Wanita berseragam itu meletakkan traffic cone tepat di depan saya, sementara sebelah tangannya menghadang supaya saya tidak melangkah lagi. “Tunggu dulu.” Pintanya. Beberapa saat kemudian, petugas berseragam lainnya maju dan menanyakan kelengkapan dokumen yang saya bawa. Saya menunjukkan dokumen-dokumen yang saya bawa di dalam map padanya, dan dia mengangguk.

“Bawa laptop?” Tanyanya lagi. Kali ini giliran saya yang mengangguk. “Laptopnya, dimasukkan ke dalam tas. Handphone dimatikan, dan dimasukkan juga ke dalam tas. Nanti semuanya dititipkan di pintu masuk.”

“Siap!” Jawab saya. Tak berapa lama, traffic cone tersebut dipindahkan, dan si wanita berseragam sebelumnya mempersilakan saya untuk maju.

“Langsung masuk lewat pintu itu ya.” Ucapnya dengan senyum. Setelah mengantre selama setengah jam, saya meraih tuas pintu di hadapan saya dengan semangat, tuas pintu yang akan membawa saya masuk ke dalam Kedutaan Besar Amerika Serikat.


Mengurus Visa non-imigran Amerika Serikat (selanjutnya akan disebut sebagai Visa Amerika), mungkin adalah sebuah proses mengurus visa terpanjang yang pernah saya lakukan. Dari segi biaya, biayanya jauh lebih mahal daripada Visa Jepang. Dari sisi waktu, pengurusannya lebih lama daripada Visa India. Sementara dari faktor kepraktisan, Visa Amerika membutuhkan proses yang lebih berliku dibandingkan mengurus Visa Myanmar yang dapat diwakilkan.

Walaupun terdengar susah, namun bukan berarti Visa Amerika mustahil didapatkan, karena berdasarkan data yang saya peroleh di sini, 90% warganegara Indonesia memenuhi syarat untuk mendapatkan visa non-imigran. Sebuah fakta yang makin menguatkan pendapat saya bahwa, apabila kamu melakukan langkah-langkah yang tepat, maka Visa Amerika bisa kamu dapatkan.

Adapun langkah-langkah tersebut adalah:

1. Membayar biaya pengajuan visa non-imigran

Berbeda dengan pengurusan visa lain yang pernah saya lakukan, untuk Visa Amerika ini, kamu diharuskan membayar biaya visa terlebih dahulu sesuai dengan jenis visa yang diinginkan (Jenis-jenis visa dan biayanya, dapat dilihat di sini). Sebagai contoh, kala itu, saya ingin mengajukan permohonan untuk visa B1/B2 (Business/Tourist),  maka saya pun menyiapkan dana sebesar $160 atau Rp. 1.840.000,- dengan kurs yang berlaku pada saat tanggal pembayaran.

UPDATE PER 18 JUNI 2016: SAAT INI KEBIJAKAN PEMBUATAN VISA AMERIKA MENGHARUSKAN UNTUK MEMBUAT AKUN TERLEBIH DAHULU SEBELUM MELAKUKAN PEMBAYARAN DI BANK CIMB NIAGA. UNTUK INFO LENGKAPNYA BISA CEK DI SITUS INI.

Pembayaran visa tidak dapat dilakukan di mana saja, melainkan harus di bank yang ditunjuk sebagai rekanan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat. Pada saat saya mengajukan tahun 2014, Bank tersebut adalah Permata dan Standard Chartered (lihat daftar bank di sini), jadi maaf untuk yang punya rekening BPD, tidak bisa langsung.

Yang harus diingat, kamu harus mencetak formulir pembayaran visa terlebih dahulu dengan format seperti ini sebelum berangkat ke bank bersama dengan segepok uang di tangan. Yang perlu diperhatikan, kebijakan bayar-membayar visa ini mungkin saja berubah tiap tahunnya. Seperti misalnya yang saya alami tahun 2014 tidak sama dengan kebijakan pada tahun 2015. Cek di sini, untuk mendapatkan informasi lengkapnya.

Membayar Visa Amerika

Formulir Pembayaran Visa Amerika

Karena berkantor di wilayah Jakarta Pusat, maka saya memilih melakukan pembayaran Visa Amerika pada Bank Permata cabang Menara Cakrawala Jl. M. H. Thamrin No. 9. Tak tahu Menara Cakrawala? Letaknya tepat di gedung yang sama dengan Djakarta Theater, seberang Sarinah Thamrin, tempat yang sering dipenuhi pria-pria cantik tiap malam.

Setibanya di bank, petugas keamanan memberikan selembar slip “USA MRV Fee” yang harus diisi dengan lengkap, sebelum diserahkan ke teller bersama dengan formulir yang telah dicetak sebelumnya dan segepok uang yang saya bawa dalam amplop.

Slip number ini baru bisa diinput empat jam setelah transaksi ini, ya.” Jelas si teller yang sedikit jutek kepada saya. Oh iya, satu hal yang harus diingat, pembayaran visa ini tidak refundable. Jadi sama seperti cinta, kamu harus ikhlas untuk kehilangan, kalau tak mampu mendapatkan.

2. Melengkapi Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant (DS-160)

Langkah selanjutnya adalah mengisi aplikasi visa DS 160 secara online di sini. Sebelum mulai mengisi aplikasi tersebut, ada dua hal yang harus dilakukan. Yang pertama, kamu akan diminta untuk memilih lokasi di mana kamu akan mengajukan visa tersebut. Untuk Indonesia, lokasinya ada di Jakarta dan Surabaya. Jadi tidak perlu jauh-jauh ke Lusaka, untuk mengurus visa ini. Berikutnya, kamu diharuskan mengunggah foto digital. Pastikan fotonya terlihat jelas, leher ke atas, bukan leher ke bawah, yang menunjukkan kondisi wajah paling lama enam bulan terakhir. (Untuk panduan standar foto, dapat dilihat di sini).

Halaman awal aplikasi visa Amerika

Lengkapi dahulu, sebelum mulai.

Berikutnya klik “Start an Application” dan kamu akan mendapatkan Application ID yang akan digunakan seterusnya dalam proses pengajuan visa ini. Setelahnya, aplikasi ini akan bertanya sebuah security question yang dapat dipilih sendiri. Saya saat itu memilih pertanyaan “Siapakah nama gadis ibu kandungnya ibu kandung kamu?” walaupun saya ragu Beliau saat ini masih gadis atau sudah janda. Catat Application ID ini di tempat yang aman beserta jawaban security question tadi, karena akan digunakan untuk log in ke dalam aplikasi DS-160.

Selanjutnya klik “Continue” dan kamu akan masuk ke halaman pertama Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant (DS-160). Secara garis besar, pengisian aplikasi tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

Personal

Pada bagian ini, kamu diminta untuk mengisi data diri seperti Name (surnames, given names, juga full name in native alphabet) –lalu ditanya juga mengenai apakah kamu pernah menggunakan nama lain seperti Dukun AS–, Sex (Male, Female, Never), Marital Status (Jleb!), Date and Place of Birth (cukup jelas, kecuali kamu adalah Sun Go Kong), Nationality, juga National Identification Number (nomor KTP, apabila kamu telah akil baligh).

Address and Phone

Bagian ini meminta kamu untuk mengisi alamat rumah dengan jelas, termasuk nomor telepon dan alamat email yang dipakai. Jawab Yes, apabila alamat surat-menyurat sama dengan alamat rumah, dan No apabila ditawari makan babi. Ingat, jangan sekali-kali memberikan alamat palsu seperti Ayu Ting-Ting.

Passport

Seperti judulnya, bagian ini memintamu untuk meng-input data-data pada paspor, seperti tipe paspor, nomor paspor, negara pemberi paspor, tempat paspor tersebut dikeluarkan, juga tanggal keluar dan tanggal kedaluwarsa paspor. Jawab No, apabila kamu tidak pernah kehilangan paspor.

Yang saya syukuri di sini, adalah aplikasi ini tidak menanyakan bagaimana cara kamu mendapatkan paspor, apakah mengurus sendiri, dengan calo, ataukah ada “orang dalam” yang membantu.

Travel

DS 160 travel

Travel Information

Bagian ini akan menanyaimu mengenai apa tujuan pergi ke Amerika Serikat, termasuk tentang travel plan yang telah disiapkan, apabila memang kamu sudah membuat itinerary dalam rangka kunjungan ke Amerika Serikat.

Berikutnya, aplikasi ini akan menanyakan lokasi yang dirancanakan akan dikunjungi di Amerika Serikat, alamat tempat tinggal selama di sana, nama orang/perusahaan yang membiayai perjalananmu (termasuk alamat, nomor telepon, dan apa hubungannya denganmu).

Travel Companions

Bagian ini menanyakan “Are there other persons traveling with you? Klik “Yes” apabila ada (dan kemungkinan akan ada pertanyaan lanjutan), dan “No” apabila kamu pergi sebatang kara.

Previous U.S. Travel

Di sini, aplikasi ini akan bertanya apakah kamu pernah berada di Amerika Serikat, pernah mendapatkan Visa Amerika, pernah ditolak masuk ke Amerika Serikat, dan apakah pernah menandatangani petisi imigran Amerika Serikat. Jawab “No” pada tiap-tiap pertanyaan, apabila memang kamu tidak seperti yang mereka kira.

U.S. Contact

Bagian ini akan bertanya mengenai kontak yang bisa dihubungi di Amerika Serikat, nama dan dari organisasi apa, apa hubungannya denganmu, termasuk alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi, dan alamat email aktif yang digunakan.

Family

Pertanyaan tentang keluarga, adalah bagian paling mengharukan untuk saya. Di sini, kamu harus menjawab pertanyaan mengenai Nama Ayah dan Tanggal Lahirnya, Nama Ibu dan Tanggal Lahirnya, termasuk menjawab “Yes” apabila mereka tinggal di Amerika Serikat, juga apabila kamu mempunyai saudara dan kerabat yang tinggal di Amerika Serikat.

Sekadar tip, apabila kamu lelah mengisi aplikasi ini, maka kamu bisa menyimpannya, dan masuk kapan saja, asalkan kamu tahu Application ID yang dipakai termasuk security question yang dipilih. (Catatan, aplikasi ini akan menutup sendiri apabila tidak ada kegiatan selama 20 menit, dan untuk masuk lagi, kamu juga akan diminta memasukkan data-data tersebut).

Save DS 160

Lelah? Save dulu saja.

Work/Education/Training

Di bagian ini, kamu diminta untuk meng-input data pekerjaan utama (apabila kamu mempunyai banyak pekerjaan seperti pegawai kantoran, travel blogger, penggiat budidaya lele, ataupun perusak rumah tangga orang, tolong diinput yang paling jelas, yang ada alamat serta nomor telepon yang dapat dihubungi), besarnya penghasilan per bulan, juga penjelasan singkat mengenai pekerjaan kamu. Apabila sebelumnya kamu pernah bekerja di tempat yang lain, maka data tersebut juga diminta untuk diinput dengan cara yang sama (Bagian ini juga menanyai tentang siapa atasan kamu, juga kapan tanggal masuk dan keluar dari pekerjaan tersebut).

Berikutnya, adalah pendidikan, di mana kamu diminta untuk meng-input data pendidikan yang pernah kamu hadiri, lengkap dengan nama institusi, alamat, bidang studi, juga tanggal masuk dan lulus dari institusi tersebut. Saya sendiri, meng-input tiga pendidikan terakhir yang pernah saya ikuti, mulai dari SMA.

Pertanyaan tambahan pada bagian ini, diantaranya adalah “Apakah kamu berasal dari suku tertentu?“, “Apa saja bahasa yang kamu kuasai?“, “Negara mana saja yang kamu kunjungi dalam lima tahun terakhir?“, “Apakah kamu tergabung dalam organisasi tertentu?” “Apakah kamu pernah bergabung dalam militer?” dan so on so on. 

Security and Background

Bagian ini, terpecah menjadi beberapa bagian kecil yang masing-masingnya terdapat pertanyaan mengenai latar belakang kamu yang nantinya akan berhubungan dengan keamanan dan keselamatan Amerika Serikat. Pertanyaan tersebut antara lain seperti ini “Apakah kamu mengalami gangguan mental yang dapat membahayakan orang lain?“, “Apakah kamu pengguna atau pengedar narkoba?“, “Apakah kamu pernah melakukan tindakan kriminal?” (ingat, masuk 7-11 dengan moonwalk atau memencet tombol lift dengan siku bukan termasuk tindakan kriminal), “Apakah kamu merupakan anggota kelompok teroris?“, hingga “Apakah kamu pernah mencari bantuan untuk masuk ke Amerika Serikat dengan maksud jahat?“.

Sebagai travel blogger syariah, tentu saja saya menjawab “No” pada tiap-tiap pertanyaan tersebut.

Konfirmasi Visa Amerika

Ini Bukan Visa! Ini adalah konfirmasi telah mengisi aplikasi DS-160.

Apabila dilakukan dengan prosedur yang benar, selanjutnya kamu akan mendapat formulir konfirmasi pengisian Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant (DS-160) ber-barcode yang harus dicetak dan dibawa pada saat wawancara di Kedutaan Besar Amerika. Formulir ini dapat dicetak langsung, ataupun dikirim terlebih dahulu ke alamat surel tertentu.

3. Membuat jadwal wawancara secara online

Setelah mendapatkan konfirmasi pengisian Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant (DS-160), maka langkah selanjutnya adalah membuat jadwal wawancara di Kedutaan Besar Amerika secara online dengan mengunjungi situs ini. Yang perlu diingat adalah, wawancara paling cepat dijadwalkan dua hari setelah aplikasi DS-160 di-submit secara online.

US travel docs

Membuat Jadwal Wawancara

Pada situs tersebut, –apabila belum pernah mendaftar, maka kamu diharuskan membuat akun terlebih dahulu. Cukup isikan email, nama, password yang diinginkan, dan ketik captcha yang muncul, maka kamu sudah otomatis teregistrasi pada situs tersebut. Berikutnya, adalah membuat jadwal wawancara dengan melalui beberapa isian sebagai berikut:

  1. Memilih jenis visa yang diinginkan, immigrant atau non immigrant.
  2. Memilih tempat wawancara, Jakarta atau Surabaya.
  3. Memilih kategori visa yang diinginkan, businesscrew (ship/aircraft)all other visas including working in the USA, atau studying in the USA/Exchange Visitor.
  4. Memilih kelas visa yang diinginkan –apabila sebelumnya memilih jenis visa bisnis, maka isiannya– B1 – Visitor for Business, B1/B2 – Visitor for Business and Pleasure, atau B2 – Visitor for Pleasure or Medical Treatment.
  5. Mengisi data personal, yang meliputi data paspor, data diri seperti nama, kebangsaan, tanggal lahir, dan jenis kelamin (Alhamdulillah, tidak ada pertanyaan mengenai marital status di sini), juga nomor telepon, email, dan alamat surat menyurat. Yang tidak boleh lupa diisikan di sini adalah nomor konfirmasi aplikasi DS-160 yang sudah diperoleh sebelumnya.
  6. Menambah daftar nama, apabila ada grup/anggota keluarga yang ingin mengurus visa bersamaan denganmu.
  7. Menjawab beberapa pertanyaan singkat, seperti: “Apakah kamu pemegang paspor Indonesia?”, “Apakah kamu lebih muda dari 14 tahun?”,  “Apakah kamu pernah mendapatkan visa B1/B2 setelah 1 Juni 2007?”. Tenang, tidak ada pertanyaan “Kapan menikah?” di aplikasi ini.
  8. Berikutnya adalah menentukan alamat pengiriman Visa Amerika (apabila nanti disetujui), dan pemohon dapat memilih pengiriman ke kantor, rumah, atau diambil sendiri ke alamat pengambilan tertentu. Setelah ini, akan muncul halaman konfirmasi pembayaran, di mana mu harus meng-input bukti pembayaran (receipt number) yang telah dilakukan sebelumnya.
Tanggal wawancara visa

Pilih tanggal wawancara visa yang kamu inginkan.

Setelah mengklik “Continue“, aplikasi akan membawamu ke halaman “Schedule Consular Appointment” di mana kamu bisa memilih tanggal wawancara yang diinginkan. Setiap hari kerja, diadakan dua sesi wawancara, yaitu pukul 07:00 dan pukul 09:00. Namun, untuk pukul 09:00, biasanya slot yang tersedia lebih sedikit atau malah habis. Mungkin saja karena orang Indonesia malas bangun pagi, sehingga lebih nyaman untuk melakukan wawancara di siang hari. Hasil dari aplikasi ini adalah formulir “Appointment Confirmation” yang bisa dicetak atau dikirim ke surel terlebih dahulu.

Sekadar catatan, kamu masih bisa melakukan wawancara setahun setelah tanggal pembayaran visa. Jika lebih dari itu, maka pembayaran dianggap tidak berlaku lagi.

4. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang akan dibawa pada saat wawancara

Pada saat hari wawancara, kamu harus membawa sejumlah dokumen yang dibutuhkan. Ada yang wajib, dan ada yang digunakan sebagai dokumen pelengkap. Dokumen wajib tersebut meliputi:

  • Paspor dengan masa berlaku minimal enam bulan
  • Tanda bukti pembayaran dari Bank Permata/Standard Chartered
  • Foto ukuran 5×5 dengan latar belakang putih
  • Formulir konfirmasi pengisian Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant (DS-160) ber-barcode
  • Formulir “Appointment Confirmation”
Foto Visa Amerika

Foto untuk visa, seperti biasa saya menggunakan jasa Jakarta Foto.

Supaya terkesan meyakinkan, dokumen wajib tersebut seyogyanya dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung yang mengindikasikan bahwa niat kamu untuk ke Amerika adalah bukan untuk menetap melainkan untuk tujuan khusus, seperti berwisata. Dokumen-dokumen tersebut antara lain:

  • Surat sponsor, jika ada, apabila kamu diundang untuk menghadiri event tertentu.
  • Surat pengantar kantor beserta slip gaji, untuk membuktikan jika kamu bekerja di Indonesia, dan akan kembali lagi ke Indonesia untuk bekerja, bukan untuk menetap di Amerika.
  • Rekening koran/fotokopi buku tabungan, yang menunjukkan bahwa kamu mampu bertahan hidup di sana dengan membeli makan dan minuman, bukan dengan berburu dan meramu menggunakan kapak perimbas.
  • Kartu Keluarga, apabila ada anggota keluarga yang ikut serta bersama kamu dalam perjalanan ke Amerika, dan untuk menghindari pertanyaan “Kapan menikah?”.
  • Rencana perjalanan di Amerika Serikat, supaya keren “Gile men gue ke Amerika!” meyakinkan petugas wawancara mengenai apa tujuanmu berada di Amerika Serikat.

Setelah semua syarat lengkap, datanglah di hari wawancara beserta semua dokumen tersebut, setengah jam sebelum waktu wawancara terjadwal.

5. Wawancara di Kedutaan Besar Amerika Serikat

Dan saya datang pas ketika waktu wawancara terjadwal dimulai, yaitu pukul 07:00, atau setengah jam lebih lama dari waktu yang saya rencanakan sebelumnya. Akibatnya, antrean panjang sudah terbentuk di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 3-5, Jakarta Pusat.

Setelah lebih kurang setengah jam mengantre, akhirnya untuk pertama kalinya saya berhasil masuk ke dalam Kedutaan Besar Amerika Serikat. Sebuah pencapaian yang bisa masuk dalam CV. Di dalam, petugas keamanan meminta saya untuk menitipkan tas punggung beserta semua perabot elektronik yang saya bawa, sebelum melewati mesin X-Ray. Praktis, saya hanya membawa map yang berisi dokumen, dan sedikit rasa percaya diri saat itu.

Berikutnya, saya ditempatkan bersama puluhan pendaftar lain pada sebuah ruangan terbuka dengan bangku-bangku panjang di tengah ruangan, sementara beberapa buah loket terletak di ujungnya.

Seorang wanita muda mendekati saya “Mas, sudah dapat nomor antrian?” Saya menggeleng. “Boleh saya lihat kelengkapan dokumennya?” Ujarnya lagi.

Saya menyerahkan dokumen yang saya bawa, dan wanita itu mensteples beberapa lembar dokumen tersebut menjadi satu kesatuan. “Mas, nanti langsung ke loket, ya.” Pintanya “Tapi antre dulu.”

Loh, jadi langsung atau antre, nih?

Di loket, saya dilayani oleh seorang wanita muda lagi yang menanyakan “Ke Amerika dalam rangka apa?”

“Jalan-jalan.” Jawab saya, kemudian dia menginput beberapa data ke dalam komputernya, sebelum memberikan sebuah kertas bertuliskan angka 19.

“Ini nomor grupnya.” Dia menjelaskan. “Nanti kalau nomornya dipanggil, masuk ke dalam .”

Dan saya menunggu, selama satu jam lebih, sebelum wanita penyeteples dokumen mengumumkan “Grup nomor 19 dan 20, boleh masuk ke dalam.”.

Kami bergerak serentak mengikuti wanita itu. “Nah, tunggu di sini dulu, ya.” Ucapnya, menunjuk ruang tunggu yang lebih kecil. Wah, ternyata belum masuk ke ruang wawancara, sehingga kami menunggu lagi tepat di samping ruang wawancara. One step closer. Saya menyesal tidak membawa apa-apa untuk killing time, karena handphone dan laptop dititipkan di ruang depan. Buku dan koran pun tidak sempat saya siapkan. Ah, andai saja saya membawa Al-Quran.

Selama menunggu, saya memperhatikan beberapa orang yang keluar dari ruang wawancara. Ada yang tersenyum lega sambil membawa selembar kertas berwarna putih. Ada yang sedikit bersungut dengan kertas berwarna hijau, dan ada yang bermuka masam dan tersedu sambil memegang kertas berwarna merah muda.

Sedikit informasi, kertas-kertas berwarna tersebut, mempunyai maksud sebagai berikut:

  • Putih, berarti bahwa aplikasi disetujui dan menjelaskan bagaimana dapat mengambil paspor yang sudah ada visa.
  • Hijau, berarti bahwa diminta datang kembali untuk memberikan informasi tambahan sebelum Pejabat Konsul membuat keputusan.
  • Kuning, berarti bahwa permohonan visa dikenakan proses administrasi tambahan dan akan diberitahu apabila prosesnya telah selesai.
  • Merah muda, berarti bahwa pada saat ini belum memenuhi syarat untuk mendapatkan visa non-imigran.
  • Biru, apabila pengisian aplikasi tidak lengkap, dan diberi kesempatan untuk kembali dengan aplikasi yang sudah lengkap.

Satu jam kemudian, rombongan kami dipanggil masuk ke dalam ruang wawancara yang masih penuh sesak dengan manusia. Seorang wanita lokal memanggil grup kami “Grup 19, antri untuk mengambil sidik jari!” Teriaknya “Sebelumnya, kembalikan nomor antrian ke dalam keranjang!” dan kami pun menurutinya.

Saya memberikan sidik jari terindah yang bisa saya berikan, “Habis ini, nunggu dipanggil wawancara.”. Dan saya pun menunggu lagi, di ruang penuh manusia itu. Saya mengambil majalah Forbes dari tumpukan yang ada, membaca kisah sukses Jan Koum, founder WhatsApp yang jadi konglomerat setelah usahanya diakuisisi oleh Facebook. Sayup-sayup terdengar obrolan dari seberang, ketika seorang wanita ditolak visanya, padahal teman-teman rombongan yang tergabung dalam grup tur diterima semuanya. Alasannya, karena dia tidak bisa menjelaskan maksud dan tujuannya dengan lancar ketika wawancara.

Ah, itulah mengapa kita disarankan untuk tidak gugup selama proses wawancara.

Saya melanjutkan membaca, kali ini tentang usaha seorang modifikator motor di Indonesia yang meraup sukses karena ketekunan dan kegigihannya berwirausaha, sebelum terdengar suara melalui pengeras suara “Nomor 19 silakan menuju loket.” Suara yang saya tahu bukan berasal dari lidah asli Indonesia.

Kami serombongan menuju loket yang dimaksud. Saya berada pada urutan kedua di belakang sekeluarga yang ingin pergi berlibur ke Amerika, sementara pada dua loket di samping, seorang wanita bule sedang mencecar seorang wanita seksi pemohon visa dengan berbagai pertanyaan “Ada urusan apa ke Amerika?”, “Apa pekerjaan kamu?”, “Berapa penghasilan sebulan?”.

Glek. Tiba-tiba saya merasa muncul kupu-kupu dalam perut. Kupu-kupu malam.

Saya mencoba untuk tetap tenang, dan memasang wajah manis ketika seorang pria bule mirip Matt Damon di balik loket memanggil saya, menggantikan sekeluarga yang telah disetujui visanya.

“Sia..pa namanya?” Tanyanya, dalam Bahasa Indonesia yang terbata.

My name is Arif.” Jawab saya, dengan gaya James Bond. “Arif Rahman.” Dan perbincangan berlanjut seperti ini:

Bu Rika (Bule Amerika): “Why do you want to go to America?

Arif Bond: “I won a blogging competition.” *menyerahkan invitation letter dari perusahaan yang memenangkan saya*

Bu Rika: “Wow! Do you work for XXX?” *menyebutkan nama perusahaan yang memenangkan saya*

Arif Bond: “No, actually I work for YYY.” *menyebutkan nama kantor saya*

Bu Rika: “Oh, so you work in YYY.” *menyebutkan lagi nama kantor saya*

Arif Bond: “Yes, but I won that blogging competition.

Bu Rika: *menolehkan kepala, menginput beberapa data ke dalam komputernya, sebelum memberikan selembar kertas* “Your visa is ready in three to four working days.

Saya memegang kertas putih di tangan saya, wawancara yang hanya berlangsung dua menit mampu menghapus penantian saya selama tiga setengah jam. Tepat pukul 10:30, saya keluar dari ruang wawancara dengan kertas putih di tangan dan kebahagiaan layaknya orang yang mendapatkan golden ticket  Indonesian Idol.

“MAMAH AKU LOLOS, MAH!”

Visa Amerika

Empat hari kerja berikutnya, saya mengambil paspor yang telah ditempel Visa Amerika atas nama sendiri di RPX Casablanca, Jl.Prof.Dr.Satrio No.64B. Paspor yang baru berumur sebulan, paspor yang baru saja saya perpanjang melalui jasa calo, akhirnya mendapatkan visa pertamanya, yaitu Visa B1/B2 Amerika Serikat yang halal dan berlaku untuk lima tahun.

Dan saat ini saya masih tak percaya, kalau travel blogging bisa membawa saya sejauh ini.

UPDATE DARI ARETTA PER TANGGAL 24 AGUSTUS 2016:

Mau sharing kesan2 sedikit hehe..
Skarang bayar visa sudah lebih mudah karena bisa online transfer dr bank lokal.
DS160 skarang ternyata lebih simpel, seperti kunjungan negara dan pendidikan tidak ditanyakan lagi. Waktu interview, supporting documents sama sekali tidak diminta untuk diperlihatkan, *lucky* dan betul aja cuman 2 menitan hehe