koalisi Golkar dan PPP di KMP ternyata sudah beroperasi sejak tahun 1979, dengan total unit sebanyak 15 yang melayani rute seputar Toyama dengan jarak tempuh operasi total mencapai 100 Km. Menariknya, perawatan kereta ini sangat bagus, sehingga masih layak pakai hingga sekarang. Beda jauh dengan Trans Jakarta zaman Fauzi Bowo. 
Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Pedesaan di Prefektur Toyama, termasuk Gunung Tateyama di kejauhan. Jangan berharap akan melihat orang mandi dan mencuci di sungai yang dilewati, karena ini bukan di Demak.

2. Cablecar (Tateyama)

Tateyama Cable Car

Dari Stasiun Tateyama, kami berpindah menggunakan cablecar untuk menuju perhentian berikutnya yaitu Bijodaira. Cablecar ini akan menempuh jarak 1,3 Km dalam waktu tempuh 7 menit dengan tarif sekali jalan adalah 720 Yen.

Apa yang membuatnya unik? Walaupun jarak tempuh dalam panjang hanya 1,3 Km, tapi elevasi perjalanan ini mencapai 502 meter! Kamu akan diajak berpindah dari Tateyama di ketinggian 475 mdpl ke Bijodaira di ketinggian 977 mdpl, dengan rata-rata kemiringan sebesar 24 derajat, dalam waktu hanya 7 menit! Bayangkan kalau kamu jalan jongkok, pasti bisa memakan waktu hingga seharian.

Tateyama Cable Car
Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Selain punggung penumpang lain yang berdesak-desakan, yang bisa dilihat dari sini adalah susunan batu unik bernama 'Zaimoku-ishi' di kejauhan. Sayangnya, waktu itu saya tidak dapat melihatnya karena tertutup punggung dan dada penumpang lain.

3. Highland Bus (Tateyama)

Tateyama Highland Bus

Di Bijodaira, kami berhenti di sebuah terminal untuk menunggu highland bus yang akan membawa kami ke Murodo, titik tertinggi di Gunung Tateyama yang masih bisa dicapai kendaraan. Di sini, kamu bisa berjalan-jalan sejenak di luar terminal sambil menghirup hawa khas musim gugur dan menunggu bus sesuai dengan jadwal keberangkatan yang kamu inginkan.

Perjalanan ke Murodo akan menempuh jarak sejauh 23 Km dengan perpindahan ketinggian 1500 meter, sementara waktu tempuh perjalanan ini adalah 50 menit dengan tarif sekali jalan sebesar 1710 Yen.

Apa yang membuatnya unik? Perjalanan ini akan melintasi beberapa terminal sebelum mencapai Murodo, di mana kamu bisa berhenti di salah satu terminal seperti Midagahara, berjalan-jalan sejenak menikmati alam, sambil menunggu bus berikutnya, atau hiking jika mampu.
Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Inilah perjalanan bus paling mengasyikkan yang saya alami dalam rangkaian kunjungan saya di Jepang, melihat daun-daun beraneka warna di kanan kiri jalan, bukan hanya pohon cemara seperti dalam lagu naik-naik ke puncak gunung. Oh iya, dalam perjalanan, bus akan berhenti sejenak melihat Shomyo Waterfalls, yang merupakan air terjun tertinggi di Jepang dengan tinggi 350 meter.
Di Murodo, kamu juga dapat berkeliling dan mencoba berendam di onsen tertinggi di Jepang, yaitu Mikurigaike.

4. Tunnel Trolley Bus (Tateyama & Kanden)

Tateyama Tunnel Trolley Bus

Setelah puas berjalan-jalan dan berendam di onsen, kami akhirnya turun gunung Tateyama dengan menggunakan tunnel trolley bus dari Murodo, yang merupakan stasiun tertinggi di Jepang pada ketinggian 2450 mdpl, menuju Daikanbo. Perjalanan turun ini akan menempuh jarak 3,7 Km dengan waktu tempuh 10 menit dan biaya sekali jalan sebesar 2160 Yen.

Selain dari Murodo, kami juga menggunakan tunnel trolley bus untuk menuruni gunung Akasawadake, dari Kurobe Dam menuju Ogizawa dengan jarak 6,1 Km yang ditempuh dalam waktu 16 menit. Oh iya, untuk perjalanan ini, biaya sekali jalannya adalah 1540 Yen.

Apa yang membuatnya unik? The only one in Japan, ya tunnel trolley bus ini memang cuma ada di Alpen Route, tak ada di tempat lain. Bayangkan, Jepang sampai melubangi dua buah gunungnya, yaitu Tateyama dan Akasawadake untuk membuat sebuah jalur transportasi dengan menggunakan bus. Bus yang digunakan bertipe electric bus, sehingga tetap ramah lingkungan dan tidak mengeluarkan pembuangan yang beracun. 
Sekadar informasi, pada saat pembangunan Kurobe Dam, tunnel trolley bus ini digunakan untuk mengangkut material yang dibutuhkan. Heran, mengapa Jepang tidak membuat tunnel trolley truk pasir juga ya untuk mempermudah pembangunan Kurobe Dam?

Kanden Tunnel Trolley Bus (Kurobe Dam – Ogizawa Sta)
Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Terowongan gelap dengan lampu-lampu sepanjang dindingnya.

5. Ropeway Cablecar (Tateyama)

Tateyama Ropeway

Moda transportasi berikutnya, adalah yang paling mengasyikkan di Alpen Route, yaitu ropeway cablecar yang membentang sejauh 1,7 Km menuruni Daikanbo di ketinggian 2316 meter menuju Kurobedaira di ketinggian 1828 meter. Perjalanan yang memakan waktu hanya 7 menit ini, mematok tarif sebesar 1300 Yen untuk sekali jalan.

Sebelum menaiki cablecar tersebut, kami diminta berbaris untuk mengantre, maklum saja karena jumlah kereta yang sedikit sementara pengunjung kala itu cukup banyak. Sambil menunggu, kami juga ditawarkan buku kumpulan foto pemandangan Toyama, yang membuat saya sedih, karena tak bisa mengambil foto sebagus foto-foto di buku tersebut. Di sini, kami juga diberikan sebuah suvenir perjalanan oleh si petugas, yaitu sebuah sapu tangan The North Face, yang entah asli atau hasil membeli di Taman Puring.

Apa yang membuatnya unik? Inilah satu-satunya cablecar di Jepang yang tidak menggunakan tiang sebagai penyangga kabelnya. Jadi kamu akan menuruni bukit dengan hanya bergantung pada seutas kabel yang Insha Allah kuat. Saran saya, tidak usah memikirkan hal tersebut, cukup banyak berdoa dan nikmati saja perjalanan yang singkat itu. 

Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Dengan kaca bening yang mengitari seluruh cablecar, sangat banyak yang bisa dilihat sepanjang perjalanan. Apabila kamu bepergian di musim gugur, maka kamu bisa melihat daun-daun beraneka warna yang mulai berguguran, plus bonus gadis galau yang sedang menatap ke luar jendela, apabila beruntung.
Supaya lebih menarik lagi, saya berpendapat ada baiknya kalau lantai di cablecar juga dibuat transparan supaya pengunjung juga dapat menikmati keindahan di bawah kakinya, kalau gak gemetaran.

6. Underground Cablecar (Kurobe)

Kurobe Cable Car

Dari Kurobedaira yang penuh warna merah sepanjang musim gugur, kami bergerak turun lagi menggunakan underground cablecar menuju Stasiun Kurobeko di ketinggian 1455 meter untuk kemudian menyeberangi Kurobe Dam, yang merupakan bendungan tertinggi di Jepang dengan tinggi 186 meter. Kali ini dengan berjalan kaki.

Perjalanan underground cablecar di dalam sebuah terowongan yang menempuh jarak 0,8 kilometer ini akan berlangsung selama 5 menit dengan tarif sekali jalan sebesar 860 yen.

Apa yang membuatnya unik? Ini adalah satu-satunya underground cablecar di Jepang, yang membuatnya terlindung dari hujan salju maupun aman jika negara api menyerang.

Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Tentu saja terowongan gelap sepanjang perjalanan underground cablecar, sementara pemandangan indah sepanjang bendungan akan langsung terlihat begitu kamu tiba lagi di permukaan. Oh iya, apabila belum cukup puas menikmati pemandangan di sekitar bendungan, kamu juga dapat menaiki cruise untuk berkeliling Kurobe Lake. Garube, nama cruise tersebut, beroperasi pada 1 Juni hingga 10 November setiap tahunnya, dengan lama perjalanan 30 menit mengitari danau sejauh 11,5 Km. Biayanya? Cukup 1080 Yen saja.

7. Local Bus (Ogizawa)

Local Bus Ogizawa

Hari telah gelap begitu kami tiba di Ogizawa Station, ternyata terlalu asyik menikmati Midagahara, Murodo, dan Kurobe Dam telah membuat perjalanan kami molor hingga lebih dari 10 jam! Apesnya, kami ketinggalan bus ekspres yang langsung menuju Tokyo.

Beruntungnya, malam itu masih ada bus terakhir yang akan mengantar kami menuju Shinano Omachi yang terletak 18 Km dari Ogizawa. Perjalanan yang ditempuh dalam waktu 40 menit tersebut memakan tarif 1330 Yen untuk sekali jalan.

Dari Shinano Omachi, kami disarankan untuk menggunakan kereta menuju Matsumoto, sambil berharap masih ada bus yang menuju Tokyo dari Matsumoto malam itu. Semoga.

Baca lanjutan kisah ini di sini.

Apa yang membuatnya unik? Sebenarnya ini adalah bus antar kota yang biasa-biasa saja, yang membuatnya unik adalah karena bus ini merupakan satu-satunya cara untuk keluar dari Ogizawa apabila kamu tidak mampu membeli kendaraan pribadi di Jepang. Bus ini juga akan melewati Omachi Onsen dalam rutenya, di mana kamu bisa mampir sejenak untuk rendam-rendam lucu di sana.
Apa yang bisa dilihat sepanjang perjalanan? Suasana musim gugur di pedesaan, kalau kebetulan kamu lewat pada siang hari.

CONCLUSION

Perjalanan ke Toyama yang dilanjutkan ke Alpen Route, merupakan day trip termahal yang pernah saya lakukan. Namun apakah itu sepadan dengan apa yang didapat? Tentu saja. Saya sangat menikmati perjalanan musim gugur tersebut, termasuk pengalaman yang saya dapat ketika mencoba berbagai moda transportasi unik yang ada di Alpen Route.

Autumn Japan

Sekarang, saya justru penasaran untuk mengunjungi Alpen Route lagi pada musim yang berbeda, untuk mendapatkan pengalaman yang lain. Karena pengalaman yang didapat dalam sebuah perjalanan adalah sesuatu yang akan membuatmu semakin kaya.

HOW TO GET THERE

Untuk menuju Toyama yang merupakan pintu masuk Alpen Route, kita dapat menempuh beberapa cara dari Tokyo, ibu kota Jepang. Perjalanan berjarak 345 Km tersebut dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

  • Menggunakan pesawat seperti ANA, dengan waktu tempuh 1 jam.
  • Menggunakan kereta cepat Shinkansen, dengan waktu tempuh 3 jam.
  • Menggunakan mobil pribadi, dengan waktu tempuh 6 jam.
  • Menggunakan bus seperti Willer Express, dengan waktu tempuh 8 jam.
  • Berjalan kaki seperti Suku Baduy, dengan waktu tempuh 77 jam.

WHERE TO STAY

APA HOTEL-TOYAMA EKIMAE- Toyama

Ada beberapa pilihan hotel yang dapat kamu singgahi di Toyama, seperti misalnya APA Hotel yang terletak hanya 600 meter dari Stasiun Dentetsu Toyama. Hotel yang mengklaim memiliki ‘The Best Breakfast Buffet in Toyama’ ini juga memiliki fasilitas seperti onsen dan sauna.

Apabila kebetulan kamu memiliki banyak waktu luang di Toyama, sempatkan juga untuk mencoba sajian seafood kota ini, kabarnya sih enak.

BEST DEAL

Kabar baik untuk kamu yang pengin banget pergi ke Jepang, karena sekarang telah hadir HAnavi, yaitu sebuah kolaborasi antara H.I.S. Travel dengan ANA (All Nippon Airways) yang dirancang khusus untuk wisatawan asing yang berencana datang ke Jepang. Spesial untuk kamu, HAnavi menyediakan paket tiket penerbangan domestik dan hotel dengan harga yang sangat miring! Keberangkatannya pun dapat dipilih, melalui Tokyo atau dari Osaka.

Berikut adalah beberapa keuntungan yang akan kamu dapatkan apabila menggunakan HAnavi:

  1. Hemat waktu, karena dengan menggunakan pesawat maka waktu tempuh perjalanan akan semakin singkat, sehingga kamu dapat mengalokasikan sisa waktu kamu untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Seperti misalnya selfie dengan bunga sakura.
  2. Banyak paket tiket dan hotel super murah yang akan kamu dapatkan di HAnavi, jauh lebih murah dibanding apabila kamu membeli ketengan.
  3. Beragam pilihan kombinasi tiket dan hotel yang dapat dipilih sesuai rencana perjalanan kamu, dengan total mencapai 800 penerbangan dan 3500 hotel terdaftar!
  4. Dengan HAnavi pula, kamu akan mendapatkan kesempatan mengunjungi hingga 51 kota di Jepang dengan ANA.

Sebagai contoh keuntungan Hanavi adalah, apabila kamu ingin pergi ke Toyama dari Tokyo, tidak perlu lah capai-capai menggunakan bus malam seperti saya dan menghabiskan waktu 8 jam di jalan. Kamu bisa langsung terbang dengan HAnavi ke Toyama hanya dalam waktu 1 jam, dan menggunakan waktumu untuk mengunjungi Toyama Castle juga menikmati seafood lokal, sebelum menyimpan tenaga untuk menjelajah Alpen Route keesokan harinya.

hanavitable-toyama

Sekadar informasi, saat tulisan ini dibuat, harga paket HAnavi untuk 2D1N Toyama adalah mulai dari Rp2.754.000,-/pax. Selain itu, H.I.S. juga dapat menyediakan keperluan apabila kamu ingin melintasi Alpen Route dari Toyama. Menarik bukan?

Yang lebih menarik lagi, saat ini H.I.S. Travel yang bekerja sama dengan Kawaii Beauty Japan sedang menyelenggarakan blog competition yang berhadiah jalan-jalan ke Jepang saat musim dingin, gratis!

Japan Winter Tour

Cara mengikuti kompetisi ini cukup mudah, kamu tidak perlu mencari tahu mengapa film Doraemon gak habis-habis, namun cukup menceritakan tentang kota-kota di Jepang yang masih belum banyak diketahui oleh orang. Cerita tersebut, nantinya harus meliputi tempat wisata juga kuliner khas kota tersebut.  Adapun kota-kota tersebut, adalah:

  • Toyama
  • Hokkaido
  • Okinawa
  • Fuji-san
  • Nikko
  • Fukuoka
  • Hiroshima
  • Nagoya

Yang membuat kompetisi ini makin menarik adalah, kamu tidak perlu pergi ke Jepang terlebih dahulu untuk dapat berpartisipasi pada kompetisi ini.

Tertarik? Sama, saya juga tertarik.